Kepada Yth:
Ketua Pengadilan Negeri Palu
di
Palu
Dengan Hormat,
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Cindy Firlly Dessintalia, S.H., Advokat.
Alamat : Semanggi No. 13, Palu
Telp : (031)1234567
Berdasarkan surat kuasa tertanggal 12 Oktober 2022, bertindak sebagai kuasa hukum untuk dan
atas:
Dalam hal ini telah memilih tempat kediaman hukum (domisili) di kantor kuasa hukumnya
tersebut hendak menandatangani dan mengajukan surat gugatan, selanjutnya akan disebut
sebagai Penggugat.
BAHWA dengan tidak dibayarkannya uang sewa ini PENGGUGAT telah mengalami
kerugian berupa pendapatan yang seharusnya diterima sebesar Rp 200,000,000.00
Primair:
Subsidair:
Apabila Pengadilan Negeri Palu berpendapat lain, maka dalam peradilan yang baik mohon
keadilan yang seadil adilnya (ex aequo et bono).
Hormat Kuasa Hukum Penggugat
Dengan hormat.
1. Bahwa Pemohon dilahirkan di Kota Palu, pada tanggal 12 Juni 2003, anak Perempuan
dari Lily dan Rendy, sebagaimana bukti dari Akta Lahir No. 1234-3/1 tertanggal 15 Juni
2003 dari kantor Catatan Sipil.
2. Bahwa Pemohon berkeinginan untuk menganti nama Pemohon dengan alasan agar nama
menjadi sesuai dengan KTP, KK, serta ijazah SD, SMP dan SMA. Adapun nama yang
Pemohon kehendaki dari nama asal Cindy Firlly Dessintalia diganti menjadi Cindy Firlly
Dessintalia Putri;
3. Bahwa untuk pergantian nama Pemohon baik nama keluarga maupun nama kecil dari
nama Cindy Firlly Dessintalia diganti menjadi Cindy Firlly Dessintalia Putri menurut
Pasal 52 Undang-undang Nomor 23 tahun 2006, tentang Administrasi Kependudukan,
terlebih dahulu harus mendapatkan ijin/ Penetapan dari Hakim Pengadilan Negeri tempat
Pemohon.
Maka berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Pemohon mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan
Negeri Palu agar kiranya berkenan mengabulkan permohonan Pemohon dengan Penetapan:
Demikian permohonan ini diajukan kepada Bapak Ketua Pengadilan Negeri Palu diucapkan
terimakasih.
Hormat saya.
DISUSUN OLEH :
CINDY FIRLLY DESSINTALIA
D10121416
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“Hukum Pribadi atau Perorangan”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata.
dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tugas makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini terutama Dosen Pengampu
kami Ulvanora,SH,MH. yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata dari kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil. Jika
hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta
kepentingan umum, misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara),
kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha
negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur
hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti
kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan,
harta benda, kegiatan usaha, dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata
lainnya.
Namun, seperti yang tertulis dalam judul makalah, kami hanya akan
membahas Buku I KUH Perdata tentang orang yang lebih spesifik lagi
tentang hukum perorangan atau pribadi.
4
mengkaji ketiga hal tersebut, namun juga mengkaji tentang domisili dan
catatan sipil. Jadi, hukum perorangan adalah keselurah kaidah-kaidah
hukum yang mengatur tentang subyek hukum dan kewenangan,
kecakapan, domisili, dan catatan sipil. Definisi ini dititikberatkan pada
wewenang subyek hukum dan ruang lingkup peraturan hukum
perorangan.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum Orang
6
b. Badan hukum disebut pribadi hukum Orang sebagai subjek h
ukum mulai sejak lahir hingga meninggal dunia. Namun ada
pengecualian yaitu sebagai perluasan yang diatur dalam
pasal 2 KUH perdata yang mengatakan : “bayi yang masih
berada dalam kandungan ibunya dianggap telah dilahirkan
hidup apabila ada kepentingan bayi itu yang menghendaki”.
Jadi walaupun anak itu belum lahir dapat dianggap sebagai
subjek hukum. Terhadap asas ini harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
(1) Anak telah dibenihkan pada saat timbul kepentingan anak.
7
lawan dari subyek hukum. Objek hukum adalah benda yang
tidak mempunyai hak dan kewajiban dan berguna bagi subyek
hukum yang mana djadikan pokok hubungan hukum oleh subyek
hukum. Yang menjadi objek hukum adalah ialah benda dan
barang.
B. Manusia sebagai subjek hukum
1. Manusia
8
seseorang hanya dapat menjadi ahli waris kalau ia hidup sebagai manusia biasa
pada saat pewaris meninggal dunia. Akan tetapi, dengan adanya Pasal 2 BW,
seorang anak yang masih dalam kandungan ibunya sudah dianggap seolah-olah
sudah dilahirkan, manakala anggapan ini menjadi keuntungan si anak. Tapi
kalau anak dalam kandungan itu kemudian dilahirkan mati, maka ia dianggap
sebagai tidak pernah telah ada. Artinya kalau anak (bayi) itu lahir hidup,
meskipun hanya sedetik dan ini dapat ditentukan, maka ia ketika dalam
kandungan dianggap sudah hidup, sehingga dalam kandunganpun ia sudah
merupakan orang yakni pendukung hak. 4 Pentingnya Pasal 2 BW terlihat pada
contoh kasus sebagai berikut. Seorang ayah pada tanggal 1 Agustus 1984
meninggal dunia. Pada saat meninggal dunia ini ia mempunyai dua orang anak,
sedangkan isterinya dalam keadaan hamil (mengandung).
