DERMATITIS NUMULARIS
CASE REVIEW
- Laki laki 19 tahun
- bercak merah → krusta
- onset : 5 hari lalu
- nyeri tenggorok → 7 hari lalu
- status dermatologi :
- effloresensi : multiple plak eritem 2-3 cm
- bentuk → numular + krusta diatasnya
DEFINISI :
peradangan kulit yang bersifat kronis di tandai dengan lesi berbentuk koin atau agak lonjong pd
daerha tangan dan kaki.
Anatomi :
terdiri dari 3 lapis :
1. epidermis
- stratum korneum /⇒ f
- x proteksi, barrier kulit → keratin menjaga dari bahan kimia supaya tdk
masuk
-
- stratum lucidium
- stratum granulosum → sawar epidermis → sebagai barrier kulit
- stratum spinosum
- stratum basalis
2. dermis
- pars papillaris
- pars retikularis
- ada kelenjar dan folikel rambut
3. subkutan
- lemak
- pembuluh darah
Fisiologi :
- proteksi → startum korneum
- absorbsi
- eksresi
- termoregulasi
- persepsi
Etiologi
- idiopatik → tdk diketahui
- multifaktor
- xerosis/kulit kering → paling serinf
- infeksi → streptococcus atau karna ISPA
- trauma
- lingkungan → alergen
- kontak iritan → dermatitis kontak alergi
Sampe skrg masih idiopatik, tapi kemungkinan paling sering itu xerosis. Bisa jg infeksi (staph
atau infeksi sistemik kayak ISPA). Bisa jg trauma/kontak iritan, bisa jg lingkungan (aero-
alergen)
Patofisiologi
Kulit kering/xerosis → krn paparan mata hari, terlalu lama mandi, gangguan vaskular, penggunaan
sabun yg salah, pakaian yang ketat
hipersenstitvas –> infeksi streptococcus dan obat obatan
Multifaktorial (sinar UV, overuse sabun, pakaian ketat, mandi berulang, dll) → Kulit
kering →garuk → sebabkan fissura → fx sel-sel berkurang shg proteksinya berkurang
→ alergen mudah masuk ke kulit → terjadi rx inflamasi yg ditandai dgn pelepasan
mediator proinflamasi (INF gamma dan IL-17) → gatal → digaruk → terjadi lgi fissura
di sisi lain, adanya infeksi → rx hipersensitifitas karena sel-sel imun seperti sel T, sel
dendritik, sel Langerhans, dll itu bekerja→ rx inflamasi → hiperplasia epidermisnya
sehingga terjadi → lesi
Diagnosis Banding
1. DKA
persamaan → gambar lesinya mirip
perbedaan → ada riw. kontak dengan alergen (gata krn benda, cairan, gelang l), patch test (+),
berulang
2. Tinea korporis
persamaan → lesinya sama-sama bulat
perbedaan → ada sentral healing (bagian tengahnya putih, terus pinggirnya yg aktif lesinya)
dan KOH (+) → penyebab jamur
sama : lesi mirip berbentuk bulat
beda : sentral healing (bagian tengah putih, pinggirnya yg aktif lesinya, KOH (+)
3. Psoriasis gutata
persamaan —> predileksinya sama-sama (ext dan truncus)
perbedaan → psoriasis gutata itu ada skuama tebal seperti mika, tes lilin, auspitz , koebner (+)
→ kalau DN → Lilin dan auspitz (-)
Tatalaksana
- Untuk proteksi kulit → krn berier kulitnya rusak sehingga jangan terlalu lama kena sinar
UV dll
- emolien → krn kering kulitnya jdi dikasih pelembab
- Farmako topikal : antibiotik (klo ada infeksi sekunder krn streptococcus, e.g.
mupirosin), klo tdk ada infeksi → steroid potensi sedang-berat (antiinflamasi),
antihistamin sedatif —> oral
- (untuk atasi pruritus/ gatalnya, cari yg ada efek sedatif → buat tidur krn klo gatal susah
tdr)
- fototerapi → klo sdh generalisata lesinya dan tdk ada respons thd terapi lainnya.
