DISUSUN OLEH:
NPM : 2210070140038
Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan I
dan dinyatakan layak untuk mengikuti Ujian Seminar Laporan Kasus di Program
Mengetahui
NPM : 2210070140038
Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan 1
dan dinyatakan layak untuk mengikuti ujian seminar laporan kasus program studi
DIII Radiologi Fakultas Vokasi Universitas Baiturahmah Padang.
Kepala ruangan
(Ngatno Arifin,DIPL.Rad,SKM)
i
KATA PENGANTAR
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, saya harapkan kepada para
penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................22
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan penulisan..........................................................................................4
1.4 Manfaat penelitian........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
2.1. Profil RSUP M DJAMIL PADANG..........................................................6
2.2. Sinar X..........................................................................................................8
2.2.1. Pengertian Sinar-X..................................................................................8
2.2.2. Proses Terjadinya sinar-X.......................................................................9
2.2.3 Sifat-sifat sinar-x....................................................................................10
2.3 Digital Radiografi.......................................................................................12
2.3.1 Komponen Digital Radiografi................................................................13
2.3.2. Prinsip kerja Digital Radiografi............................................................14
2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Digital Radiografi......................................14
2.4 Anatomi dan fisiologi Ossa Cruris............................................................15
2.4.1 Defenisi Ossa Cruris...............................................................................15
2.4.2 Fisiologi Ossa Cruris..............................................................................19
2.4.3 Patologi...................................................................................................20
2.5 Malunion......................................................................................................21
2.5.1 Defenisi Malunion..................................................................................21
2.6 Teknik Pemeriksaan Ossa Cruris.............................................................22
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................25
3.1 Jenis Pemeriksaan......................................................................................25
3.2 Tempat dan waktu pemeriksaan...............................................................25
iii
3.3 Hasil pemeriksaan......................................................................................25
a. Identitas Pasien............................................................................................25
b. Paparan kasus..............................................................................................26
c. Persiapan pasien..........................................................................................26
d. alat dan bahan..............................................................................................26
3.4 Teknik Pemeriksaan Ossa Cruris............................................................29
3.5 Pembahasan.................................................................................................31
3.5.1 Rumusan Masalah 1.............................................................................31
3.5.2 Rumusan Masalah 2.............................................................................32
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................35
4.1. Kesimpulan.................................................................................................35
4.2. Saran...........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36
LAMPIRAN..........................................................................................................38
iv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 RSUP Dr.M DJAMIL...............................................................................
GAMBAR 2.8 Anatomi Ossa Cruris Anterior view dan Posterior view......................16
GAMBAR 2.9 Teknik Pemeriksaan dan Hasil Radiograf Ossa Cruris AP..................20
GAMBAR 3.0 Teknik Pemeriksaan dan Hasil Radiograf Ossa Cruris Lateral............21
v
BAB 1
PENDAHULUAN
2017).
suatu penyakit atau kelainan organ tubuh dapat lebih awal dan lebih teliti
pemeriksaan tulang kering atau pemeriksaan ossa cruris. Salah satu gangguan
1
Mal-Union adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau miring.
(arif muttaqin, 2008). Malunion terjadi saat fragmen fraktur sembuh dalam
kondisi yang tidak tepat sebagai akibat dari tarikan otot yang tidak seimbang
serta gravitasi. Hal ini dapat terjadi apabila pasien menaruh beban pada tungkai
yang sakit dan menyalahi instruksi dokter atau apabila alat bantu jalan
digunakan sebelum penyembuhan yang baik pada lokasi fraktur. (Black dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur
terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
kedua persendian (batas atas knee joint dan batas bawah angkle joint).
Proyeksi lateral untuk melihat tulang tibia dan fibula secara lateral.
yang akan diperiksa sehingga akan menghasilkan diagnosa yang akurat dan
(Bontrager, 2005).
