12 - DK2 - M Alfan Hassan Kamal
12 - DK2 - M Alfan Hassan Kamal
Sistem Gastrointestinal
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas ini saya kerjakan dengan sebaik-baiknya,
tanpa melakukan plagiarisme
2
PETUNJUK UNTUK MAHASISWA
DISKUSI KELOMPOK 2
BLOK 9 SISTEM SALURAN CERNA
CAPAIAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti diskusi kelompok ini mahasiswa mampu:
1. Merumuskan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
sebagai dasar diagnosis pada kasus saluran cerna dengan keluhan utama benjolan di anus. (C4-5)
2. Menganalisis tanda dan gejala pada kasus sesuai dengan patofisiologi dan ilmu kedokteran dasar
terkait (anatomi, histologi dan fisiologi) yang mendasari mekanisme patologis kasus. (C5-C6)
3. Merencanakan penatalaksanaan komprehensif sesuai dengan konsep patofisiologi dan kompetensi
dokter umum. (C4-5)
4. Menganalisis komplikasi yang terjadi dan prognosis penyakit pada kasus sesuai dengan konsep
patogenesis dan patofisiologinya. (C3-4)
5. Mengaplikasikan konsep dasar komunikasi efektif, etika profesi, isu etik, serta aspek kesehatan
3
masyarakat pada kasus. (C3-4)
4
SKENARIO
Tn. Budi, 43 thn, pekerjaan kuli angkut, datang berobat ke tempat praktek saudara dengan keluhan
benjolan di anus disertai nyeri hebat dan terus menerus. Sejak tiga bulan yang lalu, penderita
mengeluh adanya benjolan di anus disertai darah menetes di akhir BAB, darah tidak bercampur
dengan feses. Benjolan bisa dimasukkan kembali dengan bantuan jari tangan. Sejak satu minggu
yang lalu penderita mengeluh sering pusing lemah dan cepat capai. Penderita tidak mengeluhkan
adanya penurunan berat badan yang drastic (bila >10% BB semula dalam 3 bulan). Riwayat
penderita pernah menderita polip pada rectum dan Riwayat keluarga yang menderita keluhan serupa
disangkal
HASIL PEMERIKSAAN
Keadaan umum: Compos mentis, tampak pucat, BB 65 Kg, TB: 170cm
Tanda vital: Tekanan darah 110/70 mmHg, respirasi 23 x/m,dan suhu 37,3 C, Nadi 102 X/menit
Status generalis : Kepala-mata: Conjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, lain-lain: dalam batas
normal
Status lokalis : ad regio anus: inspeksi benjolan tidak ada, lain-lain tidak ada kelainan
Pemeriksaan colok dubur:
Inspeksi : Tampak benjolan arah jam 9, dan jam 3 berwarna ungu kehitaman Palpasi :
Teraba massa arah jam 9 dan jam 3 tegang dan nyeri tekan
Sfingter ani kuat, mukosa licin, ampula kosong, teraba masa lunak pada arah jam 3, 7, dan
11 (menunjukkan letak plexus hemoroidales). Pada sarung tangan: darah positif
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin: Hb: 6,7g/dl, Ht : 21%,Leukosit: 10.800/mm3 , Trombosit 380.000 /mm3
Pemeriksaan anoskopi :
Benjolan dibawah linea dentata arah jam 9 dan 3, tampak trombosis di dalam nya
Benjolan di atas linea dentata arah jam 3, 7 dan 11 menonjol keluar anus, bisa masuk dengan
spontan, trombosis (-), tidak tampak massa tumor, tidak ada fisura, tidak ada fistula
Tugas
1. Buatlah diagnosis banding dan diagnosis kerja berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang dengan menyusun resume kasus (overview case)
Indikasi keterangan
Tn. Budi, 43 thn, pekerjaan kuli angkut insidensi
keluhan benjolan di anus disertai nyeri hebat Nyeri ® tanda adanya thrombosis vena pada
dan terus menerus plexus hemoroidalis (komplikasi)
5
D.D/
1. Nyeri
1. Fisura Anal
2. Herpes Anal
3. Proktitis ulseratif
4. Proctalgia fugax
2. Massa
1. Karsinoma anal
2. Perianal warts
3. Skin tags
3. Nyeri dan Massa
