Anda di halaman 1dari 14

INSPEKSI BUDIDAYA PERTANIAN ORGANIK

Laporan hasil inspeksi budidaya Krisan

Disusun oleh:

Salma Hana Faizah 20200210161


Dina Fitria Linda Wati 20200210167
Rima Anggrie Difanti 20200210174
Muh Wahyu Nur Hanafi 20200210188
Anik Tri Wahyu Ningsih 20200210196

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2023
HASIL INSPEKSI LAPANGAN

Pemilik : Pak Andi

Alamat : Panggeran, Hargobinangun, Kec. Pakem, Kab. Sleman, Yogyakarta.

Komoditas : Krisan

Luas area : 1000 m2

Hari/Tanggal : Jum’at, 9 Juni 2023

Orang yang hadir dalam inspeksi :

1. Salma Hana Faizah 20200210161


2. Dina Fitria Linda Wati 20200210167
3. Rima Anggrie Difanti 20200210174
4. Muh Wahyu Nur Hanafi 20200210188
5. Anik Tri Wahyu Ningsih 20200210196

No Aspek yang diinspeksi Informasi umum Y T


1 Lahan Status Sertifikasi : Petani belum
V mengajukan sertifikasi
lahan organik.
Konversi : Lahan sebelumnya
V merupakan lahan tegalan
dan milik pribadi
Organik tanpa
v
sertifikasi :
Konvensional : Cara budidaya
v menggunakan teknik
budidaya konvensional
Sejarah Apakah produsen
v
punya SNI Sistem
No Aspek yang diinspeksi Informasi umum Y T
Pertanian Organik
?
Apakah informasi Petani belum
yang ada dalam mengusulkan sertifikasi
v
lembar usulan lahan organic.
sertifikasi akurat?
Apakah peta lahan Tidak memiliki peta
sesuai dengan V lahan
kenyataan?
Apakah sejarah
peruntukan lahan v
benar?
Apakah semua
lahan dijadikan V
organik?
Apakah semua
lahan berada
V
dalam satu
kesatuan?
Apakah tanaman/
hasil tanaman
v
disimpan di lain
lokasi?
Apakah pernah Belum pernah
ditolak dalam V mengajukan sertifikasi
sertifikasi?
Sumber air Irigasi v
Tadah hujan V
Lainnya V
2 Tanaman penyangga V
No Aspek yang diinspeksi Informasi umum Y T
Pencegahan Jalan/parit Terdapat parit di pinggir
kontaminasi v lahan dan di selaa
bedengan.
Kolam filterisasi V
Areal terpisah Hanya terdapat 1 kebun
v saja dengan sekeliling
adalah sungai.
Penggunaan peralatan khusus
V
terpisah
Hasil pengujian lab V
3 Pengelolaan lahan, Penyiapan lahan Pemberian pupuk dasar,
v
kesuburan tanah dan pembuatan bedengan
air Usaha pencegahan degradasi v
Pupuk komersil
Pupuk organik v
a.) Kotoran ternak segar? Kotoran sudah menjadi
V
kompos
b.) Asal kotoran? v Beli dalam bentuk pupuk
c.) Hasil kompos? Menggunakan pupuk
v
kandang yang sudah jadi
4 Tanaman dan varietas Benih bersertifikat organik v
Benih hasil budidaya organik V
Benih komersil v
Transplanting V
5 Manajemen ekosistem Mempertahankan dan/atau Masih terdapat beberapa
meningkatkan keanekaragaman v pohon yang tidak
hayati pada luas lahan utama ditebang.
Inter cropping V
Cover crop V
Rotasi tanam V
lainnya V Monokultur,
No Aspek yang diinspeksi Informasi umum Y T
6 Pengendalian OPT Pencegahan Pemilihan varietas Pemilihan varietas yang
v tahan terhaadaap hama
dan penyakit
Rotasi
tanaman/tumpeng V
sari
Pengendalian Pemetikan bagian
mekanis tanaman yang terserang
penyakit. Pengambilan
V
hama dengan tangan
ketika jumlahnya masih
sedikit
Pemanfaatan
V
musuh alami
Pengendalian Organik : V
(dosis) Nabati : Penggunaan pestisida
nabati ketika serangan
v
haama sudah cukup
banyak
Hayati : V
Komersil : Penggunaan fungisida
utuk mengatasi penyakit
v
karat daun ketika sudah
menyebar cukup banyak.
7 Pasca panen Unit pengolahan produk organik di Diolah di dalam ruangan
V
lapang
Pembersihan alat Alat dibersihkan setelah
V
digunakan
Kepemilikan alat V Milik pribadi
Penggunaan bahan terlarang V
8 Penyimpanan Hanya digunakan untuk peroduk Hanya menanam satu
v
organik jenis komoditas dalam
No Aspek yang diinspeksi Informasi umum Y T
satu lahan budidaya yang
sama
Dalam kondisi baik v
Penyimpanan bahan terlarang V
Kemungkinan masuknya hama V
9 Manajemen memahami standar pertanian
V
organik
menunjukkan komitmennya untuk
mengikuti standar menunjukkan
V
komitmennya untuk mengikuti
standar
bukti bahwa semua tahapan Pupuk dan pestisida
operasi dikelola secara baik yang digunakan dalam
v proses budidaya
menggunakan bahan
organik.
PEMBAHASAN

