Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sampah

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan

organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan

harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi

investasi pembangunan (SNI 19-3964-1994 tahun 1994). Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia “Sampah adalah barang/benda yang

dibuang karena tidak terpakai lagi”. Sedangkan menurut Sonny, “Akibat

kemajuan industri dan perubahan gaya hidup manusia modern,

manusia memproduksi banyak sekali sampah, termasuk karena

manusia modern lebih banyak mengonsumsi barang-barang artifisial

buatan industri yang tidak habis dikonsumsi, meninggalkan banyak

limbah padat dan sulit terurai”.

Semakin banyak tumpukan sampah jika tidak diatasi dengan tepat

akan menyebabkan permasalahan baik itu secara langsung maupun

tidak langsung khususnya bagi penduduk di perkotaan. Dampak

langsung yang ditimbulkan dari penanganan sampah yang tidak tepat

adalah timbulnya berbagai penyakit bagi masyarakat yang bermukim di

sekitar tempat penimbunan dan penampungan sampah. Hal tersebut

dikarenakan tempat penumpukan sampah adalah lingkungan yang

sering ditempati oleh berbagai jenis hewan seperti tikus, nyamuk, lalat,

9
dan sebagainya yang dapat menyebarkan berbagai jenis penyakit.

Sedangkan, dampak tidak langsungnya adalah penyumbatan saluran air

yang dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir.

B. Sumber dan Klasifikasi Sampah

Menurut Tchobanoglous sumber limbah padat pada sebuah

komunitas dapat dibagi sebagai berikut:

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (residential)

Sampah ini terdiri dari limbah-limbah hasil kegiatan rumah

tangga, baik keluarga kecil atau besar, dari kelas bawah sampai

kelas atas. Sampah ini terdiri dari sampah makanan, kertas, tekstil,

sampah pekarangan, kayu, kaca, kaleng, alumunium, debu atau

abu, sampah di jalanan, sampah elektronik seperti baterai, oli, dan

ban.

b. Sampah daerah pusat perdagangan

Sampah seperti ini terdiri dari sampah-sampah hasil aktivitas di

pusat kota dengan tipe fasilitas seperti toko, restoran, pasar,

bangunan kantor, hotel, motel, bengkel, dan sebagainya yang

menghasilkan sampah seperti kertas, plastik, kayu, sisa makanan,

unsur logam, dan limbah seperti limbah pemukiman.

c. Sampah institusional

Sampah seperti ini terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas

institusi seperti sekolah, rumah sakit, penjara, pusat pemerintahan,

10
dan sebagainya yang umumnya menghasilkan sampah seperti

pada sampah pemukiman. Khusus untuk sampah rumah sakit

ditangani dan diproses secara terpisah dengan sampah lain.

d. Industri (limbah non proses)

Sampah seperti ini terdiri dari sampah-sampah hasil aktivitas di

konstruksi, fabrikasi, lampu, dan manufaktur berat, kilang minyak,

pabrik kimia, pembangkit listrik, pembongkaran, dan sebaginya

yang menghasilkan kertas, karton, plastik, kayu, limbah makanan,

limbah kaca, logam, abu, limbah khusus, limbah berbahaya, dan

lain-lain.

e. Sampah kota

Sampah seperti ini meliputi seluruh sampah yang sudah

disebutkan sebelumnya. Istilah limbah padat (Municipal Solid

Waste) biasanya diasumsikan mencakup semua limbah yang

dihasilkan suatu komunitas, dengan pengecualian limbah yang

dihasilkan oleh layanan kota, pabrik pengolahan, proses industri,

dan pertanian.

f. Sampah konstruksi dan pembongkaran

Sampah seperti ini terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas

konstruksi seperti sampah dari lokasi pembangunan konstruksi,

perbaikan jalan, perbaikan bangunan, dan sebagainya yang

menghasilkan sampah kayu, beton, dan puing-puing.

11
g. Sampah pelayanan umum (tidak termasuk fasilitas pengolahan)

Sampah ini terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas pelayanan

umum seperti daerah rekreasi, tempat olahraga, tempat ibadah,

pembersihan jalan, parkir, pantai dan sebagainya yang umumnya

menghasilkan sampah organik.

h. Sampah instalasi

pengolahan Sampah ini terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas

instalasi pengolahan seperti instalasi pengolahan air bersih, air

kotor, dan limbah industri yang biasanya berupa lumpur sisa

ataupun limbah buangan yang telah diolah.

i. Sampah industri

Sampah ini terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas pabrik,

konstruksi, industri berat dan ringan, instalasi kimia, pusat

pembangkit tenaga, dan sebagainya.

j. Sampah yang berasal dari daerah pertanian dan perkebunan

Biasanya berupa jerami, sisa sayuran, batang pohon, yang bisa

didaur ulang menjadi pupuk.

C. Timbulan Sampah

Bangkitan atau timbulan sampah meliputi semua kegiatan

membuang sesuatu benda yang dirasakan oleh pemiliknya sebagai

tidak memiliki nilai lagi untuk dipertahankan. Sedangkan menurut

Damanhuri “Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang

12
maupun di masa mendatang merupakan dasar dari perencanaan,

perancangan, dan pengkajian sistem pengelolaan persampahan”.

Pengukuran tinggi atau rendahnya timbulan sampah dapat

ditentukan dengan pengukuran secara langsung di tempat

terkumpulnya sampah dari berbagai tempat melalui sampling yang

sudah ditentukan. Ketentuan sampling mengenai Metode Pengambilan

dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan

terdapat pada SNI 19-3964- 1994.

Pengukuran laju timbulan sampah dapat diukur secara langsung,

dan secara tidak langsung. Pengukuran secara tidak langsung yaitu

dengan menggunakan data hasil penelitian, seperti yang terlihat dalam

Tabel

Tabel 2.1
Besar Timbulan Sampah Berdasarkan Sumbernya

Komponen Sumber Volume Berat


No Satuan
Sampah (liter) (kg)
1. Rumah Panen /Orang/Hari 2,25-2,50 0,350-0,400
2. Rumah Semi Panen /Orang/Hari 2,00-2,25 0,300-0,350
3. Rumah Non Panen /Orang/Hari 1,75-2,00 0,250-0,300
4. Kantor /Pegawai/Hari 0,50-0,75 0,025-0,100
5. Toko/Ruko /Petugas/Hari 2,50-3,00 35,56
6. Sekolah /Murid/hari 0,10-0,15 4,85
7. Jalan Arteri Sekunder /m/hari 0,10-0,15 8,79
8. Jalan Kolektor Sekunder /m/hari 0,010-0,050 8,09
9. Jalan Lokal /m/hari 0,005-0,025 3,97
10. Pasar /m2/hari 0,350-0,400 9,55
Sumber: Diktat Kuliah TL-3104 pada Institut Teknologi Bandung, 2011.

13
Menurut SNI 19-3938-1995, bila pengamatan lapangan belum tersedia,

maka untuk menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka

timbulan sampah sebagai mana pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2
Besar Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota

Volume Berat
No Klasifikasi Kota
(Liter/orang/hari (kg/orang/hari)
1. Kota Besar 2,00-2,50 0,40-0,50
2. Kota Sedang/Kecil 1,50-2,00 0,30-0,40
Sumber: Diktat Kuliah TL-3104 pada Institut Teknologi Bandung, 2011.

D. Lahan

Lahan adalah lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan

daya dukungny a terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup

manusia. Menurut para ahli yang pertama menurut Purwowidodo,1983:

“Suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan

tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi

kemampuan penggunaan lahan. Menurut Rafi’I, 1985: “Permukaan

daratan dengan benda-benda padat, cair, bahkan gas”. Adapun

pengertian lahan menurut FAO dalam Arsyad, 1989: “Lahan diartikan

sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan

vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjamng ada

pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya hasil

14
kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut,

pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang

tersalinasi”.

E. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Tempat pembuangan akhir atau (TPA) adalah suatu area yang

menampung sampah dari hasil pengankutan dari tempat pembuangan

sementara (TPS) maupun lansung dari sumbernya (bak/tong sampah)

dengan tujuan akan mengurangi masalah kapasitas/timbunan sampah

yang ada di masyarakat (Suryono dan Budiman 2010). Di TPA, sampah

masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka

waktu panjang.

1. Jenis – jenis TPA

Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), ada tiga 3 jenis sistem

pembuangan akhir TPA, yaitu:

a. Open dumping

Sistem open dumping merupakan sistem tertua yang dikenal

manusia dalam pembuangan sampah, dimana sampah hanya

dapat dibuang atau ditimbun di suatu tempat tanpa dilakukan

penutupan dengan tanah.

15
sumber: Damanhuri 2010

Gambar 2.1. Sistem open dumping

Menurut Damanhuri metode ini tidak direkomendasikan

mengingat banyaknya potensi pencemaran lingkungan dan juuga

kerusakan lingkungan, yang dapat ditimbulkannya seperti:

a) Wabah vektor penyakit seperti lalat, tikus, dll.

b) Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan.

c) Pencemaran air akibat banyaknya rembesan air (Limbah Cair).

d) Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang

kotor

b. Controlled landfill

Dalam sistem ini, prinsip penimbunan sampah dilakukan

dengan menutup timbulan sampah dengan tanah selama jangka

waktu tertentu atau setelah penimbunan sampah dianggap penuh

atau selesai.

16
Sumber: Damanhuri 2010

Gambar 2.2. Sistem controlled landfill

Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping

dimana secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup

dengan tanah untuk mengurangi potensi kerusakan lingkungan

yang ditimbulkan. Dalam operasi ini juga melakukan perataan dan

pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan

lahan dan stabilitas permukaan TPA. Metode control landfill

direkomendasikan untuk digunakan di kota kecil dan menengah.

Untuk dapat melakukan prosedur ini diperlukan menyediakan

beberapa peralatan seperti:

a) Saluran drainase untuk mengatur aliran air hujan.

b) Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan.

c) Pusat kendali operasi.

d) Fasilitas pengendalian gas metana.

e) Alat berat.

c. Sanitary landfill

Dalam sistem ini, sampah ditutup dengan lapisan tanah pada

setiap akhir hari operasi. Sistem paling direkomendasi untuk

Pembuangan akhir sampah.