Komplikasi:
- infeksi sekunder
Prognosis
DERMATITIS SEBOROIK
Case Review
- laki” 30 tahun
- bercak merah, skuama kuning pd scalp, wajah, lipatan nasolabial, & dada → sejak 1 minggu
lalu
- berkeringat → gatal dan pedas
- status dermatologi : scalp, wajah, sulcus nasolabialis
- effloresensi : makula, papul, eritem, skuama, halus, krusta kekuningan
Anatomi :
terdiri dari 3 lapis :
1. epidermis
- stratum korneum /⇒ fx proteksi, barrier kulit → keratin menjaga dari bahan
kimia supaya tdk masuk
- stratum lucidiu.
- stratum granulosum → sawar epidermis → sebagai barrier kulit
- stratum spinosum
- stratum basalis
2. dermis
- pars papillaris
- pars retikularis
- ada kelenjar dan folikel rambut
3. subkutan
- lemak
- pembuluh darah
Fisiologi :
- proteksi → startum korneum
- absorbsi
- eksresi
- termoregulasi
- persepsi
Etiologi
- idiopatik → tdk diketahui penyebabnya
- multifaktorial → ketidakseimbangan flora normal → malassezia meningkat
- hormon androgen → meningkatki sehingga produksi sebumnya jg meningkat
- flora normal → krn mallesezia sp, sebum meningkat krn hormon andorgen,
nutrisi, lemak, genetik sehingga flora normalnya tdk seimbang.
- kerentanan individual → respon imun, misal pasien HIV rentan u/ terkena
- penyakit neurologi lainnya : parkinsonism, alzeimer → tdk scr lngsung
berhubungan dengan pergerakan wajah krn bnyk lemak , tpi krn ada
penyakit neurologinya sehingga gampang terakumulasi sebumnya
Gejala Klinis
- infant → sisa2 androgen ibu saat sdh lahir
- dewasa → 40-70 tahun
- effloresensi : makula, papul, plak, eritem, skuama halus, krusta kekuningan
(terjadi penumpukan lemak)
- predileksi : area seboroik (scalp, wajah, area nasolabial, dada, punggung), simetris,
jarang pd intertrigenosa
- gejala lain : gatal/pruritus, memberat di musim dingin menyebabkan→ kulitnya
kering
Patofisiologi
T cell menurun (respon imun) krn penyakit immunocompromised seperti HIV → flora normalnya
tdk seimbang sehingga mallasezia meningkat → disebabkan peningkatan sebum (krn meningkatkan
hormon androgen dan nutrisi tdk seimbang) → hasilkan trigliriserid sehingga mallezia furfur
hasilkan enzim lipase yg ubah trigliserida menjadi asam lemak bebas → asam lemak bebas free fatty
acid→ terbagi 2 UFA DAN SFa malazzeesia yang SFA → sehingga SFA menurun krn malezzesia→
sehingga yg UFA menumpuk → krn UFA menumpuk → meningkat ROS → hiperplasia → lesi
mediatior inflamasi meningkat → karna peningkatan ROS → mediator inflamasi mengingkat
→ gatal krn keringat → keringat ketika lesi terkena keringat → malasezzia merilis histamin
releasing antigen → tubuh merilis histamin → makin gatal
NOTE :
krn di case ada keringat!!!
saturated (SFA) : dimakan sehingga menurunki
unsaturated (UFA): krn tdk dimakan sm mallazesia makanya unsaturatednya menumpuk ros : toxic
terhadap sel2 keratosit
peningkatan mallazesia → menurun respon imun (TCELL) penyebabnya penyakit
Diagnosis Banding
1. psoriasis vulgaris → sama : skuama, bisa sm2 di scalp. beda : skuamanya tebal
sedangkan seboroik skuamanya halus
2. acne vulgaris → sama : predileksi wajah dan punggung. beda : tdk skuamaa, dan
berpapul papul, serta ada komedo
3. rosasea → sama (predileksi di seborea, eritem) → beda : tdk ada skuama dan ada
telangaktiasis
Tata Laksana
1. scalp (kalau muncul di kulit kepala ) : sampo selenium sulfida (u/ gatalnya),
ketokonazole (anti fungal), zinc (anti fungal)
2. daerah seboroik lainnya krim topikal :
- gatal → kortikosteroid ringan contohnya hydrokortison
- antifungal : u/ jamurnya → ketokonazole
- asam salisilat → skuama
Prognosis :
- vitam(mengancam nyawa) → bonam
- functionam (ganggu fungsi)] →bonam
- sanationam (respon terhadap obat) → bonam
PTRIASIS ROSEA
Case Review :
- laki laki 7 Tahun
- bercak merah , skuama halus → 10 hari yang lalu
- 3 hari lalu menyebar lebih kecil dari awal
- predileksi → batang tubuh, lengan atas, tungkai atas
- effloresensi → plak eritem, skuama halus
- KOH (-)
ANATOMI DAN FISIOLOGI → SAMA
Anatomi dan fisiologi
Anatomi :
terdiri dari 3 lapis :
1. epidermis
- stratum korneum /⇒ fx proteksi, barrier kulit → keratin menjaga dari bahan
kimia supaya tdk masuk
- stratum lucidium
- stratum granulosum → sawar epidermis → sebagai barrier kulit
- stratum spinosum
- stratum basalis
2. dermis
- pars papillaris
- pars retikularis
- ada kelenjar dan folikel rambut
3. subkutan
- lemak
- pembuluh darah
Fisiologi : :
- proteksi → startum korneum
- absorbsi
- eksresi
- termoregulasi
- persepsi
Etiologi :
- idiopatik → tdk diketahui penyebabnya
- alergen → reaksi atopi
- infeksi
- bakteri
- virus → HHV 6 & 7
- spirosetes
Gejala Klinis :
- lesi primer →
- herald patch (plak,oval dan eritema)
- ukuran → 2 - 4 cm
- predileksi → badan tertutup pakaian (ex punggung)
- Lesi Sekunder → bbrp hari - minggu
- kyk herald patch lebih kecil < 2 cm (khas : collarette scale/skuama)
- menyebar ikuti costa → christmas tree terbalik sejajar costa
- predileksi → badan (truncus) & ext. proximal → case : lengan atas dan
batang tubuh
Patofisiologi
infeksi primer (ex : herpes) → yang disebabkan krn HHV 6 dan HHV 7 → sembuh (atau tdk ada
gejala intinya sdh pernah terpapar ) → DNA bakterinya masih tersimpan dlm tubuh (fase dorman)
→ jika reaktivasi → akan bereplikasi dlm sel → dideteksi o/ sel imun di
sekitarnya yaitu sel dendritik/langerhans → presentasikan ke T Cell → sehingga Tcell mengeluarkan
Tcell mediated imun sehingga memicu responnya inflamasi→ terjadi lesi primer
Diagnosis Banding
1. psoriasis glutata : sama → skuama & eritem, beda → skuamanya lebih tebal, auspit (+),
predileksi : sclap dan ekstremitas
2. sifilis sekunder : sama → lesi kecil kecil sama dipunggung, beda → didahului dengan sifilis
primer (chancroid) & ada allopesia
3. drug eruption : sama → lesinya sama (eritem & skuamanya), beda : ada riwayat
penggunaan captopril,klonidin (hipertensi)
Tata Laksana
1. Edukasi : krn self limiting
2. gatal :
- antihistamin
- steroid potensi sedang
- emolien
3. flu like symptom → asyklovir 5 x 800 mg (dewasa)
4. sistemik → fototerapi UV, anti histamin dan steroid sistemik
Prognosis :
- vitam (mengancam nyawa) → bonam
- functionam (ganggu fungsi)] →bonam
- sanationam (respon terhadap obat) → bonam
MATA
ULKUS KORNEA
Review Kasus
- perempuan, 45 tahun
- mata kana nyeri dan merah
- visus menurun
- discharge & lacrimasi
- riw. trauma mata kanan
- VOD : 1/60
- blepharospasme mata kanan
- hipepion
Anatomi :
- kornea
- iris
- choroid
- BMD (depan iris)
- BMB (belakang iris)
- tunika fibrosa : sklera dan kornea
- tunika vaskulosa : iris, koroid, corpus siliaris
- retina
Fisiologi :
proseccus siliaris → humor aquoos → alirkan BMB → ke BMD (lewat pupil)→ trabecular meshwork
→ kanal sklen
fisiologi histologi : pompa bikarbonat : yg pompa air keluar supaya tdk masuk ke dlm kornea
→ biar nda keruh
Histologi :
- epitel berlapis gepeng
- membrana bowmann
- stroma
- membrana descemet
- sel endotel
Etiologi :
- bakteri (staphilococcus)
- virus (HSV, Cytomegalovirus)
- fungal (aspergillus, candida)
- autoimun → jarang
Gejala Klinis
Patofisiologi
abrasi kornea (tergores) disebabkan krn dry eye(mata kering krn lapsan korne%a yg …), trichiosis
(masuk bulu ata kedalam), trauma shingga bs jd ulkus → krn lecet korneanya → infiltrasi sehingga
patgoen gampang masuk → infiltarsi masih diepitel mknya blm ada ulkus
→ abrasi bisa terjadi infeksi (staphilococcus) → inflamasi
infiltrasi → gampang masuk patogen krn abrasi kornea → masih di epitel blm masuk di stroma
makanya blm terjadi ulkus → patogen masuk (sel imun berespon) → injeksi konjungtiva atau
pelebearan pembuluh darah di kongjutiva supaya semakin banyak sel imun yang melawan patogen
ulserasi aktif → nekrosis (sel mati) & sloughing (epitel rusak terkelupas) → di epitel ada
pompa bikarbonat spya air nd masuk di kornea → krn epitelnya rusak sehigga pompa bikarbonat nd
berfungsi dengan baik (sehingga air masuk ke stroma) → edema stroma → sehingga dia akan
menjadi ulkus yg berwarna abu abu / infiltrat (warna abu2 krn terkumpul patogen dan sel PMN
dll) → injeksi siliar (merah mata) pelebaran pembuluh darah spya dibantu lawan patogen → note :
klo smpe membrana descemet → descemtocel → lebih lanjut lgi bisa perforasi.
