Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI PADA TN.M

DI DESA GISIK CEMANDI KABUPATEN SIDOARJO

DISUSUN OLEH :

SITI KHONISAH
2231027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2022/2023

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH KESEHATAN

HIPERTENSI PADA TN.M DI DESA GISIK CEMANDI

KABUPATEN SIDOARJO

DISUSUN OLEH :

SITI KHONISAH
2231027

Surabaya, Juni 2023

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Hidayatus Sya’diyah, Skep.Ns.,M.Kep


NIP.03.009
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI PADA TN.M

DI DESA GISIK CEMANDI KABUPATEN SIDOARJO

DISUSUN OLEH :

SITI KHONISAH
2231027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2022/2023

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH KESEHATAN

HIPERTENSI PADA TN.M DI DESA GISIK CEMANDI

KABUPATEN SIDOARJO

DISUSUN OLEH :

SITI KHONISAH
2231027

Surabaya, Juni 2023

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Hidayatus Sya’diyah, Skep.Ns.,M.Kep


NIP.03.009
A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri

atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait

dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi

sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.

UU No. 10 Tahun 1992, mengemukakan keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, atau ayah dan

anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya. Lain halnya menurut BKKBN (1999)

dalam Yolanda (2017), keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk

berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup

spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan

yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta

lingkungannya. (Yolanda, 2017)

1. Bentuk keluarga

Berbagai bentuk keluarga tradisional adalah sebagai berikut :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti

Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari

nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman,
2018). Sedangkan menurut Sudiharto (2012), Kelurga inti adalah keluarga

yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri

dari suami, istri, dan anak-anak karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

2) Keluarga adopsi.

Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung

jawab sebagai orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang tua

adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling menguntungkan baik

bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak orang tua adopsi mampu

memberi asuhan dan kasihsayangnya bagi anak adospsinya, sementara

anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat menginginkan mereka

(Friedman, 2018).

3) Keluarga besar ( Extended Family )

Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi

pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua,

kakak / adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak kemudian

dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang

akan membentuk pola perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan

menurut Sudiharto (2012), keluarga besar adalah Keluarga inti ditambah

keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi,

paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal,

keluarga tanpa anak, serta keluarga dengan pasangan sejenis.


4) Keluarga dengan orang tua tunggal

Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,

ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2017).

5) Dewasa lajang yang tinggal sendiri

Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari

beberapa bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak

terdiri atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman–teman seperti

mereka yang sama – sama tinggal di rumah pensiun, rumah jompo, atau

hidup bertetangga. Hewan pemeliharaan juga dapat menjadi anggota

keluarga yang penting (Yolanda, 2017).

6) Keluarga orang tua tiri

Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang

kompleks dan penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu

dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau subkelompok

keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan kecepatan yang tidak

sama. Walaupun seluruh anggota keluarga harus menyesuaikan diri

dengan situasi keluarga yang baru, anak – anak seing kalimemiliki

masalah koping yang lebih besar karena usia dan tugas perkembangan

mereka (Yolanda, 2017).


7) Keluarga binuclear

Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan

anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga

inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal tingkat

kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga

(Yolanda, 2017).

2. Fungsi keluarga

Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) dalam Yolanda 2017:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan

maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendir, sehingga fungsi

afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran

utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini

berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan

sosioemosional semua anggota keluarganya.

b. Fungsi sosialisasi dan status social

Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang

diberikan dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak–anak tentang

cara menjalankan fungsi dan memikul peran social orang dewasa seperti

peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian

status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada
anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi

saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.

c. Fungsi reproduksi

Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat

yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat.

d. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,

pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan

terhadap bahaya.Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga

yang paling relafan bagi perawat keluarga.

e. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang

cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui

proses pengambilan keputusan.

3. Struktur keluarga

Ada empat struktur keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah struktur

peran, struktur nilai keluarga, proses komunikasi dan struktur kekuasaan dan

pengambilan keputusan.
a. Struktur peran.

Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang

sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat

seseorang dalam suatu sistem sosial.

b. Struktur nilai keluarga

Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan keyakinan tentang

nilai suatu hal atau konsep yan secara sadar maupun tidak sadar mengikat

anggota keuarga dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.

c. Proses komunikasi

Proses komunikasi ada dua yaitu proses komunikasi fungsional dan

proses komunikasi disfungsonal.

1) Proses komunikasi fungsional.

Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan keberhasilan

keluarga yang sehat, dan komunikasi funsional didefenisikan sebagai

pengerim dan penerima pesan yang baik isi maupun tingkat intruksi

pesan yang langsung dan jelas, serta kelarasan antara isi dan tingkai

intruksi.

2) Proses komunikasi disfungsional.


Sama halnya ada cara berkomunikasi yang fungsional gambaran dari

komuniasi disfungsional dari pengirim dan penerima serta komunkasi

disfungsinal juga melibatkan pengirim dan penerima.

d. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan.

Kekuasaan keluarga sebagai arakteristik system keluarga adalah

kemampuan atau potensial, actual dari individu anggota keluarga yang

lain. Terdapat 5 unit berbeda yang dapat dianalisis dalam karakteristik

kekuasaan keluarga yaitu : kekuasaan pernikahan (pasangan orang

dewasa), kekuasaan orang tua, anak, saudara kandung dan kekerabatan.

Sedangkan pengambil keputusan adalah teknik interaksi yang digunakan

anggota keluarga dalam upaya mereka untuk memperoleh kendali dan

bernegosiasi atau proses pembuatan keputusan.

Lain halnya menurut menurut Padila (2012) dalam Yolanda (2017), struktur

keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga

dimasyarakat. Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia diantaranya

adalah :

a. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matriloka

Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ibu.

d. Patrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ayah.

e. Keluarga kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa

sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan

suami atau istri.

4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam

Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang

dialami anggota keluarga.Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga

secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua.Sejauh mana

keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang

meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab yang mempengaruhinya,

serta persepsi keluarga terhadap masalah.


b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah

kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga

tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus

mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan

perawatannya).

2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.

4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung

jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik, psikososial).

5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,

keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.

2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.


3) Pentingnya hiegine sanitasi.

4) Upaya pencegahan penyakit.

5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.

6) Kekompakan antar anggota kelompok.

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus

mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keberadaan fasilitas keluarga.

2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.

3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

5. Peran perawat keluarga

Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) dalam Yolanda (2017)

adalah sebagai berikut:

a. Sebagai pendidik

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga,

terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang

memiliki masalah kesehatan


b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang

komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk

menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan.

c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama

dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.Dengan

demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawatan

untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif.

d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan

Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap melalui kunjungan

rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang

tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara

mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan

yang diberikan oleh perawat.

e. Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga

klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi system

pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan

keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka

sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.


f. Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat untuk

memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari

serta dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah.

g. Sebagai peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah-masalah

kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul

didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan

keluarga. Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan berpusat pada

keluarga sebagai unit fungsional terkecil dan bertujuan memenuhi kebutuhan dasar

manusia pada tingkat keluarga sehingga tercapai kesehatan yang optimal untuk

setiap anggota keluarga. Melalui asuhan keperawatan keluarga, fungsi keluarga

menjadi optimal, setiap individu didalam keluarga tersebut memiliki karakter yang

kuat, tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya negative sehingga

memiliki kemampuan berpikir yang cerdas.

6. Tahap perkembangan keluarga

a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )

Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru dengan

pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang

baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan

keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu


sama lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan,

perencanaan keluarga

b. Tahap II (Childbearing family)

Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampi berusia 30

bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci menjadi

siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II adalah membentuk

keluarga muda sebagai suattu unit yang stabil (menggabungkan bayi yang

baru kedalam keluarga), memperbaiki hubungan setelah terjadinya konflik

mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan berbagai keluarga,

mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan, memperluas

hubungan dengan hubungan dengan keluarga besar dengan menambah peran

menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek.

c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia

2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat

terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-

ibu, putra-saudara lakilaki, dan putri-saudara perempuan. Tugas

perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi kebutuhan anggota

keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan yang memadai,

menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil sebagai anggota keluarga


baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain, mempertahankan

hubungan yang sehat didalam keluarga dan diluar keluarga

d. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)

Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh,

biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar

13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga maksimal dan

hubungan keluarga pada tahap ini juga maksimal.Tugas perkembangan

keluarga pada tahap IV adalah menyosialisasikan anak- anak termasuk

meningkatkan restasi, mempertahankan hubungan pernikahan yang

memuaskan.

e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan

kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam

atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan

keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia

lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak

remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk meberikan tanggung

jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri

menjadi seorang dewasa muda.

f. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)


Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak pertama

dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak

terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga pada tahap ini adalah

memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewas muda, termasuk

memasukkan anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-

anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali

hubungan pernikahan, membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua

dan sakit.

g. Tahap VII (Orang tua paruh baya)

Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak

terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian

salah satu pasangan.Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah

menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan

kepuasan dan hubungan yang bermakna antara orangtua yang telah menua dan

anak mereka, memperkuat hubungan pernikahan.

h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu

atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan pasangan dan

berakhir dengan kematian pasangan lain. Tujuan perkembangan tahap

keluarga ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan

(Yolanda, 2017).
B. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya

beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain

seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,

makin besar resikonya. (Amin & Hardhi 2015)Hipertensi atau tekanan darah tinggi

adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri

yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–

organ tubuh secara terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014).

Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan

darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg

(Muttaqin, 2012).

2. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula

jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan

pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah

melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca


ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi

epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh

darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi.Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh

perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia

lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan

ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada

gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam


mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Suzanne & Brenda, 2011).

3. Etiologi

Menurut Arif. M, (2011), berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi dua bagian

yaitu:

a. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahui

penyebabnya.atau disebut juga hipertensi idiopatik. Hipertensi esensial biasanya

dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan 50-an

dan secara bertahap “ menetap “ pada suatu saatdapat juga terjadi mendadak dan

berat, perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien

memburuk dengan cepat.

Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan emosi, obesitas,

konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor keturunan (Brunner

& Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins (2017), beberapa faktor yang

berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik dan

pengaruh lingkungan seperti : stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang

kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen

dalam hipertensi.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal

Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab

tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, berbagai

obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart, 2015).

Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensi sekunder

diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal,

kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin,

hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti kontasepsi oral dan

kartikosteroid.

4. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi

Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah oleh

penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah sebagai berikut :

a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah

1) Riwayat keluarga

Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada seseorang dengan

riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi dengan yang lainnya dan juga

lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu.

Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi

yang lebih tinggi pada usia muda.


2) Usia

Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa

hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang berumur lebih dari 60

tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Diantara orang dewasa,

pembacaan tekanan darah sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolic karena

merupakan predictor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian dimasa

depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit

ginjal.

3) Jenis kelamin

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai kira-kira

usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper sama antara usia 55 sampai

74 tahun, wanita beresiko lebih besar.

4) Etnis

Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam tidaklah jelas,

akan tetapi peningkatannya dikaitkan dengan kadar rennin yang lebih rendah,

sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopressin, tinginya asupan garam, dan

tinggi stress lingkungan.

b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah

1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien diabetes mellitus

karena diabetes mempercepat aterosklerosisdan menyebabkan hipertensi karena

kerusakan pada pembuluh darah besar.

2) Stress

Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta

menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan persepsi,

interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan

respon stress.

3) Obesitas

Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya jumlah lemak

disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan dengan pengembangan

hipertensi. Kombinasi obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan

sindrom metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.

4) Nutrisi

Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada individu.

Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone natriuretik yang

berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung menigkatkan tekanan darah.

Muatan natrium juga menstimulasi mekanisme vaseoresor didalam system saraf

pusat. Penelitan juga menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsium, kalium,

dan magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.

5) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa penggunaan obat

terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi. pada dosis tertentu nikotin

dalam rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya

tekanan darah secara langsung.

5. Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain

tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,

seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan

pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus optikus ) (Brunner & Suddart,

2015).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai

bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan

vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi

oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri koroner dengan angina adalah

gejala yang paling menyertai hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai

respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan

tekana sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan

peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner &

Suddart, 2015).

Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa sebagian

besar gejala klinis timbul :


a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang–kadang disertai mual dan muntah akibat

peningkatan tekanan intracranial.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,

d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti

hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).

d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama

(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan

hipertensi.

f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan

pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler)


g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan

hipertensi.

h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer

(penyebab).

i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan

atau adanya diabetes.

j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya

feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk

pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.

k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko

terjadinya hipertensi.

l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,

feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat

juga meningkat.

m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim

ginjal, batu ginjal dan ureter.

n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit

pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.

o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.


p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan

konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini

penyakit jantung hipertensi. (Anonim, 2013)

7. Komplikasi

Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akanmenyebabkan

kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri

tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya

& Putri (2018), sebagai berikut :

a. Jantung

Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung

koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot

jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut

dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga

banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat

menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak

diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.


c. Ginjal

Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat menyebabkan

kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat laun ginjal tidak

mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui

aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.

d. Mata

Hipertensi juga dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat

menimbulkan kebutaan.

8. Penatalaksanaan

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah

terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan

tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh

derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan

dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).

a. Terapi nonfamakologis

Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non farmakologis

terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup sangat penting dalam

mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi dengan non

farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk

menurunkan tekanan darah yaitu :


1) Mempertahankan berat badan ideal

Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi obesitas juga

dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun kaya dengan

serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka

tekanan darah diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg

2) Kurangi asupan natrium

Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), pengurangan konsumsi

garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan tekanan sistolik

sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg.

3) Batasi konsumsi alkohol

Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi alkohol harus

dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan

darah.Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat

kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum berakohol.

4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium

Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet

potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah

dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel kacang-kangan,

kentang dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh

dan lemat total.

Sedangkan menurut Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),

kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah

natrium yang terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-buahan


sebanyak 3 5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium

yang cukup.

5) Menghindari merokok

Menurut Dalimartha (2011), merokok tidak berhubungan secara langsung

dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko

komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka

perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi.

6) Penurunan Stress

Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013),stress memang tidak

menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering

terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi.

7) Terapi pijat

Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya pijat yang

dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energy

dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat

diminalisir, ketika semua jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan

hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.

b. Terapi farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi dengan

menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi. Setiabudy

(2013), Ada 5 macam jenis obat anti hipertensi yaitu:


1) Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat

kencing) sehingga volume cairan di tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa

jantung menjadi lebih ringan. Contoh obat diuretik Kuat adalah Hidroklorotiazid,

Klortalidon, Indapamid, Bendroflumetiazid, Metolazon, Xipamid, dan Contoh obat

diuretik Kuat adalah Furosemid, dan Torsemid, Contoh obat diuretik Hemat

kalium adalah Amilorid, Triamteren.

2) Agen Penghambat Adrenegik (β-bloker)

(β-bloker) digunakan sebagai obat tahap pertama pada hipertensi ringan sampai

sedang terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner (khususnya sesudah

infark miokard akut). Beta bloker dapat menyebabkan bradikardia, blokade AV,

hambatan nodus SA dan menurunkan kekuatan kontraksi miokard. Contoh obat

golongan ini adalah Asebutolol, Atenolol,Metaprolol, Labetolol, dan Karvedilol.

3) Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme).

ACE- inhibitor menghambat perubahan A l menjadi A ll sehingga terjadi

vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Selain itu degradasi bradikinin juga

dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat dalam efek

vasodilatasi ACE-inhibitor. Contoh obat golongan ini adalah Kaptopril, Lisinopril,

Benazepril, Enalapril, Ramipril,

4) Penghambat reseptor angiotensin (Angitensin receptor blocker,ARB)


Reseptor angiotensin terdiri dari dua kelompok besar yaitu AT1 dan AT2. Reseptor

AT1 terdapat terutama di otot polos pembuluh darah dan di otot jantung, AT2

terdapat dimedula adrenal mungkin juga di SSP. Pemberian obat ini akan

menghambat semua efek angiotensin seperti: vasokontriksi, sekresi aldosteron,

rangsangan saraf simpatis. Contoh obat golongan ini adalah Valsartan, Losartan,

Irbesartan, Telmisartan dan Candesartan.

5) Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh

darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan

relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer

ini di ikuti oleh reflek takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila menggunakan

golongan dihidropiridin kerja pendek (nifedipin). Contah obat pada golongan ini

adalah Nifedipin, Amlodipin, Felodipin, Isradipin, Verapamil dan Diltiazem.

C. Konsep Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi

1. Pengkajian

Keperawatan adalah pelayanan esensial individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang dilaksanakan pada orang baik sehat maupun sakit secara promotif,

kuratif, preventif dan rehabilitatif dengan pendekatan proses keperawatan melalui

tahapan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi

dan evaluasi keperawatan. (Aziz, A, 2011).


Fokus Pengkajian pada keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan

ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :

a. Data umum

Data umum yang perlu dikaji adalah :

1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin,umur,

pekerjaan dan pendidikan.

2) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah

yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga

3) Status sosial ekonomi Keluarga,

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga

ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta

barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.

2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi


Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan

mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta

kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit keturunan,

riwayat kesehatan masingmasing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap

pencegaha penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang

biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian lingkungan

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah ruangan, jenis

ruang, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang

digunakan, tanda catyang sudah mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah.

d. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung,

hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap

perasaan.

2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota

keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta memberi dan menerima

cinta.

3) Fungsi keperawatan;

a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan :

Menjelaskan nilai yang dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatanyang

dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga.

b) Status kesehatan

Keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa : keluarga mengkaji status

kesehatan, masalah kesehatan yang membuat kelurga rentan terkena sakit dan

jumlah kontrol kesehatan.

c) Praktik diet keluarga :

Keluarga mengetahui sumber makanan yang dikonsumsi, cara menyiapkan

makanan, banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan kebiasaan

mengkonsumsi makanan kudapan.

d) Peran keluarga dalam keperawatan diri :

Tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan

penyakit, perawatan keluarga dirumah dan keyakinan keluarga dalam perawatan

dirumah.
e) Tindakan pencegahan secara medis :

Status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan, dan pola keluarga dalam

mengkonsumsi makanan.

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : berapa jumlah

anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode

yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga

(Padila, 2012).

5) Fungsi ekonomi

Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhi sandang,

pangan, papan, menabung, kemampuan peningkatan status kesehatan.

e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang

digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe. Sebagai berikut :

1) Keadaan umum ; lemah

2) Tanda-tanda vital; suhu tubuh cenderung meningkat, pernapasan dangkal, nadi

cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolik diatas 90 mmHg.

3) Review of sistem
a) B1 (breathing) ; sistem pernapasan sangat mendukung untuk mengetahui

masalah pada gangguan kardiovaskuler dimana pemeriksaannya meliputi

inspeksi pada bentuk dada ditemukan bentuk dada phisis (panjang dan gepeng),

empisematous (tong) dan pektus eksavatus ( cekung kedalam). Pada palpasi

ditemukan kelainan dinding toraks, gerakan dinding tidak dan getaran yang

dirasakan tidak merata. Pada perkusi ditemukan penurunan suara paru atau

perubahan dari resonan. Pada auskultasi ditemukan suara napas tambahan.

b) B2 (blood); pemeriksaan jantung dan pembuluh darah dapat secara langsung

mengetahui masalah pada penyakit hipertensi antara lain meliputi; pada

pemeriksaan inspeksi perubahan apeks jantung karena disebabkan adanya

perubahan sumbu jantung karena hipertropi, pada palpasi terdapat penurunan

denyut apeks karena empisema terdapat thril jantung dan distensi vena

jugularis. Pada perkusi biasanya tetap normal pada bunyi redup tetapi

didapatkan pembesaran jantung. Pada auskultasi didapatkan bunyi kuat dan

keras pada katup aorta dan katup mitral.

c) B3 (brain) ; difokuskan pada pemeriksaan kepala dan leher untuk mengetahui

adanya sianosis perifer, ekspresi wajah yang gelisah, pusing, kesakitan dan

ptekie. Pada mata terdapat ikterus bilamana ada gagal jantung dan dilakukan

pemeriksaan neurosensori untuk mengetahui adanya pusing saat bangun dari

duduk, wajah meringis, menarik diri dan kehilangan kontak mata.

d) B4 (bladder) : output urine merupakan indikasi fungsi jantung yang penting.

