Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KELUARGA Ny “ S “ DENGAN MASALAH GASTRITIS

DI DUSUN SANREKO, KECAMATAN LUYO

TANGGAL 28 FEBRUARI 2023

NAMA : SARTIKA HATTA

NIM : A20038

PROGRAM : DIII KEPERAWATAN

CI INSTITUSI

HAERANI,S.SiT.,M.Kes

SITEK BINA BNAGSA MAJENE

TAHUN AKADEMIK 2023-2024


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny “ S “ DENGAN MASALAH “ GASTRITIS “

DI DUSUN SANREKO KECAMATAN LUYO

TANGGAL 28 FEBRUARI 2023

NAMA : SARTIKA HATTA

NIM : A20038

PROGRAM : DIII KEPERAWATAN

CI INSTITUSI

HAERANI,S.SiT.,M.Kes

SITEK BINA BNAGSA MAJENE


TAHUN AKADEMIK 2023-2024

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian keluarga

Menurut WHO dalam Sulistyo Andarmoyo (2012), keluarga adalah kumpulan anggota rumah
tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Menurut Raisaner

dalam Jhonson (2010), keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing- Masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan
nenek.

2. Tujuan Pembentukan Keluarga

Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah :

a. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan individu

b. Keluarga sebagai perantara kebutuhan dan harapan anggota keluarga dengan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat

c. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dengan


menstabilkan kebutuhan kasih sayang, sosio-ekonomi dan kebutuhan seksual.

d. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan identitas seseorang individu
dan perasaan harga diri (Andarmoyo, 2012)

3. Sasaran Asuhan Keperawatan

Sasaran dari asuhan keperawatan adalah keluarga sehat, keluarga resiko tinggi yang rawan
kesehatan dan keluarga yang memerlukan tindak lanjut.

a. Keluarga sehat

Jika seluruh anggota keluarga dalam kondisi sehat tetapi memerlukan antisipasi terkait dengan siklus
perkembangan manusia dan tahapan tumbuh kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan
terutama pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

b. Keluarga resiko tinggi dan rawan Kesehatan Keluarga resiko tinggi termasuk keluarga yang
memiliki kebutuhan untuk menyesuaikan diri terkait siklus perkembangan anggota keluarga,
keluarga dengan faktor resiko penurunan status kesehatan.
c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut

Keluarga yang anggota keluarganya mempunyai masalah kesehatandan memerlukan tindak lanjut
pelayanan keperawatan/Kesehatan misalnya: klien pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit
degeneratif, tindakan pembedahan, penyakit terminal.(Muslihin,2012 )

4. Struktur keluarga

Menurut Muslihin ( 2012) , struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan


fungsi keluarga di masyarakat ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari
bermacam - macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disususn melalui jalur ayah.

b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disususn melalui jalur ibu.

c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal Bersama keluarga sedarah istri.

d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

e. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pimpinan keluarga, dan beberapa
sanak saudara yang bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

5. Fungsi keluarga

Friedman (1998) dalam Padila, (2012) menyebutkan lima fungsi dasar keluarga:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan dari
keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan meningkatkan sumber daya
manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.

d. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan rumah, maka keluarga
memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan
(gakin atau pra keluarga sejahtera).

e. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah
terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit.

6. Tugas keluarga

Pada dasarnya tugas kelurga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

b. Pemeliharaan sumber–sumber daya yang ada dalam keluarga.

c. Pembagian tugas masing–masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing–masing.

d. Sosialisasi antar anggota keluarga.

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya, (Jhonson, 2010).

7. Ciri-ciri keluarga

Menurut Robert dan Charles dalam Fadila, (2012) ciri - ciri keluarga

adalah:

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang
sengaja dibentuk atau dipelihara.

c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomen clatur) termasuk perhitungan garis
keturunan.

d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggotanya berkaitan dengan
kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

Ciri keluarga Indonesia menurut Jhonson (2010) adalah sebagai berikut:


1) Suami sebagai pengambil keputusan.

2) Merupakan suatu kesatuan yang utuh.

3) Berbentuk monogram.

4) Bertanggung jawab.

5) Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa.

6) Ikatan keluarga sangat erat.

7) Mempunyai semangat gotong-royong,

8. Tipe keluarga

Tipe keluarga menurut (Padila, 2012).

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya keluarga yang melakukan
perkawinan pertama atau keluarga dengan orangtua tiri.

2) Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak ada anak yang tinggal
bersama mereka. Biasanya keluarga dengan karier keduanya.

3) Keluarga dengan orangtua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi dari perceraian.

4) Bujangan dewasa sendiri

5) Keluarga besar, terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan.

6) Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua anak-anaknya sudah terpisah.

b. Keluarga non tradisional

1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah, biasanya ibu dan anak.

2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan pada hukum tertentu.

3) Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah.

4) Keluarga gay atau lesbian, orang-orang yang berjenis kelamin yang sama hidup bersama sebagai
pasangan yang menikah.

5) Keluarga komunis, keluarga yang terdiri dari lebih dari satu pasangan monogamy dengan anak-
anak secara Bersama menggunakan fasilitas, sumber yang sama.
9. Tahap perkembangan keluarga

Rodgers cit Friedman (1998) dalam Jhonson (2010) menjelaskan meskipun setiap keluarga melalui
tahapan perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang
sama. Tahap-tahap perkembangan keluarga yaitu:

a. Pasangan baru (keluarga baru), keluarga baru dimulai saat masingmasing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)
keluarga masingmasing:

1) Membina hubungan intim yang memuaskan

2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak

b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama), keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari
kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan:

1) Persiapan menjadi orang tua

2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual dan
kegiatan keluarga

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

c. Keluarga dengan anak pra-sekolah. Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan
rasa aman

2) Membantu anak untuk bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus
terpenuhi

4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun diluar keluarga (keluarga
lain dan lingkungan sekitar)

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak


d. Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga
sangat sibuk:

1) Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk


kebutuhan untuk meningkatkan Kesehatan anggota keluarga

e. Keluaraga dengan anak remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa:

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah
bertambah dewasa dan meningkat otonominya

2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan
dan permusuhan

4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau
jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua:

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki

masa tua

4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat


5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

g. Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau
salah satu pasangan meninggal:

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya

dan anak-anak

3) Meningkatkan keakraban pasangan

h. Keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal:

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat

5) Melakukan life review (menurunkan hidupnya)

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik
keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga
tersebut dengan menggunakan keperawatan yang meliputi pengkajian keluarga, diagnosa
keperawatan keluarga, perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi Tindakan
keperawatan. (Abi Muslihin, 2012)

Tahap-tahap proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil

informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. (Andarmoyo, 2012)
Padila (2012), hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga adalah:
a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Kepala Keluarga (KK)

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram

Komposisi keluarga yaitu menjelaskan anggota keluarga yang di identifikasi sebagai bagian
dari keluarga mereka. Bentuk komposisi keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga
yang sudah dewasa, kemudian diikuti dengan anggota keluarga yang lain sesuai dengan susunan
kelahiran mulai dari yang lebih tua, kemudian mencantumkan jenis kelamin, hubungan setiap
anggota keluarga tersebut, tempat tinggal lahir/umur, pekerjaan dan pendidikan. Genogram
keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga)

6) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi
dengan jenis/tipe keluarga

7) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku bangsa keluarga yang terkait
dengan kesehatan.

8) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan

9) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
kebutuhankebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.

10) Aktivitas rekreasi keluarga


Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi

3) Riwayat keluarga inti.

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan
penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah
jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi
dengan denah rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas Rukun Warga (RW)

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, meliputi kebiasaan,
lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografi keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga berpindah tempat

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.


Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga

Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas
yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan mancakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau
dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah
perilaku.

3) Struktur peran

menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal

4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan
kesehatan.

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi Efektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan
tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai

2) Fungsi sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya serta perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta


merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:

a) Berapa jumlah anak ?

b) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota

keluarga ?

c) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan

jumlah anggota keluarga ?

5) Fungsi Ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:

a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan

papan ?

b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga ?

f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang

a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan

b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan

c) Kemampuan keluarga dalam berespon terhadap stressor yang dikaji sejauh mana keluarga
berespon terhadap stressor

2) Strategi koping yang digunakan

Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stress

3) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan/stress
g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan sama dengan
pemeriksaan fisik klinik.

h. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga adalah keputusan tentang respon keluarga tentang masalah
kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat, (Setiadi, 2008). Tahapan
dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain :

a. Analisa data

Analisa data yaitu mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga. Cara Analisa data yaitu: validasi data, mengelompokkan data, membandingkan dengan
standart dan membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan. Dalam menganalisa
data ada 3 norma yang diperlukan diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga
yaitu :

1) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga yang meliputi :

a) Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga.

b) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga.

c) Keadaan gizi anggota keluarga.

d) Status imunisasi anggota keluarga.

e) Kehamilan dan KB.

