Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Ma’rifah al-Ma’ad”. kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan oleh
sebab itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapa saja yang
membacanya dan sekiranya makalah yang kami buat ini berguna bagi diri kami
sendiri. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami menerima kritik dan saran guna perbaikan yang lebih
baik lagi kedepan.
Penulis,
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Kerangka Teori...................................................................................... 2
C. Batasan Masalah.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Kesimpulan............................................................................................13
B. Saran......................................................................................................13
ii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Allâh SWT menegaskan bahwa Dia adalah Maha Pencipta dan akan akan
mengembalikan semua ciptaan kepada-Nya. Manusia seyogianya tidak meragukan
hari kebangkitan karena Dialah yang menghidupkan kembali tulang-tulang yang
hancur dan Dia telah menciptakan manusia secara berproses: dari tanah, dari
setetes mani, kemudian menjadi segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging
yang sempurna dan segumpal daging yang tidak sempurna, selanjutnya ditetapkan
di dalam rahim, setelah itu dikeluarkan dari rahim sebagai bayi, lalu menjadi
dewasa, dan seterusnya. Proses tersebut dalam Al-Qurân dikenal dengan kejadian
lain (al-Nashah al- Ukhrâ).
1
2
DEFINISI PEMBAGIAN
A. Ma`rifah al-Ma`ad
Secara leksikal kata “al-ma’âd” berasal dari kata kerja Bahasa Arab bentuk
lampau “’âda” yang berarti “kembali” Jika diucapkan‘âdahu maka berarti “irtadda
ilaihi ba’da mâ ‘arada ‘anhu” (seorang yang berpaling dari dia sudah kembali
kepadanya.) Al-ma’âd adalah kata benda yang menerangkan tempat yang dalam
bahasa Arab dikenal dengan sebutan Ism al-Makân.Al-ma’âd sebagai Ism al-
Makân berarti “tempat kembali”, “surga”, “akhirat”.1
1
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, h. 156
2
Mabda’ dalam Ensiklopedi Islam, jilid 2, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1994), cet. ke-2, h. 20
3
4
Dalam bahasa Arab, frasa “ahl al-sharîah” dikenal dengan susunan idâfî
yang terdiri dari kata “ahl” dan “al-Sharîah”. “Ahl” dapat bermakna “famili,
keluarga, atau kerabat” Jika kata “Ahl” digandengkan dengan kata “ al-madar”
maka bermakna “orang yang telah menetap” jika digandengakan dengan kata “al-
dâr” maka bermakna “penghuni rumah” Dari sini, kata “ahl” bisa dipahami
sebagai manusia yang sudah sangat dekat dengan sesuatu sehingga sebab
kedekatan itu ia dianggap seperti kerabat, bahkan keluarga.3
3
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, h. 50
4
Syariat dalam Ensiklopedi Islam, jilid 4, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1994), cet. ke-2, h. 345
5
Jika diteliti dari perjalanan sejarah sejak zaman Nabi Muhammad SAW,
maka syariat disimpulkan sebagai tuntunan yang diberikan Allah SWT dan Rasul-
Nya melalui perkataan, perbuatan, dan ketetapan. Tuntunan itu mencakup akidah,
hukum perseorangan, hubungan manusia dengan pencipta, hubungan manusia
dengan manusia, atau hubungan yang berkaitan dengan etika pergaulan dan sikap.
Syariat identik dengan agama. Maka jika disebut al-sharîah al- islâmiyah maka
maksudnya adalah setiap yang datang dari Rasulullah Muhammad SAW yang
berasal dari Allah SWT baik bekenaan dengan akidah, pengaturan kehidupan
pribadi, keluarga, masyarakat, atau akhlak.
Dari uraian di atas maka bisa dipahami bahwa maksud dari ahl al-Sharîah
seseorang yang sudah sangat memahami dan mengaplikasikan tuntunan Allah
SWT dan rasul-Nya sebagaiman mestinya.
5
Syariat dalam Ensiklopedi Islam, jilid 4, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1994), cet. ke-2, h. 346
6
Dalam ajaran syariat, tubuh dan seluruh organ adalah sarana berbuat yang
disebut sebagai roh. Kelompok Dahriyyah mengingkari kebangkitan jasad karena
jasad akan punah dan menjadi tidak ada setelah kematian sehingga tidak ada
istilah wujud manusia Kembali lagi. Pendapat lain meyakini bahwa ketidakadaan
yang disebabkan kematian adalah sesuatu juga yang saat itu dalam kondisi
terkasihi atau tersiksa. Dalam Al-Qurân terdapat sejumlah penjelasan adanya
sesuatu dalam kondisi terkasihi atau tersiksa. Ahl al-sharî’ah memahami maksud
binasa dan hancur adalah hancur dan lenyapnya seluruh anggota badan dan
bagian-bagian tubuh yang hancur dan lenyap akan dikembalikan dan dibaharukan.
Para nabi juga menerangkan surga dan neraka yang memiliki sifat dapat menjadi
punah. Kebangkitan jasad secara global mengandung manfaat untuk manusia,
seperti mencegah mereka dari perbuatan dusta.
6
Haydar al-Âmuli, Asrâr al-Sharî’ah wa Atwâr al-Tarîqah wa Anwâr al- Haqîqah,
(Muassasah Mutâla’ât wa Tahqîqât Farbankâ, t. t.), h. 3
7
Kata tarîqah berasal dari kata kerja taraqa yang berarti memukul atau
memukul dengan kerikil seperti yang biasa dilakukan oleh kebanyakan
perempuan. Alat pemukul yang digunkan pandai besi disebut mitraqah. Taraqa
juga berarti menulis di tanah atau di pasir dengan kedua jari lalu dengan satu jari.
Kata benda Tunggal dari taraqa adalah tarîq yang berarti jalan. Bentuk jamaknya
adalahatriqah, turuq, atriqâu, tarâiq, dan turuqât. Tarîqah adalah bentuk muannats
dari kata tarîq. Tarîqah juga berarti: cara, metode/sistem, aliran, keadaan, pohon
kurma yang tinggi, tiang payung/tiang tempat berteduh, yang mulia dari suatu
kaum, atau tulisan pada sesuatu.7
8
Ibn Manzûr, Lisân al-‘Arab, (Dâr al-Ma’ârif, t.t.), jilid ke-4, h. 2663.
9
9
Haydar al-Âmuli, Asrâr al-Sharî’ah wa Atwâr al-Tarîqah wa Anwâr al- Haqîqah,
(Muassasah Mutâla’ât wa Tahqîqât Farbankâ, t. t.), h. 114
10
Kematian hitam adalah kematian hati. Seseorang yang tidak menemukan dosa
dalam hatinya maka ia bukan termasuk pecinta sejati. Sebaliknya, itu dapat
membuatnya senang dengan dosa karena yang dilihat hanyalah sesuatu yang
menyenangkannya tanpa memikirkan apakah itu sesuatu yang baik atau buruk.
penghuni surga pertama bisa masuk pada surga ke dua, orang- orang mumin, dan
orang-orang yang sebelumnya memasuki neraka. Ketiga Jannah al-A’mâl. Surga
ini adalah untuk orang-orang yang masuk surga karena amal perbuatannya. Di sini
mereka merasakan tingkatan kenikmatan yang berbeda. Mereka yang lebih utama
amal perbuatannya memperoleh kenikmatan surga lebih banyak.
Jika kata hakikat dipergunakan untuk Tuhan, maka artinya adalah sifat-
sifat Tuhan. Zat Allah sendiri disebut al-Haqq. Antara manusia dan Tuhan
terdapat jarak sehingga masing-masing mempunyai hakikat sendiri-sendiri. Tetapi
antara dua hakikat itu terdapat kesamaan dan jika kesamaan itu semakin mendekat
maka pudarlah garis pemisah antar keduanya. Ketika itulah terjadi persatuan
antara al-Haqq dengan manusia. Sesungguhnya sesuatu yang ada berasal dari
Tuhan. Jika wujud Tuhan tidak ada, maka segala yang ada ( mawjûd) ini tidak
pula akan ada. Segala yang ada ini sebenarnya tidak mempunyai wujud tersendiri.
Ia berwujud setelah ada wujud lain yang menyebabkannya ada. Dengan demikian,
wujud sebenarnya ialah wujud yang ada dengan sendirinya, tanpa bergantung
Hakikat dalam Ensiklopedi Islam, jilid 4, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
12
pada wujud lain; Itulah wujud Tuhan. Wujud Tuhan inilah wujud yang hakiki atau
hakikat dari segala-galanya yang disebut dengan Haqq al- Haqa’iq.
BAB III
PENUTUP
C. KESIMPULAN
Ma`rifah al-ma’âd sudah dikenal sejak lama, Para rasul mengimani proses
al-ma’âd yang di dalamnya makhluk dibangkitkan setelah kematian sehingga
pelaku kebaikan dilimpahkan pahala dan pelaku maksiat ditimpahkan siksa.
Secara Bahasa al-ma’âd berasal dari kata ‘âda-ya’ûdu-‘awdan yang berarti
“kembali” sehingga al-ma’âd berarti “tempat kembali”. Dinamakan demikian
karena semua sesuatu akan kembali kepada Allah SWT.Al-Ma’âd adalah
perumpamaan kembalinya alam dan segala isinya kepada sumbernya melalui
beragam peristiwa secara visual ataupun abstrak yang masing-masing terjadi
melauli tiga fase; kecil, menengah, dan besar. Ma`rifah al-ma’âd terbagi menjadi
Ma’ad Ahl al-Shari’ah, Ma’ad Ahl al-Tariqah, Ma’ad Ahl al-Haqiqah.
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14