Anda di halaman 1dari 79

1

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA


IBU HAMIL DI PMB BIDAN H
TAHUN 2022

Oleh :

HERLINA
210402183105

PROGRAM SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
2022
2

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA


IBU HAMIL DI PMB BIDAN H

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi


Kebidanan Program Sarjana (S.Keb) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Bhakti Pertiwi Indonesia dan untuk memperoleh gelar S.Keb

Oleh :
HERLINA
210402183105

PROGRAM SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
2022
iii

PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Herlina
NIM. : 210402183105
Program Studi : Kebidan Program Sarjana
Angkatan..................................................(Reguler/ Alih Jenjang)*
Jenjang : Sarjana

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan tindakan plagiat dalam penulisan


skripsi saya yang berjudul:

“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA IBU


HAMIL DI PMB BIDAN H
TAHUN 2022”

Apabila dikemudian hari saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya
buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta,.........................2022

Yang menyatakan,

Materai Rp. 10.000

Herlina
iv

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA


IBU HAMIL DI PMB BIDAN H
TAHUN 2022

OLEH :
HERLINA
210402183105

Telah Disetujui, diperiksa, dipertahankan dan siap dihadapkan sidang Tim


Penguji Skripsi Program Studi Sarjana Kebidanan Sekolah TinggiIlmu
Kesehatan Bhakti Pertiwi Indonesia

Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Hj. Kinkin Yuliaty Putri S, (Vepti Triana Mutmainah, S. SiT., M. Kes)
M.Si)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kebidanan Program Sarjana

(Dra. Dedeh Rodiyah, S.SiT., M.Kes)


v

LEMBAR PENGESAHAN
vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu Hamil di
PMB Bidan H”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari


berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. DR. Hj. Lilik Susilowati, S.SiT., M.Kes., MARS selaku Ketua Yayasan
Bhakti Pertiwi Indonesia.
2. DR. Hj. Ella Nurlelawati, S.SiT.,SKm.,M.Kes selaku Ketua STIKes
Bhakti Pertiwi Indonesia.
3. Dra. Dedeh Rodiyah, S.SiT., M.Kes Ketua Program Studi Kebidanan
Program Sarjana STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia.
4. Dr. Hj. Kinkin Yuliaty Putri S, M.Si selaku Pembimbing I yang telah
banyak memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis
dalam melakukan perbaikan – perbaikan untuk kesempurnaan Proposal
penelitian penulis.
5. Arsita Pratiwi, M.Tr.Keb selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam
melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan Skripsi penulis.
6. Para dosen dan seluruh staf yang terkait di Program Studi Sarjana
Kebidanan STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia.
7. Rekan-rekan yang telah banyak membantu sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
8. Kedua orang tua tercinta, adik dan kakak-kakaku tersayang serta keluarga
besar yang selalu mendoakan, memotivasi dan membantu dengan tulus
dan kasih sayang serta selalu memberi semangat kepada penulis.
vii

Dalam penulisan skripsi, penulis mengharapkan kritik dan saran yang


bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis
berharap semoga Skripsi ini dapat berguna bagi pembaca pada umumnya dan
profesi kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat
dan hidayahNya kepada kita semua.

Jakarta, …….2022

Herlina
vii
i
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI PERTIWI INDONESIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM SARJANA KEBIDANAN

SKRIPSI, Jakarta 23 Agustus 2022

Herlina
210402183105

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI


PMB Bidan H Tahun 2022
xi + 62 halaman + 12 tabel

ABSTRAK

Latar Belakang: Berdasarkan SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu
menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi
305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) pada tahun 2015. Angka tersebut masih jauh dari target Rancangan Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 306 per 100.000 kelahiran hidup dan target Sustainable
Development Goals (SDG’s) sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2016. Tujuan: Mengetahui
faktor-taktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu Hamil di PMB Bidan H tahun 2022. Metode
Penelitian ini menggunakan metode analitik secara cross sectional dimana data yang menyangkut
variable dependen dan variable independen. Dengan menggunakan data sekunder melalui rekam medik
mengenai “faktor-taktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu Hamil di PMB Bidan H tahun
2022”. Hasil penelitian: hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai (p < 0,05) pada semua variabel
yang berarti Ho ditolak artinya ada hubungan antara faktor-taktor variabel dengan Anemia pada Ibu
Hamil di PMB Bidan H tahun 2022. Kesimpulan: Pada penelitian ini yaitu dari semua variabel
terdapat adanya pengaruh antara faktor-taktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu Hamil di
PMB Bidan H tahun 2022. Saran Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang berguna untuk
dapat membekali mahasiswa dengan bimbingan tentang pentingnya kasus anemia pada ibu hamil.

Kata Kunci : Anemia, umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, jarak kehamilan


Daftar Pustaka : 20 buku (20012-2019)
ix

INDONESIAN BHAKTI PERTIWI HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCES MIDWIFE


PROFESSIONAL EDUCATION STUDY PROGRAM BACHELOR MIDWISE PROGRAM
THESIS, Jakarta 23 August 2022
Herlina
210402183105
FACTORS RELATED TO ANEMIA IN PREGNANT WOMEN IN PMB Midwife H in 2022
xi + 62 pages + 12 tables

ABSTRACT
Background: Based on the 2012 IDHS, it shows a significant increase in MMR, which is 359 maternal
deaths per 100,000 live births. MMR again showed a decline to 305 maternal deaths per 100,000 live
births based on the results of the Intercensus Population Survey (SUPAS) in 2015. This figure is still
far from the 2015 Medium-Term Development Plan (RPJM) target of 306 per 100,000 live births and
the Sustainable Development target. Goals (SDG's) are 70 per 100,000 live births in 2016. Objectives:
To determine factors related to anemia in pregnant women in PMB Midwife H in 2022. Methods: This
study uses an analytical method in a cross sectional manner where the data concerning the dependent
variable and the variable independent. By using secondary data through medical records regarding
"Factors Associated with Anemia in Pregnant Women in PMB Midwife H in 2022". Results: the
results of the Chi-Square statistical test obtained a value (p < 0.05) on all variables, which means Ho is
rejected, meaning that there is a relationship between variable factors and anemia in pregnant women at
PMB Midwife H in 2022. Conclusion: In this study that is, from all variables there is an influence
between factors related to anemia in pregnant women at PMB Midwife H in 2022. Suggestions: This
research is expected to be useful information to be able to equip students with guidance about the
importance of anemia cases in pregnant women.

Keywords: Anemia, age, education, occupation, parity, pregnancy interval Bibliography : 20 books
(20012-2019)
x
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS...................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................v
KATA PENGANTAR......................................................................................vi
ABSTRAK........................................................................................................viii
ABSTRCT........................................................................................................ix
DAFTAR ISI....................................................................................................x
DAFTAR TABEL............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.....................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................5
1.5. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................8

2.1. Persalinan..................................................................................8
2.1.1. Definisi...........................................................................8
2.1.2. Faktor Risiko..................................................................8
2.1.3. Etiologi...........................................................................9
2.2. Anemia dalam Kehamilan.........................................................10
2.2.1. Definisi...........................................................................10
2.2.2. Klasifikasi......................................................................10
xi

2.2.3. Patofisiologi Anemia.....................................................13


2.2.4. Diagnosis........................................................................15
2.2.5. Tatalaksana....................................................................17
2.2.6. Prognosis........................................................................18
2.2.7. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Ibu
Hamil 18
2.3. Kerangka Teori..........................................................................23

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN


HIPOTESIS.....................................................................................................24

3.1. Kerangka Konsep...........................................................................24


3.2. Definisi Operasional......................................................................25
3.3. Hipotesa Alternatif (Ha)................................................................27

BAB IV METODELOGI PENELITIAN......................................................29

4.1. Desain Penelitian...........................................................................29


4.2. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................29
4.3. Populasi dan Sampel......................................................................29
4.4. Pengumpulan Data.........................................................................30
4.5. Tehnik Pengolahan Data Analisa Data..........................................30
4.6. Analisa Data...................................................................................31

BAB V GAMBARAN LOKASI DAN HASIL PENELITIAN....................34

5.1. Gambaran Lokasi Penelitian..........................................................34


5.2. Analisis Univarat...........................................................................35
5.3. Analisis Bivariat............................................................................39

BAB VI PEMBAHASAN...............................................................................46

6.1. Keterbatasan Penelitian..................................................................46


6.2. Pembahasan Penelitian..................................................................46
6.2.1. Gambaran Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di PMB Bidan H
tahun 2021 – 2022...........................................................................46
xii

6.2.2. Hubungan Usia dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil


....................................................................................................... 48
6.2.3. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil 50
6.2.4. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
....................................................................................................... 52
6.2.5. Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
....................................................................................................... 53
6.2.6. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil .............................................................................................55

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN............................................................58

7.1. Kesimpulan....................................................................................58
7.2. Saran..............................................................................................59
7.2.1. Bagi Peneliti.........................................................................59
7.2.2. Bagi Mahasiswa...................................................................60
7.2.3. Bagi STIKES BPI................................................................60
7.2.4. Bagi Masyarakat..................................................................60

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................61

LAMPIRAN.....................................................................................................62
xii
i

DAFTAR TABEL

2.1. Derajat Anemia Pada Kehamilan...............................................................11

3.1 Definisi Operasional....................................................................................25

5.1. Jumlah Penduduk Oku Timur....................................................................34

5.2. Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil.............................35


5.3. Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Berdasarkan Usia
.................................................................................................................................36

5.4. Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Berdasarkan


Pendidikan........................................................................................................37
5.5. Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Berdasarkan
Pekerjaan...........................................................................................................37
5.6. Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Berdasarkan Paritas
.................................................................................................................................38
5.7. Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Berdasarkan Jarak
Kehamilan.........................................................................................................38
5.8. Hasil Analisa Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Anemia....................39
5.9. Hasil Analisa Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Anemia.........41
5.10. Hasil Analisa Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Anemia.........42
5.11. Hasil Analisa Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Anemia..............43

5.12. Hasil Analisa Hubungan Jarak Kehamilan Ibu dengan Kejadian Anemia
.......................................................................................................................... 44
xiv

DAFTAR GAMBAR

2.1. Patofisiologi Anemia.................................................................................14

2.2. Kerangka Teori..........................................................................................23

2.1. Kerangka Konsep Penelitian......................................................................24


xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
xvi

DAFTAR SINGKATAN
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator

Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa

kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan,

dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti

kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain di setiap 100.000 kelahiran hidup (Astuti,

2018).