17
Sumber: Damanhuri dan Padmi, 2010

Gambar 2.3. Sistem sanitary landfill

Sanitary landfill adalah suatu sistem pengolahan sistem

pengelolahan sampah berbasis kawasan terbuka luas yang

memasukan sampah dimasukkan ke dalam lubang kemudian

ditimbun, memadatkan, diatas tumpukan sampah tersebut dan

kemudian ditimbun kembali sampai lapisan yang terakhir tertutup

tanah setebal 60 cm atau lebih. (Suryono dan Budman 2010).

Prosedur ini merupakan metode standar yang digunakan secara

Internasional, dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari

untuk meminimalkan potensi gangguan. menggunakan metode ini

secara tradisional telah direkomendasikan hanya untuk wilayah

metropolitan karena memerlukan penyediaan prasarana dan

sarana infrastruktur yang sangat mahal.

F. Daya Dukung Lahan

Menurut Sincalir (Hadi Sabari Yunus 2002, dalam Ernawati 2005),

nilai tanah dibagi ke dalam 2 tipe yang berbeda, yaitu nilai tanah

pertanian yang dikaitkan dengan usaha - usaha dalam bidang pertanian

dan nilai tanah spekulatif sebagai akibat adanya derajad antisipasi

terhadap perluasan fisik kota yang meningkat pada areal yang

bersangkutan sehingga penentuan besarnya nilai tanah selalu dikaitkan

dengan kepentingan non agraris. Karena gejala perluasan kota

dianggap sebagai sesuatu yang berjalan terus, walau lambat namun

18
pasti, maka para petani mempunyai penilaian bahwa nilai tanah yang

mendekati kota mempunyai nilai spekulasi yang semakin tinggi.

Menurut Von Thunen, dalam Haris, ketersediaan infrastruktur

(termasuk di dalamnya sarana dan prasarana perhubungan) di

kawasan perkotaan juga memiliki hubungan yang positif dan efek saling

ketergantungan dengan nilai tanah. Dengan adanya infrastruktur,

menyebabkan nilai tanah menjadi lebih tinggi, sebaliknya proyek

infrastruktur juga urung dilaksanakan jika harga tanah yang menjadi

calon lokasi harganya terlalu mahal. Menurut Chapin (Sri Purwati 1999,

dalam Ernawati 2002), pola dan struktur nilai tanah kota dikemukakan

sebagai berikut:

1. Pusat wilayah perdagangan atau CBD (Central Business District)

mempunyai nilai tanah tertinggi dibandingkandengan wilayah -

wilayah lain.

2. Pusat wilayah kerja dan pusat perkotaan yang terletak di sekeliling

perbatasan pusat kota mempunyai nilai tanah tertinggi setelah

CBD.

3. Di luar dari kawasan tersebut, terdapat kawasan perumahan

dengan nilai tanah yang semakin jauh dari pusat kota semakin

berkurang nilai tanahnya.

19
4. Pusat-pusat pengelompokan industri dan perdagangan yang

menyebar mempunyai nilai tanah yang tinggi dibanding dengan

sekelilingnya , dimana biasanya kawasanini dikelilingi perumahan.

Dalam kehidupan dan aktivitas manusia sehari-hari, tanah

merupakan bagian dari lingkungan hidup sebagai sumber daya alam

yang berperan sangat penting bagi kehidupan manusia. Lahan yang

digunakan antara lain untuk pemukiman, pertanian, peternakan,

pertambangan, jalan dan tempat untuk membangun fasilitas sosial,

ekonomi dan sebagainya. Daya dukung lingkungan pada hakikatnya

adalah daya dukung lingkungan alam, yaitu berdasarkan biomassa

tumbuhan dan hewan yang dapat dikumpulkan dan ditangkap per

satuan luas dan waktu di dalam kawasan. Kekuasaan daya dukung

lingkungan dibagi menjadi 2 (dua) komponen yaitu daya tampung

penyediaan (daya dukung) dan kapasitas (asimilatif kapasitas).

Daya dukung tanah adalah nilai tanah yang ditentukan menurut

jenis pemrosesan atau persyaratan pemrosesan yang diperlukan

sehubungan dengan: mengendalikan risiko degradasi lahan atau

mengurangi resiko kerusakan lahan selama penggunaannya untuk

tujuan tertentu, atau sehubungan dengan restorasi lahan yang telah

menunjukkan tanda-tanda degradasi. Semakin rumit pengolahan yang

dibutuhkan, semakin besar daya dukung lahan untuk peruntukannya

dinilai lebih rendah. Kualitas lahan merupakan kendala fisik yang

20
menjadi kendala utama dan membatasi kegiatan pembangunan.

Keterbatasan daya dukung lahan menunjukkan bahwa tidak semua

upaya pemanfaatan lahan dapat didukung oleh lahan. Daya dukung

lahan dan upaya pemanfaatannya akan sangat tergantung pada faktor

fisik dasar yang ditemukan di tanah, baik lingkungan hidrologi, geologi

dan atmosfer. Terkait dengan itu di atas, perlu dilakukan optimalisasi

penggunaan lahan dengan mempertimbangkan perencanaan

penggunaan lahan yang cermat sehingga dapat keputusan

penggunaan lahan yang paling menguntungkan (Sitorus, 1996:68).

Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya

mengakibatkan penggunaan lahan yang tidak optimal dan cenderung

menurunkan kualitas lingkungan. Daya dukung lahan dan penggunaan

lahan akan sangat tergantung pada faktor-faktor dasar yang

terkandung di dalam tanah, baik berupa lingkungan hidrologis,

kemiringan lereng, batuan/tanah dll.

Dari penjelasan diatas maka dalam hal penentual lokasi pembuangan

akhir sampah sangan perlu mempertimbangkan terkait daya dukung

tanah serta nilai lahan guna menghindari kerusakan lingkungan.

G. Ketentuan Dan Kriteria Penentuan Lokasi TPA

Adapun persyaratan umum pemilihan lokasi menurut SNI 03-3241-

1994 adalah:

1. Termaksuk dalam perencanaan tata ruang kota dan wilayah.


2. Jenis tanah yang kedap air.

21
3. Daerah yang tidak produktif untuk pertanian.
4. Dapat digunakan setidaknya untuk 5 – 10 tahun.
5. Tidak merusak/mencemarkan sumber air.
6. Jarak dari daerah pusat pelayanan maksimal 10 km.
7. Kawasan yang bebas banjir.
Pemilihan lokasi TPA sampah harus sesuai denga persyaratan

hukum, undang-undang mengenai pengelolaan lingkungan hidup,

analisis dampak lingkungan, ketertiban umum, kebersihan kota dan

lingkungan, peraturan daerah pengelolaan sampah dan perencanaan

tata ruang kota serta peraturan-peraturan pelaksananya (SNI 03-

3241:1994). oleh karena itu pemilihan lokasi TPA sampah harus

memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Tempat pembuangan sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai,

dan laut

2. Kompilasi berdasarkan tiga tahap yaitu:

a) Fase regional yaitu fase pembuatan peta yang memuat suatu

wilayah atau lokasi dalam suatu wilayah yang dibagi menjadi

beberapa zona kelayakan.

b) Fase penyisih di tingkat regional, ini adalah fase di mana

menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik diantara beberapa

lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap regional

c) Tahap pengambilan keputusan yaitu tahap penetapan lokasi yang

dipilh oleh pemerintah daerah.

22
Menurut SNI 03-3241-1994, kriteria pemilihan lokasi TPA sampah

dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1. Kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan

zona layak atau zona tidak layak yang terdiri dari:

a. Kondisi geologi

Keadaan geologis adalah gambaran tentang bumi secara

keseluruhan, asal kejadian, struktur, komposisi dan sejarahnya

(termasuk evolusi kehidupan) dan proses alam yang membuat

perkembangannya hingga sampai kepada keadaannya sekarang.

Variabel penelitian berupa, batuan, dan lokasi di daerah rawan

bencana geologi (bencana vulkanik, gempa bumi, tanah longsor).

b. Kondisi hidrogeologi

Keadaan hidrogeologi mencerminkan kondisi air di bawah

permukaan. Variabel penelitian berupa kedalaman air tanah yang

tidak boleh mempunyai muka air tanah tidak boleh kurang dari 3

meter, lokasi sumber mata air, kelulusan tanah tidak boleh lebih

besar dari 10-6 cm/detik di daerah penelitian yang diperoleh dari

dinas terkait.

c. Kondisi topografis

Topografi atau kemiringan tanah adalah besarnya sudut yang

dibua permukaan lereng terhadap bidang horizontal dan vertikal

dinyatakan dalam derajat (°) atau persen (%). Kemiringan lereng

23
100% sama dengan besarnya kemiringan 45°. Variabel penelitian

yang diteliti adalah kecuraman atau kemiringan lahan di wilayah

penelitian dari instansi terkait.

d. Daerah bencana banjir tahunan/cagar alam

kawasan lindung atau cagar alam adalah kawasan yang

mempunyai fungsi tertentu, misalnya daerah resapan air, cagar

budaya, cagar alam. Daerah rawan bencana banjir adalah daerah

yang mempunyai potensi banjir dengan kurun waktu tertentu,

Variabel dalam penelitian ini adalah lokasi kawasan lindung/cagar

alam dan kawasan banjir.

2. Kriteria penyisih, yaitu kriteria pemilihan lokasi terbaik, yaitu terdiri

dari kriteria regional ditambah dengan kriteria sebagai berikut:

a. Iklim

Iklim dalam hal ini adalah jumlah curah hujan atau volume air

yang jatuh di suatu daerah tertentu. Curah hujan dapat

ditentukan untuk musim hujan atau untuk periode tertentu seperti

satu hari, satu bulan, satu musim, dan satu tahun (Arsyad,

2010). Variabel penelitian besarnya curah hujan di daerah

penelitian yang berasal dari data sektoral atau indtansi terkait.

b. Utilitas

24
Variabel dalam penelitian ini berupa data utilitas di daerah

penelitian dalam penanganan sampah dari instansi yang

berwenang.

c. Lingkungan biologis

Lingkungan biologis adalah gambaran lingkungan dimana

satu organisme hidup di daerah penelitian, dan semakin sedikit

perubahan habitatnya maka semakin tinggi nilainya dan semakin

sedikit duku dukungannya bagi tumbuhan dan hewan. Variabel

dalam penilitian data tentang fungsi wilayah di dalam suatu

kawasan di daerah.

d. Kondisi tanah

Kondisi tanah dalam penentuan TPA diperoleh dari

produktivitas tanah, kapasitas dan umur tanah untuk TPA,

ketersedian tutupan lahan untuk TPA, dan konsidi lahan di

daerah penelitian.

e. Demografi

Demografi atau kepadatan penduduk adalah perbandingan

antara jumlah penduduk pada suatu wilayah dengan luas

wilayah tiap 1 km².saat menentukan lokasi TPA, semakin rendah

kepadatan penduduk dinilai makin baik.

25
f. Bau, estetika, dan kebisingan

Saat menentukan lokasi TPA, aspek ini dapat dinilai dari

berdasarkan jumlah zona penyangga di wilayah studi. lebih

banyak zona penyangga dinilai semakin baik, karena membantu

melindungi atau perlindungan bagi penduduk yang melakukan

kegiatan sehari-hari di sekitar TPA.

g. Ekonomi

Saat menentukan lokasi TPA parameter ekonomi fokus pada

potensi biaya operasional TPA, dan semakin rendah biaya

satuan pengelolaan sampah (per m3/ton), semakin baik.

Variabel dalam penelitian ini berupa data titik sampah di lokasi

penelitian.

3. Kriteria yang ditetapkan, yaitu kriteria yang digunakan oleh

pemerintah daerah (PEMDA) untuk menyetujui dan menetapkan

lokasi yang dipilih sesuai dengan kebijakan PEMDA daerah

setempat dan peraturan yang berlaku (SNI 03-3241-1994).

H. Kapasitas Daya Tampung TPA

Kapasitas daya tampung TPA adalah besarnya volume (sampah +

tanah timbunan) yang dapat ditampung suatu TPA atau usaha yang

telah dilakukan TPA dalam menampung volume (sampah + tanah

timbunan) sesuai dengan volume lahan TPA yang direncanakan untuk

tempat penimbunan sampah tersebut. (Henry Kristanto, 2020;32).

26
Dari teori diatas maka kapasitas Daya Tampung TPA terkait jumlah

usaha pengelolaan sampah di TPA untuk dapat mereduksi jumlah

timbulan sampah yang masuk.

I. Daya Tampung TPA

Daya tampung TPA adalah seluruh volume (sampah + tanah

timbunan) yang ditampung di TPA atau usaha yang telah dilakukan

TPA untuk menampung seluruh volume (sampah + tanah timbunan)

yang masuk. (Henry Kristanto, 2020;32).

Daya tampung TPA sendiri berbicara terkait jumlah sampah yang

mampu direduksi dan dapat ditampung dalam lahan TPA tersebut. Hal

ini tentu bertolak belakan dengan kondisi eksisting TPA di Kabupaten

Buol yang tidak memiliki pengolahan sampah yang sesuai dengan

standar dan masih menggunakan sistem buang liar.

J. Tinjauan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kabupaten Buol

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai

landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan

pembangunan 5 (lima) tahun. Adapun terkait sistem persampahan di

Kabupaten Buol yang termuat dalam RPJMD salah satunya dalam misi

27
Mewujudkan Pembangunan Konservasi dan Peningkatan Kualitas

Lingkungan (Environmental Security Development) yaitu meningkatkan

Pengelolaan persampahan melingkupi pengumpulan, pengangkutan

dan pengelolaan akhir. Selajutnya pula termuat dalam program prioritas

percepatan lintas bidang dengan membuat program bank sampah.

Terakhir sampah juga di bahas dalam Perewujudkan Pembangunan

Konservasi dan Peningkatan Kualitas Lingkungan (Environmental

Security Development) yang dilaksanakan melalui Program

Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan.

K. Tinjauan RTRW Kabupaten Buol Tahun 2022-2042

1. Batang Tubuh Perda no. 4 tahun 2012:

a. Sistem pengengkutan sampah yang direncanakan melayani

persampahan diseluruh Kabupaten Buol

b. Sistem pengolahan sampah setempat diseluruh Kabupaten Buol

c. Sistem pengolahan sampah terpusat di desa Kumaligon, Gadung,

Paleleh dan Paleleh barat.

d. Lokasi TPA berada di Kecamatan Biau dengan type sanitary land

fill menggunakan metode 3R.

Dari empat point diatas, kemudian di tampahkan usulan baru

dalam Raperda tahun 2022 mengenai persampahan dalam Rencana

Tata Ruang Wilayah:

28
a. Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) terdapat

diseluruh untuk melayani kawasan permukiman perkotaan

(terdapat 13 titik TPS eksisting dan 10 direncanakan, DLH

Kabupaten Buol 2021 dan Bappeda Buol,2021)

b. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) terdapat di biau (DLH,2021)

L. Hasil Penilitian / Roadmap

Untuk mengetahui sub kajian yang sudah ataupun belum di teliti

pada penelitian, maka perlu adanya upaya komparasi (perbandingan),

apakah terdapat unsur-unsur perbedaan ataupun persamaan dengan

konteks penelitian ini Adapun judul dalam penelitian ini yaitu ;

“Analisis Daya Tampung Tempat Pembuangan Akhir Sampah di

Kabupaten Buol”. Adapun penelitian terdahulu yang menurut peneliti

terdapat beberapa kemiripan dalam hal tema penelitian, landasan teori

dll, dapat dilihat dari tabel berikut yaitu:

29
Tabel 2.3
Penilitian terdahulu
No. Judul Rumusan masalah Tujuan Variabel Metode penilitian
Metode Hasil Penilitian
penelitian
1. Analisis penetuan Kesesuaian lahan untuk Kesesuaian lahan Overlay jenis tanah Jenis Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Hasil
lokasi tempat tempat pembuangan tempat pembuangan dan curah hujan penelitian ini overlay dan matriks kesesuaian TPA yang
pembuangan akhir akhir terhadap lingkungan akhir terhadap Kemiringan lereng, adalah jenis sudah ada tidak sesuai dan seharusnya tidak
(TPA) alternatif di Kecamatan Wates lingkungan di sungai penelitian bileh dibangun TPA. 2) Perhitungan proyeksi
kecamatan wates Kabupaten Kediri. Kecamatan Wates Penggunaan lahan cross Kebutuhan lahan di kecamatan Wates yang
kabupaten kediriri Proyeksi TPA (tempat Kabupaten Kediri. Tingkat kesesuaian sectional didapat sangat besar yaitu 445.469,27 m2
(ongky reza jonatan) pembuangan akhir) untuk Proyeksi TPA (tempat berdasarkan matriks dengan dan mengganggu keberadaan lahan
5 tahun kedepan di pembuangan akhir) kesesuaian. menggunakan produktif. 3) Kecamatan Wates tidak bisa
Kecamatan Wates untuk 5 tahun kedepan pendekatan dipakai untuk tempat pembuangan akhir
Kabupaten Kediri. di Kecamatan Wates deskriptif karena 3 dari 5 kesuaian yang ada di matriks
Kabupaten Kediri. kuantitatif. kesesuaian mengatakan tidak sesuai. Kata
Metode yang Kunci: sampah, pembuangan sampah,
digunakan analisis sampah
yaitu metode
survey.
2. Analisis pemilihan Mengetahui tahapan Mengetahui tahapan Data pemetaan rawan Metode Pemilihan lokasi TPA berdasarkan standar
lokasi tempat pemilihan lokasi TPA pemilihan lokasi TPA bencana, longor, penilitian ini yang berlaku dan dengan bantuan Sistem
pembuangan akhir sesuai standar yang sesuai standar yang gunung api, dan menggunakan Informasi Geografis yaitu SNI 03-3241-1994
(TPA) Berbasi berlaku dengan berlaku dengan banjir, peta analisis tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA
geography information menggunakan analisis menggunakan analisis hidrogeologi, peta  Deskriptif Sampah menjadi tiga tahap, yaitu : (a) untuk
system (GIS) Di Kota (GIS) (GIS) jenis tanah, peta  Kuantitatif. memperoleh zona layak yaitu dengan cara
Tomohon. (Marlina Mengetahui faktor-faktor Mengetahui faktor-faktor hidrologi, peta buffering dan overlay dengan pendekatan
Kimberley Pattiasina, penetu dalam pemilihan penetu dalam pemilihan kawasan lingdung, kuantitatif binary tiap parameter yang ada
Linda Tondobala, lokas TPA berdasarkan lokas TPA berdasarkan peta penggunaan dengan bantuan GIS, (b) Tahap penyisih
Ricky S. M. Lakat karakteristik wilayah Kota karakteristik wilayah lahan, peta kawasan untuk melakukan skoring atau penilaian
2018) Tomohon Kota Tomohon strategis lanjutan terhadap alternatif lokasi yang
Diperoleh alternatif lokasi Diperoleh alternatif Data curah hujan, diperoleh pada penilaian tahap pertama, (c)

30
TPA di Kota Tomohon. lokasi TPA di Kota jaingan jalan, data Tahap penetapan memilih rekomendasi
Tomohon. persampahan, rekomendasi lokasi TPA terbaik dari hasil
Data pengamatan tahap sebelumnya.
langsung.

3. Analisis Penentuan Dimana kesesuaian lahan Menganalisis Drainase permukiman Metode yang Studi menunjukan bahwa tempat
Lokasi Tempat untuk tempat perbandingan hasil Kemiringan lereng digunakan pembuanagan sampah yang sesuai di
Pembuangan Akhir penampungan akhir analisis kesesuaian Penggunaan lahan dalam Tamanggung adalah bagian dari distrik
(TPA) di Kabupaten (TPA) sampah di lahan untuk TPA di penelitian ini Gadilejo, Klangan dan Carolan. Kesesuaian
Temanggung Kabupaten Temanggung, Kabupaten yaitu lokasi TPA alternatif utntuk kelas yang sesuai
Menggunakan Aplikasi Jawa Tengah. Temanggung menggunakan adalah 56,7% dan kesesuaian kelas yang
Sistem Informasi Bagaimana perbandingan Membandungkan hasil metode survei tidak sesuai adalah 13,3%
Geografis hasil analisis kesesuaian analisis kesesuaian untuk
(Nina Rainda 2017) lokasi TPA dengan lokasi TPA dengan menentukan
pendapat/opini opini/pendapat kesesuaian
masyarakat terhadap masyarakat terhadap penggunaan
keberadaan lokasi TPA. lokasi TPA. lahan.

4. Penentuan alternatif Kondisi Tempat Merumuskan kriteria Jarak perumahan Penelitian ini Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
lokasi tempat Pembuangan Akhir penentuan lokasi TPA terhadap TPA mengunakan ditemukan kriteria - kriteria sebagai dasar
pembuangan akhir sampah di Kabupaten sampah. Bebas banjir pendekatan penentuan alternatif lokasi TPA sampah yang
TPA sampah di Sidoarjo sekarang sudah Menganalisa alternatif Jarqak badan air rasionalisme sesuai dengan kondisi Kabupaten Sidoarjo..
kabupaten sidoarjo. tidak dapat menampung lokasi TPA sampah di Kepadatan penduduk dengan Maka didapatkan kriteria terpilih sebagai
(Daniel Yedidia W. buangan sampah. kabupaten Sidoarjo Keringan menggunakan berikut:
2016) Sementara itu belum tanah/kelerengan kebenaran  Bebas banjir 25 tahun
adanya rencana tanah metode  Jauh dari jaringan jalan utama
pembangunan TPA yang Tidak dalam wialayh theoretical  Jarak perumahan terdekat
baru oleh pemerintah lindung analytic dan  Kepadatan penduduk
Kabupaten Sidoarjo. Wilayah yang belum empirical  Jarak dari badan air
terbangun analytic.  Kemiringan tanah/kemiringan lereng
 Tidak dalam wilayah lindung
5. Prediksi Daya Bagaimana Kondisi Fisik Kondisi Fisik TPA Peran dan Fungsi TPA Penelitian ini Berdasarkan pada tujuan dilakukan

31
Tampung Tempat TPA Cipeucang Saat Ini Cipeucang saat ini Cipeucang menggunakan penelitian ini, maka hasil dari penelitian dan
Pembuangan Akhir Bagaimana Peningkatan Peningkatan jumlah Kondisi TPA metode pembahasan dapat diambil beberapa
(TPA) Cipeucang di Jumlah Penduduk dan penduduk dan timbulan Cipeucang penelitian kesimpulan sebagai berikut:
Kota Tangerang timbulan sampah di Kota sampah di Kota Tindakan Perintah survei  Kondisi fisik TPA Cipeucang saat ini perlu
Selatan Pada Tahun Tangerang Selatan tangerang selatan dalam penanganan eksplanatoris. pemeliharaan ekstra
2031 Bagaimana Prediksi daya Prediksi daya tampung sampah di TPA “Penelitian  Jumlah penduduk di Kota Tangerang
tampung TPA Cipeucang TPA Cipeucang pada cipeucang survei Selatan pada tahun 2014 dan 2015
pada tahun 2031 tahun 2031 Peran Pemulung eksplanatoris mencapai 1.429.999 dan 1.543.209 orang.
dalam pengelolaan adalah Maka akan didapatkan hasil sebesar
sampah di TPA penyelidikan 7,916% per tahun untuk peningkatan
Cipeucang kausalitas pertumbuhan pendududuk. Sedangkan,
Tindakan Masyarakat dengan cara jumlah timbulan sampah pada tahun 2014
dalam menjaga mendasarkan dan 2015 yaitu sebesar 225.408 dan
kebersihan lingkungan pada 245.560 m3 . Maka akan didapatkan hasil
dari sampah pengamatan sebesar 8,940% per tahun untuk
terhadap peningkatan timbulan sampah.
akibat yang  Prediksi daya tampung TPA Cipeucang
terjadi, dan pada tahun 2031 akan mengalami
mencari kelebihan muatan (overload) sebesar
faktor-faktor 18.508,792 m3 dengan tinggi timbulan
yang mungkin mencapai 5,28822 meter dari tinggi
menjadi timbulan rencana awal yaitu 10 meter.
penyebabnya,
melalui data
tertentu.”
tistik, dengan
tujuan untuk
menguji
hipotesis yang
telah
ditetapkan”
6. Prediksi Kebutuhan  Mengetahui prediksi  Mengetahui prediksi Jumlah Penduduk di  Metode Berdasarkan hasil analisis data dapat
Daya Tampung jumlah Penduduk sampai jumlah penduduk Kabupaten deskriptif disimpulkan sebagai berikut :
Tempat dengan tahun 2016. sampai dengan tahun Karanganyar evaluatife  Prediksi jumlah penduduk pada tahun

32
Pembuangan Akhir  Mengetahui prediksi 2016 Jumlah Sampah yang adalah 2016 adalah 914.542 orang.
(TPA) Sukosari jumlah sampah yang  Mengetahui prediksi masuk di TPA metode  Prediksi jumlah sampah yang masuk di
Jumantono masukdi TPA Sukosari jumlah sampah yang Sukosari. yang TPA Sukosari pada tahun 2016 adalah
Karanganyar Pada dampai dengan tahun yang masuk di TPA Daya tampung TPA digunakan sebesar 68.460,68 ton.
Tahun 2016 2016 Sukosari sampai Sukosari. untuk  Daya tampung TPA Sukosari pada tahun
 Menghitung Kebutuhan dengan tahun 2016. pengolahan 2016 adalah sebesar 745.528,29 m3,
daya tampung sampah di  Menghitung kebutuhan data pada dengan catatan tanah hasil galian lubang
TPA Sukosari sampai daya tampung sampah perhitungan untuk menampung sampah digunakan
dengan tahun 2016 di TPA Sukosari sampai secara untuk menimbun sampah kembali. Dari
 Menghitung RAB yang dengan tahun 2016. manual yaitu akhir umur rencana pada tahun 2004
diperlukan untuk  Menghitung RAB yang dengan hingga tahun 2016 telah kelebihan muatan
pengoprasian dan diperlukan untuk rumus (over load) sebesar 394.728,29 m3 dengan
pengelolaan sampah pengoperasian dan regresi tinggi timbunan 11,02593 m dari tinggi
pertahun nya. pengolahan sampah linier. rencana.
per tahunnya. Rumus  Rencana Anggaran Biaya per tahun yaitu ;
tersebut 1. Untuk gaji petugas yang menangani
untuk kebersihan mulai dari golongan IV a
memprediksi sampai dengan tenaga harian lepas
jumlah sebesar Rp 2.572.231.200, -
sampah 2. Untuk pemeliharaan rutin/berkala
yang masuk kendaraan dinas dan alat bahan bakar
di TPA di TPS sebesar Rp 7.004.456.500,-
Sukosari 3. ) Untuk penyediaan peralatan rumah
pada tahun tangga & kebersihan, penyediaan
2010-2016 konsumsi pada saat suatu acara
sebesar, pengadaan pakaian kerja
lapangan pasukan kuning tiap 1 tahun,
rehabilitasi bangunan ( TPS & TPA ),
dan biaya lain – lain sebesar Rp
165.625.000, -
7. Analisis Penentuan  Bagaimana mengetahui  Untuk mengetahui  batuan, dan lokasi di  Metode  Lokasi yang mempunyai potensi untuk
Lokasi Tempat lokasi yang layak untuk dan menentukan daerah rawan penelitian dijadikan lokasi tempat pembuangan akhir
Pembuangan Akhir pembangunan lokasi lokasi yang bencana geologi memiliki (TPA) di Kota Tidore Kepulauan yang
(Tpa) Di Kota Tidore TPA di kota tidore mempunyai potensi (bencana vulkanik, berbagai sesuai dengan prosedur SNI 19-3241-

33
Kepulauan kepulauan sebagai Tempat gempa bumi, tanah macam jenis 1994, TPA yang sangat sesuai yaitu Desa
 Bagaimana mengetahui Pembuangan Akhir di longsor). bila dilihat Guraping Kecamatan Oba Utara.
karakteristik lahan TPA Kota Tidore  kedalaman air tanah dari  Karakteristik lahan TPA di Kota Tidore
dari sisi geologi, Kepulauan sesuai SNI yang tidak boleh landasan Kepulauan yang tidak termasuk dalam
hidrologi topografi, 19-3241-1994 mempunyai muka filsafat, data zona bahaya geologi dari segi geologi dan
curah hujan,  Mengetahui air tanah tidak boleh dan aspek karakteristik dari sisi geologi adalah
kemiringan lereng yang bagaimana kurang dari 3 meter, analisisnya, aspek morfologi atau bergelombang.
ada di kota tidore karakteristik lahan lokasi sumber mata metode 
kepulauan TPA dari sisi geologi, air, kelulusan tanah penelitian
hidrologi, topografis, tidak boleh lebih dapat
curah hujan, besar dari 10-6 dikelompokk
kemiringan lereng, cm/detik di daerah an menjadi
yang ada di Kota penelitian yang tiga, yaitu
Tidore Kepulauan diperoleh dari dinas metode
terkait. penelitian
 kecuraman atau kuantitatif,
kemiringan lahan di metode
wilayah penelitian penelitian
dari instansi terkait. kualitatif,
 lokasi kawasan dan metode
lindung/cagar alam penelitian
dan kawasan banjir. kombinasi
 besarnya curah (mixed
hujan di daerah methods).
penelitian yang Penelitian ini
berasal dari data ialah
sektoral atau penelitian
indtansi terkait. yang
 data utilitas di menggunak
daerah penelitian an
dalam penanganan pendekatan
sampah dari instansi deskriptif
yang berwenang. kualitatif
 data tentang fungsi serta

34
wilayah di dalam didukung
suatu kawasan di oleh
daerah. pendekatan
 data titik sampah di kuantitatif
lokasi penelitian. yang
 berdasarkan
variable
yang telah
ditentukan
metode
observasi
yang
merupakan
survey dan
pengamatan
langsung
dilokasi
penelitian
dengan
mengumpul
kan
informasi
yang
berkaitan
dengan
objek dan
subjek
penelitiian
serta
didukung
oleh metode
analisis
yang terkait
dengan

35
variable
serta judul
penelitian.

36
M.KERANGKA PIKIR

Anda mungkin juga menyukai