Anda di halaman 1dari 2

Kepemimpinan Kinerja pegawai atau pengikut dalam sebuah perusahaan dapat tercipta akibat

bagaimana sang pemimpin menunjukkan seperti apa dirinya kepada pengikutnya, bisa
memberikan efek positif atau negatif. Tentu saja, agar para pengikut dapat bekerja dengan
maksimal, efisien, dan setia, pemimpin harus berperilaku baik saling membantu, memberikan
arahan, serta memberikan kepercayaan kepada para pengikutnya untuk mendapatkan hasil
terbaik.

Hal tersebut merupakan sedikit definisi dari Servant Leader, yang pada dasarnya adalah
pemimpin yang lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri. Perusahaan yang
mengadopsi gaya kepemimpinan seperti ini, merupakan tempat yang kita kenal dan sering
temui, memiliki logo yang menampilkan seorang putri duyung dan tentu saja nama perusahaan
tersebut dan mereka membuat minuman serta makanan-makanan ringan. Gambaran tersebut
merupakan perusahaan Starbucks, mantan presiden Starbucks yaitu Howard Benar yang juga
merupakan seorang Servant Leader, mengembangkan budaya yang dimana memastikan bahwa
pemimpin, manager, dan supervisor harus memberikan dukungan kepada setiap pegawai agar
mereka dapat berkembang. Starbucks percaya dengan memberikan kepedulian kepada
pegawai, akan menjaga moral mereka dan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, kebudayan
pendekatan kepemimpinan didalam Starbucks merupakan Employee-First dan budaya ini tetap
dijalankan oleh presiden Starbucks yang menjabat sampai sekarang yaitu Kevin Johnson.

Hubungan dengan bawahan Berdasarkan materi dari buku "The Leadership Experience" yang
dirangkum oleh Richard L. Daft, Starbucks menggunakan salah satu dimensi dari "Big Five
Dimension" yaitu Openness to experience. Dahulu, pegawai-pegawai di Starbucks masih
memiliki budaya atau kebiasaan takut untuk berbicara kepada supervisornya. Untuk
meningkatkan usaha ini, presiden saat itu, Howard Benar mengenalkan forum terbuka kepada
pegawai yang mendorong mereka untuk bertanya dan berkomunikasi dengan supervisor
mereka. Karena perubahan budaya ini, Starbucks berhasil memperkuat pegawainya,
memberikan mereka fasilitas untuk mengembangkan inovasi produk-produk, dan penyedian
pelayanan yang baru atau inovatif untuk para pelanggan. Berdasarkan hal tersebut, tidak bisa
dipungkiri bahwa Starbucks sangat menjunjung Instrumental Values yang tinggi karena mereka
percaya atas kepedulian yang diberikan kepada pegawai dan masukan jujur yang didapatkan
dari para pegawainya akan membuat Starbucks untuk mencapai goals yang dituju.

Berdasarkan hal sebelumnya, Starbucks memberikan motivasi kepada para pegawainya dengan
Love-based Motivation. Mereka sangat mempedulikan para pegawainya dan memberikan
mereka kebebasan, hal tersebut secara langsung akan memberikan rasa untuk memberikan
segala kemampuan mereka dalam melakukan pekerjaan mereka dan melakukannya rasa serta
perilaku yang baik, dimana hal tersebut akan mempengaruhi kepuasan pelanggan yang
mengunjungi kedai-kedai Starbucks.
Budaya organisasi yang dimiliki Starbucks, juga mendorong para pegawainya menjadi seseorang
dengan Critical Thinking dan gaya Effective Follower. Pegawai akan berfikir untuk
mengembangkan ide-ide yang dimana dapat menghasilkan produk-produk terbaru yang sesuai
dengan tren atau situasi tertentu yang jelas dapat menarik para pelanggan untuk mencoba
produk tersebut, serta mereka juga akan aktif dalam organisasi ini dalam menghadapi masalah-
masalah yang ada dan dapat membantu atau bahkan memberikan solusi yang tepat untuk
masalah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai