Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

ANESTESI

DAFTAR ISI

1. PERAWATAN ICU : SYOK …………………………………….. ………….. 1


2. PERAWATAN ICU : GAGAL NAFAS ……………………………………… 3
3. NYERI PERIOPERATIF ……………………………………………………... 5
4. ANESTESI PADA ANAK : APENDISITIS AKUT TANPA PENYULIT ….. 7
5. ANESTESI OBSTETRI : BEDAH SESAR ………………………………….. 9
6. ANESTESI UMUM …………………………………………………………… 10
7. PERSIAPAN ANESTESI …………………………………………………….. 12
8. ANESTESI REGIONAL ……………………………………………………… 14
PERAWATAN ICU : SYOK

1. Pengertian Syok adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa yang disebabkan
(Definisi) karena adanya gangguan aliran darah atau oksigenasi ke jaringan sehingga
pasokan tidak mampu mencukupi kebutuhan tubuh yang ditandai dengan
adanya gejala – gejala dan tanda hipoperfusi jaringan.

2. Anamnesa Gejala syok : lemas, penurunan kesadaran, sesak, nyeri dada.


Tanda dan gejala penyakit yang menyebabkan syok.

3. Pemeriksaa Tanda – tanda spesifik pada umumnya :


n fisik a. Tekanan darah menurun (tidak selalu)
b. Tachycardia (pada atlit atau pengguna beta blocker mungkin tidak
terlihat)
c. Tachypnea
Tanda – tanda penurunan perfusi organ :
a. Akral : dingin, pucat, sianosis dan basah
b. Perubahan status mental
c. Penurunan produksi urin

4. Kriteria
Diagnosa Tipe Denyut Jantung JVP / CVP Akral
Kardiogenik Takikardia (sesuai Meningkat Dingin
usia). atau normal
Bradikardia berat atau
takiaritmia yang
menginduksi terjadinya
syok
Hipovolemik Takikardia (sesuai usia) Menurun Dingin
Distributif Takikardia (sesuai usia) Menurun Hangat
Obstruktif Takikardia (sesuai usia) Meningkat Dingin
nyata
Septik Takikardia atau Menurun Dingin
Bradikardia
5. Diagnose Syok … et causa…
6. Diagnose a. Syok hipovolemik
Banding b. Syok kardiogenik
c. Syok distributif
d. Syok septic
e. Syok obstruktif
Disertai dengan kemungkinan penyakit yang mendasarinya.
7. Pemeriksaa a. Kimia darah
n b. Analisa gas darah
Penunjang c. EKG
d. Tekanan vena sentral
e. Pencitraan : foto thorax, USG, Echocardiografi
8. Terapi Tujuan utama dari penanganan syok adalah meningkatkan oxygen
delivery ke jaringan untuk mengkoreksi deficit perfusi yang ada
sebelumnya. Oleh karena itu, penanganan syok berpusat pada upaya
meningkatkan curah jantung (cardiac output) dan mengoptimalkan
oxygen content dalam darah.
Terapi syok diberikan sesuai dengan patofisiologi penyebab syok :
1. Kardiogenik
Memperbaiki perfusi dan oksigenasi jaringan
Meningkatkan curah jantung dengan inotropic (dobutamin,
dopamine, efedrin)
Mengurangi atau meningkatkan afterload dengan obat –
obatan vasoaktif
Mengurangi pre load dengan diuretic
Mengurangi kebutuhan oksigen (sedative, analgetik dan
ventilasi mekanik)
Menurunkan panas
Muscle relaxant
2. Hipovolemik
Terapi cairan
Kristaloid : NaCl 0,9%, RL, RA
Koloid : HES, gelatin, albumin 5%
Produk darah : WB, PRC, FFP, TC
Terapi definitive penyakit dasarnya
Vasopressor atau inotropic jika tidak membaik dengan
terapi cairan.
3. Edukasi Penyebab syok, tujuan manajemen pasien syok, risiko dan prognosis
4. Prognosis Dubia
5. Kepustakaa PNPK Anestesi, PERDATIN, 2015.
n Fundamental Critical Care Support
PERAWATAN ICU : GAGAL NAFAS AKUT

1. Pengertian Ketidakmampuan paru menjamin oksigenasi darah dengan / tanpa


(Definisi) gangguan mengeluarkan CO2 sehingga mengakibatkan penurunan
oksigenasi arterial (hipoksemia) dengan / tanpa peningkatan CO2
arterial (hiperkapnia) PaO2 < 50 mmHg dan atau PaCO2 > 50 mmHg,
istirahat, udara ruang. Terbagi menjadi gagal nafas tipe 1, yaitu
gangguan difusi oksigen dari alveoli ke pembuluh darah kapiler
pulmonal, dan gagal nafas tipe 2, yaitu gangguan utama pengeluaran
CO2 (ventilasi) sehingga terjadi hiperkapnia dan disertai dengan
hipoksemia.