Berdasarkan SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang

signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI

kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran

hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada tahun

2015. Angka tersebut masih jauh dari target Rancangan Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 306 per 100.000 kelahiran hidup dan target

Sustainable Development Goals (SDG’s) sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup

tahun 2016.

Berdasarkan Profil Kesehatan DIY tahun 2016, penyebab kematian ibu

yang paling banyak ditemukan di DIY adalah perdarahan dan infeksi yang

merupakan akibat dari anemia pada kehamilan. Selain itu darata dari Direktorat

Kesehatan Keluarga menunjukan bahwa 40% penyebab kematian adalah

pendarahan, dan diketahui bahwa anemia menjadi faktor risiko terjadinya

pendarahan (Depkes RI, 2018).


2

Menurut World Health Organization (WHO) 2012 anemia pada ibu hamil

adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya <11g% .

Anemia pada kehamilan umumnya terjadi pada wanita di seluruh dunia, terutama

di Negara berkembang. Anemia kehamilan merupakan masalah nasional yang

dihadapi pemerintah Indonesia karena menunjukkan nilai kesejahteraan sosial

ekonomi masyarakat dan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Secara

global, anemia terjadi pada 45% wanita di Negara berkembang.

Anemia pada ibu hamil dapat dikatakan “potensial danger to mother and

child” (potensial membahayakan ibu dan anak). Oleh karenanya anemia

memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang ada dalam pelayanan

kesehatan (Manuaba, 2012). Menurut WHO 40% kematian ibu di Negara

berkembang berhubungan dengan anemia kehamilan (Rukiyah,dkk, 2013).

Anemia pada populasi ibu hamil menurut kriteria yang ditentukan WHO dan Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, yakni sebesar 37,1% dan pravelensinya

hampir sama antara ibu hamil di perkotaan (36,4%) dan pedesaan (37,8%). Hal ini

menunjukkan angka tersebut mendekati masalah kesehatan masyarakat berat

(severe public health problem) dengan batas pravelensi anemia lebih dari 40%

(BPPK, 2014). Tingginya angka tersebut disebabkan antara lain oleh keadaan

kesehatan dan gizi ibu yang rendah selama kehamilan.

Anemia yang sering terjadi pada kehamilan adalah anemia karena

kekurangan zat besi atau sering disebut Anemia Gizi Besi (AGB). Upaya

pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi besi ibu hamil yaitu program

pemberian tablet tambahan darah (Fe) pada ibu hamil. Menurut Permenkes No 88

Tahun 2012 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu
3

hamil, bahwa untuk melindungi wanita usia subur dan ibu hamil dari kekurangan

gizi dan mencegah terjadinya anemia gizi besi maka perlu mengomsumsi tablet

tambah darah (Kemenkes RI, 2013). Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu

rata-rata mendekati 900 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan

untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa

haemoglobin maternal, kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus,

urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–

10 mg zat besi (Manuaba, 2012). Diharapkan ibu hamil dapat mengonsumsi tablet

Fe lebih dari 90 tablet selama kehamilan.

Anemia pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam

kandungan. Ibu hamil dengan anemia memiliki risiko keguguran, lahir mati,

melahirkan bayi premature dan bayi berat lahir rendah (BBLR) (WHO, 2014).

Kekurangan zat besi menjadi hal yang kurang menguntungkan untuk ibu dan bayi,

kejadian anemia pada ibu hamil akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu

dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia (Depkes, 2013). Beberapa faktor

yang mempengaruhi anemia kehamilan yaitu umur ibu, paritas, jarak kehamilan,

pendidikan, frekuensi Antenatal Care, kepatuhan ibu mengonsumsi tablet besi,

infeksi dan penyakit, pengetahuan dan kurang energi kronis (KEK) (Asyirah

2012).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Ramadhani,2018) tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Bandar Jaya Lahat membuktikan bahwa faktor-faktor yang

berhubungan secara signifikan dengan anemia adalah usia kehamilan. Dari hasil

penelitian didapatkan usia kehamilan terbanyak ada pada Trimester III. Hal ini
4

menunjukkan bahwa umur kehamilan Trimester III lebih banyak menderita

anemia dibanding Trimester I dan II karena hemodilusi (pengenceran darah)

mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-36 minggu. Faktor hemodilusi ini

dapat menyebabkan kadar hemoglobin darah ibu menurun hingga mencapai 10

gr/dL.

selain itu penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Wirobrajan membuktikan

bahwa faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian anemia

pada ibu hamil adalah paritas dan tingkat pendidikan. (Aisyiyah, 2017). Hasil

penelitian ini ditunjang oleh teori tentang seorang ibu yang sering melahirkan

mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya tidak

memperhatikan kebutuhan nutrisi, karena selama hamil zat-zat gizi akan berbagi

untuk ibu dan janin yang dikandungnya. Semakin sering seorang wanita

melahirkan maka semakin besar risiko kehilangan darah dan berdampak pada

penurunan kadar Hb. Sementara, untuk tingkat pendidikan menunjukkan

hubungan sebab akibat dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Pada kelompok

penduduk dengan pendidikan yang rendah umumnya kurang memahami akibat

dari anemia, kurang mempunyai akses informasi anemia dan penanggulangannya,

kurang dapat memilih makanan bergizi (Ristica,2013).

Di PMB Bidan H telah dilakukan pendataan dan terdapat kasus anemia

yang cukup banyak yaitu pada tahun 2019 terdapat 104 ibu hamil dan yang

mengalami anemia sebanyak 30 kasus (28.8%). Berdasarkan latar belakang diatas,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor

yang berhubungan dengan Anemia pada Ibu Hamil di PMB Bidan H”.
5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada

Ibu Hamil di PMB Bidan H tahun 2022”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Anemia pada Ibu Hamil di PMB Bidan H tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di PMB Bidan H Tahun 2022.

2. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di PMB Bidan H Tahun 2022.

3. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di PMB Bidan H Tahun 2022.

4. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di PMB Bidan H Tahun 2022.

5. Untuk mengetahui hubungan antara jarak kehamilan dengan

kejadian anemia pada ibu hamil di PMB Bidan H Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Lahan Penelitian


6

Sebagai informasi dan masukan bagi PMB Bidan H untuk

mengembangkan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil terutama yang

mengalami anemia.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam bidang gizi pada ibu

hamil yang sudah ada dan hasil penelitian ini juga diharapkan menambah

referensi bacaan di perpustakaan, menambah informasi mengenai

penelitian dan sebagai acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai masukan dalam penelitian selanjutnya agar dapat lebih

memperdalam penelitian yang sudah ada.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Anemia pada Ibu Hamil di PMB Bidan H tahun 2022. Penelitian

ini dilakukan di PMB Bidan H pada bulan Mei 2022 hingga Agustus 2022.

Penelitian ini dilakukan karena terdapat kasus anemia yang cukup banyak

di PMB Bidan yaitu pada tahun 2019 terdapat 104 ibu hamil dan yang

mengalami anemia sebanyak 30 kasus (28.8%). Kemudian pada tahun

2020 terdapat 114 ibu hamil dan sebanyak 34 ibu hamil mengalami

anemia (29.8%). Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil yang

mengalami anemia di PMB Bidan H. Variabel dependen dan


7

independennya dapat diteliti secara bersamaan dalam waktu yang sama,

metode analisa yang digunakan adalah univariat dan bivariat, melihat

hubungan variabel dependen dan variabel independen. Penelitian ini

menggunakan data sekunder dengan menggunakan rekam medik. Variabel

dependen pada penilitan ini adalah anemia pada ibu hamil di PMB Bidan

H. Sedangkan variabel independennya adalah usia, pendidikan, pekerjaan,

paritas, jarak kehamilan, status gizi, frekuensi ANC pada ibu hamil yang

mengalami anemia di PMB Bidan H. Desain penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu dengan metode analitik dengan menggunakan

pendekatan cross sectional. Data yang di dapatkan akan di analisa dengan

menggunakan cara analisa univariat dan bivariat yang di uji chisquare

dengan menggunakan program SPSS.


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia

2.1.1 Definisi

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah kadar Hb (Hemoglobin),

hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal atau bisa disebut juga

penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi atau jumlah kadar hemoglobin

(Hb) dibawah batas normal. Menurut American Society of Hematology (2016), anemia

adalah menurunnya jumlah hemoglobin dari batas normal sehingga tidak dapat

memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan

perifer. Anemia ditandai dengan beberapa gejala yaitu sering lesu, lemah, pusing, mata

berkunang-kunang dan wajah pucat. Hal ini dapat berdampak pada penurunan daya tahan

tubuh sehingga mudah terserang penyakit dan mengakibatkan menurunnya aktivitas dan

kurang konsentrasi. (Cahyati, 2013)

2.1.2 Faktor Risiko

Faktor-faktor yang menyebabkan anemia pada suatu populasi dapat melibatkan

interaksi kompleks dari faktor sosial, politik, ekologi, dan biologi. Penelitian Pala K dan

Dundar N di Turki (2013) menunjukkan bahwa faktor lama menstruasi berhubungan

dengan kejadian anemia. Di samping itu kondisi sosial ekonomi rumah tangga juga

berkaitan dengan kejadian anemia, beberapa penelitian menunjukkan kejadian anemia

cenderung lebih tinggi pada rumah tangga miskin. Pada anemia defisiensi besi

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani

sebagai salah
9

satu sumber zat besi yang mudah diserap (heme iron), sedangkan bahan makanan nabati

(non-heme iron) adalah zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap oleh tubuh sehingga

diperlukan porsi yang besar untuk mencuckupi kebutuhan zat besi harian. Faktor lain

yang dapat mempengaruhi anemia defisiensi besi antara lain pola haid pada wanita,

pengetahuan tentang anemia dan status gizi. Berdasarkan hasil penelitian di Meksiko,

obesitas juga merupakan faktor risiko anemia yang dapat meningkatkan risiko 2 - 4 kali

pada wanita dan anak-anak. (Sudikno, 2016)

2.2.3 Etiologi

Penyebab anemia menurut Sudoyo dkk dalam penelitian Indartanti dan Apoina

(2014) antara lain karena gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang belakang,

kehilangan darah (perdarahan), proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum

waktunya (hemolisis), kurangnya asupan zat besi, vitamin C, vitamin B12, dan asam

folat. Menurut Agragawal S (2013), penyebab utama anemia adalah gizi dan infeksi.

Masalah gizi yang berkaitan dengan anemia adalah kekurangan zat besi. Hal

tersebut karena mengkonsumsi makanan yang tidak beragam atau cenderung monoton

dan kaya akan zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi (phytates) sehingga zat

besi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Kekurangan zat besi juga dapat diperburuk

oleh status gizi yang buruk, terutama yang berkaitan dengan kekurangan asam folat,

vitamin B12 dan vitamin

A. Pola konsumsi sumber penghambat penyerapan zat besi (inhibitor) dapat berpengaruh

terhadap status anemia. Sumber makanan yang mengandung zat penghambat zat besi

(inhibitor) atau yang mengandung tanin dan oksalat adalah kacang-kacangan, pisang,

bayam, kopi, teh, dan coklat.


10

2.2 Anemia dalam Kehamilan

2.2.1 Definisi

Anemia kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam

darahnya kurang dari 12 gr%. Anemia adalah kondisi dimana Anemia dalam kehamilan

adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3

atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut

dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada

trimester 2 (Saifuddin, 2017).

2.2.2 Klasifikasi

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Wiknjosastro (2017), adalah

sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat

besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil,

tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi

seperti terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu ferosulfat,

feroglukonat atau Natrium ferobisitrat, pemberian preparat besi 60mg/hari dapat

menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% tiap bulan. Saat ini program nasional

menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk

profilaksis anemia, terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan

akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran

pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2017). Pemberian

preparat parenteral dengan


11

ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2x10ml/ IM pada

gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2012).

Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan

dengan anamnesis. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,

mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada

pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan minimal 2 kali selama

kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb, dapat digolongkan

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Derajat Anemia Pada Kehamilan

Kadar Hemoglobin Derajat Anemia

11 gr % Tidak Anemia

9-10 gr % Anemia Ringan

7-8 gr % Anemia Sedang

< 7 gr % Anemia Berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu

pada trimester I dan trimester III dengan pertimbangan bahwa sebagian ibu hamil

mengalami anemia (Manuaba, 2012). Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu

rata-rata mendekati 900 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan

untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa

haemoglobin maternal, kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus,

urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–

10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan
12

sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288

hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan

zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2012).

2. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena

kekurangan asam folat, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.

Pengobatannya: yaitu konsumsi asam folat 15-30 mg per hari, vitamin B12 3x1

tablet per hari, sulfas ferosus 3x1 tablet per hari. Pada kasus berat dan pengobatan

per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.

3. Anemia Hipoplastik

Anemia hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi

sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan

pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan

fungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosit.

4. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik dalah anemia yang disebabkan penghancuran atau

pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan

anemia hemolitik sukar menjadi hamil; apabila ia hamil, maka anemianya

biasanya menjadi lebih berat. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-

kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila

terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis

anemia hemolitik dan beratnya anemia. Obat-obat penambah darah tidak memberi

hasil. Tranfusi darah,


13

kadang dilakukan berulang untuk mengurangi penderitaan ibu dan menghindari

bahaya hipoksia janin.

2.2.3 Patofisiologi Anemia

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau

hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan

bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah

sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah

dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya

dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2017). Secara fisiologis,

pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat

dengan adanya kehamilan. Penyebab anemia pada umumnya adalah karena kurang gizi

(malnutrisi), kurang zat besi dalam diit, malabsorpsi, kehilangan darah banyak seperti

persalinan yang lalu, haid dan lain-lain , penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus,

malaria dan lain- lain. Perubahan fisiologi pada kehamilan terjadi ekspansi volume

plasma relatif lebih besar dibandingkan dengan peningkatan jumlah sel darah

merah.Volume plasma naik sebanyak 40-45%, disproporsi ini paling besar saat trimester

kedua. Pada trimester ketiga, volume plasma menurun dan masa hemoglobin meningkat.

Diperkirakan selama kehamilan volume plasma meningkat tiga kali lebih banyak

dibandingkan peningkatan eritrosit. Anemia pada kehamilan mempengaruhi vaskularisasi

plasenta. Angiogenesis, yang terjadi pada masa awal kehamilan menjadi tidak optimal

(Sari, 2013).
14

Gambar 2.1

Patofisiologi Anemia (Sumber : Rara 2013)


15

2.2.4 Diagnosis

1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dan riwayat medis juga memainkan peran

penting dalam mendiagnosis penyebab anemia.Beberapa fitur penting

dalam sejarah medis meliputi pertanyaan tentang sejarah keluarga, sejarah

pribadi sebelumnya anemia atau kondisi kronis lainnya, obat, warna tinja

dan urin, perdarahan bermasalah, dan pekerjaan serta kebiasaan sosial

(seperti konsumsi alkohol). Saat melakukan pemeriksaan fisik lengkap,

dokter khususnya dapat fokus pada penampilan umum (tanda-tanda

kelelahan, pucat), sakit kuning (kulit dan mata kuning), pucat dari tempat

tidur kuku, limpa membesar (splenomegali) atau hati (hepatomegali),

jantung suara, dan kelenjar getah bening.

2. Tes Laboratorium

Tes laboratorium untuk anemia dapat mencakup sebagai berikut :

a. Hitung darah lengkap (CBC) : Menentukan tingkat keparahan dan jenis

anemia (anemia mikrositik atau kecil ukuran sel darah merah, anemia

normositik atau normal ukuran sel darah merah, atau anemia makrositik

atau berukuran besar sel darah merah). Informasi tentang sel-sel darah

lainnya (sel darah putih dan trombosit) juga dimasukkan dalam laporan

KBK.
16

b. Tes haemoglobin dan feses : Tes darah dalam tinja yang dapat

mendeteksi pendarahan dari perut atau usus (tinja Guaiac pengujian atau

tes darah tersembunyi tinja).

c. Pemeriksaan darah tepi : Tampak pada sel-sel darah merah di bawah

mikroskop untuk menentukan ukuran, bentuk, jumlah, dan warna serta

menilai sel-sel lainnya dalam darah.

d. Kadar besi : Kadar zat besi dapat menunjukkan apakah mungkin terkait

anemia kekurangan zat besi atau tidak. Tes ini biasanya disertai dengan tes

lain yang memperlihatkan kapasitas tubuh dalam penyimpanan zat besi,

seperti kadar transferin dan kadar feritin.

e. Kadar transferrin : Mengevaluasi suatu protein yang membawa zat besi

ke seluruh tubuh.

f. Feritin : Mengevaluasi kadar zat besi total yang tersedia dalam tubuh

g. Asam folat : Vitamin yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah

merah, yang rendah pada orang dengan kebiasaan makan yang buruk.

h. Vitamin B12 : Vitamin yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah

merah, yang rendah pada orang dengan kebiasaan makan yang buruk atau

pada anemia pernisiosa.

i. Bilirubin : Berguna untuk menentukan apakah sel-sel darah merah telah

dihancurkan dalam tubuh yang dapat menjadi anemia hemolitik.


17

k. Elektroforesis Hemoglobin : Kadang-kadang digunakan ketika

seseorang memiliki riwayat keluarga anemia; tes ini memberikan

informasi mengenai anemia sel sabit atau talasemia.

l. Jumlah retikulosit : Pengukuran sel-sel darah merah yang baru

dihasilkan oleh sumsum tulang.

m. Tes fungsi hati : Sebuah tes umum untuk menentukan bagaimana hati

bekerja, yang mungkin memberikan petunjuk untuk penyakit lain yang

mendasari penyebab anemia.

n. Tes fungsi ginjal : Suatu tes yang sangat rutin dan dapat membantu

menentukan apakah ada disfungsi ginjal

o. Biopsi sumsum tulang : Mengevaluasi produksi sel darah merah dan

dapat dilakukan ketika diduga ada masalah sumsum tulang.

3. Pemeriksaan lain Tes-tes lain mungkin dilakukann untuk

mengidentifikasi masalah medis yang dapat menyebabkan anemia. Tes

darah digunakan untuk mendiagnosa beberapa jenis anemia yang dapat

mencakup:darah kadar vitamin B12, asam folat, vitamin dan mineral

lainnya, pemeriksaan sumsum tulang, jumlah darah merah dan kadar

haemoglobin, hitung retikulosit, Kadar Feritin, Kadar Besi (Proverawati,

2011)

2.2.5 Tatalaksana
18

Terapi non medika mentosa yaitu konsumsi makanan yang

mengandung banyak zat besi: hati, daging merah, sayuran hijau. Selain itu

meningkatkan konsumsi enhancer penyerapan besi: buah-buahan dan

sayuran (vitamin c), menghindari atau menghambat penyerapan besi

seperti kopi dan the. Terapi medika mentosa yaitu pemberian preparat besi

oral Ferosulfat, Ferofumarat, atau feroglukonat. Frekuensi pemberian satu

kali sehari dilanjut sampai tiga bulan setelah melahirkan untuk

mengembalikan cadangan besi, apabila obat oral tidak bisa ditoleransi

dapat diberikan secara suntikan atau dapat dilakukan transfusi darah jika

hb <8 gr/dl.

