Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TENTANG AMALIAH TAHLILAN 7 HARI

Disusun oleh

Mohamad Zuhri

Maria Florida

KELAS F (KPT)

PROGRAM STUDI PGSD

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

KALIMANTAN BARAT 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menambah pengetahuan kepada pembaca tentang tahlilan 7 hari.
Terima kasih kepada dosen pengasuh yang telah memberikan penugasan dan
kesempatan kepada saya untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. Pengertian Tahlil........................................................................................................3
B. Sejarah Tahlil.............................................................................................................4
C. Tahlil Menurut Para Ulama........................................................................................5
D. Manfaat Tahlil............................................................................................................6
E. Bacaan Tahlil dan Urutan...........................................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................9
A. Kesimpulan.................................................................................................................9
B. Saran...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................10
LAMPIRAN.........................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan derasnya arus globalisasi dan modernisasi, sekarang telah


berkembang beberapa aliran anti tradisi yang berupaya untuk membid’ahkan atau
bahkan mengkafirkan pelaku tradisi tersebut, serta menggantinya dengan tradisi
sebagian bangsa Arab modern. Terdapat beberapa amaliah-amaliah kita yang
dianggap bid’ah, seperti majelis maulid, sholawat, yasinan, ziarah kubur, tabarruk,
tahlilan, dan lain-lain. Amaliah-amaliah tersebut merupakan amalaih yang sudah
mendarah daging di Nusantara pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya.
Amaliah-amaliah tersebut diwariskan oleh ‘alim ulama dan kaum sholihin yang
dikenal keluasan ilmunya dan kemuliaan akhlaknya.
Kehadiran agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW bukanlah untuk
menolak atau memberantas segala bentuk tradisi yang ada dan sudah mengakar
menjadi kultur budaya masyarakat, melainkan untuk melakukan pembenaran atau
meluruskan tradisi dan budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan
tradisi yang baik dan tidak bertentangan dengan risalah Rasulullah harus tetap
dilestarikan, maka Islam akan mengakulturasikannya dan kemudian mengakuinya
sebagai bagian dari budaya dan tradisi Islam itu sendiri. Bila sudah satu dari keluarga
(famili) kita meninggal, maka kita harus tetap bertaqwa kepada-Nya dan bersikap
sabar atas musibah tersebut dan kita berusaha jangan sampai berputus asa, menggerutu
dan bahkan sampai marah-marah, karena semua itu kejadian yang pasti dan bila sudah
waktunya maka tak seorangpun bisa mengelaknya.
Maka atas dasar tersebut di atas, kita dalam menghadapi orang dan keluarga
atau teman yang meninggal janganlah bersikap kurang baik melainkan kita harus
mendo’akan baik secara perorangan ataupun secara bersama-sama. Untuk mengetahui
do’a dan bagaimana cara orang mendo’akan orang yang sudah meninggal, maka
penulis mencoba mengangkat masalah ini dalam bentuk makalah yang berjudul
“Amaliah Tahlilan 7 Hari ”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian amaliah tahlil 7 hari?
2. Bagaimana sejarah tahlil?
3. Bagaimana tahlil menurut pandangan ulam?
4. Bagaimana bacaan tahlil dan urutannya?
5. Apa saja do’a tahlil?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tahlilan 7 hari
2. Mengetahui sejarah tahlil
3. Mengetahui tahlil menurut pandangan ulama
4. Mengetahui manfaat tahlil
5. Mengetahui bacaan tahlil dan urutannya
6. Mengetahui do’a dalam tahlil

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Amaliah Tahlilan 7 hari


Secara lughah tahlilan berakar dari kata berbahasa arab yakni hallala yuhallilu
tahlilan artinya adalah membaca/mengucap kalimat "Laa ila ha illallah"makna inilah yang
dimaksud dengan pengertian tahlil. Jadi amaliah tahlilan 7 hari adalah ritual tradisi islam
yang dilakukan untuk mengenang dan mendoakan orang yang telah meninggal dunia pada
hari ke-7 paca meninggalnya seseorang. Tahlilan acara meninggal seseorang biasanya
dilakukan 7,40,100 bahkan 1000 hari Dikatakan sebagai tahlil, karena memang dalam
pelaksanaanya lebih banyak membaca kalimat-kalimat tahlil yang mengesakan Allah
seperti bacaan tahlil (Laa ila ha illallah) dan lain sebagainya sesuai dengan tradisi
masyarakat setempat atau pemahaman dari guru (kyai) suatu daerah tertentu. Pada
pelaksanaan tahlilan selain bacaan tahlil (Laa ila ha illallah) ada juga bacaan tasbih
(Subhanallah),tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allahu akbar), sholawat (Allahumma
sholli‘ala syaidina Muhammad), serta beberapa ayat Al-Qur'an seperti QS.Yaasin, QS. Al-
Baqarah : 1-5, 163, 255, 284-286, dan lain sebagainya yang bagi umat muslim dianggap
memiliki fadhilah dan syafaat.Sebagian muslim sering mengamalkanya dalam segala
macam acara,bahkan dalam resepsi (sebelum atau sesudah akad nikah) tidak
meninggalkan amalan tahlilan ini. Dengan kata lain, dalam tahlilan menggunakan bacaan-
bacaan (doa) tetentu yang mengandung banyak keutamaan (fadhilah). Fenomena yang
terlihat di masyrakat, penyebutankata tahlilan umumnya dipakai untuk persembahan yang
dikelompokan menurut jenis, maksud,dan suasananya.
Ketika dipakai untuk peristiwa gembira tahlilan disebut sebagai syukuran, ketika
dipakai untuk peristiwa sedih (kematian), ketika dipakai untuk meminta perlindungan
(pindah rumah, menempati kantor/rumah baru, awal membuka usaha dll.) disebut
selamatan, dan ketika dipakai untuk meminta sesuatu (menghasratkan sesuatau) disebut
hajatan. Selain itu tahlilan juga dilaksanakan pada acara-acara tertentu seperti saat
seseorang akan pergi jauh dan dalam waktu yang cukup lama (pergi haji, merantau
belajar, atau bekerja diluar negeri), acara pertemuan keluarga seperti arisan keluarga
maupun halal- bihalal, dan khitanan. Tradisi tahlilan dalam masyrakat Jawa juga sering
disebut dengan kata sedekah (sedekahan, karena dalam setiap kegiatannya diangggap
selalu memberikan sedekah (pemberian) baik bagi mereka yang datang berkunjung atau
bagi pemilik hajat. Jadi masing-masing saling bersedekah (memberi) dalam bentuk barang
atau pun berupa dukungan moral yang sangat mereka harapkan. Dukungan moral diantara
mereka secara psikologis dapat saling memberi motivasi. Dalam kenyataan istilah
syukuran, hajatan dan sedekah sulit dibedakan, mereka lebih sering menggunakan kata
tahlilan.

3
B. Sejarah Tahlil
Jika kita buka catatan sejarah Islam, maka acara ritual tahlilan tidak dijumpai di
masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, di masa para sahabatnya ? dan para Tabi’in
maupun Tabi’ut tabi’in. Bahkan acara tersebut tidak dikenal pula oleh para Imam-Imam
Ahlus Sunnah seperti Al Imam Malik, Abu Hanifah, Asy Syafi’i, Ahmad, dan ulama
lainnya yang semasa dengan mereka ataupun sesudah mereka. Lalu dari mana sejarah
munculnya acara tahlilan?.Awal mula acara tersebut berasal dari upacara peribadatan
(baca: selamatan) nenek moyang bangsa Indonesia yang mayoritasnya beragama Hindu
dan Budha. Upacara tersebut sebagai bentuk penghormatan dan mendo’akan orang yang
telah meninggalkan dunia yang diselenggarakan pada waktu seperti halnya waktu tahlilan.
Namun acara tahlilan secara praktis di lapangan berbeda dengan prosesi selamatan agama
lain yaitu dengan cara mengganti dzikir-dzikir dan do’a-do’a ala agama lain dengan
bacaan dari Al Qur’an, maupun dzikir-dzikir dan do’a-do’a ala Islam menurut mereka.
Dari aspek historis ini kita bisa mengetahui bahwa sebenarnya acara tahlilan
merupakan adopsi (pengambilan) dan sinkretisasi (pembauran) dengan agama
lain.Sebelum Islam masuk ke Indonesia, telah ada berbagai kepercayaan yang di anut oleh
sebagian besar penduduk tanah air ini, di antara keyakinan-keyakinan yang mendomisili
saat itu adalah animisme dan dinamisme. Di antara mereka meyakini bahwa arwah yang
telah dicabut dari jasadnya akan gentayangan di sekitar rumah selam tujuh hari, kemudian
setelahnya akan meninggalkan tempat tersebut dan akan kembali pada hari ke empat
puluh, hari keseratus dan hari keseribunya atau mereka mereka meyakini bahwa arwah
akan datang setiap tanggal dan bulan dimana dia meninggal ia akan kembali ke tempat
tersebut, dan keyakinan seperti ini masih melekat kuat di hati kalangan awan di tanah air
ini sampai hari ini.
Sehingga masyarakat pada saat itu ketakutan akan gangguan arwah tersebut dan
membacakan mantra-mantra sesuai keyakinan mereka. Setelah Islam mulai masuk di
bawa oleh para Ulama’ yang berdagang ke tanah air ini, mereka memandang bahwa ini
adalah suatu kebiasaan yang menyelisihi syari’at Islam, lalu mereka berusaha
menghapusnya dengan perlahan, dengan cara memasukkan bacaan – bacaan berupa
kalimat – kalimat thoyyibah sebagai pengganti mantra-mantra yang tidak dibenarkan
menurut ajaran Islam dengan harapan supaya mereka bisa berubah sedikit demi sedikit
dan mininggalkan acara tersebut menuju ajaran Islam yang murni dan benar.
Akan tetapi sebelum tujuan akhir ini terwujud, dan acara pembacaan
kalimatkalimat thoyibah ini sudah menggantikan bacaan mantra-mantra yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam, para Ulama’ yang bertujuan baik ini meninggal dunia, sehingga

4
datanglah generasi selanjutnya yang mereka ini tidak mengetahui tujuan generasi awal
yang telah mengadakan acara tersebut dengan maksud untuk meninggalkan secara
perlahan. Perkembangan selanjutnya datanglah generasi setelah mereka dan demikian
selanjutnya, kemudian pembacaan kalimat-kalimat thoyibah ini mengalami banyak
perubahan baik penambahan atau pengurangan dari generasi ke generasi, sehingga kita
jumpai acara tahlilan di suatu daerah berbeda dengan prosesi tahlilan di tempat lain
sampai hari ini.
‫َع ْن َأِبْي َسِعْيٍد َاْل ُخ ْد ِر ِّي قَاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلي ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َال َي ْق ُعُد َقْو ٌم َي ْذ ُك ُرْو َن َهللا َع َّز َو َج َّل ِإاَّل َح َّفْت ُهُم ْالَم اَل ِئَك ُة َو َغ ِش َيُهُم الَّر ْح َم ُة َو َنَز َلْت‬
)۴۸۶۸ ,‫َع َلْي ِه ُم الَّسِكْي َن ُة َو َذ َك َر ُه ُم ُهللا ِفْي َم ْن ِع ْن َدُه ( رواه مسلم‬
“Dari Abi Sa’id al-Khudri RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah
berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah SWT, kecuali mereka akan
dikelilingi malaikat, dan Allah SWT akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka,
memberikan ketenangan hati dan memujinya di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya”
(HR. Al-Muslim, 4868).[3]

C. Tahlil Menurut Para Ulama


 Hakikat Tahlil Berdasarkan Pendapat Ulama Muhammadiyah
Para ulama Muhammadiyah menganggap bahwa tahlilan yangdilakukan oleh
umat islam untuk mendo’akan orang yang telah meninggal adalah sesuatu yang
bid’ah, karena menurut mereka masalah tahlilan itu tidak ada dalil yang kuat yang
dijelaskan dalam Al-Quran, namun para ulama Muhammadiyah tidak mengharamkan
pelaksanaan tahlilan tersebut.
Menurut ulama Muhammadiyah bahwa seorang yang telah meninggal dunia
maka segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia yang masih hidup adalah
putus tidak ada kaitan lagi, karena sudah terdapat perbedaan alam yaitu orang yang
meninggal ada di alam barjah, sedangkan orang yang belum meninggal ada di alam
dunia.
 Hakikat Tahlil Berdasarkan Pendapat Ulama Nahdatul Ulama (NU)
Kaum muslimin Nahdatul Ulama (NU) mengakui bahwa tahlilan tidak ada
dalil yang menguatkan dalam Al-Quran maupun hadis, namun kenapa mereka masih
melaksanakan acara tahlilan tersebut karena kaum muslimin Nahdatul Ulama
mempunyai pendapat lain bahwa tahlilan dilaksanakan dikeluarga yang meninggal
mempunyai tujuan-tujuan tertentu di antaranya adalah sebagai berikut :
1) Tahlilan dilakukan untuk menyebar syiar islam, karena sebelum dilakukantahlilan
seorang imam melakukan ceramah keagamaan.
2) Isi dari tahlilan adalah dzikir dan do’a dengan kata lain melaksanakan tahlilan berarti
mendo’akan kepada yang meninggal dunia.

5
3) Menghibur keluarga yang ditinggalkan dengan kata lain, kaum muslimin yang
berada di sekitar rumah yang ditinggal, maka terjalinlah silaturahmi diantara umat
islam.[4]

D. Manfaat Tahlil
Para ulama telah sepakat bahwa sampainya kiriman pahala sedekah atas nama
orang yang telah meninggal. Seperti yang telah di sebutkan dalam hadis-hadis yang sahih
di antaranya;

‫َع ْن َعاِئَشَة َرِض َي ُهَّللا َع ْنَها َأَّن َر ُج اًل َقاَل ِللَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَّن ُأِّم ي اْفُتِلَتْت َنْفُس َها َو َأُظُّنَها َلْو َتَك َّلَم ْت َتَص َّدَقْت َفَهْل‬
‫َأْج ٌر ِإْن َتَص َّد ْقُت َع ْنَها َقاَل َنَع م‬ ‫َلَها‬

Dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa ada seorang laki-laki berkata, kepada Nabi : "Ibuku
meninggal dunia dengan mendadak, dan aku menduga seandainya dia sempat berbicara
dia akan bershadaqah. Apakah dia akan memperoleh pahala jika aku bershadaqah
untuknya (atas namanya)?". Beliau menjawab: "Ya, benar". (HR. Bukhari )

Islam tentunya agama yang mengayomi semua lapisan baik yang kaya maupun
yang miskin . Jika si kaya mampu bersedekah dengan hartanya, tentu si miskinpun ada
cara agar mereka juga bisa bersedekah.
Seperti yang di jelaskan dalam hadis yang sahih ;
Rasulullah bersabda :
‫ِإَّن ِبُك ِّل َتْس ِبيَحٍة َص َد َقًة َو ُك ِّل َتْك ِبيَرٍة َص َد َقًة َو ُك ِّل َتْح ِم يَدٍة َص َد َقًة َو ُك ِّل َتْهِليَلٍة َص َد َقًة‬

