Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

PSIKOLOGI AGAMA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Agama
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana
Agama Islam Semester 3
Oleh:

Kelompok III

EVI ERVIANI

8610820220

UMMI QALSUM

861082022022

Dosen Pengampu

Dr. Nursyirwan, S.Ag., M.Pd.

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2023

i
ii

KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami penjatkan kehadirat Allah SubhanaWata’ala, yang atas rahmat-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul“Sejarah

Pertumbuhan dan Perkembangan Psikologi Agama”. Penulisan makalah ini

merupakan tugas yang diberikan dalam mata kuliah Psikologi Agama.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik

pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.

Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi

penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan

makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan

petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Watampone, 25 September 2023

Kelompok 3
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. LatarBelakang................................................................................

B. RumusanMasalah...........................................................................

C. Tujuan............................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN

A. Sejarah MunculnyaPsikologi Agama.............................................

B. Sejarah Pertumbuhan dan PerkembanganPsikologi Agama..........

BAB III PENUTUP

A. Simpulan........................................................................................

B. Saran..............................................................................................

DAFTAR RUJUKAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah pertumbuhan dan perkembangan psikologi agama merupakan cerminan

dari perjalanan panjang pemahaman manusia tentang hubungan antara agama dan

psikologi. Awalnya, dalam budaya-budaya kuno seperti Mesir, Yunani, dan India,

psikologi agama masih belum terpisahkan dari aspek spiritual dan keagamaan. Orang-

orang pada masa itu memandang fenomena psikologis sebagai manifestasi dari

campur tangan dewa-dewa atau entitas spiritual.

Pada abad ke-19, perkembangan psikologi agama mulai mengalami perubahan

signifikan. Sigmund Freud, seorang bapak psikoanalisis, memperkenalkan pandangan

bahwa agama dapat dianalisis secara psikologis sebagai bentuk proyeksi dari konflik-

konflik batin manusia. Pemikiran ini menciptakan landasan untuk pendekatan

psikologi agama yang lebih ilmiah dan terpisah dari aspek spiritual.

Selanjutnya, tokoh-tokoh seperti William James, Carl Jung, dan Abraham

Maslow mengembangkan pandangan-pandangan baru dalam psikologi agama. James,

misalnya, memfokuskan perhatiannya pada pengalaman religius individu dan

menciptakan konsep "pengalaman religius pribadi" yang menjadi pokok kajian dalam

psikologi agama modern. Jung menggali hubungan antara simbol-simbol agama dan

arketipe dalam alam bawah sadar manusia, sedangkan Maslow menyoroti potensi

pertumbuhan spiritual dalam perkembangan individu.

1
2

Seiring berjalannya waktu, psikologi agama semakin merambah ke berbagai

bidang, termasuk kesehatan mental, psikoterapi, dan studi-studi sosial. Terdapat

beragam pendekatan dan teori dalam psikologi agama yang berusaha memahami

peran agama dalam kehidupan manusia, mulai dari analisis psikodinamika hingga

pendekatan kognitif.1

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut adapun rumusan masalah dalam penulisan

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah munculnya psikologi agama?

2. Bagaimana sejarah pertumbuhan dan perkembangan psikologi agama?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan pada penulisan ini

adalah:

1. Untuk mengetahui sejarah munculnya psikologi agama.

2. Untuk mengetahui sejarah pertumbuhan dan perkembangan psikologi agama.

1
Syaiful Hamali, Psikologi Agama: Terapi Agama Terhadap Problematika Psikis Manusia,
Jurnal Al-Adyan, Vol. IX, No. 2 Desember 2014, h. 4.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Psikologi Agama

Sejarah Psikologi Agama sebagai salah satu bidang Psikologi yang mempelajari

dinamika psikologis fenomena-fenomena keagamaan memang mengalami fluktuasi.

Bidang ini sebenamya sudah mulai muncul pada akhir abad ke 19 dan permutaan

abad ke 20, bersamaan dengan Iahimya Psikologi modern sendiri.

Penelitian G. Stanley Hall dalam Taboo 1881 tentang tanda-tanda konversi

agama (perubahan besar dalam kehidupan beragama, termasuk pindah agama) di

kalangan remaja menandai dimulainya kajian psikologi tentang gejala-gejala

keagamaan secara sistematis. Ketika William James yang sering dianggap sebagai

bapak psikologi modern di Amerika memberikan kuliahnya di Universitas Edinburgh

pada tahun 1900–1901, bidang psikologi agama mulai terbentuk.

perkembangan pesat Psikologi Religius di awal abad ke-20 hanya berumur

pendek. Ilmu pengetahuan di bidang psikologi agama terhenti sekitar tahun 1920.

Jurnal-jurnal yang diterbitkan sebelumnya sudah tidak tersedia lagi. Meskipun satu

atau dua karya tentang Psikologi Agama telah diterbitkan, tidak ada konsep baru yang

muncul. Wulff (1991) menegaskan bahwa kebuntuan ini disebabkan oleh

pertumbuhan eksplosif gerakan behavioris di Amerika. Tidak ada tempat bagi

behaviorisme untuk meneliti pengalaman keagamaan yang merupakan peristiwa

subjektif, karena merupakan tren baru dalam psikologi yang bersifat deterministik,

mekanis, dan membatasi perilaku objektif manusia.

Psikologi sendiri merupakan unsur paling signifikan memperlambat

pertumbuhan bidang psikologi agama. Fenomena keagamaan pada saat itu dianggap

3
4

belum terlalu menarik untuk dikaji dan diteliti oleh para psikolog. Lebih lanjut, Wulff

mengatakan para psikolog pada saat itu memiliki sikap anti agama dan acuh tak acuh

terhadapnya.

Agama sudah mencakup atau membahas bagaimana agama mempengaruhi jiwa

seseorang. Karena pengaruh agama, banyak terjadi perdebatan mengenai proses

mental dan kondisi jiwa seseorang dalam kitab suci setiap agama. Oleh karena itu,

sulit untuk memprediksi dengan tepat apakah psikologi agama akan muncul atau

berkembang.2

Misalnya saja kitab suci Al-Quran yang memuat beberapa ayat yang

menggambarkan keadaan jiwa orang beriman atau mukmin masing-masing, serta

tingkah lakunya, shalatnya, dan aktivitas lainnya. Ada beberapa ayat yang membahas

tentang masalah kesehatan jiwa, penyakit jiwa, masalah kepribadian yang disebabkan

oleh gangguan jiwa, dan cara pengobatannya. Menurut Yahya Jaya, pemahaman

psikologi agama yang terbatas sudah ada jauh sebelum abad ke-20, yaitu ketika Nabi

Adam memohon ampun kepada Allah SWT setelah merasa seolah-olah telah

melakukan dosa yang menyebabkan ia merasa gugup dan tertekan. Ilustrasi lainnya

adalah bagaimana Nabi Ibrahim mencari Tuhan.

Kisah ini menjelaskan prosedur konversi secara rinci. Praktek dan peristiwa

keagamaan juga bisa kita temukan di agama lain, seperti yang dialami Shidarta

Gautama sebagai penganut agama Buddha, atau dalam agama Shinto yang meyakini

bahwa Kaisar Jepang adalah keturunan langsung Dewa Matahari, sehingga membuat

2
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h.11.
5

masyarakat Jepang sangat enggan untuk melakukannya. memberikan hidup mereka

dalam Perang Dunia II.3

Psikologi agama ditemukan dalam tulisan-tulisan ilmuwan Muslim sebelum

abad ke-19, seperti buku filosofis Ibnu Thufail, Hayy Ibn Yaqdzan, yang

menggambarkan perkembangan sentimen keagamaan seorang anak selama

dibesarkan oleh rusa. tulisan Imam, seorang ulama sufi terkenal yakni Imam Ghazali

dengan karyanya yang berjudul Ihya’ Ulumuddin.