2
Pengamatan penulis secara langsung tentang pelaksanaan pemeriksaan
radiografi ossa cruris pada klinis malunion di Instalasi Radiologi RSUP DR.M
tetapi disini penulis menemukan perbedaan diposisi pasien dan arah sinar pada
tegak lurus pada pproyeksi lateral adalah karena keadaan pasien yang tidak
kooperatif . Pasien tidak bisa merotasikan tubuhnya agar ossa cruris dalam
posisi true lateral. Sehingga radiographer mengambil cara lain yaitu dengan
meletakan kaset disamping cruris pasien dan sinarnya secara Horizontal tegak
lebih dalam yang kemudian diangkat dalam sebuah makalah PKL I yang
berjudul “Teknik pemeriksaan ossa cruris dengan klinis Malunion fraktur tibia
3
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini,penlis perlu
DJAMIL Padang?
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
4
Secara praktis diharapkan laporan ini dapat bermanfaat untuk
klinis Malunion
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
komplek, sebagian di Jl. Belakang Gereja dan sebagian lagi di Jl. Jati
Lama, Padang dengan berkapasitas 100 tempat tidur. Pada tahun 1953
seluas 8,576 Ha, yang terletak di Jl. Burung Kutilang. Karena Jl.
dalam komplek Rumah Sakit (RS), maka letaknya yang sekarang lebih
6
5
dirinya di bidang pelayanan MasyarPada Tahun 1994 melalui SK.
RSUP Dr. M. Djamil Padang memiliki Visi dan Misi sebagai berikut :
7
Misi RSUP Dr. M. Djamil Padang:
internasional
internasional
menyenangkan (www.google.com)
2.2. Sinar X
2.2.1. Pengertian Sinar-X
Pada tanggal 8 November 1895 Wilhelm Conrad Rontgen melakukan
agar tidak terjadi kebocoran fotoluminisensi dari dalam tabung keluar. Lalu ia
dari tabung plat tersebut tetap berpendar. Dijauhkan sampai lebih 1 meter dari
tabung masih tetap berpendar. Rontgen berpikir pasti ada jenis radiasi baru
yang belum diketahui terjadi didalam tabung sinar katoda dan membuat plat
8
fotoluminensasi berpendar. Radiasi ini disebut sinar X yang maksudnya
sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet, tetapi
serta memiliki Panjang gelombang yang bervariasi dan tidak terlihat. Sinar-X
terdapat filament sebagai katoda dan bidang target sebagai anoda. Filamen
bergerak dengan kecepatan tinggi hingga menumbuk bidang target. Hasil dari
9
peristiwa ini selanjutnya terbentuk radiasi sinar-X yang berkisar 1% dari
jumlah energi yang disalurkan dan 99% akan membentuk panas pada katoda
(Bushong, 2013).
1) Daya tembus
tembusnya.
2) Radiasi Hambur
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka
10
yang akan dilaluinya. Hal ini akan mengakibatkan pada gambaran
3) Penyerapan
Sinar-X dalam radiografi akan diserap oleh bahan atau suatu zat
sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan atau zat tersebut.
4) Efek fotografik
kamar gelap.
jenis, yaitu :
6) Ionisasi
11
Efek primer sinar-X yang apabila mengenai bahan atau zat akan
7) Efek biologik
energi yang disalurkan dan 99% akan membentuk panas pada katoda
(Bushong, 2013).
Panel Detector (FFD) sebagai penangkap gambar dan sensor sinar x-ray
digital.
12
Gambar 2.4 Digital Radiografi Sumber (Bushong;2017)
Source Digunakan untuk menghasilkan X-ray pada DR, Oleh karena itu,
b. Image Recepor
Untuk merubah data analog yang dikeluarkan detector menjadi data digital
d. Komputer
e. Output Device
gambar. Selain monitor, output device dapat berupa laser printer apabila
ingin diperoleh data dalam bentuk fisik (radiograf). Media yang digunakan
13
radiolog di ruang baca melaui jaringan work station. Dengan cara ini,
X dan mengubahnya menjadi file digital yang dapat ditampilkan atau dicetak
14
memudahkan pencarian gambar.