1. Hematom perianal
2. Pilonidal sinus
3. Abses
4. Nyeri dan Pendarahan
1. Proktitis
2. Fisura Anal
5. Nyeri, Massa dan Pendarahan
1. Hematom perianal ulseratif
6. Massa dan Pendarahan
1. Karsinoma anal
7. Pendarahan
1. Polips kolorectal
2. Karsinoma anal
3. Karsinoma kolorectal
Sejak tiga bulan yang lalu, penderita 3 bulan yang lalu – tanda kronis
mengeluh adanya benjolan di anus disertai Benjolan di anus ® tanda & gejala
darah menetes di akhir BAB, darah tidak khas Hemorhoid interna
bercampur dengan feses. Darah menetes di akhir BAB
(Tissue toilet bleeding) ® kelainan
GI tract bagian bawah ® tanda &
gejala khas Hemorhoid interna
Darah tidak bercampur feses ®
tanda & gejala khas Hemorhoid
interna pertama
DD/ Karsinoma colorectal
disangkal karena darah
bercampur feses
6
Benjolan bisa dimasukkan kembali dengan Benjolan bisa dimasukkan kembali
bantuan jari tangan dengan jari tangan ® Hemorhoid
interna Grade III
Hemorhoid interna Grade III:
pembesaran hemorhoid yang prolaps
(pergesaran ke bawah) dapat masuk
lagi ke dalam anus dengan bantuan
dorongan jari
Sejak satu minggu yang lalu penderita - ® komplikasi hemorhoid e.c perdarahan
mengeluh sering pusing lemah dan cepat GI tract bagian bawah
capai
Riwayat penderita pernah menderita polip DD/ Polip Colon disangkal karena Jarang di
pada rectum dan Riwayat keluarga yang Indonesia dan diturunkan menurut Hukum
menderita keluhan serupa disangkal Mendel (salah satu orang tua menderita,
kemungkinan anak menderita 50%)
HASIL PEMERIKSAAN
Keadaan umum: Compos mentis, tampak Tampak pucat = tanda anemia IMT: 22,49
pucat, BB 65 Kg, TB: 170cm kg/m2 ® DBN
Tanda vital: Tekanan darah 110/70 mmHg, DBN (90-120 / 60-80 mmHg) Takipnea
respirasi 23 x/m,dan suhu 37,3 C, Nadi 102 (16-20 x/menit)
X/menit Status generalis : Kepala-mata: DBN (36,5-37,5oC)
Conjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, (X) DD/ Abses perianal ® ada demam
lain-lain: dalam batas normal Takikardia (60-100 x/menit)
Status lokalis : ad regio anus: inspeksi Conjungtiva anemis ® tanda anemia
benjolan tidak ada, lain-lain tidak ada DBN
kelainan Pemeriksaan colok dubur: (X) DD/ Prolaps recti
Inspeksi : Tampak benjolan arah jam 9, dan (X) DD/ Hemorhoid Grade IV
jam 3 berwarna ungu kehitaman - Benjolan arah jam 9 & jam 3 ® di
Palpasi : Teraba massa arah jam 9 dan jam anal cushion ® letak dan tanda khas
3 tegang dan nyeri tekan Hemorhoid externa ® stadium akut karena
Sfingter ani kuat, mukosa licin, ampula terlihat
kosong, teraba masa lunak pada - Warna ungu kehitaman ® komplikasi
arah jam 3, 7, dan 11 Hemorhoid externa (trombosis)
(menunjukkan letak plexus - Tegang & nyeri ® tanda inflamasi ®
hemoroidales). Pada sarung rangsangan saraf di area anoderm
tangan: darah positif
7
Pemeriksaan Laboratorium Anemia (11-16 g/dL)
Darah rutin: Hb: 6,7g/dl, Ht : Anemia (35-50%)
21%,Leukosit: 10.800/mm3 , Trombosit DBN (3.200-11.000 sel/mm3) ® sedang
380.000 /mm3 meningkat
DBN (150.000-450.000 sel/mm3)
DD/
Hemorhoid externa disertai trombosis dan hemorhoid interna Grade II disertai
anemia e.c perdarahan kronis
Hemorhoid externa disertai trombosis dan hemorhoid interna Grade III disertai
anemia e.c perdarahan kronis
DK/
Hemorhoid externa disertai trombosis dan hemorhoid interna Grade III disertai anemia e.c
perdarahan kronis
9
Rectum merupakan kelanjutan dari colon sigmoideum, dimulai dari rectosigmoid junction
setinggi vertebra SIII, dan terletak di konkavitas os sacrum dan os coccygeus.
