Anda di halaman 1dari 15

Ragam kerangka startegi

dalam pembelajaran
Mega Krisna Pamungkas (2398011587)
Melati Anggreini (2398011483)
Prasetya Iqbal. M (2398011575)
Yusuf Arifin (2398011490)
Pembelajaran Berdiferensiasi

 Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi


 Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir
kebutuhan belajar murid.
 Tomlinson (2001; Imas Kurniawaty, 2022) mengungkapkan bahwa
pembelajaran berdiferensiasi memiliki pola strategi kolaborasi dari semua
perbedaan untuk mendapatkan informasi dari apa yang dipelajari.
Benang merahnya bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah
menciptakan kelas yang memiliki keragaman dengan memberikan
kesempatan bagi siswa untuk meraih konten, memproses ide dan
meningkatkan hasil pembelajaran setiap siswa agar dapat belajar lebih
efektif lagi.
Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

 Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal


(common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada
kebutuhan murid (Aryani,2023).
Tujuan Pembelajaran Berdiferensiasi

 Marlina (2020, p.14) mengklasifikasikan tujuan pembelajaran berdiferensiasi


menjadi dua, yaitu secara khusus dan umum.
Ciri-ciri Pembelajaran Diferensiasi

1. Bersifat proaktif
2. Menekankan kualitas daripada kuantitas
3. Berakar pada asesmen
4. Menyediakan berbagai pendekatan
5. Berorientasi pada peserta didik
6. Campuran dari pembelajaran individu dan klasikal
7. Bersifat hidup
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi

 Strategi diferensiasi adalah tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan


pembelajaran diferensiasi dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran
yang dapat mengakomodasi siswa sesuai dengan kebutuhan dan profil
belajarnya.
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi

Menurut Mahfudz MS (2023, p.536) ada tiga strategi pembelajaran diferensiasi


yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Direfensiasi konten
2. Diferensiasi proses
3. Diferensiasi produk
Pembelajaran Tanggap Budaya
(Culturally Responsive Teaching)
 Menurut Arum Febriani & Siti Shaliha (2023, p.47) pembelajaran yang
tanggap budaya atau yang juga dikenal dengan istilah Culturally
Responsive Teaching (CRT) adalah suatu metode pembelajaran yang
berfokus pada adanya persamaan hak setiap peserta didik untuk
mendapatkan pengajaran tanpa membedakan latar belakang budaya
mereka.
 Menurut Ladson-Billing (1995) terdapat tiga proposisi pendidikan tanggap
budaya, yaitu peserta didik mencapai kesuksesan akademis, peserta didik
mampu mengembangkan dan memiliki kompetensi budaya (cultural
competence), serta peserta didik membangun kesadaran kritis (critical
consciousness) sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam merombak
tatanan sosial yang tidak adil.
Pembelajaran Tanggap Budaya
(Culturally Responsive Teaching)
 Greer, et.al (2009) menjelaskan lima panduan atau prinsip aplikasi
pendidikan tanggap budaya, yaitu (1) pentingnya budaya, (2)
pengetahuan terbentuk sebagai bagian dari konstruksi sosial, (3) inklusivitas
budaya, (4) prestasi akademis tidak terbatas pada dimensi intelektual an
sich, dan (5) keseimbangan dan keterpaduan antara kesatuan dan
keragaman.
Pembelajaran Tanggap Budaya
(Culturally Responsive Teaching)
 Ada Enam karakteristik guru tanggap budaya antara lain: 1) mempunyai
kesadaran sosio-kultural, 2) mempunyai afirmasi terhadap keragaman latar
belakang peserta didik, 3) mempunyai kepercayaan diri dalam
mengemban tugas, 4) memahami bagaimana peserta didik
mengkonstruksi pengetahuan dan mendorong peserta didik
mengembangkan konstruksi pengetahuannya sendiri, 5) mengetahui pola
hidup peserta didik, dan 6) menggunakan informasi mengenai pola hidup
peserta didik untuk mendesain pembelajaran yang bermakna (Villegas
dan Lucas, 2002).
Pembelajaran Sesuai Level

 Pengertian Teaching at the Right Level (TaRL)

 Konsep "Teaching at the Right Level" (TaRL) mengusulkan pendekatan


yang berbeda. Dalam TaRL, guru memberikan pembelajaran yang relevan
dan spesifik sesuai dengan kemampuan peserta didik, tanpa terikat pada
tingkat kelas tertentu. Setiap fase atau tingkatan memiliki capaian
pembelajaran yang harus dicapai, dan proses pembelajaran disesuaikan
dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan peserta didik.
Pembelajaran Sesuai Level

 Untuk menerapkan pendekatan TaRL, seorang pendidik perlu menjalani


beberapa tahapan sebagai berikut:
a) Pahami Peserta Didik
b) Rancang Perencanaan Pembelajaran
c) Mengikuti Ragam Pelatihan
TaRL dalam Kurikulum Merdeka

 Pendekatan "Teaching at the Right Level" (TaRL) memperhatikan tingkat


kemampuan peserta didik melalui evaluasi dan mengelompokkan mereka
berdasarkan tingkat pembelajaran, bukan hanya berdasarkan usia atau
kelas. Guru diharapkan secara teratur mengukur kemampuan peserta didik
dalam membaca, menulis, dan memahami, dan jika hasilnya kurang
sesuai, mereka harus menyusun program remedial. TaRL terbukti efektif
dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan dokumen yang
dibuat berdasarkan silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta
didik sesuai dengan tingkat, kemampuan, dan kesiapan mereka di kelas.
RPP Berpihak pada Peserta Didik

 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Anda mungkin juga menyukai