Tahun 1500-500 SM, di Yunani Mesir, Mesopotamia Purba, lahirlah berbagai

agama. Agama Brahma menyuruh pengikutnya menyembah Dewa Tunggal, Agama

Budha (400-750 M) menyembah Naga dan Raksasa, Agama Hindu di India (1500)

SM menyembah banyak Dewa. Di Tiongkok (551-479 SM) lahir pula agama

Khonghucu dikembangkan oleh Confusius. Pada tahun 560 SM, berkembang pula

agama Budha di Kapilawastu, oleh Budha Guatama. Sekitar tahun 660-583 SM, lahir

agama Majusi dibawa oleh Zarathustra keturunan Iran suku Spitama.

Selanjutnya agama Shinto muncul di Jepang pada abad ke-6. Antara tahun

1570-1450 SM, Yudaisme muncul di wilayah Arab Palestina di Mesir. Agama

Kristen lahir kurang lebih 21 abad yang lalu. Nama ini berasal dari kota Nazareth,

yaitu kota kecil yang terletak di kaki bukit. Agama ini disebut juga dengan agama

Kristen (Chitten) yang diambil dari nama nabi Yesus Kristus, sebuah gelar agama

kehormatan bagi Yesus dari Nazareth yang merupakan pengusung agama ini. Kristus

adalah orang Yunani. Rasul yang membawa agama Kristen adalah Isa Almasih atau

Yesus Kristus. Pada abad ke 6 M, lahirlah agama Islam yang dibawa oleh Nabi

3
Yahya Jaya, Penerapan Taubat dan Maaf dalam Kesehatan Mental, (Jakarta:
Ruhama,1992), h. 12.
6

Muhammad SAW. Agama ini mengajarkan umatnya untuk beribadah kepada Allah

SWT. Agama Islam menganut tauhid, kitab rujukannya adalah Al-Quran dan Hadits

Nabi.

Penelitian agama secara ilmu jiwa (psikologi modern) relatif masih muda. Para

ahli psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikologi agama mulai popular

sekitar abat ke-19. Ketika itu psikologi yang semakin berkembang digunakan sebagai

alat untuk kajian agama. Kajian semacam itu dapat membantu pemahaman terhadap

cara bertingkah laku, berpikir, dan mengemukakan perasaan keagamaan.4

Manusia bergamana dan percaya kepada Tuhan sejak pertama kali bergamana,

yaitu mulai dari bergamanannya Nabi Adam manusia sudah bergamana. Dengan kata

lain, usia keberagamaan manusia sama denganusia beragannya manusia mulai dari

Nabi Adam sampai sekaran. Sifat permanya kepada Tuhan is formed dalam diri

manusia dengan adanya bukti nyata. Ketika mereka melihat alam semesta yang

terbentang luas dengan segala isinya, what also terbersit dalam pikannya; Sāpaihā

yangmenciptakan alam ini?, bagaimana besungnya? Betapa habatnya dia karena telah

tehalah sekretat alam ini? Dan varangal utsalan lainnyayang pada intinya

mempertanyakan tentang adanya saksatu yang meguru dan kontrolla alam dengan

segala isinyaa. Hal inisebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dalam mencari

Tuhan sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur‟an surat Al-An‟am ayat 76-78

yang berbunyi:

‫َفَلَّم ا َج َّن َعَلْيِه الَّلْيُل َر َأى َك ْو َك ًبا َقاَل َه َذ ا َر يِّب َفَلَّم ا َأَفَل َقاَل اَل ُأِح ُّب اآْل ِفِلَني َفَلَّم ا َر َأى اْلَق َمَر َباِز ًغا َقاَل َه َذ ا َر يِّب‬
‫َفَلَّم ا َأَفَل َقاَل َلِئْن ْمَل َيْه ِد يِن َر يِّب َأَلُك وَنَّن ِم َن اْلَق ْو ِم الَّض اِّلَني َفَلَّم ا َر َأى الَّش ْم َس َباِز َغًة َقاَل َه َذ ا َر يِّب َه َذ ا َأْك َبُر َفَلَّم ا‬
َ‫َأَفَلْت َقاَل َيا َقْو ِم ِإيِّن َبِر يٌء َّمِما ُتْش ِر ُك ون‬

4
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), h. 27.
7

Terjemahan: Ketika malam telap gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:
“Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata:
“Saya tidak suka pada yang tenggelam” kemudian ketika dia melihat
bulan terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku”, namun tatakala bulan itu
terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberikan
petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”, kemudian
tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “ Inilah Tuhanku, inilah
yang lebih besar”. Maka tatakala matahari itu terbenam, dia berkata: “
Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan” (QS. Al-An‟am: 76-78).

Narasi Ibrahim yang mencari Tuhannya di atas merupakan contoh pengalaman

psikologis yang mungkin digunakan seseorang untuk menyampaikan keraguan dan

keyakinannya akan kehadiran Yang Maha Esa yang menguasai seluruh alam semesta.

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu juga muncul di benak orang-orang lain, yang

pada akhirnya menarik kesimpulan tentang hakikat Tuhan dari berbagai tanggapan,

sehingga menimbulkan beragam perpecahan teologis yang ada saat ini. Berbagai

pihak tertarik pada perilaku manusia yang berkaitan dengan alam ketuhanan dan

bagaimana hal itu membentuk perilaku manusia. Peneliti psikologi dan agama adalah

dua di antaranya. Mereka berupaya meneliti perilaku manusia yang dipengaruhi atau

diubah oleh kepercayaan mereka kepada Tuhan dalam kerangka ilmiah

Psikologi agama, sebagai cabang dari ilmu psikologi lahir sebagai hasil

perkembangan ilmu-ilmu sosial pada umumnya dan psikologi pada khususnya pada

abad ke-19 dan abad ke-20. Sebelum menjadi ilmu yang otonom, psikologi agama

merupakan bagian dari psikologi secara umum dan psikologi merupakan bagian dari

ilmu filsafat.5

B. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Psikologi Agama

5
Surawan dan Mazrur, Psikologi Perkembangan Agama: Sebuah Tahapan Perkembangan
Agama Manusia, (Cet. X: Yogyakarta; K-Media, 2020), h. 8-10
8

1. Psikologi Agama (Abad ke-19)

Menurut sejarah perkembangan ilmu Psikologi, munculnya psikologi agama

sebagai salah satu cabang dari ilmu Psikologi didahului dengan lahirnya ilmu

Psikologi itu sendiri. Sementara itu lahirnya ilmu Psikologi sebagai suatu ilmu yang

mandiri terjadi pada abad ke-19, yaitu pada tahun 1879 yang ditandai dengan

berdirinya laboratorium Psikologi yang pertama di dunia. Laboratorium psikologi


tersebut didirikan oleh Whiliam Wundt (1832-1920) dari Universitas Leipzig,

Jerman.

Wundt mendirikan laboratorium psikologi di mana dia dapat mengembangkan

dan menerapkan teknik eksperimental yang dirancang untuk memahami berbagai

perilaku manusia. Laboratorium serupa segera dibangun di beberapa negara setelah

laboratorium psikologi tersebut dianggap berhasil melakukan studi eksperimental

terhadap berbagai perilaku manusia. Psikologi diakui sebagai ilmu tersendiri pada

akhir abad ke-19 dan dipersiapkan untuk maju berdampingan dengan disiplin ilmu

lainnya.

Sementara itu, di Barat, bidang psikologi semakin berkembang dan mendapat

lebih banyak dukungan dari masyarakat dan komunitas ilmiah lainnya.