hatian radiografer .
tungkai bahwa yang terdiri dari tulang tibia dan fibula (Ahmad Ramadi,1987)
1/3 distal dextra adalah tulang dibagi menjadi tiga bagian paling bawah yang
15
diambil. Os Tibialis dan fibularis merupakan tulang pipa yang terbesar
setelah tulang paha yang membentuk persendian lutut dengan Os femur. Ossa
1. Tibia
Keterangan :
1.condylus lateralis
2.condylus medialis
3.tuberositas tibiae
4. facies medialis
5. facies lateralis
6. margo anterior
16
7. margo interossea
8. margo medialis
9. malleolus medialis
2. Fibula
17
1. Apex capitis fibulae
2. Caput fibulae
3. Facies lateralis
4. Facies medialis
5. Margo anterior
6. Margo interossea
7. Margo posterior
8. Crista medialis
9. Facies posterior
18
1. Apex capitis fibulae
2. Caput fibulae
3. Collum fibulae
4. Corpus fibulae
5. Margo anterior
6. Margo interosseus
7. Margo posterior
8. Malleolus lateralis
19
Bentuk lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada os
b. Fibula
tibia tapi tidak ikut dalam formasi lutut. Ujung bawah memanjang
nya adalah arteri tibialis posterior. Dan otot-otot yang terdapat pada
2.4.4 Patologi
penatalaksanaan cedera naksir cruris yang tidak bersih . Karena
patah tulang tibia terbuka sering dijumpai. Cedera cruris ini merupakan
a. Fraktur
20
1. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan
tengah tulang.
frakmen .
2.5 Malunion
2.5.1 Defenisi Malunion
Mal-Union adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
muttaqin, 2008). Malunion terjadi saat fragmen fraktur sembuh dalam kondisi
yang tidak tepat sebagai akibat dari tarikan otot yang tidak seimbang serta
gravitasi. Hal ini dapat terjadi apabila pasien menaruh beban pada tungkai
21
yang sakit dan menyalahi instruksi dokter atau apabila alat bantu jalan
digunakan sebelum penyembuhan yang baik pada lokasi fraktur. (Black dan
Hawks: 2014)
mengatur maleolus lateral dan medial pada ankle berjarak sama pada
f. FFD = 90 cm
22
Gambar 2.9 teknik pemeriksaan dan hasil radiograf ossa cruris AP
Sumber (Long Bruce W,2018)
Kriteria gambaran :
Kriteria Evaluasi :
Tungkai yang akan difoto lurus, tungkai yang lain genu fleksi
f. FFD = 90 cm
23
g. Luas lapangan kolimasi = Dari Knee joint sampai Ankle joint.
Gambar 3.0 teknik pemeriksaan dan hasil radiograf ossa cruris proyeksi lateral
Sumber (Long Bruce W,2018)
Kriteria gambaran :
superposisi
24
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
PADANG
2. Waktu Pemeriksaan :
NO MR : 17xxxx
Nama : Tn.P
Ruangan : Konvensional
Petugas : Hendri
25
Klinis : Malunion
b. Paparan kasus
Pada hari Rabu TN P datang ke Instalasi Radiologi RSUP DR.M
DJAMIL PADANG diantar oleh Perawat dan Brankar Man dari IGD RSUP
permintaan pemeriksaan Cruris oleh dr. Riski rsp dengan Klinis malunion
Tetapi pasien merasa sakit dibagian Cruris proyeksi lateral, maka pada
serta Cruris tidak bisa difleksikan. Oleh karena itu, pada pemeriksaan Cruris
Cruris pasien.
c. Persiapan pasien
Pemeriksaan Cruris tidak memerlukan persiapan pasien secara khusus,
hanya saja pada pasien dianjurkan untuk melepas benda-benda yang dapat
26
a. Pesawat sinar-x
c. Komputer
27
Gambar 3.3 Komputer
Sumber (RSUP DR.M.DJAMIL PADANG)
d. Printer
e. Film
28
Sumber (RSUP DR.M.DJAMIL PADANG)
3.4 Teknik Pemeriksaan Ossa Cruris
a. Proyeksi AP
1. posisi pasien
5. FFD :100cm
6. Ukuran film : 35 x 43 cm
b. Proyeksi Lateral
29
1. Posisi pasien : Pasien dalam posisi supine
5. FFD : 100cm
6. Ukuran film : 35 x 43 cm
30
3.5 Pembahasan
3.5.1 Rumusan Masalah 1
Menurut hasil pengamatan yang telah penulis lakukan di Instalasi
dengan klinis Malunion fraktur meliputi persiapan pasien, persiapan alat dan
Ossa Cruris tidak memerlukan persiapan pasien secara khusus, hanya saja pada
pemeriksaan yang akan dilakukan. Lalu, untuk persiapan alat dan bahan, yaitu
printer.
AP dan Lateral. Untuk proyeksi AP, posisi pasien supine. Posisi obyeknya
cruris dalam posisi true AP. Central Ray vertikal tegak lurus terhadap kaset.
Lalu untuk central pointnya pertengahan ossa cruris. Serta FFD nya 100 cm.
kaset. Lalu central pointnya pada pertengahan medial cruris. Serta FFD nya
100 cm. Alasan menggunakan sinar horizontal tegak lurus pada proyeksi lateral
adalah karna keadaan pasien yang tidak kooperatif. Pasien tidak bisa
31
merotasikan tubuhnya agar cruris dalam posisi true lateral. Sehingga
pasien, cruris dan sinarnya secara Horizontal terhadap kaset. Saat pemeriksaan
dalam keadaan siap operasi pada bagian cruris. Sehingga pada pemeriksaan,
arah sinar horizontal berbeda dengan teori. Menurut penulis anatomi ossa
yaitu tidak tampaknya patella pada proyeksi lateral terjadinya fraktur yang
menyebabkan corpus pada tibia dan fibula tidak terlalu jelas karena mengalami
fraktur yang lumayan parah. Anatomi tidak tampak karena pemasangan pent
menurut dilapangan :
32
AP right AP left
Keterangan : Keterangan :
1. Fibula 1. Knee joint
2. Tibia 2. Tibia
3. Medial malleolus 3. Fibula
4. Lateral malleolus 4. Medial malleolus
Lateral Lateral
Keterangan : Keterangan :
33
1. Patella 1. Knee joint
2. Femoral condyles 2. Tibia
3. Tibia 3. Fibula
4. Fibula 4. Tarsalia
5. Medial malleolus 5. Calcaneus
34
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penatalaksanaan pemeriksaan Ossa
Cruris dengan klinis malunion fraktur di RSUP DR.M DJAMIL
PADANG yang telah dilakukan oleh penulis dapat di simpulkan
bahwa :
4.2. Saran
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan. Penulis
menyarankan sebaiknya pada pemeriksaan Ossa Crusis dengan klinis
Malunion Fraktur Di Instalasi Radiologi RSUP DR.M DJAMIL
Padang jika pada pemeriksaan lateral Ossa Cruris tidak bisa true
Lateral, letakan kaset kaset disamping cruris dengan memakai arah
sinar horizontal. Pasien dan keluarga pasien hendaknya diberikan
apron agar menghindari terpaparnya sinar radiasi, petugas radiologi
mengambil keputusan yang tepat untuk meminimalkan atau
meniadakan kesalahan agar tidak terjadinya pengeksposan ulang.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
FRAKTUR CRURIS 1/3 DISTAL DEXTRA DI RUANG UNIT GAWAT
DARURAT RUMAH SAKIT SITI KHODIJAH SEPANJANG
SIDOARJO (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surabaya).
Wijanto, E., Dwi Rosella, K., & St FT, S. (2013). Penatalaksanaan Terapi
Latihan pada Kondisi Pasca Operasi Total Knee Replacemant Sinistra
ii RSAL. Ramelan Surabaya (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
LAMPIRAN
37
2. Surat bacaan dokter
38
39