A. Verifikasi Sejarah Lahan


Pengamatan kali ini dilakukan pada tanaman bunga Krisan. Lahan yang di amati adalah
lahan dengan luas 1000 m2 dengan berstasus lahan milik pribadi. Lahan tersebut
merupakan lahan yang sama seperti pada umunya, namun bertopografi tegalan yang
dulunya merupakan kebun yang dipenuhi oleh pepohonan. Di lahan tersebut ditanami
tanaman Krisan dilahanya secara monokulkutur dan hanya menanam tanaman Krisan
secara terus menerus tanpa adanya pergantian tanaman dikarenakan agar tidak terjadi
perebutan unsur hara di dalam tanah yang membuat tanaman Krisan tidak tumbuh optimal.
B. Verifikasi Dokumen Pertanian Organik
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pertanian yang diterapkan masih
konvensional, sehingga tidak terdapat dokumen yang menunjukkan bahwa sistem
pertanian yang digunakan bersifat organik. Seluruh dokumen yang dibuat berdasarkan
hasil pengamatan menunjukkan bahwa sistem pertanian yang diterapkan adalah sistem
pertanian konvensional. Menurut SNI 6729:2016 data tertulis atau dokumentasi harus
disimpan sehingga memungkinkan bagi lembaga sertifikasi dan otoritas untuk menelusuri
asal, sifat dan kuantitas semua bahan yang dibeli, serta penggunaan bahan tersebut. Data
tertulis dan dokumen yang menerangkan tentang semua jenis barang, kuantitas dan
penerima/pembeli barang yang terjual harus disimpan. Kuantitas yang terjual secara
langsung ke konsumen harus dicatat. Sehingga nantinya lembaga sertifikasi mudah untuk
mnedapatkan data dari bahan-bahan yang digunakan tersebut.
C. Menilai Konversi Lahan
Masa konversi yang dilaksanakan dihitung sejak penerapan prinsip produksi pertanian
organik pada lahan pertanian SNI 6729-2016. Konversi ke pertanian organik melakukan
evaluasi lahan dan lingkungan. Melibatkan pengecekan tingkat keasaman, kandungan
nutrisi tanah, dan kadar unsur hara dalam tanah. Juga perlu diperhatikan kualitas air dan
cek kesehatan lingkungan di sekitar lahan pertanian. Buat rencana konversi dilakukan
evaluasi yang mencakup langkah-langkah untuk mengurangi atau menghilangkan
penggunaan pestisida sintetis, pupuk kimia, dan bahan kimia lainnya. Perlu juga diatur
jadwal rotasi tanaman yang tepat dan cara pengelolaan gulma dan tanah.
Pertahankan keanekaragaman hayati di lahan pertanian ini bisa dilakukan dengan
menanam tanaman berbeda secara berdampingan, membiarkan sebagian tanaman menjadi
tanaman gulma, dan memberi makan hewan ternak dengan pakan organik. Pada lahan
krisan yang kami amati menggunakan pupuk organik dan pengendalian OPT lebih banyak
dengan cara manual. Pupuk organik mengandung nutrisi yang lebih alami dan dapat
membantu memperbaiki kualitas tanah. Akan tetapi pada lahan krisan yang kami amati
tidak menggunakan system rotasi tanaman ataupun tumpeng sari, jadi masih menggunakan
system monokutur.
D. Menilai Pengelolaan Kesuburan Tanah
Pengelolaan kesuburan tanah organik merupakan pendekatan yang berfokus pada
penggunaan bahan organik alami untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan
tanah. Untuk menilai pengelolaan kesuburan tanah organik, beberapa faktor penting harus
dipertimbangkan. Perlu dievaluasi jenis dan kualitas bahan organik yang digunakan dalam
pengelolaan tanah. Penggunaan kompos, pupuk hijau, sisa-sisa tanaman, atau pupuk
organik lainnya harus dipertimbangkan. Keberagaman dan ketersediaan bahan organik
yang digunakan dapat mempengaruhi kualitas nutrisi dan struktur tanah. Selanjutnya,
evaluasi harus memperhatikan bagaimana pengelolaan kesuburan tanah organik
mempengaruhi kesuburan tanah secara keseluruhan. Hal ini termasuk peningkatan
kandungan bahan organik, kapasitas penyimpanan air, perbaikan struktur tanah, dan
keseimbangan nutrisi yang lebih baik. Dalam jangka panjang, pengelolaan kesuburan tanah
organik diharapkan dapat meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan.
Menilai pengelolaan kesuburan tanah organik, juga penting untuk mempertimbangkan
dampaknya terhadap lingkungan. Penggunaan bahan organik alami dapat membantu
mengurangi risiko pencemaran air dan tanah akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia.
Evaluasi harus memperhatikan praktik-praktik pengelolaan kesuburan tanah organik yang
ramah lingkungan dan berpotensi melestarikan keanekaragaman hayati serta keseimbangan
ekosistem. Aspek sosial juga perlu dipertimbangkan dalam menilai pengelolaan kesuburan
tanah organik. Dampak penggunaan pendekatan organik terhadap kesejahteraan petani,
keberlanjutan ekonomi, dan hubungan dengan pasar perlu dievaluasi.
Penting untuk memastikan bahwa pengelolaan kesuburan tanah organik memberikan
manfaat sosial yang adil dan berkelanjutan bagi masyarakat terkait. Dalam mengevaluasi
pengelolaan kesuburan tanah organik, penting untuk melibatkan petani, ahli pertanian, dan
peneliti. Dalam mendapatkan pemahaman yang komprehensif, penilaian ini harus
mencakup aspek-aspek ekologi, sosial, dan ekonomi. Dengan demikian, dapat
diidentifikasi keberhasilan pengelolaan kesuburan tanah organik dan ditemukan langkah-
langkah perbaikan yang diperlukan untuk menerapkannya secara efektif.

E. Benih dan Pemilihan Varietas


Benih merupakan bagian penting dalam berbudidaya krisan. Penggunaan benih yang
berkualitas sangat penting untuk diperhatikan salah satunya dalam proses produksi
tanaman krisan. Benih yang berkualitas ialah benih dengan kemurnian genetik tinggi, sehat
(bebas patogen terutama penyakit sistemik), kemudian tidak mengalami gangguan
fisiologis, mempunyai daya tumbuh kuat dan memiliki nilai komersial di pasaran. Benih
yang sehat dan prima berpotensi untuk tumbuh secara optimal juga responsif terhadap
agro-input yang diberikan dan juga dapat mempengaruhi performa pertumbuhan tanaman
dan pada akhirnya kualitas bunga yang dihasilkan. Dari hasil observasi yang diperoleh,
jenis benih yang digunakan pada observasi yang dilakukan ialah puspita nusantara, puspita
kencana, sakuntala dan dewi ratih. Pemilihan varietas ini dipilih dengan
mempertimbangkan ketahanan atau toleransi terhadap pathogen.

F. Menilai Pengelolaan Pengairan


Pada observasi yang telah dilakukan, bahwa pengelolaan pengairan dapat melibatkan
penggunaan metode atau praktir yang ramah lingkungan, dapat meminimalkan penggunaan
air secara berlebihan dan juga menggunakan efisiensi penggunaan air. Salah satu
pengelolaan pegairan secara organik ialah dengan irigasi perendaman yang lebih efisien
dari pada menyiram secara langsung yaitu dengan sistem air yang disalurkan langsung ke
zona akar tanaman tanpa banyak membuang air.

G. Menilai Pupuk Organik


Pupuk organik dapat diproduksi dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang terurai
secara alami. Salah satu yang digunakan ialah pupuk kendang yang berasal dari kotoran
hewa seperi kambing, ayam dan kuda. Kotoran hewan ini yang dapat dikumpulkan dan
dibiarkan terurai secara alami dan dikomposkan bahan organic lainnya yang menghasilkan
pupuk kandnag yang kaya nutrisi. Pupuk organik membantu memperbaiki kesuburan
tanah, meningkatkan Kesehatan tanaman dan menjaga keseimbangan ekosistem. Penting
untuk mengamati doosis yang tepat dan untuk metode aplikasi dapat mencegah kelebihan
pupuk yang dapat merusak tanaman.

H. Menilai Pengendalian OPT


Konsep tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan
ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan. mengendalikan titik gejala awal (sumber serangan/populasi OPT) agar
gangguan OPT tidak berkembang lebih lanjut dengan mengacu pada prinsip PHT.
Permasalahaan utama dalam sistem budi daya tanaman krisan yaitu tingginya serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT). Tingginya serangan OPT pada tanaman krisan
dapat mengakibatkan tingginya tingkat kerusakan bahkan kematian tanaman.
OPT pada tanaman krisan dapat terbawa oleh tanaman atau bagian tanaman, benih, atau
faktor lain seperti tanaman inang di sekitar pertanaman, angin, air, tanah, dan media tanam.
Benih merupakan faktor pembawa dan penyebar OPT dengan potensi paling tinggi
terutama penyakit- penyakit bersifat laten yang disebabkan oleh bakteri, cendawan,
maupun virus. Pada awal musim tanam, biasanya muncul hama ulat tanah (Agrotis ipsilon)
yang menyerang di dua minggu setelah tanam. Pada masa per- tumbuhan, hama utama
yang banyak menyerang tanaman krisan di antaranya kutu daun, tungau. Pengendalian
OPT pada tanaman krisan ini dapat dilakukan dengan cara manual ataupun dengan
penggunaan varietas yang tahan terhadap infeksi hama dan penyakit. Selain itu,
pengendalian OPT juga dilakukan dengan penggunaan pestisida nabati. Penggunaan
pestisida sintetis ketika serangan hama dan penyakit telah melebihi ambang batas.
I. Penilai Pengelolaan Panen
Pemanenan bunga krisan dilakukan dengan memotong tangkai batangnya 15 cm dari
permukaan tanah dengan menggunakan gunting panen, kemudian daun dirompes pada 1/3
bagian tangkai bunga dan dikumpulkan 10 tangkai di atas net agar mempermudah proses
penghitungan. Bunga krisan harus dipanen pada saat yang tepat, pada tingkat kematangan
buah yang optimal yaitu pada saat bunga tidak terlalu kuncup dan tidak terlalu mekar. Jika
bunga dipanen saat belum mekar, maka bunga akan sulit mekar atau akan mekar jika diberi
perlakuan khusus yang memakan lebih banyak biaya. Sementara, jika bunga dipanen saat
terlalu mekar, maka akan memperpendek masa simpannya. Pemanenan krisan dilakukan
saat tanaman berumur 12-14 minggu. Waktu panen yang baik adalah saat suhu rendah,
misalkan pagi sebelum jam 7. Pada saat tersebut, kandungan air masih tinggi sehingga
bunga masih tampak segar. Pemanenan juga dapat dilakukan pada sore hari setelah jam
15:00. Setelah dipanen, bunga dapat langsung di disetorkan ke penjual bunga potong atau
toko bucket bunga.
Jadwal Kegiatan

Hari pelaksanaan
No Ruang lingkup Instrumen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
SNI 19-19011-2005

Panduan Teknis
Menyusun rencana Penerapan Jaminan
1
pelaksanaan inspeksi Mutu Produk Pangan
KAN No 902 tahun
2006
SNI 6729:2016
Kesepakatan
2
pelaksanaan

SNI 6729:2016
3 Penilaian lahan 64/Permentan/OT.140/
5/2013
Penilaian
4 SNI 6729:2016
benih/bahan tanam
5 Penilaian pestisida SNI 6729:2016
SNI 6729:2016
6 Penilaian pupuk 70/Permentan/SR.140/1
0/2011
7 SNI 6729:2016
SNI 7313:2008
Penilaian
SNI 7387:2009
panen/pascapanen
SNI 7385:2009
Menyusun laporan
8 SNI 6729:2016
inspeksi
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai