Anda di halaman 1dari 11

JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN, INDUSTRI,

ELEKTRO DAN SIPIL

ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN


BAHAN BAKU MENGGUNAKAN KLASIFIKASI ABC DAN METODE
MIN-MAX STOCK
Fauzan Azhima1*, Refiza2, Zufri Hasrudy Siregar3
1,2
Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Al-Azhar, Jl. Pintu Air IV No.214 Kwala Bekala-Padang Bulan
Medan, Kota Medan 20142
3
Teknik Mesin, Fakulktas Teknik, Universitas Al-Azhar, Jl. Pintu Air IV No.214 Kwala Bekala-Padang Bulan
Medan, Kota Medan 20142
Email : *fauzanazhima102@gmail.com

Artikel Info Abstrak


Artikel Historis : Persediaan adalah sala satu kekayaan yang terdapat dalam
Terima 8 Oktober 2023 perusahaan. Persediaan memberikan peran penting bagi
Terima dan di revisi 15 Oktober perusahaan, karena peran yang sangat penting, persediaan
2023 harus direncanakan dan dikendalikan dengan baik.
Disetujui 31 Oktober 2023
Pengendaliaan persediaan merupakan mengupayakan
Kata Kunci :
persediaan bahan baku agar tidak kekurangan dan tidak
Persediaan, Pengendalian
Persediaan, Klasifikasi ABC, berlebih. Klasifikasi ABC adalah metode yang digunakan
Min-Max Stock. untuk mengklasifikasikan barang berdasarkan peringkat
atau urutan dari nilai persentase kumulatif penyerapan
dana dan persentase kumulatif pemakaian bahan baku,
yang kemudian diurutkan dari nilai yang tertinggi hingga
nilai yang terendah dan terbagi menjadi kelompok A, B
dan C. Untuk melakukan pengendalian persediaan
dilakukan menggunakan Min-Max Stock, apabila
persediaan telah melewati batas minimum, maka Reorder
harus dilakukan, batas maksimum adalah batas
ketersediaan harus ada. Hasil dari klasifikasi ABC dengan
persentase kumulatif serapan modal dan dengan
persentase pemakaian bahan baku, pihak pabrik harus
fokus dalam memperhatikan penanganan ketersediaan
bahan baku agar tidak terjadi penumpukan yang dapat
menimbulkan kerusakan dan tetap terjaga
ketersediaannya. Penanganan yang tepat agar bahan baku
tersebut tidak mengalami kerusakan akibat penumpukan
dan agar tidak terjadi kehabisan bahan baku, pada metode
Min-Max Stock Memperhitungkan jumlah Safety Stock
yang harus ada dalam penyimpanan agar proses produksi
This work is licensed under dapat berjalan dengan lancar apabila terjadi penambahan
Creative Commons Attribution License kebutuhan bahan baku atau terjadi keterlambatan
4.0 CC-BY International license
kedatangan bahan baku. Selain itu agar tidak terjadi
penumpukan bahan baku dalam penyimpanan.

Hal 292
JURNAL VORTEKS, Vol. 02 No. 01, April 2021 p-ISSN :2746-9778
Website : http://jurnal.alazhar-university.ac.id/index.php/vorteks e-ISSN : 2746-976X
Doi: 10.54123/vorteks.v4i2.309
JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN, INDUSTRI,
ELEKTRO DAN SIPIL

Keywords : Abstract
Inventory, Inventory Control, ABC Inventory is one of the assets contained in the company. Stock plays
Classification, Min-max Stock. an essential role for companies because Inventory must be planned
and controlled properly. Inventory control is seeking the availability
of raw materials so that there are no shortages and excesses. ABC
classification is a method used to classify goods based on the ranking
or order of the cumulative percentage value of absorption of funds
and the cumulative percentage of raw material use, which are then
sorted from the highest importance to the lowest value and are divided
into groups A, B and C. Inventory is carried out to exercise control
using Min-Max Stock; if the stock has exceeded the minimum limit,
then a Re-Order must be made, and the maximum limit is the
availability limit. The results of the ABC classification with the
cumulative percentage of capital absorption and the percentage of use
of raw materials show that the factory must focus on paying attention
to handling the availability of suitable materials so that no buildup
can cause damage and its availability is maintained. Proper handling
so that the raw materials are not damaged due to accumulation and
to avoid running out of raw materials, the Min-Max Stock method
takes into account the amount of Safety Stock that must be in storage
so that the production process can run smoothly if there is an
additional need for raw materials or occurs late arrival of raw
materials. In addition, so that there is no accumulation of raw
materials in storage.

PENDAHULUAN menyebabkan perusahaan berhenti Produksi.