Rectum
struktur retroperitoneal panjang sekitar 12 cm. dibedakan dengan colon yang lain karena tidak
memiliki taenia coli.
bagian 1/3 atas dilapisi peritoneum pada bagian anterior dan lateral,
1/3 media hanya pada bagian anterior,
1/3 inferior tidak dilapisi peritoneum (Heylings et al., 2018).
10
Rectum memiliki 3 curvatura lateralis:
Canalis analis berakhir di anus yang membuka ke luar. Ada 2 otot sfingter, yaitu m. sphincter ani
internus yang dibentuk oleh otot polos dan bersifat involunter dan m. sphincter ani externus yang
dibentuk oleh otot skelet dan bersifat volunter (Marieb dan Keller, 2018). M. sphincter ani
externus tersusun atas pars profundi, pars superficialis, dan pars subcutanea
Vaskularisasi:
- a. rectalis superior,
- a. rectalis media
- a. sacralis,
- a. rectalis inferior
Innervasi:
- Sphincter ani externus:cabang rectal inferior dari n. pudendus
- Sphincter ani internus: saraf otonom
Sumber :
5. Jelaskan mekanisme kerja sfingter ani dan serabut afferent regio ani! Bagaimana dapat timbul
refleks defekasi?
Mekanisme defekasi
Tahap 1. Rektum merenggang karena adanya tekanan dari feses yang sudah mengumpul
di rektum
Tahap 2. Adanya regangan pada rektum akan memacu reseptor regangan pada dinding
rektum. Adanya pacuan pada reseptor ii akan menyebabkan refleks pendek dan refleks
11
panjang
Tahap 3 a. Refleks pendek ini akan memacu pleksus mesenterikus di sigmoid, kolon dan
rektum sendiri
Tahap 3 b. Refleks panjang akan memacu neuron motor parasimpatik di medula spinalis
sakrum
Tahap 3 c. Refleks panjang juga akan memacu motor neuron somatik
Tahap 4a. Rangsangan pada tahap 3a akan dilanjutkan dengan peningkatan peristaltik
direktum, kemudian berlanjut dengan lingkaran umpan balik 1, dimana memperkuat
tahap 1
Tahap 4 b. Rangsangan pada tahap 3b berlanjut dengan peningkatan peristaltik seluruh
usus besar,
kemudian diteruskan dengan lingkaran umpan balik 2, dimana akan memperkuat tahap 1.
Selain itu 3b akan memacu relaksasi sfingter ani internus yang menyebabkan feces
terdorong ke kanalis anorektal
Tahap 3c akan berlanjut dengan kontraksi sfingter ani externus
12
Jika ada relaksasi sengaja dari sfingter ani externus maka akan terjadi defekasi
Konstipasi fungsional terjadi jika ada gangguan pada tahap tahap defekasi tersebut diatas
(lihat gambar dibawah ini)
Perasaan untuk defekasi dipacu oleh kontraksi sfingter anal eksternal dan meningkatnya
tegangan anal dalam waktu yang singkat dan diteruskan tegangan di kanalis analis.
Defekasi adalah adanya material fecal di rektum karena pacuan peristaltik. Akibatnya
stimuli sensor di kanalis anal terpacu untuk menurunkan tegangan di sfingter anal internal
Sensasi pada pada squemus epitel dari anus menimbulkan rasa adanya feses atau flatus
dan dengan pengendalian sengaja maka ada rasa untuk mulai defekasi dengan relaksasi
muskulus puborektal yang berakibat menegangnya angulasi anorektal dan membukanya
saluran anal dengan relaksasi muskulus levator
Adanya distensi di rektum memacu gelombang kontraksi dari rektum dan defekasi dapat
sempurna dengan meningkatnya tekanan intraabdominal menutupnya glottis, fiksasi
diafragma dan kontraksi abdomen dimana semuanya membantu mendorong tinja
melewati saluran anal yang dilanjutkan dengan keluarnya gas, cairan atau feces.
Sumber :
Husairi Ahmad. SISTEM PENCERNAAN - TINJAUAN ANATOMI, HISTOLOGI,
BIOLOGI, FISIOLOGI DAN BIOKIMIA. CV IRDH : 2020
13
14
Sumber:
Calgary
Indikasi
Bila terdapat keluhan atau gejala pada anus dan rektum, pasien dianjurkan untuk diperiksa
dengan anoskopi bila tersedia alat tersebut. Pemeriksaan ini sekaligus dapat melihat keadaan
mukosa rektum atau pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium bila tersedia
fasilitas.
Kontra indikasi
Anus imperforata merupakan kontra indikasi absolut untuk tindakan anoskopi. Bila pasien yang
ketakutan mengeluh nyeri hebat dapat pula menghambat pemeriksaan anoskopi, sehingga
pemeriksa perlu terlebih dulu menenangkan pasien.
15
Posisi pasien
Pasien berbaring dalam posisi Sim atau miring dengan lutut ditekuk serta pinggul ditekuk 45o.
Posisi pasien di sebelah kiri pemeriksa.
Prosedur
16
2. Bila menggunakan anoskopi dengan bagian obturator yang dapat dilepaskan,
pastikan bahwa obturator telah terpasang dengan benar
3. Beri pelumas sepanjang badan anoskop dengan pelumas standard atau lidokain
4. Masukkan anoskop secara perlahan, dengan sedikit tekanan untuk melawan tahanan
akibat kontraksi otot sfingter anus eksterna. Terus dorong alat anoskop sampai
mencapai anorektum (lihat gambar 8)
5. Bila obturator terdorong mundur saat insersi, lepaskan anoskop seluruhnya dan
ganti obturator untuk mencegah mukosa anus terjepit bila obturator dimasukkan
belakangan.
6. Dorong terus anoskop sampai batas luar anoskopi mengenai pinggiran anus.
7. Kecuali alat anoskop dilengkapi dengan lampu, dapat digunakan sumber
penerangan dari luar, misalnya lampu senter atau lampu untuk pemeriksaan pelvis.
8. Bila anoskop sudah masuk dengan sempurna, tarik obturator keluar
9. Sambil menarik anoskop perlahan-lahan, perhatikan saluran anus. Adakah
perdarahan anus proksimal dari jangkauan anoskop. Hapus darah atau debris
sehingga lapang pandang lebih baik, dan bila ditemukan duh tubuh dapat dilakukan
biakan.
10. Setelah seluruh lingkar mukosa anus diinspeksi, pelan-pelan tarik anoskop.
Perhatikan sumber nyeri atau perdarahan di daerah distal, misalnya hemoroid,
fisura rektum,
11. Mendekati tahap akhir penarikan, hati-hati terhadap refleks spasme sfingkter anus
yang dapat menyebabkan anoskop terlempar. Gunakan tekanan yang agak kuat
untuk mencegah anoskop melejit keluar.