2.2.6 Prognosis

Anemia umumnya memiliki prognosis yang sangat baik mungkin dapat

disembuhkan dalam banyak hal .Prognosis keseluruhan tergantung pada etiologi

anemia, tingkat keparahan dan kesehatan keseluruhan pasien. Anemia yang parah

dapat menyebabkan rendahnya kadar oksigen pada organ vital seperti jantung dan

dapat menyebabkan serangan jantung (Proverawati, 2011).

2.2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Ibu Hamil

1.Umur Ibu

Umur ibu yang ideal dalam kehamilan yaitu pada kelompok umur 20-35

tahun dan pada umur tersebut kurang beresiko komplikasi kehamilan serta

memiliki reproduksi yang sehat. Hal ini terkait dengan 8 kondisi biologis dan

psikologis dari ibu hamil. Sebaliknya pada kelompok umur < 20 tahun beresiko

anemia sebab pada kelompok umur tersebut perkembangan bilogis yaitu

reproduksi belum optimal.


19

Selain itu, kehamilan pada kelompok usia diatas 35 tahun merupakan kehamilan

yang beresiko tinggi. Wanita hamil dengan umur diatas 35 tahun juga akan rentan

anemia. Hal ini menyebabkan daya tahun tubuh mulai menurun dan mudah

terkena berbagai infeksi selama masa kehamilan (Manuaba, 2012). Menurut

Amiruddin (2016), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih

dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang berumur 20 –35

tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan

membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko

mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.

2. Paritas

Paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu, baik

melahirkan yang lahir hidup ataupun lahir mati. Resiko ibu mengalami anemia

dalam kehamilan salah satu penyebabnya adalah ibu yang sering melahirkan dan

pada kehamilan berikutnya ibu kurang memperhatikan asupan nutrisi yang baik

dalam kehamilan. Hal ini disebabkan karena dalam masa kehamilan zat gizi akan

terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandung. Kecenderungan bahwa

semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka

kejadian anemia. (Herlina, 2019).

3. Kurang Energi Kronis (KEK)

41% ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi pada

ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan
20

bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan sebagainya. Pengukuran lingkar

lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang Energi

Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat

digunakan untuk memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan

status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang

mempunyai ukuran LILA <23,5 cm. Deteksi KEK denganukuran LILA yang

rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake makanan

sehari-hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lainnya,

diantaranya besi.

4. Penyakit Infeksi

Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan

tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan

kadar Hb

<10 gr/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah

pula. Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh

akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pasca bedah

atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang,

malaria, TBC) . Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit

menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi

dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat

mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam

kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya

tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan
21

kecacatan. Pada kondisi


22

terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi

lainnya. Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan

bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat

mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus

penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak menderita penyakit, namun Demam

yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan keguguran.

Penyakit menular yang disebabkan virus dapat menimbulkan cacat pada janin

sedangkan penyakit tidak menular dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan

meningkatkan kematian janin 30%. (Bahar, 2016).

5. Jarak kehamilan

Menurut Ammirudin (2017) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu

dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata

jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak.

Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat

untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya.

Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam

kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk

keperluan janin yang dikandungnya.

6. Pendidikan

Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan

kemampuan berpikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi

akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk
23

menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang

berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan ibu hamil yang rendah mempengaruhi

penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang anemia dan faktor-faktor

yang berhubungan dengannya menjadi terbatas, terutama pengetahuan tentang

pentingnya zat besi (Budiono, 2019). Pada beberapa pengamatan menunjukkan

bahwa kebanyakan anemia yang di derita masyarakat adalah karena kekurangan

gizi banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi.

Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan

pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah (Manuaba, 2012). Menurut

penelitian Amirrudin dkk (2017), faktor yang mempengaruhi status anemia adalah

tingkat pendidikan rendah.

7. Frekuensi Antenatal Care

Frekuensi Antenatal Care (ANC) adalah Pelayanan yang diberikan kepada

ibu hamil oleh petugas kesehatan dalam memelihara kehamilannya. Hal ini

bertujuan untuk dapat mengidentifikasi dan mengatahui masalah yang timbul

selama masa kehamilan sehingga kesehatan ibu dan bayi yang dikandung akan

sehat sampai persalinan. Pelayanan Antenatal Care (ANC) dapat dipantau dengan

kunjungan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya. Standar pelayanan

kunjungan ibu hamil paling sedikit 4 kali dengan distribusi 1 kali pada triwulan

pertama (K1), 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga (K4).

Kegiatan yang ada di pelayanan Antenatal Care (ANC) untuk ibu hamil yaitu

petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang informasi kehamilan seperti

informasi gizi selama hamil dan ibu diberi tablet tambah darah secara gratis serta
24

diberikan informasi tablet tambah darah tersebut yang dapat memperkecil

terjadinya anemia selama hamil (Depkes RI, 2014).

8. Kepatuhan Mengonsumsi Tablet Besi

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi

menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan

kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg. Di samping itu, kehamilan

memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan

membentuk sel darah janin dan plasenta. Kebutuhan zatbesi pada wanita hamil

yaitu rata-rata mendekati 900 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg

diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkat

kan massa haemoglobin maternal, kurang lebih 200 mg akan dieksresikan lewat

usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan

sekitar 8–10 mg zat besi (Manuaba, 2012). Kepatuhan ibu hamil dilihat dari ibu

yang mengonsumsi tablet Fe 10 tablet di setiap bulan kehamilannya.

2.3 Kerangka Teori

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Anemia
1. Umur Ibu
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Paritas Anemia dalam Kehamilan
5. Jarak Kehamilan

Gambar 2.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Ibu Hamil
(Manuaba, 2012)
25

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah suatu uraian dan

visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang

lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dari

masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Faktor yang berhubungan dengan


anemia:

1. Usia ibu Anemia pada ibu


2. Pendidikan hamil
3. Pekerjaan
4. Paritas
5. Jarak kehamilan

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
26

3.2 Definisi Operasional


Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel
Alat Skala
No Dependen Definisi Operasional Hasil Ukur
Ukur Ukur

1. Anemia Suatu keadaan penurunan Rekam 1. Ringan, jika Nominal


kadar Hemoglobin dibawah Medis kadar Hb
nilai normal ( Mochtar, 11-9 gr %
2012 ) 2. Berat/

Rendah jika

kadar Hb ˂ 9

gr %
Variabel
Alat Skala
No Independen Definisi Operasional Hasil Ukur
Ukur Ukur

1 Usia Lama waktu hidup dihitung Rekam 1. Beresiko, Nominal


dalam satu tahun sejak lahir Medis jika usia
sampai dilakukan penelitian. ahun dan ˃
( Notoatmodjo, 2015). 35 tahun

2. Tidak

beresiko,

jika usia 20-

35 tahun
27

2 Pendidikan Jenjang pendidikan formal Rekam 1. Rendah, jika Ordinal

yang telah diselesaikan dan Medis pendidikan

mendapat ijazah. tamat SD

(Notoatmodjo, 2015) dan SMP

2. Tinggi, jika

pendidikan

tamat SMA

atau lebih
3 Pekerjaan Aktivitas utama yang Rekam 1. Bekerja, jika Nominal

dilakukan oleh manusia Medis memiliki

yang menghasilkan uang pekerjaan

bagi seseorang ( syarief, 2. Tidak

2015 ) bekerja, jika

tidak

memiliki

pekerjaan
4 Paritas Paritas adalah jumlah anak Data 1. Primipara, Nominal

yang telah dilahirkan oleh Rekam jika

seorang ibu baik lahir hidup Medis kelahiran

maupun mati (Wiknjosastro, anak pertama

2015) 2. Multipara,

jika

kelahiran

anak ≥ 2
28

5 Jarak Jarak kehamilan merupakan Data 1. Beresiko, Nominal

Kehamilan jarak interval antara dua Rekam jika ˂ 2 th

kehamilan yang berurutan Medis 2. Tidak

dari seorang wanita. ( beresiko,

Mochtar, 2012 ) jika ≥ 2 th

3.3 Hipotesis

3.3.1 Ha

1. Ada hubungan antara umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

PMB Bidan H Tahun 2022.

2. Ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil

di PMB Bidan H Tahun 2022.

3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

PMB Bidan H Tahun 2022.

4. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

PMB Bidan H Tahun 2022.

5. Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di PMB Bidan H Tahun 2022.

3.3.2 Ho

1. Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil

di PMB Bidan H Tahun 2022.

2. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di PMB Bidan H Tahun 2022.


29

3. Tidak Ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di PMB Bidan H Tahun 2022.

4. Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil

di PMB Bidan H Tahun 2022.

5. Tidak ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada

ibu hamil di PMB Bidan H Tahun 2022.


30

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

metode analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Data yang di

dapatkan akan di analisa dengan menggunakan cara analisa univariat dan

bivariat yang di uji chisquare dengan menggunakan program SPSS.

4.2 Waktu dan Lokasi Peneltian

Penelitian ini dilakukan di PMB Bidan H pada bulan Mei-Agutus 2022.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo,

2012). Pada penelitian ini populasi diambil dari seluruh ibu hamil yang

mengalami anemia yang tercatat dalam rekam medik di PMB Bidan H

yaitu sebanyak 89 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).

Sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik total sampling yaitu

sampel diambil berdasarkan seluruh jumlah populasi ibu hamil yang

mengalami anemia. Jumlah total sampel sebanyak yaitu 89 ibu hamil.


31

4.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu

dengan melihat rekam medik.

4.5 Tehnik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan komputer meliputi langkah-langkah

sebagai berikut ( Notoatmodjo, 2012:177 ):

a. Editing Data

Melakukan proses pemeriksaan di lapangan sehingga mendapat

data yang akurat untuk pengolahan data yang selanjutnya, Kegiatan yang

di lakukan adalah mengamati dan memeriksa data yang sudah terkumpul

dari rekam medik.

b. Coding Data

Proses Pemberikan kode jawaban yang akan di analisa atau di

masukan dalam pencatatan yang bertujuan menyingkat data yang didapat

dengan jalan pemberian kode-kode tertentu misalnya mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding

atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data ( entry

data ).

c. Entry data atau Processing

Data dari masing-masing responden yang dalam bentuk “ kode ”

dimasukkan ke dalam program atau “ software ” komputer. Salah satu

paket program yang paling sering digunakan untuk “ entry data ”

penelitian adalah paket program SPSS for Windows. Dalam proses ini
32

juga dituntut ketelitian dari orang yang melakukan “ entry data ” ini.

d. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini

disebut dengan pembersihan data ( data cleaning ).

e. Penyajian Data

Setelah dilakukan tabulasi, untuk melihat data secara ringan dan

jelas dapat disajikan melalui tulisan, tabel dan grafik. Pada penelitian ini

penulis menyajikan data dalam bentuk tekstuler dan tabuler.

a) Tekstuler

Penyajian data cara tekstuler adalah penyajian data hasil

penelitian dalam bentuk kalimat

b) Tabuler

Penyajian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

4.6 Analisis data

Analisis data menggunakan alat bantu komputer dan langkah-langkah

analisis yang dilakukan antara lain :

1. Analisis Univariat

Variabel-variabel yang ada dianalisa secara deskriptif

dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi untuk

mengetahui karakteristik dari subjek penelitian. Hasilnya disajikan


33

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi. Analisis

Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi dari masing-

masing variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2015)

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang menghubungkan

antara satu variabel independent dengan variabel dependen.

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan

antara variabel independen dan variabel dependen. Pada penelitian

ini analisis dilakukan untuk melihat hubungan dua kelompok

variabel, variabel dependen yaitu anemia pada ibu hamil dan

variabel independent yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, paritas,

jarak kehamilan, status gizi, frekuensi ANC pada ibu hamil yang

mengalami anemia.

Analisis ini dilakukan dengan uji statistik Chi Square,

untuk melihat hubungan dua variabel pada tingkat kepercayaan

95% (α = 0,05) dan batas kemaknaan 0,05. Data diolah dengan

SPSS versi 16,0. Apabila nilai p kurang dari 0,05, maka hasilnya

bermakna secara statistik atau terdapat hubungan (Ho ditolak dan

Ha diterima), sedangkan bila nilai p lebih dari 0,05, maka hasilnya

tidak bermakna secara statistik atau tidak terdapat hubungan (Ho

diterima da Ha ditolak) (Notoatmodjo, 2015).

Adapun rumus Kai – Kuadrat (Chi-Square) :

X2 = ∑ (O – E)2
E

X2 = N (ad – bc)

(a+b) (b+d) (a+b)(c+d)


34

Keterangan :

O : Nilai Observasi

E : Nilai ekspektasi atau harapan

X2 : Nilai Chi-Square

.
34

BAB V

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN DAN

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Berdasarkan kondisi eksisting Jumlah Penduduk Kabupaten OKU TIMUR

tercatat 634.700 jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan di

Kecamatan Buay Madang Timur yakni 55.617 jiwa, sedangkan jumlah

penduduk terendah berada di Kecamatan Buay Pemuka Bangsa Raja dengan

jumlah penduduk 11.502 jiwa saja dengan tingkat kepadatan 186 km².

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Oku Timur


Luas Daerah
Jumlah Kepadatan
No Kecamatan
Penduduk (Jiwa/Km²)
(Km²)

1 Martapura 50.095 102,16 261

2 Bunga Mayang 16.481 113,54 85

3 Jaya Pura 12.103 230,17 76

4 Buay Pemuka Peliung 32.793 154,13 196

5 Buay Madang 37.133 114,36 460

6 Buay Madang Timur 55.617 156,25 390

7 Buay Pemuka Bangsa Raja 11.502 192,95 111

8 Madang Suku II 29.679 129,34 122

9 Madang Suku III 24.630 195,32 147

10 Madang Suku I 35.395 211,25 154


35

Luas Daerah
Jumlah Kepadatan
No Kecamatan
Penduduk (Jiwa/Km²)
(Km²)

11 Belitang Madang Raya 42.491 163,59 617

12 Belitang I 52.557 354,50 283

13 Belitang Jaya 18.942 91,97 152

14 Belitang III 34.284 153,87 313

15 Belitang II 41.357 153,59 722

16 Belitang Mulya 20.659 45,97 156

17 Semendawai Suku III 38.335 297,77 176

18 Semendawai Timur 34.021 183,27 245

19 Cempaka 26.288 101,00 89

20 Semendawai Barat 20.338 225,00 51

JUMLAH 634.700 186

5.2 Analisa Univariat

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

PMB Bidan H Tahun 2022

No. Anemia Frekuensi Persentase

1 Ringan 32 36

2 Berat 57 64

Jumlah 89 100
36

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa distribusi frekuensi

kejadian Anemia pada Ibu Hamil PMB Bidan H Tahun 2022 dari 89

responden didapat distribusi paling tinggi pada ibu yang mengalami

anemia berat yaitu sebanyak 57 (64,0%) responden, sedangkan pada ibu

yang mengalami anemia ringan yaitu sebanyak 32 (36,0%) responden.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Berdasarkan

Usia PMB Bidan H Tahun 2022

No. Usia Frekuensi Persentase

1 Tidak Beresiko 39 43,8

2 Beresiko 50 56,2

Jumlah 89 100

Berdasarkan table 5.3 diatas diketahui bahwa distribusi frekuensi

Kejadian anemia pada Ibu Hamil berdasarkan usia di PMB Bidan H Tahun

2022 dari 89 responden didapat distribusi paling tinggi pada kelompok

beresiko yaitu sebanyak 50 responden (56,2%), sedangkan distribusi

paling rendah pada kelompok tidak beresiko sebanyak 39 (43,8%)

responden.
37

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Berdasarkan

Pendidikan PMB Bidan H Tahun 2022

No. Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Tinggi 43 48,3

2 Rendah 46 51,7

Jumlah 89 100

Berdasarkan tabel diatas 5.4 diketahui bahwa distribusi frekuensi

Kejadian anemia Pada Ibu Hamil berdasarkan pendidikan PMB Bidan H

Tahun 2022 dari 89 responden didapat distribusi paling tinggi pada

kelompok rendah yaitu sebanyak 46 (51,7%) responden, sedangkan

distribusi paling rendah pada kelompok tinggi sebanyak 43 (48,3%)

responden.

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Berdasarkan

Pekerjaan PMB Bidan H Tahun 2022

No. Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 Bekerja 37 38,2

2 Tidak Bekerja 52 61,8

Jumlah 89 100
38

Berdasarkan table 5.5 diatas diketahui bahwa distribusi frekuensi

Kejadian anemia Pada Ibu Hamil berdasarkan Pekerjaan PMB Bidan H

Tahun 2022 dari 89 responden didapat distribusi paling tinggi pada

kelompok tidak bekerja yaitu sebanyak 52 (58,4%) responden, sedangkan

distribusi paling rendah pada kelompok bekerja yaitu sebanyak 37 (41,6%)

responden.

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Berdasarkan

Paritas PMB Bidan H Tahun 2022

No. Paritas Frekuensi Persentase

1 Primipara 32 36

2 Multipara 57 64

Jumlah 89 100

Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa distribusi frekuensi

Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil berdasarkan Paritas PMB Bidan H

Tahun 2022 dari 89 responden didapat distribusi paling tinggi pada

kelompok multipara yaitu sebanyak 55 (61,8%) responden, sedangkan

distribusi paling rendah pada kelompok primipara yaitu sebanyak 34

(45,6%) responden.

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Berdasarkan

Jarak Kehamilan PMB Bidan H Tahun 2022


39

Jarak
No. Frekuensi Persentase
Kehamilan

1 Tidak Beresiko 35 39,3

2 Beresiko 54 60,7

Jumlah 89 100

Berdasarkan table 5.7 diatas diketahui bahwa distribusi frekuensi

Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil berdasarkan jarak kehamilan PMB

Bidan H Tahun 2022 dari 89 responden didapat distribusi paling tinggi

pada kelompok beresiko yaitu sebanyak 54 (60,7%) responden, sedangkan

distribusi paling rendah pada kelompok Tidak Beresiko yaitu sebanyak 35

(38,6%) responden.

5.3 Analisa Bivariat

Tabel 5.8
Hasil Analisa Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Anemia

PMB Bidan H Tahun 2022

Anemia
Total
Usia Ibu Ringan Berat P
No
Hamil Value OR (95 %

N % N % N % CI)

Tidak
1 19 21,3 20 22,5 39 43,8
Beresiko 0,044 2,704

2 Beresiko 13 14,6 37 41,6 50 56,2

Total 32 36,0 57 64,0 89 100


40

Pada tabel 5.8 di atas hasil analisa hubungan antara kejadian anemia

dengan umur ibu diperoleh bahwa responden dengan usia beresiko sebanyak

50 responden, yang mengalami anemia berat sebanyak 37 (41,3%) responden

dan yang mengalami anemia ringan sebanyak 13 (14,6) responden. Sedangkan

pada usia tidak beresiko sebanyak 39 responden, didapati responden

mengalami anemia berat sebanyak 20 ( 22,5% ) responden dan yang

mengalami anemia ringan sebanyak 19 (21,3%) responden.

