Seks Dan Supremasi Kristus Jika Gereja Masa Kini Benarbenar Menganggap
Seks Dan Supremasi Kristus Jika Gereja Masa Kini Benarbenar Menganggap
Kristus
Penerbit Momentum
2008
Copyright © momentum.or.id
Daftar Isi
Kontributor
Pendahuluan 1
JUSTIN TAYLOR
Copyright © momentum.or.id
Seks dan Supremasi Kristus viii
DesiringGod 321
Copyright © momentum.or.id
PENDAHULUAN
Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
- ROMA 11:36
Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan
sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
- 1 KORINTUS 10:31
J U ST I N T A Y L O R
K edua ayat ini termasuk ayat‐ayat Alkitab yang paling sering di‐
kutip oleh para penginjil. Namun, mengutip bagian Alkitab ber‐
beda dengan membentuk suatu wawasan dunia dengan bagian‐bagian
tersebut. Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa
“segala sesuatu,” tidakkah kita akan menyaksikan munculnya arus
khotbah‐khotbah dan buku‐buku yang provokatif yang mengalir
mantap tentang tema “Bagaimana Memiliki Hubungan Seksual yang
Memuliakan Allah”? Sebaliknya, pemikiran untuk menyampaikan
suatu khotbah seperti itu saja mungkin sudah menimbulkan dehem‐
dehem karena gugup atau rasa malu yang menyebabkan wajah men‐
jadi merah.
Munculnya buku ini dan upayanya untuk menjawab pertanyaan
tersebut adalah dari Konferensi Nasional Desiring God (2004), yang
berjudul “Seks dan Supremasi Kristus.” Kami ingin mendekati topik
ini dengan terus terang dan rasa hormat, dengan supremasi Kristus
sebagai dasar kami dan sekaligus tujuan kami. Apakah hubungan
antara seks dan supremasi Kristus, dan apakah implikasi‐implikasi
dari hubungan tersebut bagi kehidupan kita sehari‐hari?
Copyright © momentum.or.id
2 Seks dan Supremasi Kristus
Copyright © momentum.or.id
Pend ah u lu an 3
Copyright © momentum.or.id
4 Seks dan Supremasi Kristus
1 R. Albert Mohler, Jr., “The Seduction of Pornography and the Integrity of Christian
Marriage,” ceramah yang disampaikan kepada para pria di Boyce College (13 Maret 2004), tersedia
di situs www.sbts.edu/docs/Mohler/EyeCovenant.pdf (diakses 14 Januari 2005). Ceramah ini mut‐
lak harus dibaca oleh semua pria.
Copyright © momentum.or.id
Pend ah u lu an 5
Seks di Dunia
Pada tahun 1950‐an, terjadi persetujuan yang luas terhadap tatanan
moral yang berada di luar diri kita, yang menguasai dan membentuk
wacana dan etika kita. Pemahaman yang dimiliki bersama tersebut
runtuh pada tahun 1960‐an dengan bangkitnya revolusi seksual. Se‐
bagai ganti dari tatanan lama, muncullah sebuah etika baru. Sebagian
orang mengatakan bahwa apa yang sebenarnya kita miliki adalah re‐
lativisme yang merajalela dan nihilisme narsisis. Namun analisis
seperti ini cenderung meleset. Etika baru – yang adakalanya disebut
“etika autentisitas” 2 – “bersikeras bahwa suara batin memiliki
otoritas moral dan seharusnya diikuti tanpa keraguan.” 3 Dinesh
D’Souza menyebutnya sebagai “diri sebagai raja.” 4 Bagi para
penyembah dan pengikut Diri sebagai Raja, rujukan kepada
“moralitas yang objektif” tidak mungkin bisa memberikan pengaruh
yang signifikan. Frederica Mathewes‐Green menulis:
Para murid ini memiliki suatu moralitas yang objektif. Sangat berbeda
dengan apa yang kita miliki. Mereka yakin bahwa secara objektif meru‐
pakan kesalahan jika merendahkan orang dengan cara yang tak berpera‐
saan. Merupakan kesalahan jika melakukan hubungan seks dengan sese‐
orang yang tidak bersedia. Merupakan kesalahan jika melanggar satu
dari seratus petunjuk etiket tentang siapa yang boleh tidur dengan siapa
dalam keadaan apa. Ada banyak moralitas yang objektif di pihak mereka,
dan mereka pikir itu lebih baik daripada apa yang kita miliki. Sejauh
yang bisa kita lihat, moralitas yang mereka miliki berhasil diterapkan
dan moralitas yang kita miliki tampak sulit diterapkan. Mengapa mereka
harus menukarnya? Sanggahan ini kedengarannya tidak lebih dari “ka‐
rena aku mengatakan begitu.” 5
2 Lihat karya Charles Taylor, The Ethics of Authenticity (Cambridge, Mass.: Harvard University
Press, 1991).
3 Dinesh D’Souza, “The Imperial Self,” tersedia di situs http://www.tothesouce.org/
12_1_2004/12_1_2004.htm (diakses 26 Januari 2005). Saya bersandar pada analisis D’Souza di sini
untuk bagian ini.