Penurunan haluaran urine merupakan temuan penting yang harus dikaji lebih
lanjut untuk menentukan apakah penurunan tersebut merupakan penurunan

produksi urine atau karena ketidakmampuan klien untuk buang air kecil.

Dareah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya massa oval dan diperkusi

adanya tanda pekak yang menunjukkan kandung kemih penuh.

e) B5 (Bowel) : pengkajian yang harus dilakujkan meliputi perubahan nutrisi

sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, penurunan turgor kulit, kulit kering

Atau berkeringat, muntah dan penurunan berat badan. Adanya refluks

hepatojuguler, pembengkakan hepar adanya nyeri tekan pada abdomen.

f) B6 (Bone) : keluhan kelemahan fisik, pusing, dada rasa berdebar, sulit tidur

karena ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal, berkeringat malam hari, sering

terbangun karena nyeri kepala dan sesak napas.

2. Diagnosa keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke sistem

keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan. Diagnosis

keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan

perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk

menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman ( Friedman, 2010).

1) Manajemen Kesehatan tidak efektif

Diartikan sebagai usaha dalam penanganan masalah Kesehatan dalam

aktivitas sehari-hari tidak berhasil sehingga status Kesehatan yang

diharapkan tidak tercapai. Untuk penyebabnya di antaranya :


1. System pelayanan Kesehatan yang semakin kompleks

2. Perawatan dan pengobatan yang rumit

3. Pertentangan terkait pengambilan keputusan

4. Kurang terpapar informasi

5. Ekonomi yang mengalami masalah

6. Permasalahan keluarga

Untuk gejala dan tanda mayor Subjektif biasanya mengungkapkan

kesulitan dalam menjalani program perawatan atau pengobatan,

sedangkan Objektifnya tampak gagal melakukan tindakan untuk

mengurangi factor resiko, gagal menerapkan program perawatan atau

pengobatan serta aktivitas sehari-hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan

kesehatan.

2) Gangguan pola tidur

Merupakan gangguan pada waktu tidur terkait kualitas dan kualitas akibat

factor tertentu. Untuk penyebabnya diantaranya :

1. Kurangnya control tidur

2. Kurang privasi

3. Restraint fisik

4. Tidak adanya teman tidur

5. Tidak terbiasa dengan peralatan tidur

Untuk gejala dan tanda mayor data subjektifnya mengeluh sulit tidur,

pola tidur berubah serta mengeluh sering terjaga sedangkan data objektif

tidak ada. (TIM POKJA SDKI DPP PPNI, 2017).


3. Intervensi Keperawatan Keluarga

Rencana tindakan keperawatan menurut Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (SIKI) pada tahun 2018 diagnosa yang pertama yaitu manajemen

Kesehatan tidak efektif untuk intervensi yang bisa diberikan yaitu edukasi

Kesehatan yang merupakan pengeloaan factor resiko penyakit dan perilaku hidup

bersih serta sehat.

a. Manajemen Kesehatan tidak efektif

1) Observasi

a) Identifikasi kesiapan serta kemampuan klien untuk

memperoleh informasi yang akan diberikan

2) Terapeutik

a) Fasilitasi materi serta media untuk Pendidikan Kesehatan

b) Jadwalkan edukasi Kesehatan sesuai kesepakatan Bersama

c) Berikan kesempatan untuk bertanya

3) Edukasi

a) Jelaskan factor resiko yang bisa mempengaruhi Kesehatan

b) Ajarkan makanan yang di anjurkan dan makanan yang

dilarang

b. Gangguan pola tidur

Adapun diagnosa keperawatan yaitu gangguan pola tidur untuk

intervensi yang dapat diberikan kepada salah satu anggota keluarga


diantaranya sebagai berikut : Dukungan tidur adalah memfasilitasi siklus

tidur serta terjaga yang teratur, tindakannya antara lain :