“Sesungguhnya pada setiap kalimat tasbih adalah sedekah, setiap kalimat takbir adalah
sedekah, setiap kalimat tahmid adalah sedekah, setiap kalimat tahlil adalah sedekah,.(HR.
Muslim)”
Tidak di pungkiri lagi bahwa bacaan kalimat tasbih, takbir, tahmid dan
tahlil merupakan salah satu bentuk sedekah.
Di dalam Al-Quran di sebutkan:

‫َو اْلَباِقَياُت الَّصاِلَح اُت َخْيٌر ِع ْنَد َر ِّبَك َثَو اًبا َو َخْيٌر َأَم ًال‬

“Amalan-amalan yang kekal lagi saleh (al-baqiyatus salihat) adalah lebih baik pahalanya
di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi: 46)”

Banyak ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan amalan-amalan yang


kekal lagi saleh (al-baqiyatus salihat) adalah bacaan;

‫ َو ُهَّللا َأْك َبُر‬،‫ َو اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬،‫ َو اْلَحْم ُد ِهَّلِل‬،‫ُسْبَح اَن ِهَّللا‬

6
“Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah
Mahabesar.”

Diantara manfaat dan keutamaan bacaan tersebut yaitu Merupakan bacaan yang
paling di sukai oleh Allah
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
‫َأَح ُّب اْلَكاَل ِم ِإَلى ِهَّللا َأْر َبٌع ُسْبَح اَن ِهَّللا َو اْلَحْم ُد ِهَّلِل َو اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َو ُهَّللا َأْك َبر‬

"Ada empat ucapan yang paling di sukai Allah Subhanahu Wa Ta'ala;


1. Subhanallah,
2. Al Hamdulillah,
3. Laa ilaaha illallah,
4. Allahu Akbar. . (HR. Muslim)

Dan juga merupakan bacaan yang paling di cintai oleh Rasulullah.


Rasulullah bersabda:
‫َأَلْن َأُقْو َل ُسْبَح اَن ِهَّللا َو اْلَحْم ُد ِهَّلِل َو َال ِإَلَه ِإَّال ُهَّللا َو ُهَّللا َأْك َبُر َأَح ُّب ِإَلَّي ِمَّم ا َطَلَع ْت َع َلْيِه الَّش ْم ُس‬

“Sesungguhnya membaca, Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain
Allah, dan Allah Maha Besar adalah lebih aku cintai daripada segala sesuatu yang terkena
oleh sinar matahari. (HR. Muslim)”
Dan juga merupakan bacaan yang merontokkan dosa.
Rasulullah bersabda:
‫ِإَّن ُسْبَح اَن ِهَّللا َو اْلَحْم ُد ِهَّلِل َو اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َو ُهَّللا َأْك َبُر َتْنُفُض اْلَخ َطاَيا َك َم ا َتْنُفُض الَّش َجَر ُة َو َر َقَها‬

"Sesungguhnya bacaan 'subhaanAllah wal hamdu lillaah wa laa ilaaha illa Allah wa
Allahu akbar' merontokkan dosa-dosa sebagaimana sebatang pohon yang merontokkan
daunnya."
(HR. Ahmad, Abu Daud , Ibnu Majah)”
Inilah sesungguhnya hakikat tahlilan, yaitu Amaliyah yang di himpun dari Al-
Quran dan As-sunnah. [5]

E. Bacaan Tahlil dan Urutan

7
Tahlilan dari susunan bacaannya terdiri dari dua unsur yang disebut dengan syarat
dan rukun, yang dimaksud dengan syarat ialah bacaan :

1. Surat al-Ikhlas
2. Surat al-Falaq
3. Surat an-Nas
4. Surat al-Baqarah ayat 1 sampai ayat 5 ‫ الم ذلك الكتاب‬.......
5. Surat al-Baqarah ayat 163 ‫ والهكم إله واحد‬........
6. Surat al-Baqarah ayat 255 ‫ هللا الإله إال هو الحي القيوم‬........
7. Surat al-Baqarah ayat dari ayat 284 samai ayat 286 ‫ هلل مافي السموات‬......
8. Surat al-Ahzab ayat 33 ‫ إنما يريد هللا‬........
9. Surat al-Ahzab ayat 56‫ إن هللا ومالئكته يصلون على النبي‬........
10. Dan sela-sela bacaan antara Shalawat, Istighfar, Tahlil da Tasbih