2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi :

a) Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan, kontruksi,

luas rumah dan sebagainya.

b) Sumber air minum.


c) Jamban keluarga.

d) Tempat pembuangan air limbah.

e) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya.

3) Karakteristik keluarga, yang meliputi :

a) Sifat-sifat keluarga.

b) Dinamika dalam keluarga.

c) Komunikasi dalam keluarga.

d) Interaksi antara anggota keluarga.

e) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga.

f) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga, (Setiadi, 2008)

b. Perumusan masalah

Menurut Setiadi (2008) dalam bukunya keperawatan keluarga mengemukakan, komponen diagnosa
keperawatan keluarga meliputi problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/ simpton (tanda).

1) Masalah (Problem)

suatu istilah yang digunakan untuk mendefinisikan masalah (tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
keluarga atau anggota keluarga) yang diidentifikasi oleh perawat melalui pengkajian. Tujuan
penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status Kesehatan secara jelas dan sesingkat
mungkin, (Setiadi, 2008).

Daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA(North American Nursing


Diagnosis Association) dalam Setiadi (2008) adalah sebagai berikut :

a) Diagnosa keprawatan keluarga pada masalah lingkungan

(1) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (Higienis

lingkungan)

(2) Resiko terhadap cidera

(3) Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit)

b) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi


(1) Komunikasi keluarga disfungsional

c) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran

(1) Berduka dan antisipasi

(2) Berduka disfungsional

(3) Isolasi sosial

(4) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit terhadap keluarga)

(5) Potensial peningkatan menjadi orang tua (krisis menjadi orang tua)

(6) Perubahan penampilan peran

(7) Kerusakan pentalaksanaan pemeliharaan rumah

(8) Gangguan citra tubuh

d) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif

(1) Perubahan proses keluarga

(2) Perubahan menjadi orang tua

(3) Potensial peningkatan menjadi orang tua

(4) Berduka dan diantisipasi

(5) Koping keluarga tidak efektif, menurun

(6) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan

(7) Resiko terhadap tindakan kekerasan

e) Diagnosa keperawatan pada masalah fungsi sosial

(1) Perubahan proses keluarga

(2) Perilaku mencari bantuan kesehatan

(3) Konflik peran orang tua

(4) Potensial peningkatan menjadi orang tua

(5) Perubahan pemeliharaan kesehatan

(6) Kurang pengetahuan


(7) Isolasi sosial

(8) Kerusakan interaksi sosial

(9) Resiko terhadap tindakan kekerasan

(10) Ketidakpatuhan

f) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan kesehatan

(1) Perubahan pemeliharaan kesehatan

(2) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan

(3) Perilaku mencari pertolongan kesehatan

(4) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga

(5) Resiko terhadap penularan penyakit

g) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping

(1) Potensial peningkatan koping keluarga

(2) Koping keluarga tidak efektif, menurun

(3) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan

(4) Resiko terhadap tindakan kekerasan.

2) Penyebab (etiologi)

Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga,
yaitu sebagai berikut :

(a) Mengenal masalah keluarga

(b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

(c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

(d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga
adalah adanya :

(1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan kesalahan persepsi).


(2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).

Sedangkan menurut Komang (2010) mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu:

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit

4. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan

5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas

keluarga

3) Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan Gastritis menurut NANDA NIC-
NOC 2015 adalah:

a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan


nutrien yang tidak adekuat

b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan yang tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah

c) Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

d) Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan diit dan proses penyakit.

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga yang mengalami Gastritis
pada (NANDA NIC-NOC 2015) dan etiologic (Komang, 2010) adalah:

(1) Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal


masalah.

(2) Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Untuk
menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang ditemukan
dihitung dengan menggunakan skala prioritas (skala Baylon dan Maglaya).

Menurut Padila (2012) Dalam menentukan prioritas, banyak factor yang mempengaruhi
untuk kriteria yang pertama yaitu sifat masalah, skor yang lebih besar 3, diberikan pada tidak/kurang
sehat karena kondisi ini biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga, ancaman kesehatan skor 2
dan keadaan sejahtera skor 1 Untuk kriteria kedua yaitu kemungkinan masalah dapat di ubah,
perawat perlu memperhatikan faktor – faktor berikut :

a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah.

b. Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan maupun tenaga.

c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.

d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi masyarakat dan dukungan
masyarakat.

Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat perlu memperhatikan faktor –
faktor berikut :

a. Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.

b. Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada.

c. Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan–tindakan yang tepat dalam memperbaiki
masalah.

d. Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka menambah masalah.Untuk
kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga melihat masalah Kesehatan tersebut.

3. Perencanaan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan keluarga
yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka panjang/pendek), penetapan standart kriteria
serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga, (Setiadi, 2008). Perencanaan
keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, mencakup tujuan umum dan khusus, rencana
intervensi serta dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Selanjutnya
intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi intervensi yang mengarah pada aspek
kognitif, efektif dan psikomotor (prilaku). Semua intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, terapi
modalitas ataupun terapi komplementer pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
keluarga melaksanakan lima tugas keluarga dalam kesehatan. Kriteria dan standar merupakan
rencana evaluasi, berupa pertanyaan spesifik tentang hasil yang diharapakan dari setiap tindakan
berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat berupa respon verbal, sikap atau
psikomotor, sedangkan standar berupa patokan/ukuran yang kita tentukan berdasarkan
kemampuan keluarga, sehingga dalam mementukan standar antara klien satu dengan klien yang
lainnya walaupun masalahnya sama, standarnya bisa jadi berbeda, (Padila, 2012)

4. Implementasi

Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan, pada tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga
sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi Kesehatan
yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. (Setiadi,2008)

5. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambugan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan, ( Setiadi, 2008 )

C. Konsep Dasar Teori Gastritis

1. Pengertian.

Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi jaringan mukosa
(jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal dengan maag berasal dari bahasa yunani
yatiu gastro yang berarti perut atau lambung dan titis yang berarti inflamasi atau peradangan.
Gastritis bukan berarti penyakit tunggal, tetapi berbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya
itu mengakibatkan peradangan pada lambung. (Refelina Widja, 2009).

Gastritis merupakan penyakit yang menyerang daerah lambung. Penyakit ini sering
menyerang pada orang yang terbiasa makan makanan yang terlalu asam, pedas atau bahkan sering
telat makan. Gastritis bisa bertambah parah jika tidak segera disembuhkan. Gastritis atau lebih
dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut atau lambung dan
itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi
terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung
(Admin,2012).

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submucosa lambung. Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi selsel radang daerah tersebut. Gastritis
merupakan salah satu penyakit dalam pada umumnya. Secara garis besar, gastritis dapat dibagi
menjadi beberapa macam: Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama
dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter
pylory. (Soeparman, 2001).

2. Etiologi.

Infeksi kuman Helicobacter pylori merupakan penyebab gastritis yang amat penting. Di
negara berkembang prevalensi infeksi H. pylori pada orang dewasa mendekati 90%. Sedangkan pada
anak-anak prevalensi infeksi H. pylori lebih tinggi lagi. Hal ini menunjukkan pentingnya infeksi pada
masa balita. Di Indonesia, prevalensi infeksi kuman H. pylori menunjukkan tendensi menurun. Di
negara maju, prevalensi infeksi kuman H. pylori pada anak sangat rendah. Diantara orang dewasa
infeksi kuman H. pylori lebih tinggi dari pada anak-anak tetapi lebih rendah dari pada di negara
berkembang, yakni sekitar 30% (Hirlan, 2006).

Penggunaan antibiotik dicurigai mempengaruhi penularan kuman di komunitas karena


mampu mengeradiksi infeksi kuman tersebut, walaupun presentase keberhasilannya rendah. Pada
awal infeksi mukosa lambung akan menunjukkan respon inflamasi akut. Gastritis akut akibat H.
pylori sering diabaikan sehingga penyakitnya berlanjut menjadi kronik (Hirlan 2006).

Hal yang berpengaruh pada timbulnya gastritis, diantaranya pengeluaran asam lambung
yang berlebihan, Pertahanan dinding lambung yang lemah, Infeksi H. pylori ketika asam lambung
yang dihasilkan lebih banyak sehingga pertahanan dinding lambung melemah, Gangguan gerakan
saluran cerna, Stress psikologis. ( Misnadiarly 2009 ).