Menghindari hal tersebut pelaku usaha perlu
Persediaan merupakan aset atau
memiliki perencanaan, pengelolaan dan
elemen terpenting dalam kegiatan produksi
pengendalian bahan baku [7]. Perusahaan
yang dilakukan oleh seluruh perusahaan
Jagung Marning merupakan usaha home
didunia [1]. Selain itu persediaan menjadi salah
industry yang memproduksi makanan ringan.
satu masalah yang perlu diperhatikan dalam
Perusahaan Jagung Marning yang berlokasi di
kaitannya dengan kegiatan proses produksi,
jalan besar sibiru-biru, membutuhkan bahan
biaya serta distribusi barang-barang [2], baik itu
baku yang optimal dalam melaksanakan proses
bahan baku, barang dalam proses atau barang
produksinya
setengah jadi, ataupun barang jadi [3] . Pada
umumnya persediaan bahan baku yang banyak
Tabel 1 Tabel Pembelian Bahan Baku
membutuhkan biaya karna munculnya
permasalahan yaitu kekurangan bahan baku,
kelebihan bahan baku yang mengakibatkan
pertambahan biaya simpan, kelambatan
datangnya bahan baku karena keterlambatan
pemesanan bahan baku ke supplier dan
masalah-masalah yang lain [4] [5]. Menyimpan
persediaan bahan baku dengan jumlah yang
besar untuk menjaga stock bahan baku supaya
tetap tersedia dan proses produksi tetap berjalan Sumber : Data Bahan Baku Unit Bisnis Jagung Maning
dengan lancar, tentu saja dapat menimbulkan
masalah penumpukan bahan baku dan
mengurangi kualitas dari bahan baku tersebut
[6]. Selain itu pelaku usaha yang kurang
memperhatikan kapasitas stock juga dapat
Hal 293
JURNAL VORTEKS, Vol. 02 No. 01, April 2021 p-ISSN :2746-9778
Website : http://jurnal.alazhar-university.ac.id/index.php/vorteks e-ISSN : 2746-976X
Doi: 10.54123/vorteks.v4i2.309
JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN, INDUSTRI,
ELEKTRO DAN SIPIL

mengembangkan aplikasi persediaan dengan


memasukkan metode Min-Max Stock. Aplikasi
Tabel 2 Tabel Pemakaian Bahan Baku ini digunakan untuk menghasilkan jumlah
bahan baku yang optimal yang akan dipesan
kepada Supplier. Dengan menggunakan
aplikasi ini penentuan jumlah bahan baku yang
akan dipesan kepada Supplier lebih tepat. Maka
dari itu perlu dilakukan penelitian Analisis
Perencanaan dan pengendalian persediaan
bahan baku menggunakan klasifikasi ABC dan
metode Min-Max Stock pada perusahaan
Sumber : Data Bahan Baku Unit Bisnis Jagung Maning Jagung Marning. Pada umumnya bahan baku
yang berjumlah banyak, perlu dikelompokkan
Dari tabel 1. diatas tentunya terlihat pada bulan untuk memfokuskan perhatian pengendalian
februari terdapat peningkatan jumlah persediaan terhadap jenis barang yang memiliki
pembelian seluruh bahan baku. Dari tabel 2 nilai serap modal yang tinggi.[11]. Selain itu
dapat dilihat pada bulan februari terjadi juga melakukan pengendalian persediaan
peningkatan jumlah produksi. Unit bisnis dengan tepat supaya mendapatkan jumlah
Jagung Marning selama ini belum memiliki minimum bahan baku agar tidak terjadi
metode khusus untuk pengendalian persediaan kehabisan bahan baku dan jumlah minimum
bahan baku, Selama ini hanya dengan apabila bahan baku yang sebaiknya tersedia di gudang.
persediaan menipis baru akan dilakukan
pembelian bahan baku. Tentu saja hal tersebut
dapat menyebabkan terhambatnya proses METODE PENELITIAN
produksi hingga dapat menyebabkan produksi
berhenti. Dari hasil wawancara dengan pemilik Penelitian ini menggunakan metode
usaha pada saat itu terjadi keterlambatan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian
datangnya bahan baku pada akhir bulan februari yang berusaha memperlihatkan hasil dari suatu
yang menyebabkan kehabisan bahan baku. pengumpulan data kuantitatif atau statistik
Tentunya hal-hal tersebut dapat mengganggu seperti survei dengan apa adanya, tanpa
proses produksi, oleh sebab itu diperlukan dihitung atau dilihat hubungannya dengan
pengendalian persediaan yang diharapkan perlakuan atau variabel lain. Jadi survei yang
dapat menjaga ketersediaan persediaan yang dilakukan adalah primadonanya. Survei bukan
ada dengan tepat. Usaha menjaga ketersediaan dilakukan untuk membandingkannya dengan
bahan baku tetap terjaga dengan mengatur hasil survei lain agar dapat menarik kesimpulan
ketersediaan secara tepat agar proses produksi tertentu. Untuk memastikan kesahihannya,
berjalan dengan lacar dan tidak terdapat bahan tentu kita harus membandingkannya dengan
baku yang terbuang akibat dari terlalu lama pengertian metode penelitian deskriptif
disimpan dalam gudang sehingga bahan baku kuantitatif menurut para ahli. Berkenaan
menjadi tidak layak pakai.[8] Tentunya hal dengan hal tersebut, menurut [12] penelitian
tersebut harus dapat dihindarkan agar kegiatan deskriptif kuantitatif adalah metode yang
produksi dapat berjalan dengan baik. Pada digunakan untuk menggambarkan,
penelitian yang dilakukan oleh [9] didapat hasil menjelaskan, atau meringkaskan berbagai
dari penelitian dengan menggunakan analisis kondisi, situasi, fenomena, atau berbagai
ABC dapat dikelompokan barang menurut nilai variabel penelitian menurut kejadian
pemakaian dan nilai investasi dana sebagaimana adanya yang dapat dipotret,
persediaanya, sehingga lebih memudahkan di diwawancara, diobservasi, serta yang dapat
dalam perencanaan dan pengendalian diungkapkan melalui bahan-bahan dokumenter.
persediaan. Pada penelitian yang dilakukan Penelitian ini dilakukan pada Unit Bisnis
[10] dalam penelitiannya diperoleh hasil yakni Jagung Marning, yang beralamat di Jalan Besar
Hal 294
JURNAL VORTEKS, Vol. 02 No. 01, April 2021 p-ISSN :2746-9778
Website : http://jurnal.alazhar-university.ac.id/index.php/vorteks e-ISSN : 2746-976X
Doi: 10.54123/vorteks.v4i2.309
JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN, INDUSTRI,
ELEKTRO DAN SIPIL

Sibiru-biru, Dusun I Lorong Skip, Desa


Candirejo, Kecamatan Sibiru-Biru, Kabupaten Mulai
Deli Serdang, Sumatera Utara. 20358. Objek
yang diamati pada penelitian ini adalah bagian Studi Lapangan

penyimpanan bahan baku untuk perencanaan 1. Mengamati secara langsung di lokasi


dan pengendalian persediaan bahan baku. penelitian
2. Melakuakan wawancara kepada pihak
Berikut adalah metode pengumpulan data yang yang berwenang di perusahaan
akan digunakan pada penelitian ini: 3. Meminta data kepada pihak yang
berwenang di perusahaan
 Metode Observasi yaitu dengan
melakukan pengamatan pada pabrik secara
langsung dengan meninjau bagian
Rumusan Masalah
penyimpanan.
 Metode Wawancara yaitu dengan 1. Bagaimana perencanaan bahan baku
menggunakan klasifikasi ABC ?
melakukan wawancara kepada bagian 2. Bagaimana pengendalian bahan baku
pihak yang berwenang pada perusahaan menggunakan metode Min-Max Stock ?
terkait kebutuhan penelitian, yaitu Pemilik
usaha.
Tujuan
 Metode Dokumentasi yaitu dengan
meminta data kepada pihak yang 1. Untuk mengetahui perencanaan persediaan
bahan baku menggunakan klasifikasi ABC.
berwenang pada perusahaan terkait dengan 2. Untuk mengoptimalkan penanganan ketersiaan
kebutuhan penelitian, yaitu kepada persediaan bahan baku menggunakan metode
karyawan bagian penyimpanan dan Min-Max Stock.
karyawan bagian purchasing.
Berikut adalah gambar bagan alir penelitian
sebagai mana gambar 1 Studi Literatur

1. Membaca data stock bahan baku


2. Mencatat setiap informasi yang di dapatkan
3. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan
penelitian yang di berikan penanggung jawab
perusahaan

Pengumpulan Data

1. Data Pemakaian Bahan Baku


2. Data Pembelian Bahan Baku
3. Data Harga Bahan Baku
4. Lead Time
5. Data Persediaan Awal dan
Akhir Bahan Baku

Pengelolahan Data

1. Mengkasifikasikan bahan baku dengan dengan


metode klasifikasi ABC
2. Menghitung pengendaliaan persediaan bahan baku
menggunakan metode Min-Max Stock

Hal 295
JURNAL VORTEKS, Vol. 02 No. 01, April 2021 p-ISSN :2746-9778
Website : http://jurnal.alazhar-university.ac.id/index.php/vorteks e-ISSN : 2746-976X
Doi: 10.54123/vorteks.v4i2.309
JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN, INDUSTRI,
ELEKTRO DAN SIPIL

pan
Dana
(%)

A
IDR IDR
Jagung 42220 Kg 71.77%
7,000 295,540,000
IDR IDR
Minyak M 4601 Kg 15.64%
14,000 64,414,000
IDR IDR
Analisis Soda 886 Kg
25,000 22,150,000
5.38%

IDR IDR
Garam H 4065 Kg 1.97%
1. Menganalisis data bahan baku yang 2,000 8,130,000
termasuk pada kategori A, B dan C Plastik 7x9 169.7 Kg
IDR IDR
1.57%
38,000 6,448,600
2. Menganalisis data hasil perhitungan Plastik Ball IDR IDR
pengendalian persediaan bahan baku Jumbo
627 Pcs
8,000 5,016,000
1.22%

Plastik Ball
IDR IDR
Jumbo 86.6 Kg 0.80%
38,000 3,290,800
11x18
IDR IDR
Kesimpulan dan Saran Penyedap 70.9 Kg
40,000 2,836,000
0.69%

