Anda di halaman 1dari 5

1

MATERI ONLINE #05


Pokok Ajaran Islam Yang Pertama: Akidah

1. Dalam bahasa Arab, pengertian “akidah” mengandung muatan


makna; ketetapan, ketundukan atau keterikatan terhadap suatu
paham. Sebagai bagian dari pokok ajaran Islam, akidah berarti
ketetapan dan ketundukan keyakinan yang menjadi dasar bagi
manusia untuk mematuhi serta menjalankan ajaran agama
sesuai hukum dan aturan Islam. Secara lebih khusus, pengertian
akidah dapat disingkat menjadi keyakinan terhadap Allah SWT
yang ditetapkan dalam hati, dinyatakan dalam perkataan, dan
diwujudkan melalui perbuatan. Dalam kajian-kajian mengenai
ajaran Islam disebut dengan istilah - Akidah Islamiyah.

2. Ilmu-ilmu keagamaan Islam yang mempelajari dan mengkaji


segala hal yang berkaitan dengan Akidah Islamiyah, di antaranya
ialah: Ilmu Tauhid (yang membahas tentang keberadaan, sifat
dan zat Tuhan, Allah SWT), Ilmu Ushuluddin (yang membahas
tentang asal-usul dan sejarah perkembangan agama Islam),
Ilmu Kalam (yang mebahas tentang aliran-aliran dan paham
pemikiran yang terkait dengan eksistensi Tuhan, Allah SWT).

3. Dari kajian-kajian ilmu yang tersebut di atas, kita menjadi


mengerti dan mengetahui bahwa orang yang memiliki keyakinan
terhadap akidah Islam itu disebut dengan “mukmin” (orang yang
2

beriman). Seseorang dapat disebut atau dapat digolongkan


sebagai mukmin, apabila telah meyakini terhadap Rukun Iman.
Sebagaimana telah diketahui, dan pernah diajarkan oleh para
guru agama kita di masjid maupun di sekolahan, Rukun Iman
dalam ajaran Islam itu ada 6 (enam), yaitu:
1) Iman kepada Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa).
2) Iman kepada malaikat (makhluk gaib yang tidak terlihat).
3) Iman kepada kitabullah (Zabur, Taurat, Injil dan
Alquran).
4) Iman kepada nabi dan rasul (dari Adam sampai
Muhammad sebagai nabi yang terakhir).
5) Iman kepada hari akhir (hari kiamat, hari kebangkitan,
hari pembalasan dan nama-nama lainnya).
6) Iman kepada qadha dan qadar (ketetapan dan takdir).

4. Akidah Islamiyah atau ketetapan keyakinan terhadap Rukun


Iman itu bersifat abstrak dan sekaligus mutlak. Oleh karena itu,
kita tidak perlu mempertanyakan atau mempermasalahkannya
baik dalam konteks keilmuan maupun dalam kehidupan sehari-
hari. Karena pada dasarnya, sebagaimana disebutkan dalam
Alquran, setiap manusia itu memiliki potensi (fitrah) untuk
beriman kepada Tuhan Sang pencipta dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan eksistensi, kebesaran dan keagungan-Nya,
yang secara menyeluruh telah termaktub dalam rukun iman.
3

5. Sebagaimana disebutkan dalam ilmu-ilmu yang membahas


mengenai Akidah Islamiyah, kajian-kajian mengenai rukun iman
itu sangat luas dan bahkan tidak terbatas jangkaunnya. Oleh
karena itu, khususnya dalam pertemuan kuliah ini, kita tidak perlu
mendalami dan membahasnya secara detail dan terperinci, juga
mengetahui dalil-dalilnya dalam Alquran, hadis maupun
pendapat para ulama, seperti yang dipelajari oleh para
mahasiswa pada fakultas dan jurusan ushuluddin (pemikiran
filsafat Islam).