2. Anamnesa Riwayat penyakit yang mendasari terjadinya gagal nafas akut.


Penyebab gagal nafas akut :
a. Gangguan system control pernafasan : keracunan obat, narkotika,
anestetika, sedative, trauma.
b. Gangguan neuromuskuler : myasthenia gravis, GBS, kelelahan
otot
c. Gangguan ekspansi dinding dada : kyphoscoliosis, obesitas,
pneumothorax, flail chest.
d. Obstruksi jalan nafas : tumor, perdarahan, benda asing,
bronchitis, emfisema, asthma.

3. Pemeriksaa a. Gagal nafas tipe 1 biasanya ditandai dengan hiper reaktivitas :


n 1) Mental confusion
Fisik 2) Perubahan kepribadian
3) Restlessness
4) Sesak nafas
5) Palpitasi
6) Nyeri dada (angina)
7) Tachypnea
8) Tachycardia
9) Hipertensi
10) Hipotensi
11) Aritmia
12) Payah jantung
13) Kejang – kejang
14) Koma
15) Sianosis
b. Gagal nafas tipe 2 biasanya ditandai dengan hipo reaktifitas :
1) Nyeri kepala
2) Confusion
3) Lethargy
4) Papil edema
5) Kejang – kejang
6) Myoclonus
7) Diaphoresis
8) Coma
9) Aritmia
10) Hipotensi
11) Miosis

4. Kriteria Kriteria Pontoppidan :


diagnose
Harga Fisioterapi Intubasi
normal dada Nafas
Terapi oksigen buatan
Observasi ARF
ketat
Mekanik
Frekuensi nafas 12 – 25 25 – 35 >35
Kapasitas vital (VC = 30 – 70 15 – 30 <15
ml/KgBb) 50 – 100 25 – 50 <25
Kekuatan Inspirasi (cm 50 – 60 10 – 50 <10
air) 50 - 100 <50 -
FEV1 (ml/KgBb)
Compliance (ml/cm air)
OKSIGENASI
PaO2 dengan FIO2 = 75 – 100 <75 <60 pada
0,21 (torr) FIO2 = 0,6
50 – 200 200 – 350 (dengan
AaDO2 dengan FIO2 = 5 5 - 20 masker)
1,0 (torr) >350
Qs/Qt (%) >20
VENTILASI
PaCo2 (torr) 35 - 45 45 – 55 >55
Vp/Vt 0,35 – 0,40 – 0,60 >0,60
0,40

5. Diagnose Gagal nafas akut


6. Diagnose Gagal nafas akut tipe 1 atau 2
Banding
7. Pemeriksaa AGD
n
Penunjang
8. Terapi a. Terapi terhadap gagal nafas akut (sesuai indikasi)
i. Non-invasive
ii. Invasive Ventilation dengan intubasi endotrakheal
b. Terapi kausal
i. Penyebab obat-obat depresi susunan saraf pusat :
antidotum
ii. Bronchodilator dan kortikosteroid untuk COPD
iii. Antibiotika untuk pneumonia
iv. Dan lain – lain tergantung penyebab

9. Edukasi Edukasi penyebab gagal nafas dan kemungkinan mengancam nyawa


10. Prognosis Dubia ad malam
11. Kepustakaa PNPK Anestesi, PERDATIN, 2015
n
NYERI POST OPERATIF

1. Pengertian Nyeri pasca bedah adalah nyeri pada pasien yang telah mengalami
(definisi) pembedahan. Nyeri dapat terjadi segera atau beberapa jam sampai
beberapa hari setelah pembedahan
2. Anamnesa Riwayat operasi
3. Pemeriksaa 3. Penilaian Numeric Rating Scale atau Visual Analog Score
n 4. Penilaian tanda vital : peningkatan tekanan darah, frekuensi
Fisik denyut nadi dan frekuensi nafas
4. Kriteria Keluahan nyeri yang dinilai dengan NRS atau VAS, dan perubahan
Diagnosa tanda vital bila nyeri tidak ditangani secara adekuat
5. Diagnose Nyeri Post Operasi
6. Diagnosa -
Banding
7. Pemeriksaa -
n
Penunjang
8. Terapi
Penilaian Pasien Prabedah

Pembedahan rutin :
Pra bedah Analgetik sistemik Pasien dengan resiko co – morbid endokrin,
1. COX2 selektif inhibitor kardiopulmonal, ginjal dan hati.
2. Gabapentin Pertimbangkan penggunaan analgetia
3. Dexamethasone epidural sebagai anestesi tambahan
Analgetik regional
1. Anestesi local dengan waktu
kerja panjang infiltrasi luka
untuk nyeri pada luka

Ilmu Bedah Teknik Anestesia : Teknik Anestesia :


1. Anastesia umum 5. Anestesia Regional
6. Anestesia Neuroaksial :
Analgesi Sistemik : 1) Anestesia epidural / spinal
2. NSAID konvensional 7. Kombinasi anestesia epidural /
3. COX2 selektif inhibitor anestesia umum
4. Opioid kuat kerja singkat sebagai bagian
teknik anastesia

Anastesia Regional :
1. Anestesi local kerja panjang infiltrasi luka
untuk nyeri luka
2. Anestetik local intraperioneal
3. Kombinasi anestetik local infiltrasi luka /
anestetik local intraperitoneal

Anestesia Neuroaksial
4. Anestesia epidural / spinal

Pra bedah Analgesi Sistemik : Analgesi Epidural Continue / intermitten


13. Konversional NSAID / COX2 selektif inhibitor 8. Kombinasi anastetik local dan opioid
14. Paracetamol
15. Opioid Analgesi Regional Continue / Intermitten
Analgesi Sistemik :
Analgesi Regional 9. Paracetamol
Analgesi Neuroaksial 10. Konvensional NSAID / COX2 selektif
16. Analgesi epidural inhibitor
11. Opioid
Pemindahan dini (<24 jam) 12. Analgesi Adjuvant : kortikosteroid,
NMDA reseptor antagonist, α 2 agonist,
gabapentin dan lain – lain.

9. Edukasi Penjelasan penyakit dan tujuan penanganan penyakit


10. Prognosis Bonam
11. Kepustakaa PNPK Anestesi, PERDATIN, 2015
n
ANESTESI PADA ANAK
APPENDICITIS AKUT TANPA PENYULIT

1. Pengertian Tindakan anestesi pada pasien anak yang menjalani operasi appendicitis akut dengan
(Definisi) menggunakan anestesi inhalasi atau anestesi intravena pada pasien menggunakan
sungkup muka atau sungkup laring atau pipa endotrakheal tube dimasukkan ke dalam
trachea. Anestesi umum adalah suatu keadaan menghilangkan rasa nyeri secara
sentral disertai kehilangan kesadaran dengan menggunakan obat amnesia, sedasi,
pelumpuh otot, atau gabungan dari beberapa obat tersebut yang bersifat dapat pulih
kembali.

2. Anamnesa Riwayat penyakit


Riwayat alergi
Riwayat obat – obatan
Risiko penyulit perioperative actual maupun potensial
5. Pemeriksaan Kondisi umum, tanda vital pemeriksaan fisik lain yang mengarah pada risiko
Fisik perioperative actual maupun potensial
6. Kriteria Procedure diagnostic ataupun pembedahan yang membutuhkan anestesi
Diagnosa
7. Diagnose Anestesi umum pada Operasi Appendicitis Akut Tanpa Penyulit
8. Diagnose -
Banding
9. Pemeriksaan Darah rutin
Penunjang ECG bila ada indikasi
Foto thorax bila ada indikasi
10. Prosedur a) Pemeriksaan ulang peralatan dan obat yang akan digunakan
b) Premedikasi :
Tujuan premedikasi untuk membuat penderita di ruang operasi menjadi tenang
dan nyaman
Pemasangan IV line bila infus belum terpasang, pastikan infus berjalan
lancer.
Pemasangan alat monitor

c) Induksi :
Pre oksigenasi
Induksi dapat dilakukan secara inhalasi dengan sungkup muka maupun
intravena
Menjaga jalan nafas tetap aman
Menjaga ventilasi tetap adekuat
Titrasi obat anestesi dan pemantauan efek obat
Intubasi dengan atau tanpa menambahkan pelumpuh otot
Laringoskopi dan insersi pipa endotracheal
Check ketepatan insersi pipa endotracheal, kesamaan bunyi nafas
kemudian fiksasi pipa endotracheal.
d) Rumatan Anestesi :
Menggunakan oksigen dan obat anestesi inhalasi dengan maupun
tanpa pelumpuh otot atau rumatan dengan obat intravena kontinyu,
menggunakan dosis sesuai umur dan berat badan.
Tritrasi dan pemantauan efek obat dan dijaga kadar anestesi aman
selama procedure tindakan.
Pernafasan control atau assisted selama perjalanan operasi
Suplemen analgetik opioid sesuai kebutuhan
Dapat di kombinasi dengan anestesi regional sesuai kebutuhan, setelah
dilakukan anestesi umum.
Monitoring fungsi vital dan suara nafas dengan precordial,
memperhatikan posisi endotracheal tube selama operasi berlangsung
secara berkala.
Evaluasi pemberian cairan dan kebutuhan untuk mengganti kehilangan
cairan pada saat procedure tindakan.
Pastikan tidak ada sumber perdarahan yang belum teratasi.
Menjaga suhu tubuh pasien tatap hangat selama procedure tindakan.

e) Akhir Operasi :
Beri terapi oksigen sampai penderita sadar
Dianjurkan memberikan reversal (pemulih pelumpuh otot) pada yang
menggunakan pelumpuh otot
Injeksi analgetik post op
Ekstubasi jika nafas spontan memadai, setelah pasien sudah sadar baik
masih atau masih belum ada refleks ( ekstubasi dalam)

f) Prosedur Pasca Tindakan


Terapi oksigen dengan menggunakan masker atau nasal kateter sesuai
kebutuhan
Pemantauan fungsi vital di ruang pulih sadar sampai tidak ada
gangguan fungsi vital
Evaluasi nyeri, gelisah, perubahan tanda vital
Beberapa kasus tertentu membutuhkan perawatan lebih lanjut di NICU
/ PICU dengan alat dan monitoring khusus sesuai dengan kondisi
penyulit penderita dan procedure pembedahan.
Atasi komplikasi yang terjadi
Analgetik pasca operasi

11. Edukasi Rencana tindakan, manfaat & resiko komplikasi tindakan anestesi di ikuti dengan izin
persetujuan tindakan anestesi umum
12. Pasca Observasi tanda vital di kamar pemulihan
Tindakan Terapi oksigen
Terapi nyeri
Atasi komplikasi yan terjadi
13. Prognosis Bonam
14. Kepustakaan PNPK Anestesi, PERDATIN, 2015

ANESTESI OBSTETRI : BEDAH SESAR

1. Pengertian Prosedur anestesi yang dilakukan pada ibu hamil yang melahirkan secara pembedahan
(Definisi) (sesar)
2. Anamnesa Riwayat kesehatan ibu
Riwayat anestesi ibu
Riwayat obstetric yang berpengaruh
3. Pemeriksaan Tekanan darah awal
Fisik Pemeriksaan jalan nafas, paru dan jantung
Jika akan melakukan anestesi neuraksial, memeriksa bagian belakang badan
4. Kriteria Pasien hamil dengan indikasi melahirkan secara pembedahan yang disarankan oleh
Diagnosa dokter spesialis obstetric dan ginekologi
5. Diagnose Anestesi pro Seksio Sesaria
6. Diagnose Banding -
7. Pemeriksaan Darah rutin
Penunjang Gula darah sewaktu
HBsAg
Waktu Perdarahan & Waktu Pembekuan
Golongan darah & cross match jika diperlukan antisipasi komplikasi
perdarahan (placenta accrete, placenta previa, operasi uterus sebelumnya)
8. Pencegahan Puasa :
Aspirasi Makanan padat (6 – 8 jam)
Cairan bening tanpa partikulat (2 jam)
Pasien dengan resiko aspirasi (obesitas, diabet, jalan nafas sulit),
restriksi asupan per oral harus lebih ketat
Antasida, antagonis H2 – reseptor, metoclopramide
9. Terapi Teknik anestesi :
Anestesi Umum, Anestesi Epidural, Anestesi Spinal, Kombinasi Spinal –
Epidural
Loading Cairan Infus untuk mengurangi hipotensi maternal sesudah anestesi
spinal
Obat vasoaktif : Efedrin, Fenilefedrin jika hipotensi
10. Manajemen Sumber daya : kateter intravena, penghangat cairan, penghangat tubuh kantong
Emergensi udara, bank darah, peralatan untuk infus cairan & transfuse secara cepat
Pemantauan hemodinamik
Peralatan manajemen jalan nafas : pipa trakea dengan stilet, sumber oksigen,
penghisap, kantong – masker tekanan positif, obat untuk dukungan tekanan
darah, relaksasi otot, hypnosis, detector carbon dioksida kualitatif, pulse
oximeter
Resusitasi Kardiopulmuner
11. Edukasi Indikasi, tujuan, cara, risiko anestesi
12. Prognosis Dubia
13. Kepustakaan PNPK Anestesi, PERDATIN, 2015
ANESTESI UMUM

1. Pengertian Anestesi umum adalah kondisi yang tercipta ketika pasien menerima obat –
(Definisi) obatan untuk amnesia, analgesia, paralisis otot dan sedasi. Pasien yang teranestesi
dapat disimpulkan dalam kondisi terkontrol, dan kondisi tidak sadar yang bersifat
reversible. Anestesi menciptakan kondisi pasien dapat mentoleransi prosedur
bedah yang jika tidak dilakukan pasien dapat mengalami nyeri yang tidak
tertahankan, eksaserbasi fisiologis eksrim dan memori yang tidak menyenangkan.
2. Anamnesa Pasien rencana operasi yang setelah melalui tahapan persiapan pre anestesi,
direncanakan anestesi umum
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan tanda vital dan berat badan
Pemeriksaan jalan nafas
Pemeriksaan jantung dan paru
4. Kriteria Diagnosa Pasien rencana operasi yang setelah melalui tahapan persiapan pre anestesi,
direncanakan anestesi umum
5. Diagnose Pro Anestesi Umum, rencana tindakan ……
6. Diagnose Banding -
7. Pemeriksaan Sesuai persiapan pre anestesi
Penunjang
8. Prosedur a) Pemasangan jalur intravena yang berfungsi baik.
b) Pemasangan alat monitor untuk pemantauan fungsi vital.
c) Pre medikasi sesuai dengan pedoman pre medikasi.
d) Induksi dapat dilakukan dengan obat intravena atau inhalasi.
e) Pengelolaan jalan nafas sesuai dengan pedoman.
f) Rumatan anestesi dapat menggunakan antara lain obat pelumpuh otot,
obat analgetik opioid, obat hipnotik sedative dan obat inhalasi sesuai
kebutuhan.
g) Pengakhiran anestesi yang menggunakan obat pelumpuh otot diberikan
obat penawar pelumpuh otot kecuali ada kontraindikasi.
h) Ekstubasi dilakukan jika pasien sudah bernafas spontan adekuat dan
hemodinamik stabil.
i) Pemindahan pasien dari kamar operasi keruang pemulihan dilakukan bila
ventilasi – oksigenasi adekuat dan hemodinamik stabil
j) Pemantauan pra dan intra anestesia dicatat / di dokumentasikan dalam
rekam medic pasien.
9. Edukasi -
10. Pasca Prosedur a)Pada saat pasien tiba di ruang pemulihan, dilakukan evaluasi fungsi vital.
b)Dilakukan pemantauan secara periodic berdasarkan Aldrette Score Pasien
c)dapat dipindahkan ke ruang perawatan apabila Aldrette Score >8. Untuk
d)pasien bedah rawat jalan, pemulangan pasien harus memenuhi Pads Score
= 10
e) Pemantauan pasca anestesia dicatat / di dokumentasikan dalam rekam
medic pasien.
11. Prognosis Dubia
12. Kepustakaan PNPK Anestesi, PERDATIN, 2015
PERSIAPAN PRA ANESTESI

1. Pengertian Setiap tindakan anesthesia baik anesthesia umum maupun regional


(Definisi) memerlukan evaluasi pra anesthesia yang bertujuan untuk :
a) Menilai kondisi pasien
b) Menentukan status fisik dan resiko
c) Menentukan status teknik anestesi yang akan dilakukan
d) Memperoleh prsetujuan tindakan anesthesia (informed consent)
e) Persiapan tindakan anesthesia

2. Anamnesa Riwayat penyakit saat ini (demam, batuk, pilek, penyakit kronis seperti
hipertensi, DM)
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat pengobatan

3. Pemeriksaan Fisik 1. Tanda – tanda vital


2. Indeks massa tubuh
3. Anatomi mulut dan leher (anestesi umum), anestesi tulang belakang
(spinal anestesi)
4. Pemeriksaan jantung dan paru

4. Kriteria Diagnosa Pasien dengan rencana operasi


5. Diagnose Persiapan anestesia pre operasi
6. Diagnose Banding -
7. Pemeriksaan Lab :
Penunjang Darah lengkap, GDS, Waktu perdarahan, Waktu pembekuan darah
Fungsi liver, fungsi ginjal (bila usia diatas 40 tahun)
Pemeriksaan lain sesuai indikasi dan riwayat penyakit
Foto thorax (kecuali ibu hamil)
EKG ( diatas 40 tahun atau dengan indikasi lainnya)
8. Terapi Puasa pre operasi elektif

UMUR PADAT CLEAR SUSU ASI


LIQUIDS FORMULA
Neonatus 4 2 4 4
< 6 bulan 4 2 6 4
6 – 36 bulan 6 3 6 4
> 36 bulan 6 2 6 -
Dewasa 6-8 2 - -

Medikasi pre anestesi


Diberikan sesuai kebutuhan, antara lain obat golongan sedative
tranquilizer analgetik opioid, antiemetic, H-2 antagonis. Jalur
pemberian dapat diberikan melalui oral, IV, IM, rektal dan intranasal.
9. Edukasi 1. Informend Consent
Menjelaskan rencana tindakan anestesi, komplikasi dan resiko
anestesi
Memperoleh izin tertulis dari pasien
Menjelaskan rencana perawatan pasca bedah (ruang rawat biasa
atau khusus)
2. Puasa operasi elektif
10. Prognosis Bonam
11. Dokumentasi Hasil evaluasi pra anesthesia di dokumentasikan secara lengkap di rekam
medis pasien
12. Kepustakaan PNPK Anestesi, PERDATIN, 2015
ANESTESI REGIONAL : BLOK SUBARACHNOID

1. Pengertian Anestesi regional atau “blok saraf “ adalah bentuk anestesi yang hanya sebagian
(Definisi) dari tubuh dibius (dibuat mati rasa). Blok subarachnoid dilakukan dengan
menggunakan anestesi local yang disuntikkan ke dalam kanal tulang belakang
menggunakan jarum yang sangat kecil yaitu ruang subarachnoid.
2. Anamnesa Pasien rencana pembedahan daerah lower abdomen, ekstremitas bawah atau
urogenitalia, lain – lain sesuai evaluasi pre operasi.
3. Pemeriksaan Fisik Sesuai persiapan pre anestesi ditambah pemeriksaan tulang belakangdan injection
site
4. Kriteria Diagnosa Indikasi :
Pembedahan daerah lower abdomen, ekstremitas bawah,
urogenitalia
Kontra indikasi :
Absolut : pasien menolak, syok, infeksi kulit di daerah injection
Relative : gangguan faal koagulasi, kelaianan tulang belakang,
peningkatan TIK, pasien tidak kooperatif
5. Diagnose Pro Subarachnoid / Spinal Anestesi
6. Diagnose Banding -
7. Pemeriksaan Sesuai evaluasi pre operasi
Penunjang
8. Procedure a. Dilakukan prosedur premedikasi.
b. Memasang monitor.
c. Memasang infus line dan lancer.
d. Posisikan pasien duduk atau tidur miring.
e. Identifikasi tempat insersi jarum spinal dan di berikan penanda.
f. Desinfeksi daerah insersi jarum spinal, serta memasangkan doek steril
dengan prosedur aseptic dan steril.
g. Insersi jarum spinal di tempat yang telah ditandai .
h. Pastikan LCS keluar.
i. Barbotage cairan LCS yang keluar.
j. Injeksikan local anestesi intratekal sesuai target dan dosis yang diingikan.
k. Check level ketinggian block.

Anda mungkin juga menyukai