Anda di halaman 1dari 3

Laporan Kegiatan Membaca Buku

nama:Arshad nuran putra setiawan


kelas:12 ipa 5
Judul Buku : Sekolah Itu Candu
Pengarang : Roem Topatimasang
Penerbit : Pustaka Pelajar
Kota Terbit: Yogyakarta

Kegiatan Prabaca

Nomor Pertanyaan Sebelum Membaca Buku


1. Apa yang membuat sekolah itu candu bagi si penulis?
2. Manfaat apa yang bisa kita ambil dari buku ini?
3. Alasan buku ini dibuat adalah?

Kegiatan Pascabaca

Nomor Bab/Bagian Butir-butir Penting/Menarik


1. SEKOLAH MASA LALU Ia menarik satu bundel naskah yang
paling berdebu dan nampaknya paling lama
sudah tak pernah disentuh oleh tangan manusia.
Sambil mengibas-ngibaskan debu pada
sampulnya, Sukardal melihat ada secarik
tempelan kertas.
Kertas itu berisi
“Buku-buku terlarang juga dikenal sebagai buku-
buku yang masuk dalam 'Daftar lndeks' yang,
konon, dimulai oleh Gereja Katolik Roma
beberapa ratus tahun lalu untuk memberangus
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan
paharn resmi gereja (antara lain, karya utama
Galileo Galilei). “
2. Sekolah: dari Athena ke Mendengar kata 'sekolah', pada
Cuernavaca umumnya seseorang akan membayangkan suatu
tempat di mana orang-orang melewatkan
sebagian dari masa hidupnya untuk belajar atau
mengaji sesuatu. orang Yunani tempo dulu
biasanya mengisi waktu luang mereka dengan
cara mengunjungi suatu tempat atau seseorang
pandai tertentu untuk mempertanyakan dan
mempelajari hal-ikhwal yang mereka rasakan
memang perlu dan butuh untuk mereka ketahui.

1
Mereka menyebut kegiatan itu dengan kata atau
istilah skhole, scola, scolae atau schola.
Keempatnya punya arti sama: waktu luang yang
digunakan secara khusus untuk belajar
3. Sekolah Disana-sini Terserahlah, mau percaya atau tidak,
nyatanya toh ada sekolah yang tak punya daftar
mata pelajaran baku, tak punya jadwal jam
belajar resmi, tak punya kelas-kelas yang dibagi-
bagi per tingkat atau per jurusan, tak
menyelenggarakan ulangan atau ujian kolektif
seperti yang lazim selama ini, dan ini yang pen
ting, murid-muridnya pun bebas memilih dan
menetapkan sendiri apa yang mau mereka
pelajari dan dengan cara bagaimana yang mereka
anggap paling tepat dan sesuai untuk diri
mereka. Sekolah tidak mengenal sebagus apa
fasilitas yang ada, sekolah hanya tempat untuk
belajar hal baru. Ada banyak jenis sekolah dalam
kehidupan ini dari berbagai bidang kehidupan
semuanya tergantung pada minat dan bakat kita
untuk terus belajar dan menambah pengetahuan
4. Dirikanlah Sekolah! He who can, does! He who cannot,
teaches! (Dia yang bisa, kerjakan! Dia yang tak
bisa, ajarkan!) Ungkapan ini datang dari George
Bernard Shaw. Cukup bijak, malahan teramat
bijak, sehingga mestilah dipahami dengan suatu
kearifan tersendiri. Jika tidak, ia bisa saja
disalahpahami secara mengenaskan: seorang
guru besar ilmu pendidikan di Bandung sampai-
sampai menuduh Shaw memandang remeh
pekerjaannya sebagai pendidik, lalu menganggap
ungkapan itu suatu sindiran yang

5. Sekolah Anak-anak Laut Anak-anak sekolah di daerah perkotaan


Sudah terbiasa menikmati sarana angkutan
Antar-jemput sekolah Pergi ke dan pulang dari
beberapa sekolah tertentu, Malah sekolah yang
menyediakan sarana Angkutan bus-sekolah yang
lumayan bagus. Lain lagi yang terjadi di satu
Sekolah Dasar (SD) di Mantigola, perkampungan
tertua Orang Bajo di lepas-pantai Kepulauan
Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Mantigola itu
memang terletak di tengah taut, di
perkampungan Orang Bajo yang memang dimana
saja selalu terletak di alas laut'. Dari garis pantai
bagian barat Pulau Kaledupa salah satu pulau
utama dalam gugus Kepulauan Wakatobi (dalam

2
pelajaran ilmu Bumi Indonesia tahun 1960-70an,
lebih dikenal dengan nama Kepulauan Tukang
Besi) jaraknya ke Mantigola adalah hampir 2 mil
6. Sekolah itu Candu! merasa kehilangan sesuatu yang teramat
sangat bermakna bagi diri dan hidupnya,
kehilangan peluang dan hak. jika ia gagal Atau
terputus di tengah jalan dalam mencapai suatu
tingkatan sekolah tertentu. Masyarakat akan
mencapnya gaga! dan, lama kelamaan, dia sendiri
pun akan merasa dirinya memang telah benar-
benar gaga! dan sia-sia! Jadi, sekolah jugalah
yang benar dan kuasa, tak pernah salah dan tak
pernah kalah. Adapun yang salah (dan memang
selalu dipersalahkan) adalah mereka yang justru
gagal menjalaninya, yang ditolak olehnya:
merekalah senyata-nyatanya orang-orang yang
kalah!! Akhhhh ... sekolah memang sudah jadi
candu,
7. Selamat Tinggal, Sekolah! kalau anak-anak mudanya pun kemudian
cenderung lebih suka memilih jalan pintas untuk
mencapai ketenaran dan kejayaan, janganlah
terlalu diherankan. Para orangtua dan pemimpin
mereka telah memberi suri-teladannya. Ada
banyak orang yang sekolahnya gagal dan tidak
punya gelar apa-apa, malah jadi kaya-raya, tokoh,
dan pesohor yang selalu diliput media-massa.
Untuk apa ikut-ikutan anak-anak 'berkacamata
pantat botol' itu, yang meski piawai memetakan
bintang-bintang di langit, tapi diri mereka sendiri
tak pernah bisa jadi 'bintang gemerlap' dalam
kehidupan nyata?
Selamat tinggal, sekolah!

Anda mungkin juga menyukai