1) Observasi

a) Identifikasi pola aktivitas serta tidur

b) Identifikasi factor pengganggu tidur baik fisik maupun

psikologis

2) Terapeutik

a) Modifikasi lingkungan (misal mengatur pencahayaan,

kebisingan, suhu, dan membersihkan tempat tidur)

b) Fasilitasi untuk menghilangkan stress sebelum tidur

c) Tetapkan jadwal tidur yang rutin

d) Sesuaikan jadwal pemberian obat ataupun Tindakan untuk

mendukung siklus tidur

3) Edukasi

a) Anjurkan menepati waktu tidur sesuai kebiasaan

b) Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang dapat

mengganggu tidur. (TIM POKJA SIKI DPP PPNI, 2018).

4. Implementasi Keperawatan

Melakukan Tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah

ditetapkan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan, ciri khusus

implementasi biasanya menggunakan kata kerja aktif.

a. Manajemen Kesehatan tidak efektif

1) Observasi
a) Mengidentifikasi kesiapan serta kemampuan klien untuk

memperoleh informasi yang akan diberikan

2) Terapeutik

a) Memfasilitasi materi serta media untuk Pendidikan

Kesehatan

b) Menjadwalkan edukasi Kesehatan sesuai kesepakatan

Bersama

c) Memberikan kesempatan untuk bertanya

3) Edukasi

a) Menjelaskan factor resiko yang bisa mempengaruhi

Kesehatan

b) Mengajarkan makanan yang di anjurkan dan makanan

yang dilarang

b. Gangguan pola tidur

1) Observasi

a) Mengidentifikasi pola aktivitas serta tidur

b) Mengidentifikasi factor pengganggu tidur baik fisik

maupun psikologis

2) Terapeutik

a) Memodifikasi lingkungan (misal mengatur pencahayaan,

kebisingan, suhu, dan membersihkan tempat tidur)

b) Memfasilitasi untuk menghilangkan stress sebelum tidur

c) Menetapkan jadwal tidur yang rutin


d) Menyesuaikan jadwal pemberian obat ataupun Tindakan

untuk mendukung siklus tidur

3) Edukasi

a) Menganjurkan menepati waktu tidur sesuai kebiasaan

b) Menganjurkan menghindari makanan atau minuman yang

dapat mengganggu tidur.

5. Evaluasi Keperawatan

Tahap terakhir dari asuhan keperawatan yang bertujuan untuk menilai

keefektifan keseluruhan proses asuhan keperawtan. Asuhan keperawtan dikatakan

berhasil jika kriteria hasil telah di tentukan tercapai. (TIM POKJA SLKI DPP

PPNI, 2019). Pada tahap ini dibutuhksn data subjektif yaitu data yang berisi

ungkapan, keluhan dari klien kemudian data objektif yang diperoleh dari

pengukuran maupun penilaian perawat sesuai dengan kondisi yang tampak

kemudian penilaian assessment dan teakhir perencanaan atau planning, untuk

mudah diingat biasanya menggunakan singkatan SOAP (Subjektif Objektif

Analisis dan Planning).


DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berda

sarkan Diagnose Medis &NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2.

Jogjakarta: Mediaction Publishing.

Aziz. Alimul, (2011). Konsep Dasar Manusia. Salemba Medika.Jakarta

Pearce. C. (2011). Anatomi dan Fisiologi. Gramedia. Jakarta

Dongoes. M.E (2001). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

Budi. (2015). Hipertensi Manajemen Komperhensif. AUP Airlangga

University Press.

Surabaya

Brunner dan Suddarth, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta

Friedman, Marilyn, 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga, konsep dan

praktik. EGC.

Jakarta.

Gunawan, I. 2011. Hipertensi tekanan darah tinggi. Yogyakarta: Penerbit


Kansius.

Haryanto, A., dan Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Ar-Ruzz

Media.

Yogyakarta

Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler.

KDT.Jakarta

Muttaqin, Arif, 2011. Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan sistem

Kardiovaskuler. Salemba medika. Jakarta

Nurarif, A. H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan

Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Mediaction Jogja. Yogjakarta

Padila, 2012. Buku ajar keperawatan keluarga. Nuha medika. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai