Anda di halaman 1dari 5

PENGILHAMAN ALKITAB

Pendahuluan
Seperti disebutkan dalam 2 Tim.3:16 bahwa tulisan yang diwahyukan Alkitab itu berguna
untuk mengajar, menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dst. Jadi jelas
bahwa Alkitab itu diwahyukan, atau dihembusi Roh Allah. Yang diwahyukan itu
Alkitabnya (Dr. H. Hadiwijono). Bagimana proses pewahyuan itu? Yaitu melalui para
nabi, contoh misalnya Mat.1:22, dikatakan”Hal itu genaplah apa yang difirmankan oleh
Tuhan, lewat para nabi” (tentang kelahiran Tuhan Yesus Kristus). Demikian juga dalam
Mat.2:15, genaplah apa yang difirmankan Tuhan oleh para nabi (Bahwa Yesus harus
diungsikan ke Mesir).
Para nabi itu tentunya dibimbing dan dan dipimpin oleh Roh Kudus (2 Pet.1:21). Dengan
demikian ada dua pihak yang terlibat dalam pengilhaman Alkitab, yaitu Roh Kudus
(Allah) yang mengilhami dan manusia. Bagaimana keduanya bekerjasama dalam
pengilhaman ini? Hal ini dijawab dalam berbagai teori pengilhaman.

Teori pengilhaman
Ada bermacam-macam teori pengilhaman.

1. Pengilhaman yang mekanis.


Dalam pengilhaman mekanis, penulis hanya sebagai mesin yang menulis gagasan-
gagasan dari Allah, baik idenya bahasa tulisannya dari kata ke kata didektekan
kepada manusia. Dalam pengilhaman ini manusia sangat pasif. Contoh misalnya
dalam agama Hindu, Kitab Weda dan upanisat itu diterima dari para dewa dan
dibisikkan kepada resi dan dituliskan. Umat Islam mepercayai bahwa setelah
manusia jatuh dalam dosa, Allah mengirim utusanNya (nabi) untuk membimbing
umatnya dalam kebenaran, dengan kitab Sucinya masing masing. Dalam Agama
Islam, kitab Taurat diwahyukan kepada Musa, Jabur (Mazmur) diwahyukan
kepada Daud; Kitab Injil diwahyukan kepada nabi Isa dan yang terakhir kitab
Qur’an, sebagai kitab terakhir, yang diwahyukan kepada nabi Mokhamat. Dan
semua itu merupakan copi dari Kitab Suci yang asli yang ada di Sorga.
Sebenarnya ada lagi Satu Kitab Suci yang diwahyukan kepada nabi Ibrahim,
sayanya keberadaan Kitab Suci ini tidak ditemukan lagi di dunia ini. Umat
Muslim sangat menghargai kepada Kitab Kitab sebelumnya, sebagai kitab yang
yang membimbing umat manusia (Sura 3:3-4a, Sura 5:68). Bagi Umat Islam Al
Qur’an bukan hanya suatu penyataan Allah yang baru, tetapi juga Kitab yang
meneguhkan kitab yang sebelumnya, menjelaskan ketidakpastian dan
menyempurnakan kebenaran dari Kitab kitab sebelumnya.
Pewahyuan Al Qur’an, dilakukan oleh malaekat Allah, mulai tahun 610 AD
(masehi), secara bertahap dan terjadi selama 23 tahun dan selesai tahun 632,
beberapa saat sebelum kematiannya. Ayat yang terakhir dikirim oleh Allah sendiri
dengan sebuah kalimat penutup:Hari ini Aku telah menyempurnakan agamamu
bagimu dan menyempurnakan anugerahKu padamu dan telah memilihkan bagimu
agama yaitu Al-Islam (Sura 5:3). Menurut agama Islam Al Qur’an adalah Kitab
Suci yang paling luas dan lengkap. Terdiri dari 114 Bab atau Sura, 86 sura

1
diwahyukan di Mekkah dan 28 sura di Madina. Dengan ayat ayat yang berbeda
beda panjang pendeknya. Yang paling pendek adalah sura 103, 108,110
Pengilahaman ini tidak cocok dengan pengilhaman Alkitab, sebab:
a. Lukas menulis Injilnya yang ditujukan kepada Theofilus, Matius kepada orang
Yahudi.
b. Kalau didektekan tentu gaya bahasa dan penulisannya mestinya seragam.
Sedangkan kitab-kitab dalam Alkitab tidak seragam dan mempunyai gaya bahasa
sendiri sendiri.
c. Bakat, latar belakang hidup, latar belakang budaya, cara berfikir ternyata ternyata
sangat mempengaruhi tulisan-tulisan mereka. Daud yang latar belakangnya
masyarakat agraris, berbeda dengan Musa yang latar belakangkan kerajaan dan
kaum intelektual, yang memperhatikan masalah tertib hukum dsb.
d. Jarak antara peristiwa dan penulisan mengakibatkan munculnya interpretasi yang
kadang berbeda satu dengan yang lain.

2. Pengilhaman pasif atau negatip.


Dalam pengilhaman ini para penulis dijaga dan diilhami oleh Roh Kudus,
sehingga benar senantiasa. Memang gaya bahasa dan tulisannya berbeda, tetapi
tidak dapat menyeleweng dan salah. Misalnya kalau dikatakan dalam Kejadian 1
bahwa penciptaan dilaksanakan dalam waktu enam hari itu pasti benar.
Pandangan ini tidak sesuai dengan Alktab sebab menurut Alkitab yang
diilhamkan bukan manusianya, tetapi tulisannya (pak Harun). Menurut hemat
saya keberatan pak Harun kurang bisa diterima, sebenarnya sulit membedakan
antara penulis dan tulisannya, kalau yang dikatakan Alkitab itu tulisannya
diwahyukan, sebenarnya yang dimaksud juga diwahyukan melalui penulisnya.
Menurut hemat saya pengilhaman ini memang masih ada kesalahan-kesalahan
manusiawi. Disana ada data historis yang salah dan pemahaman-pemahan yang
salah apalagi jika dibandingkan dengan ilmu pengetahuan sekarang ini.

3. Pengilhaman Dinamis.
Dalam pengilhaman Dinamis ini hati penulis diperbaharui oleh Roh Kudus,
dilahirkan kembali, sehingga hanya orang yang baik dan benar saja yang bisa
dipakai sebagai perantara firman Tuhan. Sehingga semakin penulis dekat dengan
kejadiannya semakin dapat dipercaya. Karena tulisan para rasul lebih bisa
dipercaya daripada tulisan sebelum dan sesudah para rasul. Keberatan terhadap
pengilhaman ini adalah bahwa tidak senantiasa orang yang benar dan baik yang
dipakai oleh Allah. Bileam seorang dukun yang disuruh mengutuki Israel malah
memberkatinya (Bil. 23:4), Kayafas memberitakan perlunya Kristus mati tersalib
(Yoh.11:50,51). Sebelum para murid mengakui Yesus sebagai Anak Allah, Iblis
sudah tahu bahwa Ia adalah anak Allah (Luk.4).

4. Pengilhaman Organis
Dalam pengilhaman ini penulis bertindak sebagai organ atau alat (Kis.9:13,
dimana Allah memakai manusia sebagai alat). Tetapi alat disini bukan alat yang
mati tetapi alat yang hidup. Dan seperti organ tubuh setiap organ itu mempunyai
tempat dan fungsinya sendiri-sendiri. Matius yang menulis uratnya untuk orang

2
Yahudi berusaha menghindarkan kata-kata yang bisa menjadi sandungan dan
digantikan dengan kata yang lain. Misalnya kata Kerajaan Allah, diganti dengan
kerajaan Sorga. Lukas yang seorang tabib, mempunyai perhatian kepada orang
miskin dan wanita dan karenanya bersikap keras terhadap orang-orang yang kaya.
Walau tempat dan fungsinya berbeda-beda namun semuanya demi kepentingan
tubuh yang satu, yaitu untuk kemuliaan nama Tuhan. Jika hal itu dikenakan pada
pengilhaman, maka beberapa hal perlu diperhatikan:
a. Pertama, bahwa memang Pengilhaman itu adalah karya Roh Kudus dalam hidup
manusia, Roh inilah yang memberi gagasan dan mendorong manusia untuk
memberitakannya baik secara tertulis maupun lisan (Mat.1:22; 2:15; 2 Pet.121;
Luk.10:16).
b. Walau demikian, karena ia adalah organ yang hidup, maka kepribadian, latar
belakang hidup, budaya, cara fikir dan adat istiadat tidak ditiadakan: Misalnya
konsep menciptakan manusia dari debu tanah; Pergilah sampai ke ujung Bumi;
Tuhan menegakkan bumi pada alasnya; Tuhan membuka tingkap-tingkap langit
dan mencurahkan air dst. Hal itu menunjukkan betapa latarbelakang mereka sama
sekali tidak ditiadakan.
c. Penulis sadar persis akan pimpinan Tuhan, itulah sebabnya dalam Galatia 1:8
dikatakan bahwa walau malaekat yang memberitakan Injil, tetapi jika tidak sesuai
dengan yang diberitakan penulis harus ditolak, itu semua karena ia sadar bahwa
Injil yang dia beritakan sesuai dengan kehendak Allah.
d. Penulis bisa membedakan mana kehendak Allah dan mana kehendak manusia.
Dalam 1 Kor.7:6,7 dikatakan oleh Paulus bahwa sebaiknya pelayan Tuhan itu
tidak kawin, tetapi itu hanya pertimbangan Paulus. Namun dalam 1 Kor.7:10
dikatakan seorang isteri jangan undur dari suaminya itu adalah kehendak Allah.
Perlu dicatat disini bahwa jika dikatakan sesuatu itu adalah kehendak Allah tidak
berarti bahwa Allah membisikkan hal itu kepada penulis. Penulis biasanya
mencari referensi dari Perjanjian Lama dan melalui pergumulan dalam hidupnya.
e. Dengan demikian sebenarnya Alkitab itu adalah 100% manusiawi dan juga 100%
ilahi. Sifat manusiawi alkitab itu nampak dalam bentuk sastranya dimana
didalamnya ada sejarah (Kejadian, keluaran, hakim-hakim, Samuel, Tawarikh),
ada petuah dan pepatah (amsal, Mazmur), perumpamaan (dalam Injil-Injil); Tata
ibadah, yang didalamnya ada pengakuan ada pentahbisan ada pujian dsb. Karena
itu dalam pemakaiannya harus hati-hati tidak dapat disamakan begitu saja. Kita
harus melihat bagaimana konteks Alkitab itu sendiri dan bagaimana konteks kita
saat ini. Dari bahasa yang dipakai saja (PL bahasa Ibrani, PB bahasa Yunani)
nampak bahwa Alkitab itu muncul di tengah-tengah sejarah.
f. Sifat ilahi Alkitab. Kalau tadi dikatakan bahwa gagasannya dari Allah, tidak
berarti bahwa Alkitab itu dibisikkan kepada manusia dalam bisikkan ilahi. Lalu
Bagimana? Isi seluruh Alkitab itu adalah tentang cinta kasih Allah kepada
manusia. Cinta kasih Allah itu nyata dalam keterlibatan Allah dalam sejarah umat
manusia. Tetapi cinta kasih itu bukan begitau saja diterima oleh manusia, bahkan
sering manusia menolak cinta kasihnya. Itulah sebabnya dalam Alkitab ada
tindakan Allah yang tidak enak bagi manusia. Sebagai contoh Kitab Hakim-hakim
berisi tentang pemberontakan, hukuman, pertobatan dan pengembalian manusia.
Kasih itu Akhirnya perpuncak adalam kehadiran Tuhan Yesus Kristus.

3
g. Keilahian Alkitab itu juga nampak dalam bahwa Alkitab itu berisi tentang
kesaksian manusia tentang penyataan Allah dalam diri Yesus Kristus. Jadi Alkitab
itu tidak identik dengan Firman Allah, tetapi merupakan kesaksian iman manusia
tentang sang Firman itu sendiri. Seperti yang dikatakan dalam Yoh.20:31 Tetapi
semua yang tercantum disini telah dicatat supaya kamu percaya bahwa Yesuslah
Mesias Anak Allah supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam
namanya”. Lalu siapa yang menghendaki mencatat? Pertama manusia sendiri,
tetapi di lain pihak Allah menghendaki mencatatnya ( Kel.17:14; Yes.8:1;
Yer.30:1).
h. Mengapa perlu dicatat? Sebab orang tidak bisa terus menerus mempertahankan
tradisi lisan sebab dengan tradisi lisan itu ada dua bahaya: di satu pihak akan ada
pengurangan dan pengausan, di lain pihak ada peluasan dan banyak bumbu
bumbunya dan menjadi interpretative. Contoh: Peristiwa pemanggilan para
penjala ikan menjadi penjala manusia. Di Injil Matius dan Markus,tidak ada kisah
seperti yang diceriterakan Lukas tentang perintah Yesus untuk menjala dan
mendapat ikan yang luar biasa banyaknya sampai jalanya robek (Luk.5:1-11;
Mat.4:18-22; Mark.1:16-20).
i. Pencatatan itu sendiri kemudian menimbulkan pemilihan mana kitab yang otentik
dan yang tidak otentik atau apa yang biasanya disebut sebagai persoalan
kanonisasi Alkitab.