6. Secara umum, setiap muslim telah mengenal dan memahami


hal-hal yang terkait dengan rukun iman melalui penciptaan alam
semesta (ayat-ayat kauniyah), keberadaan wahyu Alquran (ayat-
ayat kauliyah) serta kelahiran, pertumbuhan dan kematian
manusia (ayat-ayat nafsiyah). Namun demikian, kita perlu
mengetahui hal-hal yang dapat menggugurkan atau melemahkan
akidah Islamiyah (keimanan), sehingga secara langsung atau
tidak langsung kita dapat digolongkan sebagai manusia yang
telah keluar dari sifat-sifat keimanan. Di antaranya ialah,
melakukan perbuatan-perbuatan yang disebut dengan kufur
(mengingkari atau tidak meyakini salah satu dari rukun iman);
syirk atau musrik (selingkuh atau menduakan eksistensi Allah,
meyakini adanya Allah SWT tetapi juga menyakini adanya Tuhan
yang lain); zindiq (melakukan perbuatan atau menyampaikan
pikiran / pendapat yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
ajaran Islam, misalnya berpendapat bahwa Alquran itu bukan
wahyu dari Allah, atau meyakini adanya nabi dan rasul setelah
4

Muhammad SAW); fasiq (melakukan perbuatan jahat, zalim, keji


dan munkar); munafik (bermuka dua, berubah-ubah
keyakinannnya, mengaku beragama Islam di kalangan orang
muslim dan mengaku bukan muslim jika berada di kalangan non-
muslim).

7. Tanpa disadari, sebenarnya kita semua sudah melaksanakan /


menerapkan rukun iman (akidah Islamiyah) dalam kehidupan
sehari-hari. Sekecil apapun kita selalu berdoa, berharap dan
memohon kepada Allah SWT agar dimudahkan dalam menjalani
kehidupan di dunia dan di akhirat nanti. Kita merasa takut untuk
berbuat jahat karena ada malaikat yang mencatat. Kita sudah
belajar membaca kitab suci Alquran dan meyakininya sebagai
wahyu dan petunjuk dari Allah SWT. Kita juga tidak pernah
mencela, menghujat, merendahkan martabat para nabi dari
Adam sampai Muhammad SAW. Kita yakin bahwa hari kiamat itu
akan terjadi, dan semua perbuatan yang kita lakukan akan
mendapatkan balasan di hari kebangkitan, di alam akhirat nanti.
Kita juga yakin bahwa segala perbuatan manusia di dunia ini
memiliki kaitan, ketentuan dan ketetapan dengan qadha dan
qadar (takdir) dari kekuasaan Allah SWT.

8. Namun demikian, setiap muslim tetap diwajibkan untuk terus


membaca, belajar dan memahami hal-hal yang terkait dengan
rukun iman baik melalui pengalaman pribadi maupun
pengalaman (kisah-kisah kehidupan) orang lain. Salah satu di
antaranya ialah belajar memahami kisah-kisah kehidupan umat
5

manusia di masa lalu yang mengalami kehancuran akibat


penolakannya terhadap rukun iman. Sehingga secara perlahan
dan berkesinambungan, status dan kedudukan kita sebagai
seorang mukmin terus miningkat keimanannya.

9. Lebih dari itu, semoga mendapat ridha dari Allah SWT, kita juga
mesti terus berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan tingkat
pengetahuan, kemampuan dan pemahaman untuk menghindari
segala tindakan, perkataan dan perbuatan yang bertentangan
dengan rukun iman (Akidah Islamiyah). Namun demikian,
sebagai calon sarjana dan cendikiawan muslim, sebagai calon
seniman dan budayawan muslim, sudah semestinya jika dituntut
untuk terus belajar dan berproses guna memperluas dan
mengembangkan wawasan keagamaan Islam sehingga apa
yang disebut dengan Akidah Islamiyah itu betul-betul menancap
dan menyatu dalam jiwa dan raga, dalam imajinasi dan pikiran,
dalam segala tindakan dan perbuatan yang bersifat individual
maupun sosial, baik dalam kehidupan dunia seni maupun dalam
kehidupan sehari-hari. []

Anda mungkin juga menyukai