Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

Bank sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan penting


dalam aktivitas perekonomian suatu Negara. Selain berfungsi sebagai
penghimpun dan penyalur dana masyarakat, bank juga memiliki aktivitas lain
seperti pemberian jasa-jasa bank. Jasa bank tersebut salah satunya adalah dalam
penerbitan traveler cheque. Di Indonesia sendiri, belum ada aturan hukum yang
mengatur tentang traveler cheque secara khusus, sehingga tidak dapat ditemukan
definisi secara hukum mengenai traveler cheque tersebut. Namun secara teoritis,

“Traveler cheque atau yang biasa dikenal dengan cek perjalanan adalah
cek dari orang yang sedang bepergian atau dalam perjalanan. Biasanya cek
ini dibuat untuk memudahkan atau memberikan kesenangan bagi orang
yang sedang bepergian dalam melakukan pembayaran-pembayaran”

Berdasarkan pengertian tersebut, diketahui bahwa tujuan utama dari adanya


Traveler cheque ini adalah untuk memudahkan orang yang sedang melakukan
perjalanan untuk melakukan pembayaran-pembayaran. Dengan membawa traveler
cheque orang tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar saat melakukan
perjalanan.

Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan tersebut, banyak orang yang


memanfaatkan cek perjalanan ini sebagai salah satu cara menghindarkan diri
terhadap hal-hal yang tidak diinginkan saat sedang melakukan perjalanan. Maka
dengan demikian menarik untuk diketahui bagaimana cara mendapatkan cek
perjalanan ini, yang akan dijelaskan berikutnya.

A. CARA MENDAPATKAN TRAVELER CHEQUE


Sebagai alternatif dalam bertransaksi, traveler cheque menawarkan berbagai
kemudahan diantara kemudahan dalam proses pembelian sehingga nasabah dapat
mendapatkan traveler cheque tanpa prosedur yang membingungkan. Secara
umum, traveler cheque dapat diperoleh dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Menghubungi agen-agen penjualan traveler cheque;


Agen-agen penjualan yang dimaksud adalah pihak bank ataupun pihak
lain yang mengeluarkan cek perjalanan. Orang dapat membeli cek perjalanan
ini dengan cara membeli pada agen-agen atau bank penerbit tadi dengan harga
nominal ditambah dengan biaya administrasi. Besaran biaya administrasi ini
ditetapkan oleh pihak penerbit.

2. Mengisi formulir sebagai bukti pembelian;


Bukti pembelian ini merupakan bukti penting untuk mengklaim bahwa
Anda memang benar telah melakukan pembelian atas sejumlah cek perjalanan
sesuai dengan nominal dan bukti pembelian yang Anda miliki. Bukti
pembelian ini harus disimpan, karena jika bukti pembelian hilang akan
mendapat kesulitan memperoleh pangganti saat traveler cheque hilang atau
dicuri.

3. Menyerahkan dana/pembelian;
Sebagaimana transaksi pada umumnya maka terhadap penyerahan atas
benda atau barang yang dibeli, maka sebagai gantinya pembeli wajib
membayar sejumlah harga barang yang diberikan kepada pembeli. Begitu pula
halnya dengan cek perjalanan.

4. Pada saat menyerahkan/membeli, pembeli harus membubuhi tanda


tangan dihadapan petugas bank atau money charger.

Cara-cara diatas merupakan cara yang cukup sederhana untuk mendapatkan


traveler cheque bagi nasabah yang hendak membelinya. Namun, disisi lain bagi
pihak bank sendiri, penerbitan traveler cheque harus dilakukan secara hati-hati.
Prosedur penerbitan dan pencairan cek perjalanan harus berpedoman pada prinsip
kehati-hatian yang wajib diterapkan dalam setiap kegiatan operasional perbankan.
Bank Indonesia sebagai lembaga yang berwenang mengatur kegiatan perbankan,
sampai saat ini belum mengeluarkan peraturan yang secara khusus mengatur
penerapan prinsip kehati-hatian dalam transaksi penerbitan dan pencairan cek
perjalanan. Implementasi prinsip-prinsip tersebut secara eksplisif diatur dalam
bentuk Standard Operating Procedure (SOP) yang merupakan aturan rinci perihal
langkah-langkah apa saja yang perlu ditempuh oleh pihak bank dalam proses
penerbitan dan pencairan traveler cheque. SOP ini mengacu pada Peraturan Bank
Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah,
sebagaimana telah diubah melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor
3/23/PBI/2001 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003. Setelah
diterbitkannya PBI No. 11/28/PBI/2009, terhadap SOP transaksi yang
diberlakukan harus dilakukan penyesuaian.

Dalam penerapannya, pihak Bank memperhatikan prinsip kehati-hatian


dalam penerbitan traveler cheque dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Pada tahap persiapan warkat traveler cheque, pihak bank akan melakukan
cross check atas nomor seri lembar-lembar traveler cheque yang akan
dijual, dengan catatan stok yang tersedia pada bank dan catatan transaksi
traveler cheque yang pernah terjadi. Hal ini dilakukan guna mencegah
adanya traveler cheque dengan nomor seri ganda yang akan mempersulit
penelusuran transaksi.
2. Selanjutnya pihak bank akan memastikan pada traveler cheque tercantum
tanda tangan dari Direksi Bank dan Pimpinan Cabang.
3. Kemudian tahap identifikasi dan verifikasi dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Nasabah wajib mengisi formulir pembelian traveler cheque yang
berisi: nama, nomor identitas, alamat, tujuan pembelian, jumlah yang
dibeli, jumlah penghasilan per bulan, sumber dana.
b. Nasabah wajib menanda tangani formulir pembelian traveler cheque
tersebut. Selain itu, nasabah juga harus menyerahkan kartu identitas
dan fotokopi kartu identitas tersebut dilampirkan pada formulir
pembelian dan akan diarsipkan oleh pihak bank.
4. Apabila nominal pembelian secara kumulatif diatas Rp 100.000.000,-
(seratus juta rupiah), maka nasabah harus mengisi formulir walk in
costumer.
5. Pihak bank juga akan memperhatikan kemungkinan adanya transaksi
mencurigakan sebelum pembelian traveler cheque. Apabila terdapat
dugaan adanya transaksi mencurigakan maka pihak bank wajib melakukan
penundaan transaksi. Namun, apabila tidak terdapat dugaan adanya
transaksi mencurigakan, maka pembelian traveler cheque dapat
dilanjutkan. Adanya dugaan transaksi mencurigakan ini dapat dilihat
melalui tujuan pembelian traveler cheque. Maka pihak bank akan
mensiasatinya dengan cara sebagai berikut:
a. Pihak pembeli yang membeli traveler cheque untuk kepentingan
pribadi harus menandatangani traveler cheque tersebut dikolom
pembelian dan penandatanganan dilakukan di hadapan petugas bank.
b. Apabila nasabah membeli traveler cheque untuk kepentingan orang
lain, maka ia tidak perlu menandatangani traveler cheque dan hanya
menandatangani formulir pembelian dan menyatakan bahwa
pembelian traveler cheque tersebut ditujukan untuk kepentingan orang
lain.
6. Tahap pentatausahaan dokumen Selain itu, terdapat beberapa dokumen
yang akan ditatausahakan dalam transaksi pembelian/penerbitan traveler
cheque yaitu antara lain:
a. Copy formulir pembelian traveler cheque;
b. Copy kartu identitas pengguna jasa bank;
c. Formulir data nasabah khusus, untuk transaksi diatas Rp
100.000.000,-;
d. Formulir pendukung aplikasi transaksi dan slip konfirmasi pembelian
traveler cheque.
B. CARA MENCAIRKAN TRAVELER CHEQUE

Pada dasarnya, pencairan traveler cheque ini sangat mudah untuk dilakukan.
Sehingga menjadikan traveler cheque ini begitu dinikmati kemudahannya oleh
para wisatawan baik untuk kunjungannya ke dalam negeri maupun untuk
kunjungannya ke luar negeri. Pemilik traveler cheque hanya perlu
menukarkannya pada bank-bank yang telah ditunjuk sebagai pihak yang
membayar sejumlah uang senilai nominal dalam cek tersebut. Pemilik traveler
cheque hanya perlu membubuhkan tanda tangan saat penukaran traveler cheque
tersebut.

Kemudahan yang dirasa oleh pihak nasabah sebagai pemilik traveler cheque
ini tidak serta merta juga dirasakan oleh pihak Bank sebagai pihak yang
mempunyai kewajiban membayar. Banyak hal yang perlu diperhatikan sejalan
dengan prinsip kehati-hatian yang juga telah dijelaskan dalam proses penerbitan
diatas. Pada prinsipnya, langkah-langkah penerapan prinsip kehati-hatian pada
tahapan pencairan traveler cheque sama dengan langkah-langkah yang ditempuh
pada saat proses pembelian. Proses identifikasi nasabah, identifikasi transaksi
mencurigakan dan proses penatausahaan dokumen pada prinsipnya sama. Berikut
akan dipaparkan hal-hal yang bersifat khusus dalam penerapan prinsip kehati-
hatian pada tahapan pencairan traveler cheque.

1. Tahap identifikasi dan verifikasi nasabah/pengguna jasa keuangan.


Pada tahap pencairan, nasabah wajib:
a. Mengisi dan menandatangani formulir pencairan traveler cheque
serta melengkapi dengan asal usul traveler cheque tersebut. (Untuk
transaksi di atas Rp 100.000.000,- harus mengisi formulir data
nasabah/walk in costumer);
b. Menandatangani lembar traveler cheque yang akan dicairkan;
c. Melampirkan copy identitas diri.

Tahapan tersebut bertujuan agar pihak bank mengenali siapa pihak yang
melakukan pencairan traveler cheque tersebut, apakah pihak pembeli
atau pihak ketiga yang menerima peralihan traveler cheque tersebut,
ataupun pihak merchant yang menerima pembayaran barang/jasa dengan
traveler cheque dan kemudian mencairkannya. Pada proses pencairan,
lembar warkat traveler cheque harus sudah ditandatangani.
Kemudian tanda tangan tersebut diverifikasi dengan cara pihak bank
meminta pembawa traveler cheque untuk menandatanganinya sekali lagi
pada kolom penguangan. Hal ini bertujuan agar orang yang mencairkan
traveler cheque dipastikan memang orang yang berhak. Apabila
berpindah tangan secara tidak sah (misalnya karena hilang/dicuri), maka
pembawa tidak dapat mencairkannya begitu saja.

2. Tahap identifikasi transaksi keuangan mencurigakan (suspicious


transction) dan transaksi tunai dalam jumlah tertentu (cash transaction):
Adanya dugaan transaksi pencairan yang mencurigakan antara lain:
a. Jika traveler cheque yang dibeli oleh satu orang, tersebar ke
beberapa orang dan dicairkan oleh orang-orang yang berbeda;
b. Jika penguangan traveler cheque dilakukan dengan cara transfer dan
rekening tujuan dimiliki oleh orang-orang yang tergolong high risk
costumers.
c. Jika traveler cheque dicairkan secara bertahap, dalam nominal yang
kecil sehingga jika diakumulasikan memenuhi kategori transaksi
yang menyimpang dari karakteristik dan profil nasabah.
3. Bank wajib melakukan pelaporan terjadinya transaksi keuangan
mencurigakan sesuai ketentuan perundang-undangan jika dirasa telah
terjadi penyimpangan dalam proses pencairan traveler cheque.
4. Dokumen yang ditatausahakan setelah tahap pencairan traveler cheque
adalah:
a. Lembar warkat traveler cheque yang dicairkan;
b. Copy identitas diri;
c. Copy formulir pencairan traveler cheque;
d. Untuk pencairan oleh merchant, dilampirkan copy transaksi
pembelian barang/jasa antara nasabah dan merchant.
Demikianlah tata cara/prosedur pencairan traveler cheque baik dari sisi penerima
hak maupun dari sisi bank dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam
menjalankan proses ekonomi perbankan.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal :
Jersy Pakan, 2014, Pengaruh Syarat Formil terhadap Penyalahgunaan Travel
Cek, Jurnal Penulisan Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Rachel Octora, 2012, Aspek Hukum Penggunaan Travel Cek sebagai Bagian dari
Jasa Perbankan, Dialogia Iuridice volume:3.

Website :
http:// tobisitompu.blogspot.co.id/2013/10/travel-cek.html?m=1, diakses pada
tanggal 1 Desember 2017.
http://ginbres.wordpress.com/tag/travellers-cheque/, diakses pada tanggal 1
Desember 2017.

Peraturan Perundang-undangan :
Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah, sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Bank
Indonesia Nomor 3/23/PBI/2001 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/21/PBI/2003.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank
Umum.

Anda mungkin juga menyukai