Oleh:
Dina Riska Nafisah – 193515516150
Pada beberapa saat terakhir, publik digemparkan oleh pemerintah yang menerbitkan
peraturan baru yang diatur pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 2 Tahun 2022
Tentang Tata Cara Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua yang telah
diundangkan pada tanggal 4 Februari 2022. Kebijakan tersebut menuai kontroversi karena
di dalamnya memuat isi bahwa pencairan uang Jaminan Hari Tua (JHT) hanya dapat
dicairkan jika pada usia 56 tahun. Publik merasa keberatan akan peraturan tersebut, karena
pada dasarnya Jaminan Hari Tua merupakan akumulasi dana pekerja/buruh yang setiap
1
Dr. Sahya Anggara, M.Si., Kebijakan Publik (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm 14.
2
Dr. Sahya Anggara, M.SI., Ibid, hlm 25.
bulan dipotong dari gaji dengan harapan akan dimanfaatkan ketika sudah tidak bekerja atau
di-PHK, Jadi bukan berasal dari uang negara.
Hadirnya kebijakan baru tersebut ditolak oleh para buruh karena dirasa
memberatkan para pekerja yang terkena PHK tetapi masih di usia muda. Belum lagi
sebelumnya banyak buruh yang terimbas oleh dampak pandemic Covid-19 yang
menyebabkan banyak terjadinya karyawan buruh yang di PHK. Hal ini perlu diseriusi agar
tidak menimbulkan kerugian kepada publik. Tulisan ini dimaksudkan untuk menjelaskan
bagaimana evaluasi pemerintah dalam upaya menanggapi hal tersebut. Tulisan akan diawali
dengan tinjauan pustaka mengenai teori implementasi dan evaluasi kebijakan publik,
setelah itu pembahasan tentang bagaimana evaluasi pemerintah dalam upaya menanggapi
ketidaksetujuaan publik atas kebijakan tersebut yang menuai kontroversi yang kemudian
akan diakhiri oleh kesimpulan sebagai penutup.
Evaluasi kebijakan publik secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya analisis
nilai dari fakta-fakta kebijakan. Menurut Muhadjir dalam Joko Widodo yang dikutip oleh
Rusmini, evaluasi kebijakan publik merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh
suatu kebijakan publik dapat membuahkan hasil, yaitu dengan membandingkan antara hasil
yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan publik yang ditentukan. Evaluasi
kebijakan publik diselenggarakan bukan hanya untuk melihat hasil (outcomes) atau dampak
(impacts), akan tetapi untuk melihat bagaimana proses pelaksanaan suatu kebijakan telah
dilaksanakan. Singkatnya evaluasi dapat digunakan untuk melihat apakah proses
pelaksanaan suatu kebijakan telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis yang telah
ditentukan.
Jadi dalam arti yang spesifik, evaluasi menyangkut dengan produksi informasi
mengenai nilai ataupun manfaat pada hasil kebijakan. Evaluasi dilakukan karena tidak
semua regulasi kebijakan publik mencapai hasil sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan. Kebijakan publik seringkali terjadi kegagalan dalam meraih maksud dan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian evaluasi menghasilkan tuntutan
yang bersifat evaluatif. Oleh karena itu, evaluasi kebijakan mempunyai sejumlah
karakteristik sebagai berikut:
1. Fokus nilai, yakni evaluasi yang berfokus pada nilai yang mana usaha untuk
menentukan atau kegunaan sosial kebijakan atau program, bukan sekedar usaha
mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi kebijakan yang terantisipasi dan tidak
terantisipasi.
2. Interdependensi fakta-nilai, yakni tuntutan evaluatif yang bergantung pada fakta dan
nilai untuk menyatakan bahwa kebjakan atau program tertentu telah mencapai
tingkat kinerja yang tertinggi diperlukan fakta-fakta secara factual hasil kebijakan
berharga bagi individu-individu, kelompok, dan seluruh masyarakat.
3. Orientasi masa kini dan masa lampau, yakni tuntutan evaluatif berbeda dengan
tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil sekarang dan masa lalu, daripada hasil di
masa depan,
4. Dualitas nilai, yakni nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai
kualitas ganda karena dipandang sebagai tujuan dan sekaligus cara. Evaluasi sama
dengan rekomendasi sejauh berkenaan dengan nilai yang ada dapat dianggap
sebagai intrinsik ataupun ekstrinsik.
PEMBAHASAN
Dalam upaya menangani kontroversi yang terjadi bahwa masyarkat JHT dimanfaat
jika sewaktu-waktu masyarakat kehilangan pekerjaan, pemerintah ternyata telah
menyiapkan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) kepada pekerja yang
mengalami PHK berupa manfaat uang tunai, akses informasi pasar kerja, dan pelatihan
kerja. Akan tetapi, banyak masyarakat yang belum mengetahui akan informasi program
tersebut karena kurang sosialisasi yang diselenggarakan oleh pemerintah mengenai
program JKP.
KESIMPULAN
REFERENSI
Sekretariat Website JDIH BPK RI. (2022). Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang
Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua. Diakses pada
25 April 2022, dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/197508/permenaker-
no-2-tahun-2022
Administrator. (2022). Bijak, Berpihak kepada Pekerja. Diakses pada 25 April 2022, dari
https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2574-bijak-berpihak-kepada-
pekerja
BBC News Indonesia. (2022). JHT BPJS Ketenagakerjaan Kembali ke aturan lama, boleh
diambil sebelum umur 56 tahun setelah kalangan buruh menolak aturan baru.
Diakses pada 25 April 2022, dari https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-
60365041
Badan Legislasi. (2022). Hergun: JHT Lebih Tepat Diberikan Saat Sudah Tidak Bekerja
Lagi. Diakses pada 25 April 2022, dari https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/
Kompas TV. (2022). Kemenaker Akan Merevisi Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 Tentang
JHT. Diakses pada 25 April 2022, dari https://www.kompas.tv/article/265083/