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P value yaitu 0,044< dari

= 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang

signifikan antara usia ibu dengan kejadian Anemia pada ibu hamil PMB Bidan

H Tahun 2022. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR ( 95% CI ) = 2,704,

artinya usia resiko mempunyai peluang 2,704 kali untuk terjadi anemia berat

dibandingkan dengan usia tidak beresiko.


41

Tabel 5.9
Hasil Analisa Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Anemia

PMB Bidan H Tahun 2022

Anemia

P
Pendidikan Berat Ringan Total
No. Value OR (95
Ibu Hamil
N % CI)
N %
N % N % %

1 Rendah 21 23,6 22 24,7 43 48,3

2 Tinggi 11 12,4 35 39,3 46 51,7 0,017 3,307

Total 32 36 57 64 89 100

Pada tabel 5.9 di atas hasil analisa hubungan antara kejadian anemia

dengan pendidikan ibu diperoleh bahwa responden dengan pendidikan rendah

sebanyak 46 responden, didapatkan responden yang mengalami anemia berat

sebanyak 35 (39,3%) dan responden yang mengalami anemia ringan sebanyak

11 (12,4%). Sedangkan pada responden dengan pengetahuan tinggi didapatkan

sebanyak 43 (48,3%) responden, terdapat responden yang mengalami anemia

berat sebanyak 22 (24,7%) responden dan responden yang mengalami anemia

ringan sebanyak 21 (23,6%) responden.

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P value yaitu 0,017< dari

= 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
42

PMB Bidan H Tahun 2022. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR ( 95%

CI ) = 3,307, artinya responden dengan pendidikan rendah mempunyai

peluang 3,307 kali untuk terjadi anemia berat dibandingkan dengan usia tidak

beresiko.

Tabel 5.10
Hasil Analisa Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Anemia

PMB Bidan H Tahun 2022

Anemia

Ringan Berat Total


Pekerjaan Ibu P OR (95
No
Hamil Value % CI)

N % N % N %

1 Bekerja 20 22,5 17 19,1 37 41,6

2 Tidak bekerja 12 13,5 40 44,9 52 58,4 0,004 3.922

Total 32 36,0 57 64,0 89 100

Pada tabel 5.9 diatas hasil analisa hubungan antara kejadian anemia

dengan pekerjaan ibu diperoleh bahwa responden yang tidak memiliki

pekerjaan sebanyak 52 (58,4%) responden, didapatkan responden yang

mengalami anemia berat sebanyak 40 (44,9%) dan responden yang mengalami

anemia ringan sebanyak 12 (13,5%). Sedangkan pada responden yang

memiliki pekerjaan didapatkan sebanyak 37 (41,6%) responden, terdapat


43

responden yang mengalami anemia berat sebanyak 17 (19,1%) responden dan

responden yang mengalami anemia ringan sebanyak 20 (22,5%) responden.

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P value yaitu 0,004< dari

= 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang

signifikan antara pekerjaan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

PMB Bidan H Tahun 2022. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR ( 95%

CI ) = 3,922, artinya responden yang tidak memiliki pekerjaan mempunyai

peluang 3,922 kali untuk terjadi anemia berat dibandingkan dengan yang

memiliki pekerjaan.

Tabel 5.11
Hasil Analisa Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Anemia

PMB Bidan H Tahun 2022

Anemia

No. Paritas Berat Ringan Total P OR (95


Value
% CI)
N % N % N %

1 Primigravida 20 22,5 14 15,7 34 38,2

2 Multigravida 12 13,5 43 48,3 55 61,8 0,001 5,119

Total 32 36,0 57 64,0 89 100

Pada tabel 5.11 diatas hasil analisa hubungan antara kejadian anemia

dengan paritas ibu diperoleh bahwa responden dengan multigravida sebanyak

55 (61,8%) responden, didapatkan responden yang mengalami anemia berat


44

sebanyak 43 (48,3%) dan responden yang mengalami anemia ringan sebanyak

12 (13,5%). Sedangkan pada responden dengan primigravida didapatkan

sebanyak 34 (38,2%) responden, terdapat responden yang mengalami anemia

berat sebanyak 14 (15,7%) responden dan responden yang mengalami anemia

ringan sebanyak 20 (22,5%) responden.

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P value yaitu 0,001< dari

= 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang

signifikan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil di PMB

Bidan H Tahun 2022. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR ( 95% CI ) =

5,119, artinya responden dengan multigravida mempunyai peluang 5,119 kali

untuk terjadi anemia berat dibandingkan responden dengan primigravida.

Tabel 5.12
Hasil Analisa Hubungan Jarak Kehamilan Ibu dengan Kejadian Anemia PMB

Bidan H Tahun 2022

Anemia
Total
Jarak Berat Ringan P
No
Kehamilan Value OR (95

N % N % N % % CI)

1 Tidak Beresiko 18 20,2 17 19,1 35 39,3

2 Beresiko 14 14,7 40 44,9 54 60,7 0,023 3,025

Total 32 36,0 57 64,0 89 100


45

Pada tabel 5.12 diatas hasil analisa hubungan antara kejadian anemia

dengan jarak kehamilan ibu diperoleh bahwa responden dengan jarak

kehamilan yang beresiko sebanyak 54 (60,7%) responden, didapatkan

responden yang mengalami anemia berat sebanyak 40 (44,9%) dan responden

yang mengalami anemia ringan sebanyak 14 (15,7%). Sedangkan pada

responden dengan jarak kehamilan yang tidak beresiko didapatkan sebanyak

35 (39,3%) responden, terdapat responden yang mengalami anemia berat

sebanyak 17 (19,1%) responden dan responden yang mengalami anemia

ringan sebanyak 18 (20,2%) responden.

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P value yaitu 0,023< dari

= 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang

signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

PMB Bidan H Tahun 2022. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR ( 95%

CI ) = 3,025, artinya responden dengan jarak kehamilan yang beresiko

mempunyai peluang 3,025 kali untuk terjadi anemia berat dibandingkan

responden dengan jarak kehamilan tidak beresiko.


46

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Mengingat penelitian ini merupakan penelitian permulaan bagi peneliti, maka

kemungkinan didapatkan adanya kelemahan penelitian seperti:

1. Penelitian hanya mencakup satu PMB, maka hasil penelitian ini belum tentu

dapat digeneralisasikan pada PMB Bidan lainnya.

2. Pilihan variable terbatas pada variabel yang telah ada, dengan demikian

variable penelitian disesuaikan dengan data yang ada.

6.2 Pembahasan Penelitian

6.2.1 Gambaran Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di PMB Bidan H Tahun

2022

Anemia kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb)

dalam darahnya kurang dari 12 gr%. Anemia adalah kondisi dimana Anemia

dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11

gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr%

pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak

hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2017).


47

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi kejadian Anemia

pada Ibu Hamil di PMB Bidan H di Kabupaten OKU TIMUR Kecamatan

Buay Madang Timur periode Juli 2021-Juli 2022 dari 89 responden didapat

distribusi paling tinggi pada ibu yang mengalami anemia ringan (Hb 9 – 11

gr

%) yaitu sebanyak 32 (36%) responden, sedangkan pada ibu yang mengalami

anemia berat (Hb < 9 gr %) yaitu sebanyak 57 (64%) responden.

Proses fisiologi yang terjadi pada anemia dalam kehamilan terjadi

karena ekspansi volume plasma relatif lebih besar dibandingkan dengan

peningkatan jumlah sel darah merah.Volume plasma naik sebanyak 40-45%,

disproporsi ini paling besar saat trimester kedua. Pada trimester ketiga,

volume plasma menurun dan masa hemoglobin meningkat. Diperkirakan

selama kehamilan volume plasma meningkat tiga kali lebih banyak

dibandingkan peningkatan eritrosit. Anemia pada kehamilan mempengaruhi

vaskularisasi plasenta. Angiogenesis, yang terjadi pada masa awal kehamilan

menjadi tidak optimal (Sari, 2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitti

Asyirah (2012) di Puskesmas Bajeng Tahun 2012 didapatkan hasil bahwa

kejadian anemia pada ibu hamil berjumlah 57 (61,9% responden dari 92

responden.

Menurut peneliti kejadian anemia yang terjadi pada ibu hamil bisa di

cegah dengan cara menganjurkan ibu hamil untuk rutin memeriksakan

kehamilannya minimal 4 kali kunjungan dengan maksud agar apabila sudah


48

terdeteksi anemia akan segera diberikan tablet penambah darah sesuai yang

di butuhkan. Kemudian ibu hamil disarankan untuk mengecek kadar Hb pada

saat usia kehamilan muda dan usia kehamilan tua. Program pencegahan dan

penanganan anemia telah dilakukan yaitu program pemberian 90 tablet Fe

untuk ibu hamil dan program konsultasi gizi untuk ibu hamil anemia yang

meliputi konsultasi nutrisi ibu dan cara minum tablet Fe yang benar. Selain

itu, ibu hamil anemia juga diberikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan)

yaitu berupa biskuit ibu hamil yang diedarkan oleh Kemenkes. Penanganan

ibu hamil yang tergolong anemia berat (kadar Hb < 7 gr%) dilakukan rujukan

ke rumah sakit.

6.2.2 Hubungan Usia dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Hasil analisa hubungan antara kejadian anemia dengan umur ibu diperoleh

bahwa responden dengan usia beresiko sebanyak 50 responden, yang

mengalami anemia berat sebanyak 37 (41,3%) responden dan yang

mengalami anemia ringan sebanyak 13 (14,6) responden. Sedangkan pada

usia tidak beresiko sebanyak 39 responden, didapati responden mengalami

anemia berat sebanyak 20 ( 22,5% ) responden dan yang mengalami anemia

ringan sebanyak 19 (21,3%) responden.

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P value yaitu 0,044< dari =

0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang

signifikan antara usia ibu dengan kejadian Anemia pada ibu hamil PMB

Bidan H Tahun 2022. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR ( 95% CI ) =

2,704,
49

artinya usia beresiko mempunyai peluang 2,704 kali untuk terjadi anemia

berat dibandingkan dengan usia tidak beresiko.

Anemia pada kehamilan berhubungan signifikan dengan umur ibu hamil.

Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil akan

berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Kurangnya pemenuhan

zat-zat gizi selama hamil terutama pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih

dari 35 tahun akan meningkatkan resiko terjadinya anemia.Kehamilan pada

usia

<20 tahun dan > 35 tahun berisiko mengalami anemia. Ini terjadi karena pada

kehamilan di usia < 20 tahun, secara biologis, emosi manusia belum optimal

dan cenderung labil serta mentalnya belum matang. Hal tersebut berakibat

pada kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi selama

kehamilannya. Pada umur < 20 tahun, kondisi tubuh wanita belum siap untuk

menerima kehamilan karena masih dalam pertumbuhan. Oleh karena itu, zat

gizi masih dibutuhkan ibu hamil untuk pertumbuhannya dan gizi untuk

kehamilannya sendiri menjadi berkurang sehingga rentan terjadi anemia.

Umur ibu hamil >35 tahun juga terkait dengan kemunduran dan penurunan

daya tahan tubuh serta kondisi organ biologis ibu hamil mengalami penurunan

yang membuat produksi hemoglobin menjadi berkurang sehingga rentan

terjadi anemia. (Prawiharjo, 2012)

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitain (Ridwan 2014) mengenai

analisis hubungan umur ibu dengan kejadian anemia dan responden yang

paling banyak menderita anemia adalah responden dengan umur <20 dan >35

tahun sebanyak 20 orang ( 74,1% ) dan pada umur 20-35 tahun sebanyak 51

orang (
50

50.5% ) yang menderita anemia. Berdasarkan hasil uji statistic Chi-Square ( X²

) dapat dilihat bahwa nilai α=0,000 ( X²=12,206 ). Hal ini dapat dikatakan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian anemia.

6.2.3 Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Hasil analisa hubungan antara kejadian anemia dengan pendidikan ibu

hamil pada penelitian ini diperoleh bahwa responden dengan pendidikan

rendah sebanyak 46 responden, didapatkan responden yang mengalami

anemia berat sebanyak 35 (39,3%) dan responden yang mengalami anemia

ringan sebanyak 11 (12,4%). Sedangkan pada responden dengan

pengetahuan tinggi didapatkan sebanyak 43 (48,3%) responden, terdapat

responden yang mengalami anemia berat sebanyak 22 (24,7%) responden

dan responden yang mengalami anemia ringan sebanyak 21 (23,6%)

responden.

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P value yaitu 0,017< dari

= 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

PMB Bidan H Tahun 2022. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR ( 95%

CI ) = 3,307, artinya responden dengan pendidikan rendah mempunyai

peluang 3,307 kali untuk terjadi anemia berat dibandingkan dengan usia

tidak beresiko.
51

Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh terhadap

peningkatan kemapuan berpikir. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi

akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka

untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu

yang berpendidikan rendah. Pendidikan formal yang dimiliki seseorang akan

memberikan wawasan kepada orang tersebut terhadap fenomena lingkungan

yang terjadi, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin luas

wawasan berpikir sehingga keputusan yang akan diambil akan lebih realistis

dan rasional. Dalam konteks kesehatan tentunya jika pendidikan seseorang

cukup baik, gejala penyakit akan lebih dini dikenali dan mendorong orang

tersebut untuk mencari upaya yang bersifat preventif. (Notoadmodjo,2013)

Dari tinjaun teori tersebut, diketahui bahwa tingkat pendidikan

berperan penting bagi seseorang untuk kehidupannya. Ibu hamil yang

memiliki tingkat pendidikan dasar yaitu pendidikan yang ditempuh ≤ 9 tahun

cenderung kurang dalam menjaga kesehatannya terutama dalam memenuhi

nutrisinya selama hamil. Oleh karena itu, ibu hamil dengan tingkat

pendidikan dasar lebih berisiko mengalami anemia.

Penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sihombing

(2018) menunjukan analisis uji Chi Square antara hubungan tingkat

pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil memperlihatkan bahwa

prevalensi kejadian anemia pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan

rendah mencapai 90,3% dibandingkan pada ibu yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi hanya 9,7%. Hasil uji Chi Square didapatkan nilai ρ =

0,001.
52

Menurut peneliti tingkat pengetahuan anemia pada ibu hamil

mempengaruhi sikap dan perilaku mereka dalam pemilihan makanan yang

kemudian akan berpengaruh pada keadaan individu yang bersangkutan.

Banyaknya masalah anemia yang muncul dipengaruhi karena keterbatasan

pengetahuan keluarga khususnya ibu hamil tentang gizi yang baik.

6.2.4 Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Hasil analisa hubungan antara kejadian anemia dengan pekerjaan ibu

diperoleh bahwa responden yang tidak memiliki pekerjaan sebanyak 52 (58,4%)

responden, didapatkan responden yang mengalami anemia berat sebanyak 40

(44,9%) dan responden yang mengalami anemia ringan sebanyak 12 (13,5%).

Sedangkan pada responden yang memiliki pekerjaan didapatkan sebanyak 37

(41,6%) responden, terdapat responden yang mengalami anemia berat sebanyak

17 (19,1%) responden dan responden yang mengalami anemia ringan sebanyak

20 (22,5%) responden.

Hasil uji statistik Chi-square pada penelitian ini diperoleh nilai P value yaitu

0,004< dari = 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan

yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

PMB Bidan H Tahun 2022. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR ( 95% CI )

= 3,922, artinya responden yang tidak memiliki pekerjaan mempunyai peluang

3,922 kali untuk terjadi anemia berat dibandingkan dengan yang memiliki

pekerjaan.
53

Hal ini sesuai dengan teori menurut Mac DonalYc, 2017 yang menyatakan

bahwa Pekerjaan dapat mempengaruhi terjadinya anemia dimana dalam

memenuhi kebutuhan keluarga terutama kebutuhan sehari-hari akan gizi ibu,

sehingga ibu yang malnutrisi dapat menyebabkan anemia. Penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian Tri Wahyuni (2018), dalam penelitian tersebut

didapatkan bahwa hubungan pekerjaan dengan angka kejadian anemia terbanyak

pada Ibu yang tidak bekerja sebanyak 52 ( 80,36% ). Dari hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa ibu yang mengalami anemia banyak terjadi pada ibu yang

tidak bekerja.

Menurut peneliti pekerjaan sangat mempengaruhi anemia dikarenakan

berhubungan dengan pendapat yang diperoleh sehingga menentukan status gizi

dalam pemilihan makanan ibu hamil.

6.2.5 Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Paritas adalah faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin

selama kehamilan maupun melahirkan. Merupakan salah satu faktor yang

diasumsikan mempunyai hubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Jumlah paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu dalam

kadaan hidup maupun lahir mati. (Wiknjosastro, 2011)

Hasil analisa hubungan antara kejadian anemia dengan paritas ibu

diperoleh bahwa responden dengan multigravida sebanyak 55 (61,8%)

responden, didapatkan responden yang mengalami anemia berat sebanyak 43

(48,3%) dan responden yang mengalami anemia ringan sebanyak 12 (13,5%).

Sedangkan pada responden dengan primigravida didapatkan sebanyak 34


54

(38,2%) responden, terdapat responden yang mengalami anemia berat

sebanyak 14 (15,7%) responden dan responden yang mengalami anemia

ringan sebanyak 20 (22,5%) responden.

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P value yaitu 0,001< dari

= 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang

signifikan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil di PMB

Bidan H Tahun 2022. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR ( 95% CI ) =

5,119, artinya responden dengan multigravida mempunyai peluang 5,119 kali

untuk terjadi anemia berat dibandingkan responden dengan primigravida.

Penelitian oleh Abriha et al (2014) menunjukkan bahwa ibu dengan

paritas dua atau lebih, berisiko 2.3 kali lebih besar mengalami anemia

daripada ibu dengan paritas kurang dari dua. Hal ini dapat dijelaskan karena

wanita yang memiliki paritas tinggi umumnya dapat meningkatkan kerentanan

untuk perdarahan dan deplesi gizi ibu. Dibandingkan dengan keadaan tidak

hamil, setiap kehamilan meningkatkan risiko perdarahan sebelum, selama, dan

setelah melahirkan. Paritas yang lebih tinggi memperparah risiko perdarahan.

Di sisi lain, seorang wanita dengan paritas tinggi memiliki ukuran jumlah

anak yang besar yang berarti tingginya tingkat berbagi makanan yang tersedia

dan sumber daya keluarga lainnya dapat mengganggu asupan makanan wanita

hamil.

Dari tinjauan teori tersebut dapat dijelaskan bahwa anemia memiliki

risiko yang lebih besar pada ibu yang memiliki paritas tinggi. Hal tersebut

disebabkan karena ibu dengan paritas tinggi dapat meningkat risiko untuk
55

terjadinya perdarahan. Selain itu, jumlah anak yang tinggi mengakibatkan

tingkat berbagi makanan dan sumber daya keluarga lainnya yang dapat

mengganggu asupan makanan harian ibu hamil, sehingga ibu mengalami

deplesi gizi dan rentan terjadi anemia.

Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Abriha et al (2014) yang menyatakan bahwa paritas berhubungan secara

statistik dengan kejadian anemia pada ibu hamil (AOR 2.3 95% CI (1.4,3.8)).

(18)

Penelitian oleh Derso et al (2017) juga menyebutkan bahwa paritas merupakan

faktor independen anemia pada ibu hamil. Ibu yang memiliki paritas lima atau

lebih 4.20 kali lebih berisiko anemia daripada ibu yang mempunyai paritas

kurang dari dua. Hal tersebut disebabkan karena ibu dengan paritas tinggi

dapat lebih rentan untuk mengalami perdarahan dan terdapat sindrom deplesi

nutrisi.

Menurut peneliti paritas berperan penting dengan terjadinya anemia.

Semakin sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin

banyak kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis. Jika persediaan zat

besi minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan zat besi

tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.

6.2.6 Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu

Hamil Jarak kehamilan merupakan rentan waktu antara kehamilan anak

sekarang dengan kehamilan anak sebelumnya. Jarak kehamilan kurang dari 2


56

tahun tergolong resiko tinggi karena dapat menimbulkan komplikasi pada

persalinan. ( Depkes, 2018 )

Hasil analisa hubungan antara kejadian anemia dengan jarak

kehamilan ibu diperoleh bahwa responden dengan jarak kehamilan yang

beresiko sebanyak 54 (60,7%) responden, didapatkan responden yang

mengalami anemia berat sebanyak 40 (44,9%) dan responden yang

mengalami anemia ringan sebanyak 14 (15,7%). Sedangkan pada responden

dengan jarak kehamilan yang tidak beresiko didapatkan sebanyak 35

(39,3%) responden, terdapat responden yang mengalami anemia berat

sebanyak 17 (19,1%) responden dan responden yang mengalami anemia

ringan sebanyak 18 (20,2%) responden.

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P value yaitu 0,023< dari

= 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang

signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

PMB Bidan H Tahun 2022. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR ( 95%

CI ) = 3,025, artinya responden dengan jarak kehamilan yang beresiko

mempunyai peluang 3,025 kali untuk terjadi anemia berat dibandingkan

responden dengan jarak kehamilan tidak beresiko.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Menurut Wahyudin (2018),

yang menyatakan bahwa Jarak kelahiran terlalu dekat dapat menyebabkan

terjadi anemia. Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya

anemia pada wanita hamil adalah jarak kehamilan pendek. Jarak kehamilan

yang terlalu
57

dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia karena kondisi ibu masih belum

pulih dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi belum optimal, sudah harus

memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandungnya.

Menurut peneliti status gizi sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh jarak

kelahiran jika yang dikandung bukan anak pertama, karena pada saat

kehamilan cadangan zat besi yang ada di dalam tubuh akan terkuras untuk

memenuhi kebutuhan zat besi selama kehamilan terutama pada kehamilan

dengan kondisi kekurangan zat besi. Dan pada saat persalinan wanita juga

kehilangan banyak zat besi melalui perdarahan. Dibutuhkan waktu untuk

memulihkannya di dalam tubuh dan waktu yang baik untuk memulihkan

kondisi fisiologis minimal 2 tahun.


58

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia

pada Ibu Hamil di PMB Bd. H Tahun 2021-2022, di dapatkan kesimpulan :

1. Distribusi ibu hamil dengan anemia ringan sebanyak 32 orang (36%) dan ibu

hamil dengan anemia berat sebanyak 57 orang (64%).

2. Distribusi frekuensi anemia pada usia ibu yang beresiko sebanyak 39 (43,8%),

sedangkan frekuensi anemia pada usia ibu yang tidak beresiko sebanyak 50

(56,2%).

3. Distribusi frekuensi anemia pada ibu yang mempunyai pendidikan tinggi

sebanyak 43 (48,3%) dan frekuensi anemia pada ibu berpendidikan rendah

sebanyak 46 (51,7%).

4. Distribusi frekuensi anemia pada ibu yeng bekerja sebanyak 37 (38,2%) dan

frekuensi anemia pada ibu yang tidak bekerja sebanyak 52 (61,8%).

5. Distribusi frekuensi anemia pada primipara sebanyak 32 (36%) dan frekuensi

anemia pada multipara sebanyak 57 (64%).

6. Distribusi frekuensi anemia pada ibu hamil dengan jarak beresiko sebanyak 54

(60,7%) dan frekuensi anemia pada ibu hamil dengan jarak tidak beresiko

sebanyak 35 (39,3%).

7. Ada hubungan antara anemia dengan usia ibu hamil dengan P Value 0,044

(p<0.05) dan OR = 2,704 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan usia beresiko

mempunyai peluang 2,704 kali untuk terjadi anemia berat dibandingkan dengan

usia tidak beresiko.


59

8. Ada hubungan antara pendidikan dengan anemia pada kehamilan yaitu P Value

0,017 (p<0,005) dan OR = 3,307 artinya responden dengan pendidikan rendah

mempunyai peluang 3,307 kali untuk terjadi anemia berat dibandingkan dengan

usia tidak beresiko.

9. Ada hubungan antara pekerjaan dengan anemia pada kehamilan yaitu nilai p

value 0,004(p < 0,05). Dari analisis juga diperoleh nilai OR (Odds Ratio) =

3,922 artinya artinya responden yang tidak memiliki pekerjaan mempunyai

peluang 3,922 kali untuk terjadi anemia berat dibandingkan dengan yang

memiliki pekerjaan.

10. Ada hubungan antara paritas dengan anemia pada kehamilan yaitu P Value

0,001 (p<0,005) dan OR = 5,119 artinya responden dengan multigravida

mempunyai peluang 5,119 kali untuk terjadi anemia berat dibandingkan

responden dengan primigravida.

11. Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan anemia pada kehamilan yaitu P

Value 0,023 (p<0,005) dan OR = 3,025 artinya responden dengan jarak

kehamilan yang beresiko mempunyai peluang 3,025 kali untuk terjadi anemia

berat dibandingkan responden dengan jarak kehamilan tidak beresiko.

7.2 Saran

Bagi Peneliti

1. Meningkatkan kompetensi serta pengalaman dalam melaksanakan

penelitian ilmiah.

2. Sebagai sarana aplikasi ilmu pengetahuan dalam menentukan suatu

permasalahan serta merumuskan permasalahan tersebut dilingkungan

masyarakat
60
Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa kebidanan untuk mengurangi

kejadian anemia pada ibu hamil salah satunya dengan meningkatkan program

ANC pada ibu hamil sebagai sarana mendeteksi kejadian anemia. Selain itu

juga meningkatkan program pemerintah dengan mengkonsumsi tablet Fe

selama kehamilan

Bagi STIKES BPI

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Pertiwi Indonesia (STIKES BPI)

diharapkan dapat membekali mahasiswa dengan bimbingan tentang dampak

yang di akibatkan anemia pada kehamilan bagi ibu dan janin

Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya kepada ibu hamil

akan pentingnya konsumsi tablet Fe dan ANC yang teratur elama kehamilan dalam upaya

mencegah terjadinya anemia selama masa kehamilan


61

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. 2012. Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012.
Jakarta. Badan Pusat Statistik Indonesia.
2. Fitriasari, Indah. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia
pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Tegalrejo Tahun 2016. Skripsi.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
3. Hotmauli dan Ninik Niawati. 2019. Karakteristik Ibu Hamil dan Keteraturan
Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) terhadap Kejadian Anemia di Kampung Buana
Makmur Kecamatan Dayun Kabupaten Siak. Journal Of Midwifery Science, 3(2):
102-111.
4. WHO. 2004. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia. available
at: http://who.int/.
5. Setiawan, Anggi. 2013. Artikel Penelitian Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu
Hamil Trimester III Dengan Berat Bayi Lahir di Kota Pariaman. 2(1), pp. 34–37.
6. Mochtar, Rustam. 2013. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC
7. Aulia. 2012. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian BBLR di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Tahun 2012. Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
8. Arimurti, I. S. and Malasari (2018) ‘Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan
9. Anemia Di Rumah Sakit An-Nisa Kota Tangerang’, Edudharma, 2(2), p. 58.
10. Auliana, U., Iskari, N. and Tiurma, H. (2016) Hubungan Usia, Tingkat
Pendidikan, Status Ekonomi, Pekerjaan, Dan Asupan Zat Gizi Makro Dengan
Status Gizi Ibu Hamil Di Provinsi Papua Dan Papua Barat.
11. Kementerian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta
: Kementerian Kesehatan RI.
12. Kementerian Kesehatan RI. 2020. Arah dan Kebijakan Rencana Aksi Program
Kesehatan Masyarakat Tahun 2020-2024 (Rakernas). Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
13. Mariza, Ana. 2016. Hubungan Pendidikan dan Sosial Ekonomi dengan Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil di BPS T Yohan Way Halim Bandar Lampung Tahun
2015. Jurnal Kesehatan Holistik, 10(1): 5-8.
62

14. Minarsih, Fransisca Nani Natalia. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Moramo Tahun 2018.
KTI. Poltekkes Kemenkes Kendari.
15. Normayanti. 2019. Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
16. Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
17. Aminin, Fidyah, Atika Wulandari, dan Ria Pratidina Lestari. 2014. Pengaruh
Kekurangan Energi Kronis (Kek) dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil.
Jurnal Kesehatan, 5(2): 167-172.
18. Astriana, Willy. 2017. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan
Usia. Aisyah. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2): 123-130.
19. Baharutan, Handri, Supit Siantan, dan J.J.V Rampengan. 2016. Gambaran Kadar
Hemoglobin pada Ibu Hamil di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota
Manado. Jurnal e-Biomedik, 4(1).
20. Bunyanis, Fitriana. 2016. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil dalam
Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe). Jurnal Ilmiah Kesehatan Iqra, 4(2): 61-67.

Anda mungkin juga menyukai