KELOMPOK 6
OLEH :
IBNU AL-FAROQ (71220312003)
DIMAS PRAYOGA (71220312033)
DIVA CIAK ALFANSYAH G (71220312027)
NIKKEN AYU MASANDA (71220312036)
TIARA AMANDA (71220312037)
ALYA ANANDITA SIREGAR (71220312043)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
T.A 2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkatrahmatnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan baik. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia. Sumber Daya dalam makalah ini membahas
tentang Pengembangan Sumber DayaManusia.Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telahmembantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalahini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharap kritik dan
saranyang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pengembangan sumber daya manusia dirasa semakin pentingmanfaatnya karena
tuntutan jabatan atau pekerjaan, sebagai akibatkemajuan teknologi dan semakin ketatnya
persaingan diantara perusahaanyang sejenis. Setiap sumber daya manusia yang ada di
dalam suatu perusahaan (dunia kerja) dituntut agar bekerja efektif, efisien kualitas
dankuantitas pekerjaannya baik sehingga daya saing perusahaan semakin besar.
Pengembangan ini dilakukan untuk tujuan non karier maupun karier bagi sumber daya
manusia melalui latihan dan pendidikan.
Pelaksanaan pengembangan SDM perlu memperhatikan faktor-faktor baik dalam diri
organisasi itu sendiri maupun di luar organisasiyang bersangkutan yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Setiaporganisasi apapun bentuknya senantiasa akan berupaya dapat
tercapainyatujuan organisasi yang bersangkutan dengan efektif dan efisien.
Efisiensimaupun efektivitas organisasi sangat tergantung pada baik
buruknya pengembangan sumber daya manusia atau anggota organisasi itu sendiri.Ini
berarti bahwa sumber daya manusia yang ada dalam organisasi tersebutsecara
proporsional harus diberikan latihan dan pendidikan yang sebaik- baiknya, bahkan harus
sesempurna mungkin
PEMBAHASAN
Pengembangan sumber daya manusia dapat dikatakan sebagai disiplin terapan yang
relatif baru dan terus berkembang. Pengembangan sumber daya manusia adalah
aktivitas pembelajaran yang terorganisir dalam organisasi dalam rangka perbaikan
kinerja atau pertumbuhan pribadi dengan tujuan meningkatkan pekerjaan, individual
atau organisasi, pengembangan sumber daya manusia meliputi bidang-bidang pelatihan
dan pengembangan, pengembangan karir, dan pengembangan organisasi. Hal ini
berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia, suatu bidang yang meliputi riset
dan sistem informasi sumber daya manusia, hubungan industrial, pembinaan karyawan,
kompensasi dan benefit, seleksi dan penempatan staf, sistem manajemen kinerja,
perencanaan sumber daya manusia dan desain jabatan atau organisasi.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan kerangka kerja untuk membantu
karyawan mengembangkan keterampilan, pengetahuan dan kemampuan secara
individual maupun organisasi nasional. fokus utama pengembangan sumber daya
manusia adalah mengembangkan tenaga kerja unggul sehingga organisasi dan
karyawan secara individual dapat melaksanakan pekerjaannya adalah memberikan
pelayanan kepada pelanggan.
1. Faktor Internal
Setiap organisasi mempunyai misi dan tujuan yang ingin dicapainya. Untuk mencapai
tujuan ini diperlukan perencanaan yang baik dan implementasinya secara tepat.
Untuk itu diperlukan kemampuan tenaga sumber daya manusia melalui
pengembangan sumber daya manusia.
Sifat dan jenis kegiatan organisasi sangat penting terhadap pengembangan sumber
daya manusia. Misalnya, suatu organisasi yang sebagian besar melaksanakan
kegiatan teknis, akan berbeda dengan pola pengembangan sumber daya manusia
pada organisasi yang bersifat ilmiah. Demikian juga, akan berbeda pula strategi dan
program pengembangan sumber daya manusia antara organisasi yang kegiatan rutin
dan organisasi yang kegiatannya memerlukan inovasi dan kreativitas.
2. Faktor Eksternal
Organisasi itu berada di dalam lingkungan dan tidak lepas dari pengaruh lingkungan di
mana organisai itu berada, agar organisasi itu dapat melaksanakan misi dan tujuannya
maka harus memperhitungkan faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor eksternal
organisas. Diantara faktor-faktor tersebut adalah kebijakan pemerintah, sosial budaya
masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
a. Kebijakan Pemerintah
Faktor sosio budaya masyarakat tidak dapat diabaikan oleh suatu organisasi. Hal ini
dapat dipahami karena suatu organisasi apapun didirikan untuk kepentingan
masyarakat yang mempunyai latar belakang sosio budaya yang berbeda-beda. Oleh
sebab itu dalam mengembangkan sumber daya manusia dalam suatu organisasi
faktor eksternal perlu dikembangkan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar organisasi dewasa ini telah
sedemikian pesatnya. Organisasi yang baik harus mengikuti arus tersebut dan harus
mampu memilih teknologi yang tepat. Oleh karena itu, kemampuan karyawan
organisasi harus diadaptasikan dengan kondisi tersebut. Selain itu, faktor-faktor
tersebut dapat menunjang suatu keberhasilan yang maksimal apabila suatu diklat
atau pelatihan dan pendidikan tersebut anadaya suatu partisipasi yang sangat baik
dalam diri peserta, fokus pelatihan yang sangat efektif, proses yang memadai, biaya
yang ringan, motivasi, serta hasil atau out came yang sangat bagus bagi peserta
setelah pelaksanaan diklat atau pendidikan dan pelatihan.
Pengembangan secara informal yaitu karyawan atas keinginan dan usaha sendiri
melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari bukubuku literatur yang
ada hubungannya dengan pekerjaan atau jabatannya. Pengembangan secara
informal menunjukkan bahwa karyawan tersebut berkeinginan keras untuk maju
dengan cara meningkatkan kemampuan kerjanya. Hal ini bermanfaat bagi
perusahaan karena produktivitas kerja karyawan semakin besar, di samping efisiensi
dan produktivitasnya juga semakin baik.
Tujuan organisasi atau perusahaan akan dapat tercapai dengan baik apabila
karyawan dapat menjalankan tugasnya dengan efektif dan efisien. Sehingga untuk itu
usaha pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi/perusahaan yang
bersangkutan sangatlah diperlukan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa
tujuan pengembangan sumber daya manusia termaksud adalah untuk memperbaiki
efektivitas dan efisiensi kerja mereka dalam melaksanakan dan mencapai sasaran
program-program kerja yang telah ditetapkan. Perbaikan efektivitas dan efisiensi
karyawan dapat dicapai dengan meningkatkan: pengetahuan, keterampilan dan sikap
karyawan terhadap tugas-tugasnya.
a) Efisiensi
b) Kerusakan
c) Kecelakaan
d) Pelayanan
e) Moral
Dengan pengembangan, moral karyawan akan lebih baik karena keahlian dan
keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya sehingga merek antusias
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
f) Karier
Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan semakin
besar, karena keahlian, keterampilan dan prestasi kerjanya lebih baik, promosi
ilmiah biasanya
g) Konseptual
Dengan pengembangan, manajer akan semakin cakap dan cepat dalam mengambil
keputusan yang lebih baik, karena technical skill, human skill dan managerial skill
nya lebih baik.
h) Kepemimpinan
i) Balas Jasa
Dengan pengembangan, balas jasa (gaji, upah, intensif dan benefit) karyawan akan
meningkat karena prestasi kerja mereka semakin besar.
j) Konsumen
Manfaat atau fungsi suatu program pengembangan sumber daya manusia dalam
suatu organisasi yang jelas adalah dengan latihan dan pendidikan seorang lebih mudah
melaksanakan tugasnya, sehingga akan lebih positif dalam menyumbang tenaga dan
pikiran bagi organisasi.
3. Fungsi Pengembangan
Salah satu prinsip pengembangan pegawai adalah memiliki suatu metode atau
sistem latihan yang paling sesuai dengan tingkat pendidikan dan ketermpilan para
karyawan serta kebutuhan pegawai. Metode pengembangan harus berdasarkan pada
kebutuhan pekerjaan tergantung kepada berbagai faktor, seperti waktu, biaya, jumlah
peserta, tingkat pendidikan dasar peserta, latar belakang peserta, dan lain-lain.
Metode pelatihan yang paling terkenal dan banyak digunakan, antara lain :
Simulasi adalah suatu penentuan karakteristik atau perilaku tertentu dari dunia riil
sedemikian rupa, sehingga para peserta diklat dapat merealisasikan seperti keadaan
sebenarnya. Metode-metode simulasi ini mencakup :
2. Bentuk lain dari on the job site adalah metode “rotasi” pekerjaan. Metode ini
umumnya dilakukan pegawai-pegawai yang sudah lama. Kemudian akan
dipindahkan tugasnya baik secara vertikal (dipromosikan) maupun secara
horizontal (ke bagian atau tugas lain yang sederajat dengan pekerjaan
sekarang).
F. Evaluasi Program Pengembangan Sumber Daya Manusia
Tahap akhir dalam proses pengembangan sumber daya manusia adalah mengadakan
evaluasi atas program-program yang dilaksanakan, mengukur sejauh mana kefektifan
program telah dicapai. Tahap ini merupakan tahap yang penting karena akan menunjukkan
sejauh mana manfaat yang didapatkan oleh organisasi melalui program-program tersebut.
Oleh karena itu departemen Pengembangan SDM harus mendokumentasikan upaya
tersebut dan menunjukkan pada manajemen bahwa usaha tersebut benar-benar
merupakan usaha yang memberikan manfaat bagi organisasi.
Pada dasarnya, evaluasi atas suatu program pengembangan harus meliputi beberapa
aspek aspek, yaitu (1) tanggapan peserta atas program yang dijalankan,
(2) sejauh mana peserta telah mempelajari dan menguasai materi yang diberikan, (3)
kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan baru yang telah diperoleh dan
(4) apakah tujuan program pengembangan yang dicanangkan telah tercapai.
Evaluasi atas tujuan program pengembangan dapat dilihat dari kinerja organisasi.
Misalnya suatu program pelatihan bertujuan untuk meminimalisir tingkat kesalahan dalam
pengerjaan suatu produk. Jika setelah pelatihan berakhir dan diimplementasikan dalam
pekerjaan ternyata tingkat kerusakan tetap sama, dapat dikatakan program tersebut kurang
memberikan dampak yang berarti pada organisasi. Selain itu mungkin saja suatu aspek
meningkat setelah pegawai mengikuti program pelatihan akan tetapi aspek lain justru
mengalami penurunan.
(1996), bersumber dari hasil pemikiran Kirkpatrick (1972) yang membagi evaluasi ke dalam
4 (empat) tingkatan, yaitu reaction, immediate, intermediate, and ultimate level.
a. Reaction level
Mengukur apa yang peserta pelatihan rasakan mengenai pelatihan yang mereka ikuti.
Pada dasarnya tidak ada studi yang membuktikan bahwa reaksi peserta yang baik akan
meningkatkan kinerja pegawai, namun demikian dapat diasumsikan bahwa apabila peserta
merasa puas dengan program pelatihan yang mereka ikuti, maka mereka akan
mengaplikasikan apa yang mereka dapat dalam pelatihan ke lingkungan kerja. Namun
demikian, Frances dan Bee (1995) berpendapat bahwa reaction level hanya sebagian dari
gambaran evaluasi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa reaction level tidak
memberikan gambaran yang jelas mengenai apakah pelatihan yang diberikan mencapai
tujuan yang diinginkan atau tidak atau apa yang telah didapat dari pelatihan, atau bagaiman
apengaruhnya terhadap kinerja pegawai/organisasi.
b. Immediate level
Mengukur mengenai apa yang telah dipelajari oleh peserta dari pelatihan yang
diselenggarakan. Menurut Frances dan Bee (1995) ada dua tipe immediate level. Yang
pertama mengukur apakah tujuan pelatihan telah tercapai. Sedangkan yang kedua
mengukur apa yang telah dicapai dari pelatihan. Oleh karena itu penilaian sebelum dan
sesudah pelatihan perlu dilakukan, sehingga akan terlihat hasil dari pelatihan yang
diselenggarakan.
c. Intermediate level
Mengukur efek pelatihan terhadap kinerja. Dengan kata lain evaluasi ini ingin melihat
apakah ada peningkatan dalam kinerja atau tidak atau sejauh mana peningkatan kinerja
setelah pelatihan selesai dilakukan. Selanjutnya, evaluasi ini menilai apakah gap yang ada
telah berhasil dijembatani. Namun demikian, Frances dan Bee (1995) menilai bahwa masih
ada beberapa masalah jika tidak ada indikator kinerja yang ditentukan sejak awal dan level
pra-pelatihan tidak diukur.
d. Ultimate level
Mengukur/menilai hasil pelatihan pada kinerja organisasi secara keseluruhan. Level ini
terutama berkaitan dengan bagaimana para pegawai mengerjakan pekerjaan mereka.
Dengan kata lain ultimate level melihat pada hasil perubahan kinerja yang berdampak pada
kinerja organisasi. Melihat rumitnya level ini, para ahli sepakat menilai bahwa level ini
adalah level yang paling sulit untuk dilaksanakan. Frances dan Bee (1995:257)
mengemukakan tiga alasan mengapa level ini sangat sulit untuk dilakukan/dievaluasi.
Pertama, tidak adanya ukuran yang jelas. Kedua, ada beberapa faktor lain selain pelatihan
yang dapat mengintervensi dan mempengaruhi hasil evaluasi. Ketiga, ukuran kinerja sering
berkaitan dengan seluruh unit. Jika pelatihan tidak diarahkan/diberikankepada seluruh
pegawai dalam unit yang bersangkutan, maka akan sangat sulit untuk mengidentifikasi efek
pelatihan terhadap individu atau kelompok pegawai yang telah mendapat pelatihan.
Selain apa yang telah diuraikan oleh Kirkpatrick, Reilly dan Clarke (1990:120-121)
membagi evaluasi menjadi tiga jenis evaluasi, yaitu in-course evaluation, end-of-course
evaluation, and long-term evaluation.
In-course evaluation
Kadang-kadang terlihat agak tumpang tindih dengan fungsi monitoring. Karena evaluasi
tipe ini berusaha untuk mencek secara teratur mengenai apakah pelatihan berjalan
dengan benar. Cara yang biasanya dilakukan adalah dengan mengadakan monitoring
per hari atau per minggu dengan jalan memberikan kuesioner atau mereview setiap
sesi yang telah dijalani. Keuntungan tipe ini adalah, penyelengara akan mengetahui
dengan cepat masalah-masalah yang berkembang dan ketidakpuasan yang dialami
peserta.
End-of-course evaluation
Adalah tipe evaluasi yang paling umum dalam setiap program pelatihan. Validasi pada
umumnya termasuk evaluasi tipe ini. Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai tercapai
tidaknya tujuan yang telah disebutkan sebelumnya. Sarana yang digunakan untuk
menilai pemahaman partisipan pada umumnya adalah ujian, essay, dan praktek dengan
berbagai variasi. Selain itu, pernyataan partisipan tentang apakah mereka
mempertimbangkan tujuan dan sasaran yang telah tercapai juga termasuk validasi.
Saran lain yang paling umum adalah menggunakan kuesioner. Kadang-kadang
penggunaan kuesioner diikuti dengan diskusi tentang respon/ tanggapan dari
partisipan. Namun demikian, penggunaan kuesioner ini seringkali kurang efektif, karena
cencerung menghasilkan evaluasi yang bersifat menyenangkan penyelenggara (happy
sheet).
Long-term evaluation
Adalah yang paling dipercaya sebagai satu-satunya yang paling bernilai. Namun
demikian, diakui sangat sulit untuk mengukur kinerja partisipan setelah mereka kembali
ke pekerjannya masing-masing. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh partisipan itu
sendiri. Sangat mudah untuk melupakan apa yang telah didapatkan dari pelatihan
segera setelah selesai mengikuti pelatihan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
Pengembangan sumber daya manusia adalah proses untuk mengembangkan potensi
dan kemampuan individual dan kelompok serta organisasi nasional melalui pelatihan
dan pengembangan, pengembangan organisasi, pengembangan karir serta pengelolaan
perubahan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan inovasi serta
perubahan. Tujuan dari pengembangan sumber daya manusia adalah mendorong dan
mempercepat pendayagunaan sumber daya manusia melalui kebijakan yang jelas dan
kohesif dalam bidang pendidikan, pelatihan dan kesehatan serta ketenagakerjaan pada
semua jenjang baik sekala organisasi maupun skala nasional. Sedangkan tujuan
manajemen sumber daya manusia adalah untuk memaksimalkan tingkat investasi dari
modal utama organisasi (human capital) dan meminimalkan risiko finansial.
DAFRTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/411476109/MAKALAH-PENGEMBANGAN-SDM
https://www.studocu.com/id/n/47344269?sid=01685345196