Penyebab terjadinya gastritis obat analgetik antiinflamasi, terutama aspirin, Bahan kimia,
misalnya lisol, Merokok, Alkohol, Stres fisis yang disebabkan luka bakar, sepsis trauma, pembedahan,
kerusakan saraf, Refluk usus –, Endotoksin. ( Inayah 2004 ).

Obat analgetik antiinflamasi terutama aspirin, bahan kimia missal lisol, merokok, alcohol,
sress fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis,trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal
ginjal, kerusakan susunan syaraf pusat, refluk usus lambung, endotoksin. ( Inayah 2004 ).

Gastritis sering terjadi akibat diet yang sembrono individu makan terlalu banyak, terlalu
cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu/mengandung mikroorganisme. Penebab lain
mencakup dengan alkohol, aspirin, refluks empedu. Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan
oleh mencerna makanan atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi
ganggren/perforasi, pembentukan jaringan parut dapat terjadi. (Smeltze, dkk 2001).
3. Patofisiologi.

Erosi mukosa lambung adalah penyebab utama perdarahan gastrointestinal bagian atas.
Salisilat dalam tingkat yang lebih kecil obatobat anti peradangan bukan steroid dapat merusak sawar
mukosa lambung merangsang difusi balik ion hidrigen dan akhirnya menimbulkan perdarahan.
Kebanyakan lesi terjadi pada pasien dengan kelainan berat, Kerusakan mukosa barier sehingga difusi
balik ion H+ meningkat, Perfusi mukosa lambung terganggu, Jumlah asam lambung, Faktor ini saling
berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu
sehingga timbul infark kecil, disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu ( Inayah, 2004 ).
Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung melalui beberapa mekanisme.
Obat-obat ini dapat menghambat aktivitas siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase merupakan
enzim yang penting untuk pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat. Prostaglanding
merupakan salah satu factor defensif mukosa lambung yang amat penting. Selain menghambat
produksi prostaglanding mukosa, aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid tertentu dapat merusak
mukosa secara topikal. Kerusakan tropikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut
bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa dan juga dapat menurunkan sekresi
bikarbonat mucus oleh lambung, sehingga kemampuan factor defensive tergaggu. (Hirlan, 2001).

4. Manifestasi klinis.

Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah
satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemisis
dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika
dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia
tertentu. Pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil
mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.
( Mansjoer dkk., 1999).

5. Komplikasi

Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berups hematemesis dan melena, dan berakhir
sebagai syok hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik.
Gambaran yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah
infeksi Helicobacter pylori, sebesar 100 % pada tukak duodenum dan 6o-90 % pada tukak lambung.
Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi. ( Mansjoer dkk., 1999 ).

6. Patogenesis.
Faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa lambung adalah sebagai berikut :
Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H+ meninggi, perfusi jaringan lambung yang
tergaggu, jumlah asam lambung. Faktor ini saling berhubungan, misalnya stress fisik yang dapat
menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerahdaerah infark kecil.
Disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung
akan mempercepat kerusakan mukosa barier oleh cairan. (Inayah, 2004.).

7. Pengobatan

Penyakit gastritis dapat ditangani sejak awal, yaitu mengkonsumsi makanan lunak dalam
porsi kecil, berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti merokok dan minuman
beralkohol, mengkonsumsi antasida sebelum makan (Misnadiarly, 2009) Yang perlu dilakukan dalam
pengobatan gastritis yaitu mengatasi kedaruratan medis yang terjadi, mengatasi dan menghindari
penyebab apabila dijumpai, serta pemberian obat-obat H2 blocking, antasid atau obatobat ulkus
lambung lainnya. Pengobatan gastritis akibat infeksi kuman H. pylori bertujuan untuk mengeradikasi
kuman tersebut. ( Inayah 2004 ). Pada saat ini indikasi yang telah disetujui secara universal untuk
melakukan eradiksi adalah infeksi kuman H. pylori yang ada hubungannya dengan tukak peptik.
Antibiotik yang dianjurkan adalah klaritomisin, amoksisilin, metronidazol dan tetrasiklin (Hirlan,
2006).

8. Penatalaksanaan

Gastritis diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan
sampai gejala berukurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi
dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi,
maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran
gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali,
pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Terapi pendukung
mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida serta cairan intravena. Endoskopi fiberoptik
mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat jaringan
perforasi. (Smeltzer dkk., 2001)

Anda mungkin juga menyukai