Agama tidak mendapat perhatian khusus sebagai bidang ilmu yang boleh

diselidiki secara ilmiah di dunia. Pengetahuan para akademisi agama terhadap

perbedaan bidang kajian ilmu dan agama inilah yang menyebabkan minimnya minat

keilmuan terhadap kajian agama. Selain itu, sebagian besar individu tetap percaya

bahwa agama lebih unggul daripada pendekatan psikiatris atau dapat mengatasi

masalah. Agama secara khusus dianggap sebagai mata pelajaran suci yang tidak dapat

dipelajari oleh ilmu pengetahuan. Mereka berpendapat bahwa untuk memahami


9

agama sepenuhnya, seseorang harus mencari sumber supernatural (suci) untuk

mendapatkan jawabannya. Kondisi semacam ini menyebabkan psikologi agama tidak

berkembang, atau bahkan tidak dikenal sama sekali.6

Dunia Timur (Islam) telah mengetahui kajian psikologi agama sebelum dunia

Barat menyadarinya. Hal ini terlihat dari sejumlah tulisan para psikolog Islam yang

mengupas dinamika psikologis dan keagamaan seseorang. Dalam tulisannya, penulis

seperti Ibnu Tufail (1110-1185 M) dan Al-Ghazali (1059-1111 M) mempelajari

psikologi seperti yang dikenal di Barat. Persoalan proses tumbuh kembang dan

sentimen keagamaan anak yang lahir di pulau terpencil tercakup dalam novel Hay Ibn

Yazan karya Ibnu Tufail. Begitu pula Imam Al-Ghazali yang banyak bicara tentang

aspek psikologis dan teologis seseorang dalam kitabnya Al-Munqiz Mina Al-Dholal

(penyelamat dari kesalahan).

Kebebasan berpikir lebih mapan di dunia Islam (Timur) dibandingkan di dunia

Barat pada periode yang sama, meskipun terdapat kemunduran dalam kemajuan dunia

Islam. Hal ini disebabkan karena sulitnya menemukan buku-buku bersejarah setelah

ISIS ditaklukkan dan banyak harta perpustakaannya hilang. Selain itu, banyak filsuf

Islam yang terlibat dalam isu-isu politik dan pembebasan mereka dari kolonialisme.

Karya-karya klasik yang ditulis oleh para filsuf Islam baru sampai ke Barat setelah

banyak negara Islam memperoleh kemerdekaan.

Pandangan dunia modern yang muncul sejak abad ke-16 dan menempatkan

manusia sebagai pusatnya pada pertengahan abad ke-19 telah berkembang pesat.

Bumi dianggap sebagai pusat kosmos pada abad ini, dan segala sesuatunya adalah

yang paling indah dan tertinggi. Konsepsi tradisional Copernicus dan Galileo bahwa

6
Sudirman, Perkembangan Psikologi Agama, Scholastica: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol. 1 No.1 November 2018, h. 4-6
10

bumi adalah pusat kosmos, bersama dengan gagasan segar Descartes dan Isaac

Newton, menandai dimulainya sebuah gerakan baru.

Peluncuran buku Darwin Origin of Species pada tahun 1859 mungkin

dipandang sebagai tindakan simbolis yang menyatakan bahwa keberadaan manusia

itu sendiri dapat dipelajari dengan cermat dan menjadi subjek teori-teori logis. Dua

puluh tahun setelah buku Darwin diterbitkan, Wilhem Wundt dari Universitas Leipziq

di Jerman membangun sebuah laboratorium untuk merancang dan menerapkan teknik

eksperimental yang disesuaikan untuk mempelajari perilaku manusia. Menurut James

(1902), tahun 1879 dianggap sebagai tahun lahirnya psikologi ilmiah modern. Kajian

ilmiah pertama tentang psikologi agama yang diterbitkan pada tahun 1881

mengeksplorasi penelitian G. Stanley Hall tentang isu konversi agama.7


2. Psikologi Agama (Abad ke-20)

Studi antropolog dan sosiolog seperti Stanley Hall dianggap sebagai orang yang

memulai penelitian ilmiah kontemporer mengenai psikologi agama pada abad ke-20,

menurut sumber. Terbitnya dua buku yang menghasilkan teori psikologi agama

secara komprehensif, The Psychology of Religion (1899) oleh Diller Starbuck dan

The Varieties of Religious Experience (1902) oleh William James, merupakan

perkembangan terbesar yang terjadi di antara pergantian abad. abad ke-19 dan ke-20.