4 Ibid.
5 Frederica Mathewes‐Green, “What to Say at a Naked Party,” Christianity Today, Februari 2005,
Copyright © momentum.or.id
6 Seks dan Supremasi Kristus
6 Mereka yang mencari bahan untuk mendukung tugas ini akan sangat terbantu oleh dua buku
terkenal yang diterbitkan baru‐baru ini oleh Crossway Books: Daniel R. Heimbach, True Sexual
Morality: Recovering Biblical Standards for a Culture in Crisis (Wheaton, Ill.: Crossway, 2004); dan
Andreas J. Köstenberger bersama David W. Jones, God, Marriage, and Family: Rebuilding the Biblical
Foundation (Wheaton, Ill.: Crossway, 2004). Untuk mempelajari lebih luas pengajaran hakiki dari
Kitab Kejadian, lihatlah karya O. Palmer Robertson, The Genesis of Sex: Sexual Relationships in the First
Book of the Bible (Phillipsburg, N.J.: Presbyterian & Reformed, 2002).
7 Bruce Marshall, The World, the Flesh, and Father Smith (Boston: Houghton Mifflin, 1945), 108.
Copyright © momentum.or.id
Pend ah u lu an 7
kannya sebab kita dijadikan menurut gambar Allah sendiri dan pemberi‐
an diri ini merupakan kehidupan di dalam Trinitas. 8
8 Peter Kreeft, How to Win the Culture War: A Christian Battle Plan for a Society in Crisis (Downers
Copyright © momentum.or.id
8 Seks dan Supremasi Kristus
Copyright © momentum.or.id
Pend ah u lu an 9
peperangan itu lebih panjang, lebih besar, lebih dalam, dan lebih ter‐
selubung daripada yang disadari kebanyakan orang. Kita harus mem‐
perluas pandangan kita tentang peperangan itu, memandangnya se‐
bagai peperangan seumur hidup. Kita harus memperluas pandangan
kita tentang peperangan tersebut, bukan dengan memusatkan pikiran
hanya pada dosa‐dosa yang berat yang membuat kita kehilangan
gambaran besarnya. Kita harus memperdalam pandangan kita ten‐
tang peperangan tersebut dengan menyadari bahwa dosa seksual ha‐
nyalah satu ungkapan dari suatu perang yang lebih dalam, yang
memperebutkan baik kesetiaan hati maupun kasih yang terutama.
Kita harus juga mengenali bahwa peperangan tersebut lebih terselu‐
bung daripada yang sering kita pikirkan ketika kita mulai melihat
lapisan‐lapisan rumit dari dosa dalam hati kita – sebagian jelas, seba‐
gian tersamar; sebagian terwujud secara eksternal, sebagian hanya
secara internal; sebagian melibatkan dosa kita terhadap sesama; seba‐
gian melibatkan orang lain yang berdosa terhadap kita. Tujuan dari
peperangan ini bukanlah “hanya berkata tidak” dan bukan hanya
“sarana anugerah”; sebaliknya, tujuannya adalah untuk melihat
Yesus Kristus sendiri. Karena kasih Kristus lebih panjang dan lebih
dalam dan lebih lebar daripada yang bisa kita bayangkan. Powlison
mengakhiri esainya dengan memberikan kepada kita beberapa nasi‐
hat praktis tentang bagaimana terjun ke dalam pertempuran‐pertem‐
puran dalam Perang Besar.
Salah satu “dosa paling terkenal” dalam budaya kita adalah
homoseksualitas. Begitu banyak diskusi dalam gereja dan dalam
budaya sudah dilakukan dengan istilah “kita” melawan “mereka.”
Namun Albert Mohler menjelaskan mengapa dia memandang “Perni‐
kahan Homoseksual sebagai Tantangan bagi Gereja.” Tantangannya
pertama‐tama dan terutama berkaitan dengan akan menjadi seperti
apa kita – sebagai tubuh Kristus – nantinya. Mohler secara meyakin‐
kan berargumen bahwa “kita harus menjadi orang‐orang yang tidak
bisa membahas tentang pernikahan homoseksual hanya dengan
membahas tentang pernikahan homoseksual” – artinya, kita harus
memulai dengan membahas persoalan‐persoalan yang lebih besar
yang dipertaruhkan. “Kita harus menjadi orang‐orang yang tidak bisa
membahas tentang seks tanpa membahas tentang pernikahan, dan
orang‐orang yang tidak bisa membahas tentang apa pun yang hakiki
atau signifikan dari pernikahan tanpa bersandar pada Alkitab. Kita
Copyright © momentum.or.id
10 Seks dan Supremasi Kristus
Copyright © momentum.or.id
Pend ah u lu an 11
Copyright © momentum.or.id
12 Seks dan Supremasi Kristus
Copyright © momentum.or.id
Pend ah u lu an 13
Copyright © momentum.or.id
14 Seks dan Supremasi Kristus
Copyright © momentum.or.id