injeksi siliar (sekitar limbus yang merah sprti akar pohon) dan kongjungtiva (satu mata merah) :
pelebaran pemb darah → akibatkan mata merah
Regresi (pemulihan,recovery)→ terjadi apabila imun adaptif merespon dengan baik → sehingga
terjadi demarkasi (ulkusnya berbatas tegas spya tdk menyebar ) → vaskularisasi meningkat (spya
bantu kerja imun adaptif )
kalau hanya sampai diepitel itu namanya keratitis, tapi kalau sudah sampai stroma itu namanya ulkus .
patogen selain buat ulkus dia keluarkan toxin → toxin ini akan masuk ke iris sehingga → klo iris
inflamasi akan memicu exudat → maka terjadi hipopion di bmd
NOTE !!!
Diagnosis Banding
1. keratitis non ulseratif → sama : mata merah, beda : tdk ada ulkusnya
2. glaukoma akut → sama : mata merah, visus turun , beda : ada peningkatan TIO, tdk ada
lacrimasi, fotophobia tdk ada
3. iridosiklitis/uveitis anterior → sama : hipopion, tdk ada kripte di irisnya, mata merah
,beda : tdk ada ulkus nya (kornea normal)
Tata Laksana
- spesifik : tergantung penyebabnya → antibiotik / antifungal (topikal atau sistemik)
- antibiotik topikal (tetes mata) : gentamicin atau ciprofloxaxin u/ subtitusi (pengganti)
- antibiotik sistemik : ceparosporin
- anti fungal → nistatin (topikal)
- non spesifik → atropine 1% , NSAID, Vit. ABC
- fisik → kacamata hitam
Prognosis :
- vitam (membuat kebutaan ? ) : Bonam (baik)
- visam (visus) : dubia et malam (ragu2 mengarah keburuk)
- kosmetik (tampak) : dubia et malam
- sanationam (terapi) : dubia
Komplikasi :
- perforasi kornea → terjadi kebocoran
- Iridosiklitis → infalamasi iris
- descemetocele →klo ulkusnya sdh smpe ke membran descement (descementnya menonjo
keluarl)
- glaukoma sekunder → krn inflamasi iris, sehingga akan menempel ke lensa blkngnya lalu
terjadi sinekia posterior trus jadimi glaukoma
KATARAK SENILE
Case Review
- laki laki 66 tahun
- visus menurun, kedua mata
- penglihatan putih
- riw. hipertensi 10 tahun dngan pengobatan
- nyeri menjalar ke dahi
- VOD 1/300, VOS 1/300
- TIO : OD → 28 mmg, OS→ 23 mmHg
fisiologi lensa:
kejernihan lensa :
ETIOLOGI
- Age > 50 thn
- Keturunan
- sinar uv → bisa lebih cepat
- Diet : penurunan protein, penurunan vitamin C/E (antioksidan)
- Dehidrasi → bisa mempercepat
- DM, Merokok, alkohol
GEJALA KLINIS
- penurunan visus → krn lensanya memadat jdi susah di mengakomodasi
- mata berkabut→ krn katarakmi, jdi lensanya buram
- fotofobia/silau → lensa keruh sehingga cahaya masuk tersebar → disversi
- fenomena halo → ada lingkaran cahaya, krn ada butir2 air dilensa
- polyopia → pandangannya banyak , krn terpecah cahayanya
TANDA
- Visus 20/30 - light perception
- iris shadow (+) → sampai (-) saat di fase matur,
klo ada perkeruhan lensa bisa memantul lalu timbulkan iris shadow (positif hanya smpe
imature)
klasifikasi :
insipient : benang halus
immature : masih sdkt kaburnya (opacitinya ) → iris shadow +
matur : negatif mi krn sdh full putih → iris shadow -
hipermature : kronik → sdh ada pseudo iris shadow
- lensa keruh → krn ada opacity pada katarak
- saat oftalmoskop : refleks fundus menurun → krn terjadi kekeruhan pd lensa → tdk trll
orange
-
PATOFISIOLOGI
KORTIKAL
1. umur tua → menurun fungsi NA+/K+ dan protein → NA+ dan H2O meningkat (ndk bisa
keluar tanpa pompa) → Na+ berkumpul + H2O banyak (hidrasi) → kekeruhan lensa
2. umur tua → penurunan fungsi oksidasi (u/ melawan radikal bebas) & ROS meningkat →
rusak asam amino, berfungsi buat protein kristalin (tdk ada bahan u/ bentuk protein seperti
kristalin) → denaturasi protein (terubah bentuk proteinnya sehingga lensanya keruh)
umur tua → 2 proses nanti berujung → denaturasi protein (terubah bentuk proteinnya)
→ sehingga buat kabur
POMPA NA+/K+ → Natrium masuk pasif keluar aktif, sedangkan kalium masuk aktif keluar pasif.
KOMPLIKASI
- glaukoma sekunder → open/close
- uveitis anterior
- iridodensis
- dislokasi lensa
DIAGNOSIS BANDING
- Kelainan Refraksi
sama : sama sama turun visus beda :
lensa nd keruh
- katarak metabolik → karna penumpukan sorbitol
sama : keruh lensa
beda : penyababnya yg bedakan (klo metabolik krn penumpukan sorbitol sedangkan senile krn
usia)
- endophtalmitis → peradangan seluruh bola mata
sama :
beda :
- leukokoria
sama : sama2 putih pupilnya
beda : leukoria keruh krn corpus vitreus sedangkan katarak keruh di lensanya
TATALAKSANA :
- preventif → faktor pencetus, sesuaikan etiologinya
- operatif :
- ECCE (Extra Capsular Cataract Extractio)→
- SICS (Small Incision Cataract Surgery)
- PHACOEMULSION + IOL
- glaukoma sekunder → manitol, acetazolamide (turunkan TIO) → sebelum operasi
PROGNOSIS :
- vitam → dubia et bonam
- Visam → Malam
- Kosmetik → dubia et malam
- sonationam → bonam
RETINOPATI DIABETIK
CASE REVIEW
- perempuan 50 tahun
- penglihatan kabur (sejak 1 taun lalu memberat 1 bulan yg lalu) tanpa trauma
- Riwayat DM tak terkontrol (15 tahun)
- GDS : 325 mg/dl
- HBA1C : 11 %
- VOD = 3/60, VOS = 2/60
- Lensa agak keruh
-
ANATOMI DAN FISIOLOGI
ANATOMI MATA
ETIOLOGI
- DM
- Jenis kelamin → bnyk perempuan
- hiperlipidemia/kontrol metabolik menurun
- herediter → keturunan
- obes dan rokok
GEJALA KLINIS
- microaneurisme
- hemorrage
- blood dot → ⅓ luar
- flare → klo sdh smpe dlm
- hard exudate
- cotton woll
- edema retina
- av shunt
- neovaskular → proliferative, non semuanya kecuali neovaskular
PATOFISIOLOGI
Terjadi di pasien DM → Hiperglikemia yang lama, bisa sebabkan :
1. polyol path → diaktifasi karena banyak glukosa → hasilkan sorbitol →
harusnya diubah jadi fruktosa → krn nda diubah jadinya menumpuk
2. peningkatan AGEs →memicu meningkatkan ROS (radikal bebas) → rusak
vaskular
3. peningkatan PKC → berfungsi untuk turunkan NO/nitrit oxide (harusnya
vasodilatasi pembuluh dilatasi)→ yang bisa sebabkan vasokontriksi
4. Hexosamine → Sebabkan peningkatan TGF-B dan PAI (plasminogen Activity
Inhibitor)
DIAGNOSIS BANDING
- Retinopathy hypertension →bedanya : gunn sign/crossing (arteri menyilang), silver
wire layer (warna arteri tdk terlalu merah)
- BRVO (brains retina vena oklusi) → sama gejalanya tapi bedanya berdarah di
daerah cabang
- CRVO (Central retinal vena oclusion) → berdarah seluruh
TATALAKSANA :
- Kontrol DM
- VEGF Inhibitor →menghambat sinyal VEGF
- fotokoagulasi → laser neovaskularisasi
- Vitrectomy → kalau sudah sampai di vitreus
KOMPLIKASI
- retinal detecment / Ablasio Retina
- Glaukoma neovaskular
- Vitreous hemorrhage
TELINGA
PRESBIKUSIS
CASE REVIEW
- laki laki 65 tahun
- pendengaran menurun bilateral
- onset 3 bulan yg lalu
- tinnitus → rasa penuh
- inspeksi normal
- palpasi → tdk edem dan tdk nyeri
- otoskopi → normal
- garputala →
- Rinne → +/+
- Weber → tdk ada lateralisasi
- swaba → shorted/shorted
ANATOMI FISIOLOGI
1. Telinga Luar
a. Aurikula
b. MAE
2. Telinga Tengah
a. Os Maleus
b. Os Incus
c. Os Stapes
3. Telinga Dalam
a. Koklea : Apex (peka frek. rendah) & Basal (peka frek.tinggi)
- Terdapat :
1) Skala Vestibuli → Periylmph → seperti cairan pada umumnya
2) Membran Reisner → perantara antara skala vestibuli dan skala media
3) Skala Media → Endolymphe → Kalium lebih tinggi dari Natrium
→ Ada terdapat Organ corti (terdapat membran tektorial)
4) membrana basiller → diantara media dan tympani
5) Skala Timpani → Periylmph
6) Diantaranya semua ada Stria Vaskular → hasilkan kalium
b. Vestibulum
Faal:
1. Konduksi (Telinga Luar)
2. Transduksi (Telinga Tengah)
3. Transmisi (Telinga dalam)
4. Prosessing (Otak)
ETIOLOGI :
- Age → degeneratif
- genetik
- ototoxic → obat obatan → aminoglikosida
- noise → sensorineural
-
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
- frekuensi tinggi menurun
- coctail party deafness → keraimana susah identifikasi
- tinnitus
- karna degenarsi → lambat dan progresif
- tes
- rinne = +/+
- weber = tidak lateralisasi → krn simetris
- swaba = memendek
TATALAKSANA
- alat bantu dengar dan latihan membaca → non farmako
- vitamin a dan b kompleks → farmako
- implantasi koklea → operatif
DIAGNOSIS BANDING
1. meniere
sama : ada tinnitus
beda : ada vertigo dan frekuensi rendah
2. Nihl
sama : tuli sensorineural
beda : penyebabnya klo nihl selalu terpapar suara bising, ada takik (menurun tajam)
di 4000 hz
3. trauma ototoksik
sama: tuli sensorineural
beda: ototksik krn obat
PROGNOSIS → MALAM
- progresif dan sulit sembuh
- tuli mendadak dan berat → perdarahan
- slowly incresing deafness → secara perlahan
RHINITIS ALERGI
alergen → hirup → masuk di mukosa lalu di respon CD4 T cell → hasilkN TH2 →
hasilkan IL 4 dan 13 → berikatan dengan Sel B naive → yang buat sel plasma →
produksi Ig E → bertemu sama FC reseptor di sel mast → sensitisasi
Kalau sudah sensitisasi dan kena alergen lagi → ketemu sama sel mast → aktif
berdegranulasi → aktifkan Vasoacttiveamin (histamin) → vasodilatasi
Diagnosis Banding
1. rhinitis medikamentosa
sama : sama gejalanya (tersumbat)
beda : penyebabnya beda, riwayat penggunaan obat dekongestan
2. rhinitis vasomotor sama:
sama gejalanya
beda: penyebabnya krn pemb darah rapuhnya yg kena
3. rhinitis infection
sama:
beda:
Tatalaksana
1. hindari alergennya
2. medikamentosa → tergantung dengan gejala klinisnya
- anti histamin : u/ gatalnya
- dekongestan : u/ hidung tersumbat
- kortikosteroid : jika sdh persisten sedang berat
3. operasi → kankotomi (jika sdh masuk ke rinosinusitis)
SERUMEN OBTURANS