Kedua karya ini sangat berkontribusi besar dalam perintisan psikologi agama

berdasarkan fenomena-fenomena kegamaan yang berbasis pada ilmu psikologi, yang

kemudian pada abad ke-20 para penulis dan peneliti yang bertumpu pada teori

Starbuck dan James memberikan istilah “Psikologi Agama” mulai digunakan dan

7
Sudirman, Perkembangan Psikologi Agama, Scholastica: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol. 1 No. 1 November 2018, h. 7.
11

setelah Psikologi agama dinyatakan sebagai ilmu yang mandiri banyak penulis yang

mengkajinya.8

Sementara itu di dunia Timur (Islam), Dr. Abdul Mun’im Abdul Aziz Al-

Malighy misalnya pada tahun 1955 menulis buku dengan judul Tatawwur al- Syu‟ur

al-Diny „Inda Tifl Wa Al- Murahiq yang diterbitkan Dar Al-Ma’arif Cairo,

membahas masalah perkembangan rasa agama pada anak-anak dan remaja. Bahkan

beliau juga menulis buku tentang Psikologi dengan judul Al-Numuwa Al-Nafsy,

diterbitkan oleh Maktabah Mesir- Cairo pada tahun 1957. Selain itu, ada sejumlah

buku tentang Psikologi Agama yang dihasilkan oleh ilmuwan muslim, antara lain:

a. Afif Abdul Fatah, menulis buku berjudul Ruuh al-Diin al-Islamy diterbitkan

tahun 1956.

b. Musthafa Fahmy, menyusun buku dengan judul Al-Shihah al-Nafsiyah yang

diterbitkan pada tahun 1963.

Dari sejumlah tulisan para ilmuwan muslim diatas, buku yang dianggap paling

relevan dengan kajian Psikologi Agama adalah buku Tatawwur al-Syu‟ur al-Diny

‘Inda Tifl Wa Al- Murahiq yang ditulis oleh Dr. Abdul Mun’im Aziz Al-Malighy dan

dianggap sebagai langkah awal di dunia Timur (Islam).9

3. Perkembangan di Indonesia

Istilah psikologi agama di Indonesia sudah mulai dikenal sejak tahun 1970an,

yaitu pertama kali diperkenalkan oleh Prof.Dr. Zakiah Darajat dan Prof. Dr. A. Mukti

Ali terutama dilingkungan IAIN dan Perguruan Tinggi Islam lainnya. Kemudian

bidang keilmuan ini banyak diminati oleh para dokter, intelektual muslim, dan para

8
Yandi Hafizallah, Psikologi Agama Sejarah, Tokoh, dan Masa Depan, Jurnal of
Pshycology, Religion, and Humanity, Vol. 1 No. 1 tahun 2019, h. 4.
9
Rohmalina Wahab, Psikologi Agama, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), h. 41
12

pendeta katolik. Diantara tokoh-tokoh yang ikut terlibat dalam pengembangan bidang

ilmu ini adalah:

a. Prof. dr. H. Aulia yang menulis buku dengan judul Agama dan kesehatan

Badan/ Jiwa tahun (1965).

b. Prof. Dr. Zakiah Darajat menulis buku Ilmu Jiwa Agama (1970), dan Peranan

Agama dalam Kesehatan Mental (1970).

c. KH. S.S. Djam’an menulis buku Islam dan Psikomotorik (1975).

d. Dr. Nico Syukur Dister yang menulis buku Pengantar Ilmu Jiwa Agama

(1982).

e. Dr. Jalaluddin dan Dr. Ramayulis menulis buku Pengantar Ilmu Jiwa Agama.

f. Prof. Dr. Hasan Langgulung menulis buku Teori-teori Kesehatan Mental

(1986)

g. Drs. H. Abdul Aziz Ahyadi yang menulis buku Psikologi Agama:

Kepribadian Manusia Pancasila.

h. Jalaluddin, menulis buku Psikologi Agama (1996)

Kesimpulannya adalah penelitian tentang perilaku individu dan sosial serta

perkembangan manusia mendukung kemajuan psikologi agama di masa modern. Hal ini

mengarah pada bidang psikologi terapan yang memiliki beberapa keunggulan.

Perkembangan bidang Psikologi Keagamaan juga dipengaruhi oleh perubahan pemikiran

masyarakat masa kini yang mulai merasa bosan dengan kehidupan dan beralih pada ajaran

agama sebagai upaya mencari ketenangan. Perawatan berorientasi agama sangat populer

karena dianggap berguna dalam meningkatkan ketenangan mental, yang menarik banyak

orang.
13

Sejak menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, perkembangan psikologi

agama dinilai cukup pesat, dibandingkan usianya yang masih tergolong muda.

Perkembangan psikologi agama yang cukup pesat ini antara lain ditandai dengan

diterbitnya berbagai karya tulis, baik buku maupun artikel dan jurnal yang memuat

kajian tentang bagaimana agama dalam kehidupan manusia.10

10
Yandi Hafizallah, Psikologi Agama Sejarah, Tokoh, dan Masa Depan, Jurnal of
Pshycology, Religion, and Humanity, Vol. 1 No. 1 tahun 2019, h. 6.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Awal kajian Psikologi teritang gejala-gejala keagamaan secara sistematis

dimulai oleh penelitian G. Stanley Hall pada taboo 1881, tentang gejala religious

conversion (perubahan kehdupan beragama secara dramatis, termasuk pindah agama)

di kalangan remaja. Bidang Psikologi Agama mulai kelihatan sosoknya ketika

William James, yang juga dikenal sebagai pelopor Psikologi Modem di Amerika,

menyampaikan kuliahnya di Edinburg University pada tahun 1900- 1901.

Istilah psikologi agama di Indonesia sudah mulai dikenal sejak tahun 1970an,

yaitu pertama kali diperkenalkan oleh Prof.Dr. Zakiah Darajat dan Prof. Dr. A. Mukti

Ali terutama dilingkungan IAIN dan Perguruan Tinggi Islam lainnya. Kemudian

bidang keilmuan ini banyak diminati oleh para dokter, intelektual muslim, dan para

pendeta katolik.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka penulis sangat mengharapkan kritik, dan saran yang bersifat

membangun dari dosen pembimbing mata kuliah, dan pembaca, serta pihak-pihak

lain demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.

14
15

DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1993.
Hafizallah, Yandi. Psikologi Agama Sejarah, Tokoh, dan Masa Depan, Jurnal of
Pshycology, Religion, and Humanity, Vol. 1 No. 1 tahun 2019.
Hamali,Syaiful. Psikologi Agama: Terapi Agama Terhadap Problematika Psikis
Manusia, Jurnal Al-Adyan, Vol. IX, No. 2 Desember 2014.
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996.
Jaya, Yahya. Peranan Taubat dan Maaf dalam Kesehatan Mental, Jakarta : Ruhama,
1992.
Sudirman, Perkembangan Psikologi Agama, Scholastica: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol. 1 No. 1 November 2018.
Surawan dan Mazrur, Psikologi Perkembangan Agama: Sebuah Tahapan
Perkembangan Agama Manusia, Cet. X: Yogyakarta; K-Media, 2020.

Wahab, Rohmalina. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015.

Anda mungkin juga menyukai