Penggunaan Alkitab

Dari cara pengilhamannya maka cara penggunaan Alkitab juga akan menjadi berbeda.
Sebagai perbandingan kita akan melihat cara penggunaan Al Qur’an dan Alkitab,
sbb.:
1. Dalam Al Qur’an karena Qur’an adalah diturunkan secara utuh
dalam bisikan ilahi, maka, ia tidak boleh diubah-ubah bahkan diterjemahkan, ia juga
menjadi norma hukum (undang-Undang) bagi umat, yang harus dilaksanakan secara
utuh. Jika dalam Qur’an tidak ada hukumnya maka memakai Hadis para nabi, jika
dalam hadis nabi tidak ada, maka memakai qias atau analogi, jika tidak ada analogi
maka memakai fatwa para ulama. Dalam Alkitab bukan firman menjadi buku, tetapi
firman menjadi daging dan Alkitab adalah kesaksian tentang firman yang menjadi
daging tersebut. Alkitab merupakan hasil pergumulan para penulis yang menyaksikan
firman yang menjadi daging itu. Alkitab adalah alat yang dipakai untuk bergaul dan
berkomunikasi dengan Allah. Artinya, dalam Alkitab itu disaksikan kepada kita
bahwa Allah dahulu telah berkarya dan berfirman kepada umatnya dalam hidup
mereka sehari-hari, dengan itu pula Allah bermaksud memberitahukan kepada kita
bahwa Allah masih berkenan berfirman dan berkarya di tengah-tengah umatnya
sampai sekarang.
2. Dalam kenyataannya masih sering umat Kristen mempergunakan
Alkitab sebagai kitab Undang-Undang. Hal itu tidak sama sekali salah, sebab kadang-
kadang Tuhan Yesus juga memakai dengan cara yang sama. Misalnya ketika Tuhan
Yesus dicobai di padang gurun (Mat.4:4,7). Kepada Pemuda kaya raya Tuhan Yesus
menyuruh mengacu hidupnya pada apa yang tertulis dalam Alkitab ( Mat.19:17-19).
Tetapi cara semacam itu tidak boleh senantiasa dilakukan, karena dalam setiap

4
perkataan ada konteks yang berbeda. Paulus mengingatkan agar kita tidak menjadikan
Firman Allah sebagai hukum yang tertulis dan mematikan (2 Kor.3:6). Kadang-
kadang para pembaca harus turut aktif memikirkan dan mengambil keputusan sendiri.
Contoh Kisah perempuan yang kedapatan berbuat zinah (Yoh.8:1-11). Contoh yang
tepat tentang menggunakan Alkitab adalah dalam Perumpamaan orang Samaria yang
baik hati (Lukas 10:25-37), ketika Mereka bertanya bagimana memperoleh hidup
yang kekal, Tuhan Yesus menunjuk apa yang terdapat dalam Hukum Taurat (ay.26),
ketika mereka ingin membenarkan dirinya dengan bertanya siapa sesama manusia
itu? Tuhan Yesus membuat sebuah perumpamaan dan pendengar disuruh
menggumulkan dan memutuskan untuk dirinya sendiri. Begitulah umat harus
memberlakukan Alkitab agar tidak menjadi Firman yang mematikan.
Sebagai contoh; Bagaimana mencari kehendak Allah dalam kasus tertentu.;
a. Tidak semua kasus, kita bisa menemukan jawaban secara langsung dalam Alkitab.
b. Tetapi kalau itu kehendak Tuhan pasti tidak akan bertentangan dengan Alkitab.
c. Kehendak Tuhan pasti tidak akan merugikan orang lain.
d. Kita bisa minta pertolongan orang lain untuk menemukan kehendak Allah.
e. Dalam mencari kehendak Tuhan kita ambil keputusan sendiri dan bisa saja
keputusan kita salah. Jika keputusan itu salah harus ditobati dan mencoba mencari
aspek positif dari keputusan yang salah tersebut. Dengan demikian mencari
kehendak Allah itu menuntut pemikiran, pertimbangan, pembicaraan pemilihan.

Anda mungkin juga menyukai