Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ervin Adhy Yaksha

Nim : 041609904

Prodi : Hukum

Upbjj : Palembang

Tugas 3 Hukum Pidana Ekonomi

1. Penyalahgunaan kekuasaan oleh pegawai pajak diatur pada Pasal 36 A ayat (4) UUKUP,
jelaskan mengenai penjelasan pasal tersebut serta sebutkan unur-unsur delik pajak yang
termuat dalam Pasal 36 A ayat (4) UUKUP

Jawab:

-Pasal 36A

(1) Pegawai pajak yang karena kelalaiannya atau dengan sengaja menghitung atau menetapkan
pajak tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. ***)

(2) Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya dengan sengaja bertindak di luar
kewenangannya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dapat
diadukan ke unit internal Departemen Keuangan yang berwenang melakukan pemeriksaan dan
investigasi dan apabila terbukti melakukannya dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. ***)

(3) Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya terbukti melakukan pemerasan dan
pengancaman kepada Wajib Pajak untuk menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum
diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 368 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana. ***)

(4) Pegawai pajak yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum
dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu,
untuk membayar atau menerima pembayaran, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya
sendiri, diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan perubahannya. ***)

(5) Pegawai pajak tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana, apabila dalam
melaksanakan tugasnya didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. ***)

Secara khusus, kejahatan di bidang perpajakan masuk ke dalam ruang lingkup hukum yang
bersifat khusus. Perlu dipahami bahwa delik korupsi tidak dapat disamakan dengan delik/tindak
pidana di bidang perpajakan. Secara yuridis tindak pidana di bidang perpajakan yang terkait
dengan tindak pidana korupsi dan dapat dikenai dengan ketentuan UU TIPIKOR adalah
pelanggaran terhadap Pasal 36A ayat (2) dengan unsur secara sengaja bertindak diluar
kewenangannya, dimana dilakukan oleh “Pegawai Pajak” dan ayat (4) perbuatan melawan
hukum dengan menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri, dilakukan oleh “Pegawai Pajak”. Pembatasan penerapan undang-
undangterhadap pelaku tindak pidana di bidang perpajakan berlaku asas lex specialis
sistematis yang dimana hukum pajak sebagai lex specialis sistematis dan memiliki karakter
sebgai premium remedium. Sedangkan ketentuan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi
sebagai ultimatum remidium.

2. KUHPidana dapat dipergunakan dalam masalah perbankan, untuk melihat ketentuan-


ketentuan mana yang diperkirakan dapat digunakan dalam kasus Tindak Pidana Perbankan,
maka sebutkan beberapa pasal-pasal dalam KUHPidana yang dapat digunakan.

Jawab:

Tindak pidana perbankan atau tindak pidana di bidang perbankanmerupakan salah satu bentuk
dari tindak pidana di bidang ekonomi. Tindakpidana dibidang ekonomi ini biasanya disebut juga
kejahatan kerah putih(white collar crime). Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya,
tindakpidana ekonomi merupakan suatu tindak pidana yang mempunyai motifekonomi yang
dilakukan oleh orang-orang tertentu dan dapat merugikanmasyarakat dan/atau negara. Tindak
pidana perbankan dilakukan denganmenggunakan bank sebagai sarana dan sasarannya.Tindak
pidana perbankan sendiri telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-UndangNomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.Undang-undang
Perbankan menetapkan tiga belas macam tindakpidana yang diatur mulai dari Pasal 46 sampai
dengan Pasal 50A. Ketigabelas tindak pidana itu dapat digolongkan ke dalam empat macam,
yaitu:

1.tindak pidana yang berkaitan dengan perizinan,

2.tindak pidana yang berkaitan dengan rahasia bank,

3.tindak pidana yang berkaitan dengan pengawasan dan pembinaan,dan

4.tindak pidana yang berkaitan dengan usaha bank

Selain keempat macam tindak pidana di bidang perbankan yangtelah disebutkan diatas,
sebenarnya terdapat tindak pidana lain yangberkaitan sangat erat dengan kegiatan perbankan
yaitu tindak pidana pasarmodan dan tindak pidana pencucian uang.

1.Tindak Pidana Pasar ModalKebijakan formilatif mengenai Tindak Pidana Pasar Modal(TTPM)
diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentangPasar Modal (selanjutnya disebut
UUPM), pada bab XV tentangketentuan pidana (pasal 103-110). Menurut pasal 110, TTPM
terdiridari dua kelompok jenis tindak pidana, yaitu:

a.TPPM yang berupa “kejahatan”, diatur dakam pasal 103 Ayat (1),pasal 104, pasal 106, dan
pasal 107;
b.TPPM yang berupa “pelanggaran”, diatur dalam pasal 103 Ayat(2), pasal 105, dan pasal 109.

Berdasarkan hal tersebut diatas, Tindak Pidana Pasar Modal secara singkat dapat didefinisikan
sebagai, segala perbuatan yang melanggar ketentuan-ketentuan pidana dalam Undang-Undang
Pasar Modal.

Adapun peran bank dalam kegiatan pasar modal adalah:

a.Bank sebagai kustodian, yaitu sebagai pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan harta
lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak
lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya;

b.Bank sebagai wali amanat, yaitu sebagai pihak yang mewakili kepentingan pemegang Efek
yang bersifat utang.

Berdasarkan peranannya dalam kegiatan pasar modal, maka bank akan menjadi subjek TPPM
jika:

a.Melanggar pasal 43 UU Pasar Modal, yaitu menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai


custodian tanpa persetujuan Bapepam;

b.Melanggar pasal 50 UU Pasar Modal, yaitu menyelenggarakan usaha sebagai wali amanat
yang tidak terdaftar di Bapepam.

Pasal 103 Ayat (1) UU Pasar Modal menyebutkan bahwa Setiap Pihak yang melakukan kegiatan
di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
Pasal 13, Pasal 18, Pasal 30, Pasal 34, Pasal 43, Pasal 48, Pasal 50, dan Pasal 64 diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).

2.Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundrying) Tindak Pidana Pencucian Uang (money
laundering) secara populer dapat dijelaskan sebagai aktivitas memindahkan, menggunakan
atau melakukan perbuatan lainnya atas hasil dari tindak pidana yang kerap dilakukan oleh
organized crime maupun individu yangmelakukan tindakan korupsi, perdagangan narkotik dan
tindak pidanalainnya dengan tujuan menyembunyikan atau mengaburkan asal-usuluang yang
berasal dari hasil tindak pidana tersebut sehingga dapatdigunakan seolah-olah sebagai uang
yang sah tanpa terdeteksi bahwauang tersebut berasal dari kegiatan ilegal.

Tindak pidana pencucian uang selanjutnya akan dibahas pada materi Tindak Pidana Pencucian
Uang.

Sumber/referensi: BMP/HKUM4311/Hukum Pidana Ekonomi

Anda mungkin juga menyukai