SUMBER :
Pedoman Nasional Penanganan INFEKSI MENULAR SEKSUAL
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016
0
8. Jelaskan penatalaksanaan serta pencegahan penyakit tersebut?
Obat Memperbaiki Defekasi
Natrium dioctyl sulfosuccinate:merangsang mukosa usus halus untuk meningkatkan
penetrasi cairan ke dalam tinja dosis 300mg/hari
Obat menghentikan Pendarahan
Diosmin Hesperidin :Memperbaiki permebielitas dinding pembuluh darah
Hemoroidektomi adalah prosedur yang paling efektif dengan mengeksisi jaringan yang
berlebihan yang menyebabkan perdarahan dan penonjolan. Diindikasikan untuk hemoroid
internal derajat III dan IV atau jika perawatan non-bedah tidak berhasil dilakukan.
STEPLED HEMORRHOIDOPEXY Prosedur ini merupakan prosedur bedah alternatif
diindikasikan untuk hemoroid internal derajat II dan III. Prosedur bedah ini dilakukan
dengan mengeluarkan jaringan yang berlebihan,
INFRARED COAGULATION (IRC) Prinsip terapi IRC yaitu menerapkan gelombang
cahaya inframerah langsung ke jaringan hemoroid untuk menginduksi koagulasi dan
menguapkan kandungan air di dalam sel sehingga menyebabkan penyusutan jaringan
hemoroid.
Koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan menghindari obat-
obatan yang dapat menyebabkan kostipasi seperti kodein. (Daniel, W.J)
Perubahan gaya hidup lainya seperti meningkatkan konsumsi cairan, menghindari
konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar
Sumber:
Buku Penyakit dalam FKUI
Jurnal Kedokteran Unram 2022 Diagnosis dan Tatalaksana Hemoroid
9. Bagaimana mekanisme kerja obat yang diberikan dalam kasus?
Sumber:
1
10. Jelaskan epidemiologi serta kemungkinan etiologi penyakit tersebut ?
Epidimiologi
Meskipun wasir dikenal sebagai penyebab yang sangat umum dari pendarahan dubur dan
ketidaknyamanan dubur, epidemiologi yang sebenarnya dari penyakit ini tidak diketahui
karena pasien memiliki kecenderungan untuk melakukan pengobatan sendiri daripada
mencari bantuan medis yang tepat. Sebuah studi epidemiologi oleh Johanson et al pada tahun
1990 menunjukkan bahwa 10 juta orang di Amerika Serikat mengeluhkan wasir, dengan
tingkat prevalensi 4,4%. Pada kedua jenis kelamin, prevalensi puncak terjadi antara usia 45-
65 tahun dan perkembangan wasir sebelum usia 20 tahun tidak biasa. Orang kulit putih dan
individu dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi lebih sering terkena dampaknya
daripada orang kulit hitam dan mereka yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih
rendah. Namun, hubungan ini mungkin mencerminkan perbedaan dalam perilaku pencarian
kesehatan daripada prevalensi yang sebenarnya. Di Inggris, wasir dilaporkan mempengaruhi
13%-36% dari populasi umum. Namun, estimasi ini mungkin lebih tinggi dari prevalensi
yang sebenarnya karena penelitian berbasis komunitas terutama mengandalkan pelaporan diri
dan pasien mungkin mengaitkan gejala anorektal dengan wasir.
Etiologi
Etiologi Menurut (Sudoyo Aru,dkk 2011). Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan
atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus, seperti:
1. Mengedan pada buang air besar yang sulit
2. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, lebih lama
duduk dijamban sambil membaca,merokok)
3. Peningkatan penekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor abdomen.
4. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan hormonal) 8 9
5. Usia tua
6. Konstipasi kronik
7. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
8. Hubungan seks peranal
9. Kurang minum air putih makan makanan berserat (sayur dan buah)
10. Kurang olahraga/imobisasi
11. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada kasus tersebut?
Adapun komplikasi yang terjadi akibat penyakit ini adalah :
a. Anemia yang disebabkan karena perdarahan hebat oleh traumapada saat defekasi.
b. Hipotensi disebabkan karena perdarahan yang keluar menyebabkan kerja jantung
menurun.
c. stenosis,
d. perdarahan,
e. infeksi,
f. kekambuhan, luka tidak sembuh, dan pembentukan fistula
12. Bagaimana prognosis pasien tersebut?
2
sabationam:dubia
DAFTAR PUSTAKA