IDR IDR
Minyak B 208.7 Kg 0.61%
a) Membuat kesimpulan dari perhitungan perencanaan 12,000 2,504,400
bahan baku A, B dan C serta Pengendalian persediaan IDR IDR
Garam K 128.9 Kg 0.31%
bahan baku 10,000 1,289,000
b) Membuat saran berdasarkan hasil perhitungan Minyak L 30.7 Kg
IDR IDR
0.04%
perencanaan bahan baku dan perhitungan pengendalian 5,000 153,500
persediaan bahan baku Jumlah
IDR
100%
411,772,300

Tabel 3. menampilkan nilai penyerapan


Selesai dana dari setiap jenis bahan baku dan
persentase penyerapan dana dari setiap bahan
baku. Nilai penyerapan dana diperoleh dari
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian hasil perkalian kuantitas pemakaian bahan baku
dengan harga satuan bahan baku. Persentase
penyerapan dana diperoleh dari nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN penyerapan dana dibagi dengan total nilai
penyerapan dana kemudian dikalikan 100%.
Pengklasifikasian ABC digunakan Persentase penyerapan dana tertinggi terjadi
untuk mengetahui dan memahami bahan baku pada bahan baku Jagung yaitu sebesar 71.79%.
apa saja yang masuk dalam klasifikasi A, B, dan Dan persentase penyerapan dana terkecil terjadi
C, dengan cara mengklasifikasikan bahan baku pada bahan baku Minyak L yaitu sebesar
yang didasarkan atas tingkat investasi tahunan 0,04%. Dengan melihat hasil persentase
yang terserap di dalam penyediaan inventory penyerapan dana pada Tabel 3, kemudian dapat
untuk setiap bahan baku. Selain itu menentukan kategori-kategori dari setiap bahan
mengklasifikasikan bahan baku ke dalam baku dengan melihat persentase kumulatif
kategori A, B, dan C berguna untuk penyerapan dana sebagaimana Tabel 4.
memfokuskan perhatian penanganan
pengendalian persediaan terhadap jenis barang Tabel 4 Persentase Kumulatif Penyerapan
yang memiliki nilai serapan modal/investasi Dana
yang tinggi dan pemakaian bahan baku yang Pers
Pers
tinggi. enta
enta
Pers Persen
se
se enta tase
Tabel 3 Nilai Persentase Penyerapan Dana Peny
Kum
se Kumul
ulati Keterangan
Setiap Bahan Baku Jenis erap
f
Jenis atif
Kategori
an Bara Jenis
PEMAKAIAN Peye
Dan ng Baran
Harga Nilai Persenta rapa
Satua a (%) g (%)
Jenis Jumlah Satuan Penyerapan se n
n
(Rp) Dana (Rp) Penyera (%)
Dan

Hal 296
JURNAL VORTEKS, Vol. 02 No. 01, April 2021 p-ISSN :2746-9778
Website : http://jurnal.alazhar-university.ac.id/index.php/vorteks e-ISSN : 2746-976X
Doi: 10.54123/vorteks.v4i2.309
JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN, INDUSTRI,
ELEKTRO DAN SIPIL

a Gambar 2 Diagram Pareto Berdasarkan Nilai


(%)
71.7 71.7 Investasi
Jagung 9% 9% A
9% 9%
Minyak 15.6 87.4
M 5% 3%
9% 18% B Gambar 2, memperlihatkan diagram Pareto
5.38 92.8 berdasarkan nilai investasi dari data Tabel 4
Soda 9% 27% B
% 1% Sebanyak 11 bahan baku masuk dan terbagi
Garam 1.97 94.7 dalam klasifikasi A, B, dan C.
9% 36% B
H % 9%
Plastik 1.57 96.3 Mengklasifikasikan bahan baku ke dalam
9% 45% C
7x9 % 5% kategori A, B, dan C berguna untuk
Plastik memfokuskan perhatian penanganan
1.22 97.5
Ball 9% 55% C
Jumbo
% 7% pengendalian persediaan terhadap jenis barang
Plastik yang memiliki nilai serapan modal/investasi
Ball 0.80 98.3 yang tinggi. Prinsip Pareto dalam [13] Kategori
9% 64% C
Jumbo % 7%
11x18 A menyerap dana berkisar hingga 80% dari
Penyeda 0.67 99.0
9% 73% C
seluruh modal yang disediakan, dan jumlah
p % 4% jenis barang berkisar hingga 20% dari semua
Minyak 0.61 99.6
B % 5%
9% 82% C jenis barang yang dikelola. Pada gambar 5.1
Garam 0.31 99.9 bahan baku yang masuk kategori A adalah
9% 91% C
K % 6% Jagung. Persentase kumulatif penyerapan dana
Minyak 0.04 100.
L % 00%
9% 100% C pada Jagung sebesar 71.77%. Persentase
100 100 penyerapan dana dari jagung mendekati 80%
Jumlah
% % dari seluruh modal yang disediakan dan sesuai
dengan prinsip pareto. Persentase kumulatif
Pada Tabel 4, Persentase penyerapan dana jenis barang pada bahan baku jagung sebesar
bahan baku diurutkan dari persentase terbesar 9%, artinya masih masuk dalam kisaran
ke persentase terkecil. Selain persentase penggunaan barang dalam kelas A. Dengan
penyerapan dana, terdapat juga persentase hasil serapan modal yang tinggi bahan baku
kumulatif penyerapan dana. Perlunya dihitung dalam kategori A memiliki tingkat prioritas
persentase kumulatif penyerapan dana adalah perhatian penanganan yang tinggi. Besarnya
untuk mengetahui apakah bahan baku yang serapan modal, jika bahan baku tersebut
digunakan dalam pembuatan Jagung kress mengalami kerusakan dapat menimbulkan
tersebut masuk dalam kategori A, B atau C kerugian. Pada prinsip Pareto dalam [14]
seperti pada prinsip Pareto. Persentase kategori B menyerap dana berkisar hingga 15%
kumulatif penyerapan dana diperoleh dari dari seluruh modal yang disediakan (jika
perhitungan persentase kumulatif penyerapan dihitung setelah kategori A diperoleh
dana dengan persentase penyerapan dana persentase hingga 95%), dan jumlah jenis
setelahnya barang berkisar hingga 30% dari semua jenis
barang yang dikelola.. Bahan baku yang masuk
dalam kategori B yaitu Minyak M, Soda, dan
Garam. Bahan baku tersebut persentase
kumulatif penyerapan dana mendekati 95%.
Persentase kumulatif jenis barang kategori B
yaitu sebesar 15-35%. Persentase ini signifikan
masuk kategori B jika dibandingkan dengan
teori menurut [15]. Bahan baku kategori ini
merupakan bahan baku dengan tingkat prioritas
perhatian penanganan menengah atau sedang.
Walaupun tingkat prioritas perhatian

Hal 297
JURNAL VORTEKS, Vol. 02 No. 01, April 2021 p-ISSN :2746-9778
Website : http://jurnal.alazhar-university.ac.id/index.php/vorteks e-ISSN : 2746-976X
Doi: 10.54123/vorteks.v4i2.309
JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN, INDUSTRI,
ELEKTRO DAN SIPIL

menengah, namun tetap harus tepat dalam Total


53094.
pengendalian persediaan agar optimal. Pema 100%
1
kaian
Prinsip Pareto dalam [14] barang yang masuk
Tabel 5 Persentase Kumulatif Pemakaian
dalam kategori C yaitu barang-barang yang
Bahan Baku
menyerap dana berkisar hingga 5% dari seluruh
modal (yang tidak termasuk kategori A dan B) Nilai pakai didapat dari jumlah
. Bahan baku yang masuk dalam kategori C pemakaian dalam satu periode, kemudian
adalah bahan baku yang memiliki persentase diurutkan dari jumlah pemakaian tertinggi
kumulatif penyerapan dana dari 96,61-100%. hingga terendah. Kemudian dihitung persentase
Bahan baku yang masuk dalam kategori ini pemakaiannya. Setelah persentase pemakaian
memiliki tingkat prioritas penanganan rendah. dihitung, hitung persentase kumulatif
Walaupun tingkat prioritas perhatian rendah, pemakaian. Kemudian dibuat kategori.
namun tetap harus tepat dalam pengendalian
persediaan agar optimal.
Perse
Kuant Persen ntase
itas tase Kumu Kate
Jenis
Pema Pema latif gori
kaian kaian pema
kaian
Jagun 79.52 79.52
42220 A
g % %
Minya 88.18
4601 8.67% B Gambar 3 Diagram Pareto Berdasarkan
kM %
Gara 95.84 Persentase Kumulatif Pemakaian
4065 7.66% B
mH %
97.51 Gambar 2, memperlihatkan diagram Pareto
Soda 886 1.67% C
% berdasarkan persentase kumulatif pemakaian
Plasti bahan baku dari data Tabel 5. Sebanyak 11
k Ball 98.69 bahan baku masuk dan terbagi dalam klasifikasi
627 1.18% C
Jumb % A, B, dan C. Pada gambar 2, bahan baku Jagung
o masuk dalam klasifikasi A karena persentase
Minya 99.08 kumulatif pemakaian jagung berada pada
208.7 0.39% C
kB % 79.52%. Dengan pemakaian jagung yang
Plasti 99.40 sangat besar yaitu sebesar 42220 Kg harus
169.7 0.32% C
k 7x9 % mendapatkan prioritas dalam penanganan
Gara 99.65 persediaan agar tidak terjadi kehabisan
128.9 0.24% C
mK % ketersediaan (stock out). Apabila pabrik tidak
Plasti memperhatikan persediaan telur dengan baik,
k Ball maka dapat mengalami kehabisan dan berimbas
99.81 pada menghambat kegiatan produksi. Maka
Jumb 86.6 0.16% C
% dari itu perlu dilakukan pengendalian
o
11x18 persediaan bahan baku dengan tepat agar
Penye 99.94 persediaan optimal.
68.8 0.13% C
dap %
Minyak M dan Garam H masuk dalam
Minya
32.4 0.06% 100% C Klasifikasi B, karena persentase kumulatif
kL
pemakaian Minyak M sebesar 88.18% dan
Garam H sebesar 95,84%. Dengan pemakaian
Hal 298
JURNAL VORTEKS, Vol. 02 No. 01, April 2021 p-ISSN :2746-9778
Website : http://jurnal.alazhar-university.ac.id/index.php/vorteks e-ISSN : 2746-976X
Doi: 10.54123/vorteks.v4i2.309
JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN, INDUSTRI,
ELEKTRO DAN SIPIL

bahan baku Minyak M sebesar 4601 Kg dan Minyak


Kg 0.10 6 10.3 21.4
B
Garam sebesar 4065 Kg, ketersediaan bahan Minyak
Kg 0.10 50 232 450
baku Minyak M dan Garam H harus M
diperhatikan agar tidak terjadi kehabisan bahan Minyak
Kg 0.17 3 8.3 3.8
L
baku. Maka dari itu perlu dilakukan Garam K Kg 0.07 6 10.1 14.6
pengendalian persediaan bahan baku dengan Garam H Kg 0.10 130 162 425
tepat agar persediaan optimal. Untuk bahan Soda Kg 0.17 35 54 96
Plastik
baku lainnya masuk ke dalam kategori C, Ball Pcs 0.17 30 38 70
meskipun tidak menjadi prioritas dalam Jumbo
penanganan, semua bahan baku yang masuk Plastik
Ball
dalam kategori C tetap harus diperhatikan Jumbo
Kg 0.10 8 11.4 10.5
ketersediaan bahan baku dengan tepat, agar 11x18
tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan Plastik
Kg 0.23 16 34.3 19.4
7x9
bahan baku. untuk menghindari terjadinya
kelebihan ataupun kekurangan ketersediaan
Tabel 7 Data Hasil Pengelolahan Min-Max
bahan baku.
Stock
B. Metode Min-Max Stock
Average
Mini Jumlah
Pemakaian Safety Maksimal
Jenis mal Pemesanan
Metode Min-Max Stock yaitu barang per Stock Stock
Stock Kembali
periode
menentukan jumlah persediaan maksimum dan Jagung 3518.33 117.3 821 1407.3 586.3
minimum agar tidak kurang dan tidak berlebih. Penyedap 5.9 0.2 0.6 0.8 0.2
Jumlah persediaan paling besar berada pada Minyak
17.4 0.4 2.14 3.48 1.3
B
jumlah maksimum. Apabila bahan baku telah Minyak
383.42 6.66 45 76.7 31.7
mencapai minimum maka perlu diadakan M
pemesanan bahan baku kembali. Jika jumlah Minyak
2.6 0.2 0.63 0.85 0.22
L
persediaan berada di bawah tingkat persediaan Garam K 10.7 0.26 0.97 1.43 0.46
minimum artinya terjadi kekurangan Garam H 338.75 8.6 42.5 67.8 25.3
persediaan, hal ini terjadi disebabkan adanya Soda 73.83 3.69 16 24.6 8.6
Plastik
pemakaian bahan baku yang terlalu besar. Ball 52.25 3 11.7 17.4 5.8
Untuk menutupi kekurangan persediaan Jumbo
tersebut dibutuhkan persediaan pengaman Plastik
Ball
(Safety Stock). Jika jumlah persediaan berada di Jumbo
7.2 0.3 1.05 1.44 0.4
atas tingkat maksimum, persediaan dapat 11x18
menimbulkan pemborosan karena persediaan Plastik
15.4 0.9 4.5 7.2 2.7
7x9
yang berlebihan. Untuk mengetahui
pengendalian persediaan ketersediaan dari 11 Dimana data tersebut didapatkan dari rumus
(Sebelas) bahan baku jagung kres Unit Bisnis metode Min-max Stock sebagai berikut :
Jagung Marning agar tidak terjadi penumpukan Lead Time = Periode / Jumlah Hari dalam
bahan baku, kekurangan bahan baku dan 1 Periode X jumlah hari
mengidentifikasi dengan cepat berapa jumlah pemesanan
bahan baku yang harus dipesan kembali agar Stock Akhir = ( Total Pembelian - Total
tidak terjadi pemborosan anggaran belanja, Pemakaian ) + Stock Awal
maka pengendalian persediaan bahan baku Safety Stock = ( Pemakaian Maksimum -
dihitung menggunakan metode Min-Max Stock Average Pemakaian Barang )
Tabel 6 Data Pengolahan Min-Max Stock X Lead Time
Lead Stock Stock
Pemakaian Minimal Stock = ( Pemakaian Rata-Rata
Jenis Satuan maksimum Barang X Lead Time) + Safety
Time Awal Akhir
barang
Jagung Kg 0.20 1200 1480 4105 Stock
Penyedap Kg 0.07 7 9.1 9.2
Hal 299
JURNAL VORTEKS, Vol. 02 No. 01, April 2021 p-ISSN :2746-9778
Website : http://jurnal.alazhar-university.ac.id/index.php/vorteks e-ISSN : 2746-976X
Doi: 10.54123/vorteks.v4i2.309
JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN, INDUSTRI,
ELEKTRO DAN SIPIL

Maksimal Stock = 2 X ( Pemakaian Rata-Rata


Barang X Lead Time )
Jumlah Pemesanan Kembali = ( Makasimal
Stock - Minimal Stock )

Gambar 5. Grafik persediaan maksimum


KESIMPULAN
Gambar 4. Diagram bahan baku jagung
Berdasarkan pembahasan dan analisis hasil
Dari gambar 4 terlihat stock akhir dari pabrik yang dilakukan pada penelitian yang telah
untuk bahan baku jagung sangatlah besar yaitu dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
sebesar 1480 Kg dalam penyimpanan. Stock berikut:
akhir dari pabrik tersebut jauh di atas safety
stock yang didapat dari perhitungan 1. Setelah melakukan identifikasi klasifikasi
menggunakan metode min-max stock yaitu ABC berdasarkan tingkat persentase nilai
sebesar 117.3 Kg. Safety stock merupakan serapan modal.
persediaan yang harus ada dalam penyimpanan  Pihak pabrik dapat lebih
sebagai persediaan pengaman yang berguna memprioritaskan perhatian terhadap
apabila sewaktu-waktu ada tambahan bahan baku yang digunakan agar tidak
pemakaian bahan baku atau terjadi terjadi kerusakan bahan baku yang
keterlambatan kedatangan bahan baku. Dengan dapat menimbulkan kerugian akibat
perhitungan menggunakan metode min-max bahan baku tidak dapat digunakan.
stock dapat menurunkan stock akhir dari pabrik  Mengidentifikasi dengan klasifikasi
dalam penyimpanan sebesar 92% dan ABC berdasarkan persentase kumulatif
penurunan tersebut dapat meminimalisir pabrik pemakaian bahan baku, pihak pabrik
dari penumpukan bahan baku yang berlebih dapat lebih memperhatikan
(over stock). Selain safety stock, pada ketersediaan bahan baku agar semua
perhitungan menggunakan metode min-max bahan baku tidak mengalami kehabisan
stock pada bab 4 terdapat persediaan minimum dan kegiatan proses produksi berjalan
sebesar 821 Kg. Persediaan minimum diartikan dengan lancar.
sebagai titik dilakukannya pemesanan kembali 2. Berdasarkan hasil analisa Metote Min-Max
atau Reorder Point. Jika bahan baku telah Stock dapat disimpulkan bahwa :
mencapai atau melewati persediaan minimum,  Metode min-max dapat mengoptialkan
maka perlu dilakukan pemesanan kembali persediaan seluruh bahan baku dengan
sebanyak 586 Kg. Persediaan maksimum menurunkan stock akhir atau safety
merupakan jumlah maksimal bahan baku yang stock dengan rata-rata penurunan dari
diperbolehkan dalam penyimpanan yaitu Stock akhri sebelum dilakukan
sebesar 1407 Kg. Sehingga persediaan dalam pengolahan data yaitu sebesar 96.6 %.
gudang dapat optimal. Tentu saja hal tersebut dapat
menurunkan modal perusahaan dan
dapat memperkecil nilai hutang
perusahaan.
 Dengan perhitungan menggunakan
metode min-max stock ketersediaan
seluruh bahan baku dapat terjaga
dengan optimal karena dalam
Hal 300
JURNAL VORTEKS, Vol. 02 No. 01, April 2021 p-ISSN :2746-9778
Website : http://jurnal.alazhar-university.ac.id/index.php/vorteks e-ISSN : 2746-976X
Doi: 10.54123/vorteks.v4i2.309
JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN, INDUSTRI,
ELEKTRO DAN SIPIL

perhitungan memperhitungkan jumlah [6] N. L. Rachmawati and M. Lentari,


safety stock bahan baku yang harus ada “Penerapan metode Min-Max untuk
dalam penyimpanan agar proses Minimasi Stockout dan Overstock
produksi dapat berjalan dengan lancar persediaan bahan baku,” J. INTECH
apabila terjadi penambahan kebutuhan Tek. Ind. Univ. Serang Raya, vol. 8, no.
bahan baku atau terjadi keterlambatan 2, pp. 143–148, 2022, doi:
kedatangan bahan baku. 10.30656/intech.v8i2.4735.
[7] Y. Evitha and F. M. HS, “Pengaruh
DAFTAR PUSTAKA
penerapan Metode Economic Order
Quantity (EOQ) terhadap pengendalian
[1] M. Andiana and G. Pawitan, “Aplikasi
persediaan bahan baku Produksi di PT.
Metode EOQ dalam pengendalian
Omron Manufacturing Of Indonesia,” J.
persediaan bahan Bbku PT X,” J. Akunt.
Logistik Indones., vol. 3, no. 2, pp. 88–
Maranatha, vol. 10, no. 1, pp. 30–40,
100, 2019, doi:
2018, doi: 10.28932/jam.v10i1.926.
10.31334/logistik.v3i2.615.
[2] P. Wijayanti and S. Sunrowiyati,
[8] S. Wardani, S. Rahayuningsih, and A.
“Analisis pengendalian persediaan
Komari, “Analisis pengendalian
bahan baku guna memperlancar proses
ketersediaan bahan baku di PT. Akasha
produksi dalam memenuhi permintaan
Wira Internasional, Tbk menggunakan
konsumen pada UD Aura Kompos,” J.
Metode EOQ,” JURMATIS J. Ilm. Mhs.
Penelit. Manaj. Terap., vol. 4, no. 2, pp.
Tek. Ind., vol. 2, no. 1, p. 22, 2020, doi:
179–190, 2019, [Online]. Available:
10.30737/jurmatis.v2i1.860.
https://journal.maranatha.edu/index.php
/jam/article/view/926 [9] A. F. Nisa, “Analisis pengendalian
persediaan obat berdasarkan metode
[3] V. G. A. Kurniawan, “Analisis
ABC, EOQ dan ROP (Studi Kasus Pada
persediaan bahan baku pasir besidi
Gudang Farmasi Rumah Sakit
PT.Semen Baturaja,” Multidisipliner
Muhammadiyah Gresik),” J.
Kapalamada, vol. 1, no. 3, pp. 406–411,
Manajerial, vol. 6, no. 1, pp. 17–24,
2022, [Online]. Available:
2019, doi:
https://azramedia-
10.30587/jurnalmanajerial.v6i01.852.
indonesia.azramediaindonesia.com/ind
ex.php/Kapalamada/article/view/279/2 [10] Z. H. Siregar, U. N. Harahap, and M.
51 Zurairah, “Perencanan bahan baku
menggunakan metode Min-Max pada
[4] E. V. A. Situmorang, Z. H. Siregar, and
PT Pacific Palmindo Industri,” Talent.
U. N. Harahap, “Perbaikan dan
Conf. Ser. Energy Eng., vol. 3, no. 2, pp.
Pengembangan Produk Baby Chair
756–764, 2020, doi:
menggunakan metode QFD (Quality
10.32734/ee.v3i2.1073.
Function Deployment) Studi Kasus; PT.
Casa Woodworking Industry,” J. Vor., [11] H. F. Afianti and H. H. Azwir,
vol. 2, no. 2, pp. 91–99, 2021, doi: “Pengendalian persediaan dan
10.54123/vorteks.v2i2.86. penjadwalan pasokan bahan baku
Import dengan Metode Abc analysis di
[5] H. Maret Wijaya, G. Deswantoro, and
PT Unilever Indonesia, Cikarang, Jawa
R. Hidayat, “Analisis Perencanaan
Barat,” J. IPTEK, vol. 21, no. 2, p. 77,
Supply Chain Management (SCM) pada
2017, doi:
PT. Kylo Kopi Indonesia,” J. Ekon.
10.31284/j.iptek.2017.v21i2.200.
Manaj. Sist. Inf., vol. 2, no. 6, pp. 795–
806, 2021, doi: [12] M. Ridwan, S. AM, B. Ulum, and F.
10.31933/jemsi.v2i6.653. Muhammad, “Pentingnya penerapan
Hal 301
JURNAL VORTEKS, Vol. 02 No. 01, April 2021 p-ISSN :2746-9778
Website : http://jurnal.alazhar-university.ac.id/index.php/vorteks e-ISSN : 2746-976X
Doi: 10.54123/vorteks.v4i2.309
JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN, INDUSTRI,
ELEKTRO DAN SIPIL

literature review pada penelitian


ilmiah,” J. Masohi, vol. 2, no. 1, pp. 42–
51, 2021, doi: 10.36339/jmas.v2i1.427.
[13] A. Saefullah, A. Fadli, Nuryahati, I.
Agustina, and F. Abas, “Implementasi
prinsip pareto dan penentuan biaya
usaha Seblak Naha Rindu,” J. Media
Wahana Ekon., vol. 20, no. 1, pp. 1–13,
2023, doi: 10.31851/jmwe.v20i1.11077.
[14] A. I. Aripin and A. Wibowo, “Pareto
principle to improve anomaly detection
on software asset management,” Syntax
Lit. J. Ilm. Indones., vol. 8, no. 6, pp.
31–41, 2023, doi: 10.36418/syntax-
literate.v8i6.12673.
[15] R. S. Nastiti and A. K. Mutaqin,
“Penerapan model komposit Weibull-
Pareto pada data klaim Asuransi Harta
Benda,” J. Ris. Stat., vol. 2, no. 1, pp.
43–50, 2022, doi: 10.29313/jrs.vi.903.

Hal 302
JURNAL VORTEKS, Vol. 02 No. 01, April 2021 p-ISSN :2746-9778
Website : http://jurnal.alazhar-university.ac.id/index.php/vorteks e-ISSN : 2746-976X
Doi: 10.54123/vorteks.v4i2.309

Anda mungkin juga menyukai