Adapun bacaan yang dimaksud dengan rukun tahlil ialah bacaan :

1. Surat al-Baqarah ayat 286 pada bacaan :‫واعف عنا واغفر لنا وارحمنا‬
2. Surat al-Hud ayat 73: ‫ارحمنا ياأرحم الراحمين‬
3. Shalawat Nabi
4. Istighfar
5. Kalimat Thayyibah ‫الإله إالهللا‬
6. Tasbih

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam tahlilan menggunakan bacaan-bacaan (doa) tetentu yang mengandung


banyak keutamaan (fadhilah). Fenomena yang terlihat di masyrakat, penyebutankata
tahlilan umumnya dipakai untuk persembahan yang dikelompokan menurut jenis,
maksud,dan suasananya. Dari aspek historis ini kita bisa mengetahui bahwa
sebenarnya acara tahlilan merupakan adopsi (pengambilan) dan sinkretisasi
(pembauran) dengan agama lain. Perkembangan selanjutnya datanglah generasi
setelah mereka dan demikian selanjutnya, kemudian pembacaan kalimat-kalimat
thoyibah ini mengalami banyak perubahan baik penambahan atau pengurangan dari
generasi ke generasi, sehingga kita jumpai acara tahlilan di suatu daerah berbeda
dengan prosesi tahlilan di tempat lain sampai hari ini.
Para ulama Muhammadiyah menganggap bahwa tahlilan yang dilakukan oleh
umat islam untuk mendo’akan orang yang telah meninggal adalah sesuatu yang
bid’ah, karena menurut mereka masalah tahlilan itu tidak ada dalil yang kuat yang
dijelaskan dalam Al-Quran, namun para ulama Muhammadiyah tidak mengharamkan
pelaksanaan tahlilan tersebut. Kaum muslimin Nahdatul Ulama (NU) mengakui
bahwa tahlilan tidak ada dalil yang menguatkan dalam Al-Quran maupun hadis,
namun kenapa mereka masih melaksanakan acara tahlilan tersebut karena kaum
muslimin Nahdatul Ulama mempunyai pendapat lain bahwa tahlilan dilaksanakan
dikeluarga yang meninggal mempunyai tujuan-tujuan tertentu

B. Saran
Setelah menguraikan secara sistematis, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Saran penulis kepada pembaca agar dapat
memahami dan mempelajari makalah ini dengan sebaik mungkin dan dapat
menerapkan dan memahami apa itu tahlilan dan bagaimana cara kita menyikapinya
dalam kehidupan sehari-hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abi Husain Muslim Bin Hajaj.2005. Shohih Muslim.Bairut: Darul Fikar.


Pusbakik.2017.Praktek Ibadah Kemasyarakatan. Bengkulu : Tim Pusbakik
Hafiz, Reza.2012.Tahlil Dalam Islam.
Dari: http://ezarhafiz.blogspot.co.id/2012/06/tahlil dalamislam pendidikan.html. Diakses pada
09 April 2018.
Hasanah, Nur, Siti.2012.Tradisi Tahlil. Dari: https://dokumen.tips/documents/makalah-
tradisi-tahlilan.html. Diakses pada 09 April 2018.
Salaf,Darus .2012.Tahlil Dalam Timbangan Islam. Dari :http: //www .darussalaf.
or.id/aqidah/ tahlilan-dalam-timbangan-islam/. Diakses pada 08 April 2018.
Al-Maduri,Muhammad, Abu.2016.Manfaat dan Keutamaan Tahlil.Dari: http://mainfada.iai-
tribakti.ac.id/2016/03/manfaat-dan-keutamaan-tahlilan.html. Diakses pada 08 April 2018.

10

Anda mungkin juga menyukai