Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori
1. Peran Kepemimpinan Kepala Ruang Keperawatan
a. Pengertian kepala ruang
Kepala ruang adalah seorang perawat yang diberikan
kewenangan dan tanggungjawab dalam melakukan pengaturan dan
pengendalian kegiatan perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan di ruang rawat. Kepala ruang juga bertanggungjawab
dalam mengembangkan dan mengevaluasi staf yang dipimpinnya
(Kurniadi, 2013). Kepala ruang memiliki peran dan bertanggung jawab
untuk melakukan supervisi pelayanan asuhan keperawatan di ruang
keperawatan yang dipimpinnya, yang dapat dilakukan secara
lanngsung maupun tidak langsung sesuai dengan metode yang di
gunakan pada ruangan tersebut (Suyanto, 2010) . Kepala ruangan
dalam menjalankan tugas, peran dan fungsinya harus mampu
memotivasi anggota tim untuk melaksanakan asuhan keperawatan
dengan baik dan memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan
pasien.
Kepala ruang juga merupakan manajer operasional yang secara
langsung mengelola seluruh sumber daya di unit keperawatan sehingga
kepala ruang dapat mengambil keputusan dan menentukan kebijakan
untuk untuk memberikan pelayanan keperawatan sehingga
menghasillkan mutu pelayanan yang berkualitas
(Curtis & O’Connell, 2011)
.
Kepala ruang adalah seorang manajer pemula yang merupakan
kepala unit perawatan dengan fokus utama kegiatannya berada di unit
kerja pelayanan langsung berhadapan dengan pasien dan keluarganya,
dalam hal menjalankan tugasnya kepala ruang membawahi ketua tim
dan perawat pelaksana.
b. Fungsi Kepala Ruang
Menurut (Marquis & Houston, 2017) , dalam pelayanan
keperawatan, kepala ruang berfungsi melakukan perencanaan,
pengorganisasian, staffing, pengarahan dan controlling.
1) Perencanaan yang meliputi penetapan filosofi, tujuan dan sasaran,
kebijakan, prosedur, serta aturan yang akan digunakan. Kepala
ruang juga melakukan proyeksi jangka panjang dan jangka pendek;
menentukan biaya pada setiap tindakan serta mengelola perubahan
yang direncanakan. Perencanaan perlu dilakukan agar semua
kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan organisasi
2) Pengorganisasian untuk melaksanakan rencana, menentukan jenis
perawatan pasien yang tepat, dan mengelompokkan kegiatan untuk
memenuhi tujuan unit. Fungsi ini dapat melibatkan struktur
organisasi dan menggunakan kekuasaan dan wewenang secara
tepat.
3) Fungsi staffing yang meliputi perekrutan, interview, dan orientasi
staf, selanjutnya melakukan pengaturan penjadwalan,
pengembangan staf, sosialisasi karyawan, dan pembangunan tim.
4) Pengarahan, dilakukan dengan melakukan memotivasi, mengelola
konflik, mendelegasikan, mengomunikasikan, dan memfasilitasi
kolaborasi.
5) Controlling, fungsi ini meliputi penilaian kinerja, akuntabilitas
keuangan, pengendalian mutu, pengendalian hukum dan etika,
serta pengendalian profesional dan kolegial.
c. Tanggungjawab Kepala Ruang
Tanggung jawab kepala ruang seperti disampaikan
(Kurniadi, 2013)
meliputi beberapa hal yang berkaitan dengan:
1) Ketenagaan.
Melakukan identifikasi kebutuhan ketenagaan dan mengusulkan
untuk pemenuhan baik tenaga keperawatan maupun non
keperawatan sesuai dengan kebutuhan serta mengoptimalkan
pemberdayaan yang tersedia.
2) Manajemen operasional
Kepala ruang melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai
koordinator pelaksanaan tugas pokok dan menjembatani hubungan
dengan atasan dan bawahan pada sebuah sistem organisasi.
3) Manajemen kualitas pelayanan
Melakukan pengelolan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
profesional yang berlandaskan pada kaidah ilmu dan etika profesi
keperawatan serta dapat menjamin mutu asuhan pelayanan
sehingga akan memuaskan pasien maupun keluarganya.
4) Manajer finansial
Kepala ruangan melakukan perhitungan kebutuhan keuangan, alat,
bahan habis pakai dan kebutuhan logistik lainnya yang diperlukan
dalam keperwatan serta melakukan evaluasi dalam pemanfaatan
dan perawatannya.

d. Kepemimpinan Dalam Keperawatan


Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain yang
dilakukan dengan menetapkan tujuan, memberikan pengarahan,
perintah dan memotivasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
sedangkan hasil dari pengaruhnya adalah adanya kemauan anggota
organisasi melakukan pekerjaan dengan sukarela (Kurniadi, 2013) .
Kepemimpinan menjadi faktor yang penting agar kepala ruang dapat
memberikan pengarahan kepada perawat untuk bekerja mencapai
tujuan kelompok, kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja perawat
(Alim et al., 2019) . Dalam keperawatan kepemimpinan kepala ruang
menjadi faktor yang bisa meningkatkan kinerja perawat pelaksana
untuk memberikan pelayanan keperawatan secara optimal sehingga
dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu pelayanan
keperawatan.

Kepala ruang sebagai pemimpin dalam keperawatan memiliki


peran untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan
melakukan evalusi sumber daya, sarana dan prasarana yang tersedia
untuk melakukan asihan keperawatan yang efektif dan efisien
(Suyanto, 2010) . Masing-masing kepala ruang memiliki gaya dalam
menjalan kepemimpinan. Gaya kepemimpinan yang memiliki
pengaruh terhadap peningkatan kinerja perawat adalah gaya
kepemimpinan partisipatif, otoriter dan bebas tindak
(Nurjannah et al., 2019)
. Peran kepala ruang menjadi sangat strategis dalam pelaksanaan
asuhan mulai dari perencanaan sampai pada evaluasi pelayanan.

2. Bimbingan Rohani Islam


a. Pengertian Bimbingan Rohani Islam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bimbingan
berasal dari kata bimbing yang berarti pimpin, asuh atau tuntun.
Sedangkan bimbingan adalah petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan
sesuatu atau tuntunan atau pimpinan (Setiawan, 2019) . Menurut
Hidayati, (2014) bimbingan mempunyai arti menunjukkan,
membimbing, atau menuntun atau membantu orang lain untuk
mencapai kesejahteraan hidup. Bantuan diberikan agar seseorang
mampu mengembangkan potensi dalam mengatasi berbagai persoalan
hidup dan tidak bergantung kepada orang lain. Bimbingan juga
diartikan sebagai pemberian bantuan secara terus menerus dan
sistematis kepada individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi,
sehingga mampu menggunakan kemampuan diri sendiri untuk
mencapai kemampuan menyesuaikan diri didalam lingkungannya
(Syafaruddin et al., 2019) . Pada dasarnya bimbingan adalah
memberikan bantuan kepada orang lain baik individu maupun
berkelompok untuk mengoptimalkan kemampuan individu
memecahkan masalah yang dihadapinya.
Sedangkan rohani secara etimologi berasal dari bahasa arab
yaitu ‫ ُرْو َح اِنٌّي‬atau rūḥānī yang artinya 'hal yang berkaitan dengan nyawa'.
Kata ruhani berasal dari kata ‫ ُرْو ٌح‬atau rūh yang berarti 'tiupan; sesuatu yang
membuat manusia dapat hidup' (Setiawan, 2019) . Bimbingan rohani
merupakan upaya memberikan bantuan, pendampingan, tuntunan
kepada orang lain agar dapat menghadapi dan menyelesaikan
permasalahan dan kesulitan yang dihadapi.
Bimbingan Rohani Islam adalah pemberian bantuan kepada
individu agar mental dan jiwanya mampu hidup sesuai dengan yang
telah ditentukan oleh Allah SWT (Tuti Awaliyah, 2016) . Sedangkan
menurut (Hidayati, 2014) , bimbingan rohani islam adalah
penyampaian nilai-nilai keislaman atau nilai-nilai spiritual kepada
pasien yang dilakukan oleh seorang pembimbing atau rohaniawan
untuk meningkatkan keimanan sehingga mampu menghadapi
permasalahan atau penyakit dan mempercepat penyembuhan.

Bagi umat islam, bimbingan rohani menjadi wujud dari


ketaqwaan kepada Allah SWT dan dakwah yang dilakukan untuk
mendorong kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat. Didalam QS Al-
Asr ayat 1 – 3 yang artinya “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya menaati
kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran”
menjadi salah satu landasan umat muslin melakukan dakwah
(Rahim & Aswad, 2021)
. Sesungguhnya al-Qur`an dan hadist menjadi landasan
bagi rohaniawan dalam memberikan bimbingan rohani Islam yang
kemudian dikembangkan berbagai metode bimbingan sesuai dengan
situasi dan kondisi psikologis pasien (Hidayati, 2014) . Bimbingan
rohani yang dilakukan oleh seorang rohaniawan sebagai implementasi
dari ketakwaan yang didasarkan pada pedoman hidup terbesar bagi
umat islam yaitu al-Qur’an dan hadist.
Didalam pelayanan pasien, bimbingan rohani Islam merupakan
proses penyampaian nilai spiritual islam terhadap pasien yang
dilakukan oleh seorang rohaniawan atau pembimbing rohani agar
dapat meningkatkan keimanan dan keyakinannya sehingga diharapkan
akan mampu menghadapi kondisi sakit dan mempercepat proses
penyembuhan (Hidayati, 2014). Perawat menjalin hubungan terapeutik
dimana hubungan ini memiliki tujuan meningkatkan proses
penyembuhan terhadap pasien. Dimana bimbingan rohani Islam
dilakukan dengan memberikan motivasi positif dalam proses
penyembuhannya (Rahim & Aswad, 2021). Bimbingan rohani islam pada
pasien lebih menitikberatkan pada pasien agar lebih mendekatkan diri,
meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT agar lebih tenang,
tentram dan dengan ketenangan dan keyakinannya akan selalu
mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.
b. Tujuan bimbingan rohani
Tujuan bimbingan rohani islam adalah untuk menyadarkan
penderita agar dapat memahami dan menerima cobaan berupa penyakit
dengan ikhlas dan tenang, dan juga membantu meringankan masalah
melalui pemberian pengertian dan bimbungan untuk melaksanakan
kewajiban sehari-hari sesuai kemampuannya, mengikuti tuntunan
agama (Hidayati, 2014) . Bimbingan rohani islam bertujuan untuk
memberikan ketenangan, ketentraman, kenyamanan dan kebahagiaan
dengan cara mengingat Allah SWT, melalui menghadapkan diri dan
mendekatkan hubungan sang pencipta. Bimbingan rohani selalu
berupaya meringankan beban dan penderitaan pasien dengan keimanan
dan ajaran keagamaan (Tuti Awaliyah, 2016).
Menurut Arifin & Satriah (2018) tujuan bimbingan rohani Islam
adalah
1) Membimbing agar pasien memiliki semangat menjalani kondisi
sakit, menyadari kelemahan sebagai makhluk Allah, mengakui
kekuasaan dan takdir Allah dan bersikap dan berprilaku sesuai
dengan ajaran agama Islam.
2) Membimbing pasien agar mengetahui pentingnya bero’a,
mengetahui caranya dan melakukannya dengan baik dan benar.
3) Membimbing pasien agar mengetahui tentang beribadah,
memahami tata cara beribadah dalam keadaan sakit, dapat
melakukan ibadah dengan baik dan benar.
4) Membimbing pasien dalam menghadapi sakaratul maut agar
meninggak dalam keadaan husnul khatimah dan mengingat Allah.
5) Membantu pasien agar dapat memecahkan permasalahan yang
dihadapinya.
c. Unsur Bimbingan Rohani Islam
Beberapa unsur bimbingan rohani islam yang merupakan
bagian dari bimbingan rohanai Islam tersebut, dijelaskan oleh
(Hidayati, 2014) adalah sebagai berikut:
1) Subyek
Subyek adalah orang yang di memiliki kompetensi dan
mampu memberikan bimbingan berupa pengarahan atau nasehat
untuk orang sakit. Subyek harus memiliki cara pengetahuan agama
yang baik, berkomunikasi yang baik, mudah bergaul dan dapat
bersilaturahmi dengan baik. Di rumah sakit peran sebagai subyek
dalam bimbingan rohani Islam sering ditunjuk seorang rohaniawan
islam. Seorang pembimbing rohani dituntut untuk memilki
kepribadian yang mampu memberikan keteladanan yang baik bagi
pasien sehingga pasien akan merasa senang ketika diberikan
bimbingan kerohaian (Sahputra, 2020)
Dalam memberikan pelayanan pasien, perawat juga dapat
memiliki peran dalam melakukan bimbingan rohani kepada pasien
karena pelayanan profesional keperawatan mencakup pelayanan
bio-psiko-sosio dan spiritual (Nursalam, 2014). Dengan pelayanan
keperawatan yang komprehensif, pasien akan dapat meningkatkan
kekuatan fisik, emosi dan spriritual pasien (Mundakir et al., 2016).
Sehingga perawat merupakan profesi yang strategis sebagai subyek
dalam memberikan bimbingan rohani pasien. Perawatan rohani
Islam adalah salah satu wujud terapi dan perawatan spiritual yang
menjadi bagian dari pelayanan holistik kesehatan bagi manusia
seutuhnya.
2) Obyek
Obyek dalam bimbingan rohani adalah orang yang
menerima bimbingan rohani, dalam hal ini adalah pasien
(Hidayati, 2014)
. Di rumah sakit, yang disebut sebagai obyek bimbingan
rohani adalah pasien rawat inap karena pasien yang rawat rawat
jalan sakitnya tidak parah dan kurang membutuhkan bimbingan
rohani (Khoirunisa, 2017) Seorang pembimbing rohani harus
memahami obyek yang dibimbingnya baik dari usia, jenis kelamin
maupun karakter dari obyek sehingga akan mampu menyampaikan
pesan yang dapat diterima oleh obyek (Hidayati, 2014).
3) Pesan
Pesan atau materi merupakan isi pesan yang disampaikan
kepada obyek dari subyek bimbingan rohani. Dalam hal ini pesan
dari bimbingan rohani adalah ajaran islam, yang diklasifikasikan
menjadi pokok-pokok masalah tentang akidah, syariah, muamalah,
dan aklak.
Menurut Tuti Awaliyah, (2016) ada beberapa materi yang
bisa disampaikan saat bimbingan rohani yang dapat disampaikan
diantaranya adalah:
a) bimbingan ibadah yang meliputi bimbingan berwudlu,
bimbingan sholat,
b) bimbingan berdo’a baik untuk pasien maupun keluarganya
c) bimbingan akhlak, baik yang menyangkut sikap maupun
tindakan yang dilakukan saat sakit, bimbingan agar tetap sabar
dan tawakal
d) bimbingan talqin, diberikan kepada pasien yang dinyatakan
koma atau menghadapi sakaratul maut.
e) pelayanan pengurusan jenazah mulai dari memandikan,
mengkafani, mensholatkan hingga menguburkan.
Dalam menjalankan tugas melakukan asuhan keperawatan,
selain melakkukan perawatan fisik, perawat juga melakukan
perawatan psikis pasien termasuk memberikan bimbingan
kerohanian. Bimbingan rohani dapat meliputi masalah ibadah,
berdo’a akhlak hingga men-talqinkan pasien.
d. Metode bimbingan rohani islam
Metode bimbingan rohani islam dilakukan melalu beberapa
metode. Secara garis besar, menurut Tuti Awaliyah, (2016) metode ini
dibagi menjadi 2 yaitu secara langsung dan tidak langsung.
1) Langsung
Penyampaian pesan secara langsung kepada pasien yang
dibimbing baik secara individu maupun berkelompok. Bimbingan
langsung dilakukan dengan cara bertatap muka dengan pasien,
melakukan kunjungan atau visite ke ruang rawat pasien, maupun
kunjungan dan observasi kerja sekaligus mengamati kondisi
pasien. Bimbingan ini dilakukan dalam suasana yang tidak terlalu
formal, penuh rasa kekeluargaan dan keakraban, karena pasien
sangat heterogen. Cara seperti ini sangat efektif, disamping itu
pasien yang dilarang berjalan dapat juga didatangi
(Hidayati, 2014)
.
Salah satu yang dapat dilakukan perawat dalam
memberikan bimbingan rohani adalah dengan mendo’akannya dan
mengajari do’a-do’a yang berkaitan dengan kesembuhan. Yang
perlu diperhatikan adalah kemungkinan adanya pasien yang tidak
percaya terhadap do’a atau tidak mau menggunakan do’a dengan
berbagai alasan keyakinan. Hal ini mungkin terjadi dari pasien atau
keluarga pasien. Perawat maupun petugas kerohanian lain tetap
harus mnghormati pasien dan yang mungkin dilakukan adalah
dengan memberikan nasihat keagamaan dan menjaga komunikasi
yang tidak menyentuh substansi bimbingan rohani (Hidayati, 2014)
Bimbingan secara berkelompok dilakukan dengan
melakukan diskusi kelompok dengan pasisn atau keluarga pasien
yang mempunyai masalah yang sama, atau melalui group teaching,
yaitu memberikan bimbingan dengan memberikan materi
bimbingan tertentu atau ceramah kepada keluarga pasien yang
sudah disiapkan sebelumnya.

2) Tidak langsung
Metode tidak langsung merupakan metode bimbingan rohani yang
dilakukan melalui media perantara. Hal ini pun dapat juga
dilakukan secara individual maupun berkelompok. Secara individu,
materi disampaikan melalui surat menyurat, telepon maupun audio
visual. Secara berkelompok materi disampaikan melalui papan
bimbingan, surat kabar, majalah maupun brosur.
Penyampaian pesan atau materi bimbingan melalui tulisan dan
gambar-gambar yang bernafaskan Islam, ayat-ayat suci Alqur’an
atau ungkapan hadis yang bertemakan kesehatan dipajang dalam
ruangan pasien. Dapat juga dengan menerbitkan buku-buku
tuntunan agama untuk pasien (Hidayati, 2014).
Penggunaan audio bisa menggunakan tape recorder/kaset/memori,
dengan pengeras suata yang terhubung ke setiap kamar pasien. Ini
bisa digunakan untuk menyampaikan pesan spiritual kepada pasien
berupa lantunan ayat suci al-Qur`an dan terjemahnya,
pengumandangan azan saat waktu salat tiba, maupun musik yang
bernafaskan Islam (Hidayati, 2014)

3. Spiritualitas

4. Spiritual Islam

Alim, A., Kesehatan Masyarakat, F., Pejuang Republik Indonesia, U., Gunung Bawakaraeng
Nomor, J., & Makassar, K. (2019). KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPALA RUANGAN DENGAN
BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RSUD HAJI MAKASSAR EFFECTIVE LEADERSHIP OF
THE HEAD OF THE ROOM WITH PATIENT SAFETY CULTURE IN HAJI MAKASSAR HOSPITAL.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(2), p. https://doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

Arifin, I. Z., & Satriah, L.-. (2018). Model Dakwah bi al-Irsyãd untuk Pemeliharaan Kesehatan
Mental Spiritual Pasien di Rumah Sakit. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic
Studies, 12(1). https://doi.org/10.15575/idajhs.v12i1.1908

Curtis, E., & O’Connell, R. (2011). Essential leadership skills for motivating and developing
staff. Nursing Management (Harrow, London, England : 1994), 18(5), 32—35.
https://doi.org/10.7748/nm2011.09.18.5.32.c8672

Hidayati, N. (2014). Metode Bimbingan Rohani Islam di Rumah Sakit. Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, 5(2).

Khoirunisa, R. (2017). PERANAN PEMBIMBING ROHANI ISLAM DALAM MEMOTIVASI


KESEMBUHAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
PRINGSEWU [Skripsi, UIN Raden Intan Lampung].
http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/1288

Kurniadi, A. (2013). Manajemen keperawatan dan prospektifnya: teori, konsep, dan aplikasi.
FKUI.

Marquis, B. L. R. M., & Houston, C. J. R. M. D. F. (2017). Leadership Roles and Management


Functions in Nursing: Theory and Application (Ninth edition). Philadelphia : Wolters
Kluwer Health, [2017].

Mundakir, Wulandari, Y., & Mukarromah, N. (2016). Pendekatan Model Asuhan Keperawatan
Holistik Sebagai Upaya Peningkatan Kepuasan Dan Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1(2).

Nurjannah, Nasution, S. S., & Z, H. (2019). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan
Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) TGK Chik Ditiro Sigli. https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/20007?
show=full

Nursalam, Dr. M. N. (Hons). (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional (4th ed.). Penerbit Salemba.

Rahim, A., & Aswad, M. (2021). Metode Dakwah dalam Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam
di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 7(3).
https://doi.org/10.36312/jime.v7i3.2232

Sahputra, D. (2020). Bimbingan Rohani Islam.

Setiawan, E. (2019). KBBI - Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Suyanto. (2010). Mengenal kepemimpinan dan manajemen keperawatan di rumah sakit.


Mitra Cendikia.
Syafaruddin, Syarqawi, A., & Siahaan, D. N. A. (2019). DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN
KONSELING KONSEP T, DAN PRAKTIK T. In Perdana Publishing.

Tuti Awaliyah, M. PD. I. (2016). METODE PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM RUMAH
SAKIT BAGI PPL MAHASISWA JURUSAN BKI (BIMBINGAN KONSELING ISLAM). Chest,
25(1).

Anda mungkin juga menyukai