2. Ketidakcakapan
Wewenang seseorang dalam hukum dapat dibedakan menjadi dua macama yaitu:
9
bagi anak-anak.
Akan tetapi, pada pasal 1330 BW yang mengatakan bahwa wanita
yang bersuami tidak memiliki kecakapan bertindak hukum sudah tidak
berlaku lagi. Karena, menurut UU tentang perkawinan No. 1 tahun
1974 pasal 31 yang mengatakan bahwa, kedudukan istri dan suami
adalah sama dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup
bersama dalam masyarkat, masing-masing pihak berhak melakukan
perbuatan hukum. Hanya tugasnya dibagi, suami sebagai kepala rumah
tangga dan istri sebagai ibu rumah tangga.
3. Pendewasaan
10
tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka pengertian inilah
yang disebut sebagai Pendewasaan(Handlichting).
Terdapat dua macam handlichting yaitu:
4. Nama
11
dipakai oleh bapak dan ibunya.6
5. Domisili
12
Ketentuan-ketentuan yang mengatur tempat kediaman yang
dipilih, dibedakan ke dalam dua macam seperti dikemukakan
berikut ini : 1.
13
maka untuk mengurus harta kekayaan dan mewakili kepentingannya
itu, Pengadilan Negeri dapat memerintahkan kepada seorang atau
lebih dari keluarga sedarah atau semenda atau kepada isteri atau
suaminya.
Masa yang berhubungan dengan pernyataan bahwa orang yang
meninggalkan tempat itu mungkin meninggal dunia, yaitu setelah
lewat 5 tahun sejak keberangkatannya dari tempat tinggalnya atau 5
tahun sejak diperolehnya kabar terakhir yang membuktikan bahwa
pada waktu itu masih hidup, setelah diadakan pemanggilan secara
umum dengan memuat di surat kabar sebanyak tiga kali. Hak- hak
dan kewajiban-kewajiban orang yang tidak di tempat beralih kepada
ahli warisnya, tetapi ini hanya bersifat sementara dan dengan
pembatasan-pembatasan. Sedangkan masa pewarisan secara definitif
adalah masa dimana persangkaan bahwa orang yang tidak di
tempat itu telah meninggal dunia semakin kuat yaitu setelah
lampau 30 tahun sejak hari pernyataan kemungkinan meninggal dunia
atau setelah lampau 100 tahun terhitung sejak hari lahir orang yang
tidak di tempat itu.
Meskipun demikian, dalam setiap masa itu orang yang tidak di
tempat tersebut tetap mempunyai wewenang berhak dan wewenang
bertindak atas harta kekayaan yang ditinggalkannya, dimana kalau ia
muncul kembali, maka hak-hak dan kewajiban-kewajibannya kembali
kepadanya dengan pembatasan-pembatasan tertentu (Pasal 486 dan
Pasal 487). Kemudian dalam Pasal 489 s.d. 492 diatur tentang
akibatakibat keadaan tidak di tempat yang berhubungan dengan
perkawinan, tetapi dengan berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan, pasal-pasal BW mengenai afwezigheid
yang berhubungan dengan perkawinan ini kiranya sudah tidak relevan
lagi.
Pentingnya pengaturan mengenai keadaan tidak di tempat atau
keadaan tidak hadir terutama adalah pada masa dahulu dimana
14
hubungan antar daerah masih sukar. Berbeda dengan zaman modern
sekarang dimana hubungan antar daerah maupun antar negara sudah
lancar. Untuk masa sekarang pengaturan mengenai keadaan tidak di
tempat tetap ada gunanya, satu dan lain hal bila terjadi perang atau
terjadi kekacauan-kekacauan, dimana orang banyak yang hilang dan
perhubungan dengan beberapa daerah atau negara terputus.7
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara hukum termasuk hukum perdata semua manusia adalah subyek hukum
sejak dilahirkan sampai meninggal dunia, bahkan dalam kandunganpun, menurut
pasal 2 KUH Perdata sudah dianggap manusia dan karenanya menjadi subyek
hukum perdata apabila ada kepentingan hukumnya dan pada saat lahir dia hidup.
Namun apabila ketika lahir meninggal, maka dianggaplah dia tidak pernah ada.
Status manusia sebagai subyek hukum perdata disandang sampai meninggal
dunia, sejalan dengan logika hukum yang ditentukan pasal 3 KUHPerdata: “Tiada
suatu hukumanpun yang mengakibatkan seseorang kehilangan hak
keperdataannya.”
B. Saran
Sesungguhnya makalah kami ini pastilah tidak luput dari
kesalahan.Karenanya kami sungguh sangat mengharapkan kritik dan saran dari
segala pihak. Yang dapat lebih membangun kami lagi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Akhmad Budi and Surini Ahlan Sjarif (2008). Mengenal Hukum
Perdata. Depok:CV Gitama Jaya.
17