Anda di halaman 1dari 20

Diskusi Kelompok 2

Sistem Gastrointestinal

Nama :M Alfan Hassan Kamal


NIM : 2250141196
Kelompok :7
1
Surat Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas ini saya kerjakan dengan sebaik-baiknya,
tanpa melakukan plagiarisme

Muhammad Alfan Hassan


K

2
PETUNJUK UNTUK MAHASISWA

DISKUSI KELOMPOK 2
BLOK 9 SISTEM SALURAN CERNA

Hari/tanggal, waktu : Senin, 18 Desember 2023, jam 09.00 – 11.50 WIB


Pokok Bahasan : Kelainan Anorektal Didapat
Level Kompetensi : 3B
Penanggung jawab : Lukmana Lokarjana, dr., Sp.B-KBD, FinaCS
Kontributor : 1. Fransiska AP, dr., M.Kes.
2. Daswara Djajasasmita, dr., Sp.S., M.Kes.
3. Endry Septiadi , dr. M.Kes
4. Ali Taufan, dr., M.HKes.

CAPAIAN PEMBELAJARAN BLOK


CPB 1 Merumuskan diagnosis berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan fisik, interpretasi pemeriksaan
penunjang pada kasus dalam sistem Pencernaan
(CPL: STN 12; PP2, 3,4,5,9; KU1, 3)
(Sesuai area Kompetensi 1, 2,3,4,6)
CPB 2 Mengaplikasikan ilmu kedokteran dasar yang berkaitan dengan patogenesis dan patofisiologi serta
kemungkinan komplikasi pada kasus dalam sistem Pencernaan
(CPL : STN 12; PP1,2,3,4,5,9; KU 1, 3; KK 1,2)
(Sesuai area kompetensi 1,2,3,4,5)
CPB 3 Merencanakan penatalaksanaan sesuai konsep patofisiologi dan evidence based medicine pada kasus
sistem Pencernaan
(CPL: STN 12; PP 6; KU 1,3; KK 7, 8, 8)
(Sesuai Area Kompetensi 1,2,3,4,7)
CPB 4 Mengaplikasikan konsep profesionalisme, komunikasi efektif dalam pengelolaan kasus terkait
sistem Pencernaan
(CPL: STN 1,2,4,5,6,7,8,9,10;11,12; PP 7,8, 9,10; KK 10)
(Sesuai Area kompetensi 1,2,3)

CAPAIAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti diskusi kelompok ini mahasiswa mampu:
1. Merumuskan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
sebagai dasar diagnosis pada kasus saluran cerna dengan keluhan utama benjolan di anus. (C4-5)
2. Menganalisis tanda dan gejala pada kasus sesuai dengan patofisiologi dan ilmu kedokteran dasar
terkait (anatomi, histologi dan fisiologi) yang mendasari mekanisme patologis kasus. (C5-C6)
3. Merencanakan penatalaksanaan komprehensif sesuai dengan konsep patofisiologi dan kompetensi
dokter umum. (C4-5)
4. Menganalisis komplikasi yang terjadi dan prognosis penyakit pada kasus sesuai dengan konsep
patogenesis dan patofisiologinya. (C3-4)
5. Mengaplikasikan konsep dasar komunikasi efektif, etika profesi, isu etik, serta aspek kesehatan

3
masyarakat pada kasus. (C3-4)

4
SKENARIO
Tn. Budi, 43 thn, pekerjaan kuli angkut, datang berobat ke tempat praktek saudara dengan keluhan
benjolan di anus disertai nyeri hebat dan terus menerus. Sejak tiga bulan yang lalu, penderita
mengeluh adanya benjolan di anus disertai darah menetes di akhir BAB, darah tidak bercampur
dengan feses. Benjolan bisa dimasukkan kembali dengan bantuan jari tangan. Sejak satu minggu
yang lalu penderita mengeluh sering pusing lemah dan cepat capai. Penderita tidak mengeluhkan
adanya penurunan berat badan yang drastic (bila >10% BB semula dalam 3 bulan). Riwayat
penderita pernah menderita polip pada rectum dan Riwayat keluarga yang menderita keluhan serupa
disangkal

HASIL PEMERIKSAAN
Keadaan umum: Compos mentis, tampak pucat, BB 65 Kg, TB: 170cm
Tanda vital: Tekanan darah 110/70 mmHg, respirasi 23 x/m,dan suhu 37,3 C, Nadi 102 X/menit
Status generalis : Kepala-mata: Conjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, lain-lain: dalam batas
normal
Status lokalis : ad regio anus: inspeksi benjolan tidak ada, lain-lain tidak ada kelainan
Pemeriksaan colok dubur:
Inspeksi : Tampak benjolan arah jam 9, dan jam 3 berwarna ungu kehitaman Palpasi :
Teraba massa arah jam 9 dan jam 3 tegang dan nyeri tekan
Sfingter ani kuat, mukosa licin, ampula kosong, teraba masa lunak pada arah jam 3, 7, dan
11 (menunjukkan letak plexus hemoroidales). Pada sarung tangan: darah positif

Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin: Hb: 6,7g/dl, Ht : 21%,Leukosit: 10.800/mm3 , Trombosit 380.000 /mm3

Pemeriksaan anoskopi :
Benjolan dibawah linea dentata arah jam 9 dan 3, tampak trombosis di dalam nya
Benjolan di atas linea dentata arah jam 3, 7 dan 11 menonjol keluar anus, bisa masuk dengan
spontan, trombosis (-), tidak tampak massa tumor, tidak ada fisura, tidak ada fistula

Tugas

1. Buatlah diagnosis banding dan diagnosis kerja berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang dengan menyusun resume kasus (overview case)
Indikasi keterangan
Tn. Budi, 43 thn, pekerjaan kuli angkut insidensi
keluhan benjolan di anus disertai nyeri hebat Nyeri ® tanda adanya thrombosis vena pada
dan terus menerus plexus hemoroidalis (komplikasi)

5
D.D/

1. Nyeri
1. Fisura Anal
2. Herpes Anal
3. Proktitis ulseratif
4. Proctalgia fugax
2. Massa
1. Karsinoma anal
2. Perianal warts
3. Skin tags
3. Nyeri dan Massa
1. Hematom perianal
2. Pilonidal sinus
3. Abses
4. Nyeri dan Pendarahan
1. Proktitis
2. Fisura Anal
5. Nyeri, Massa dan Pendarahan
1. Hematom perianal ulseratif
6. Massa dan Pendarahan
1. Karsinoma anal
7. Pendarahan
1. Polips kolorectal
2. Karsinoma anal
3. Karsinoma kolorectal

Sejak tiga bulan yang lalu, penderita  3 bulan yang lalu – tanda kronis
mengeluh adanya benjolan di anus disertai  Benjolan di anus ® tanda & gejala
darah menetes di akhir BAB, darah tidak khas Hemorhoid interna
bercampur dengan feses.  Darah menetes di akhir BAB
(Tissue toilet bleeding) ® kelainan
GI tract bagian bawah ® tanda &
gejala khas Hemorhoid interna
 Darah tidak bercampur feses ®
tanda & gejala khas Hemorhoid
interna pertama
 DD/ Karsinoma colorectal
disangkal karena darah
bercampur feses

6
Benjolan bisa dimasukkan kembali dengan  Benjolan bisa dimasukkan kembali
bantuan jari tangan dengan jari tangan ® Hemorhoid
interna Grade III
 Hemorhoid interna Grade III:
pembesaran hemorhoid yang prolaps
(pergesaran ke bawah) dapat masuk
lagi ke dalam anus dengan bantuan
dorongan jari

Sejak satu minggu yang lalu penderita - ® komplikasi hemorhoid e.c perdarahan
mengeluh sering pusing lemah dan cepat GI tract bagian bawah
capai

Penderita tidak mengeluhkan adanya DD Karsinoma colorectal DISANGKAL


penurunan berat badan yang drastic (bila KARENA ada penurunan BB drastis
>10% BB semula dalam 3 bulan).

Riwayat penderita pernah menderita polip DD/ Polip Colon disangkal karena Jarang di
pada rectum dan Riwayat keluarga yang Indonesia dan diturunkan menurut Hukum
menderita keluhan serupa disangkal Mendel (salah satu orang tua menderita,
kemungkinan anak menderita 50%)

HASIL PEMERIKSAAN
Keadaan umum: Compos mentis, tampak Tampak pucat = tanda anemia IMT: 22,49
pucat, BB 65 Kg, TB: 170cm kg/m2 ® DBN
Tanda vital: Tekanan darah 110/70 mmHg, DBN (90-120 / 60-80 mmHg) Takipnea
respirasi 23 x/m,dan suhu 37,3 C, Nadi 102 (16-20 x/menit)
X/menit Status generalis : Kepala-mata: DBN (36,5-37,5oC)
Conjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, (X) DD/ Abses perianal ® ada demam
lain-lain: dalam batas normal Takikardia (60-100 x/menit)
Status lokalis : ad regio anus: inspeksi Conjungtiva anemis ® tanda anemia
benjolan tidak ada, lain-lain tidak ada DBN
kelainan Pemeriksaan colok dubur: (X) DD/ Prolaps recti
Inspeksi : Tampak benjolan arah jam 9, dan (X) DD/ Hemorhoid Grade IV
jam 3 berwarna ungu kehitaman - Benjolan arah jam 9 & jam 3 ® di
Palpasi : Teraba massa arah jam 9 dan jam anal cushion ® letak dan tanda khas
3 tegang dan nyeri tekan Hemorhoid externa ® stadium akut karena
Sfingter ani kuat, mukosa licin, ampula terlihat
kosong, teraba masa lunak pada - Warna ungu kehitaman ® komplikasi
arah jam 3, 7, dan 11 Hemorhoid externa (trombosis)
(menunjukkan letak plexus - Tegang & nyeri ® tanda inflamasi ®
hemoroidales). Pada sarung rangsangan saraf di area anoderm
tangan: darah positif

7
Pemeriksaan Laboratorium Anemia (11-16 g/dL)
Darah rutin: Hb: 6,7g/dl, Ht : Anemia (35-50%)
21%,Leukosit: 10.800/mm3 , Trombosit DBN (3.200-11.000 sel/mm3) ® sedang
380.000 /mm3 meningkat
DBN (150.000-450.000 sel/mm3)

Pemeriksaan anoskopi : Linea dentata: memisahkan rektum dan


Benjolan dibawah linea dentata arah jam 9 anus
dan 3, tampak trombosis di dalam nya Di bawah linea dentata: Hemorhoid
Benjolan di atas linea dentata arah jam 3, 7 externa + komplikasi trombosis -
dan 11 menonjol keluar anus, bisa masuk pembekuan darah
dengan spontan, trombosis (-), tidak tampak Di atas linea dentata: Hemorhoid interna +
massa tumor, tidak ada fisura, tidak ada trombosis
fistula Hemorhoid interna Grade II
Tidak ada peradangan (tanpa komplikasi
trombosis)
DD/ Karsinoma anorectal disangkal
-DD/ Abses perianal disangkal tidak ada
fisura (lecet) dan fistula (saluran abnormal
yang terbentuk antara rongga tubuh yang
seharusnya terpisah)

DD/
 Hemorhoid externa disertai trombosis dan hemorhoid interna Grade II disertai
anemia e.c perdarahan kronis
 Hemorhoid externa disertai trombosis dan hemorhoid interna Grade III disertai
anemia e.c perdarahan kronis

DK/
Hemorhoid externa disertai trombosis dan hemorhoid interna Grade III disertai anemia e.c
perdarahan kronis

2. Sebutkan defenisi diagnosis yang anda tegakkan beserta manifestasi klinisnya?


Definisi
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena didaerah anus yang berasal dari
plexus hemoroidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan)
dibawah atau luar lines dentate. Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada dibawah
mukosa (submokosa) diatas atau dibawah linea dentate (Jitowiyono, Kristiyanasari, 2012). Hemoroid
suatu pelebaran dari venavena didalam pleksus hemoroidalis. Walaupun kondisi ini merupakan suatu
kondisi fisiologis (Muttaqin, 2011 hal. 689).
Manifestasi Klinis
Menurut (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012) tanda dan gejala pada hemoroid yaitu : 1. Rasa gatal dan
nyeri, bersifat nyeri akut. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau
8
intervensi bedah dan memiliki 10 proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai
berat) dan yang berlangsung sangat singkat. (Andarmoyo, 2013). 2. Pendarahan berwarna merah
terang pada saat pada saat BAB. 3. Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat
inflamasi dan edema yang disebabkan oleh thrombosis (pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga
dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area tersebut
Sumber:
 Jurnal Kedokteran Unram 2022 Diagnosis dan Tatalaksana Hemoroid
3. Sebutkan klasifikasi penyakit pada kasus ini secara umum!
Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentte line menjadi batas hisologis.
Klasifikasi hemoroid yaitu: 12
1. Hemoroid eksterna, berasal dari bagian distal dentate line dan dilapisi oleh epitel skuamos yang
telah termodifikasi serta banyak persyarafan serabut saraf nyeri somatic.
Ada 3 bentuk yang sering dijumpai:
1. Bentuk hemorrhoid biasa tapi letaknya distal linea pectinea.
2. Bentuk trombosis atau benjolan hemorrhoid yang terjepit.
3. Bentuk skin tags.
2. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan dilapisi mukosa.
Tingkat I : perdarahan pasca defekasi dan pada anoskopi terlihat permukaan dari benjolan
hemorrhoid.
Tingkat II : perdarahan atau tanpa perdarahan, tetapi sesudah defekasi terjadi prolaps hemorrhoid
yang dapat masuk sendiri.
Tingkat III : perdarahan atau tanpa perdarahan sesudah defekasi dengan prolaps hemorrhoid yang
tidak dapat masuk sendiri, harus didorong dengan jari.
Tingkat IV : hemorrhoid yang terjepit dan sesudah reposisi akan keluar lagi. (Bagian Bedah F.K.U.I,
1994).
3. Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa dibagian superior dan kulit pada bagian inferior
serta memiliki serabut saraf nyeri.
Sumber
 :Neliti Hemorid
 Jurnal Kedokteran Unram 2022 Diagnosis dan Tatalaksana Hemoroid
4. Jelaskan anatomi regio, vaskularisasi dan inervasi dari organ yang terganggu pada kasus
tersebut!

9
Rectum merupakan kelanjutan dari colon sigmoideum, dimulai dari rectosigmoid junction
setinggi vertebra SIII, dan terletak di konkavitas os sacrum dan os coccygeus.

Rectum

struktur retroperitoneal panjang sekitar 12 cm. dibedakan dengan colon yang lain karena tidak
memiliki taenia coli.

 bagian 1/3 atas dilapisi peritoneum pada bagian anterior dan lateral,
 1/3 media hanya pada bagian anterior,
 1/3 inferior tidak dilapisi peritoneum (Heylings et al., 2018).

10
Rectum memiliki 3 curvatura lateralis:

 curvatura superior et inferior melengkung ke kanan,


 curvatura media melengkung ke kiri. Bagian bawah rectum meluas membentuk ampulla
recti.
 berjalan melalui diaphragma pelvis, rectum membelok ke posterior pada flexura
anorectalis (anorectal junction/flexura perinealis) dan berlanjut menjadi canalis analis.
Flexura anorectalis tertarik ke depan oleh aksi dari m. puborectalis Canalis analis berjalan
ke posterior inferior sepanjang 4 cm dan berakhir di anus. Junction antara rectum dan
canalis analis ditandai oleh cincin anorectal (anorectal ring) yang dapat dipalpasi pada
pemeriksaan rectal toucher. Cincin ini terbentuk akibat tonus lengkung m. puborectalis di
dinding posterior junction yang mempertahankan sudut 120o pada waktu kontinensi feses.
Pada waktu defecatio, otot ini berelaksasi sehingga sudutnya menjadi kurang tajam
(Drake et al., 2018; Hansen, 2019; Heylings et al., 2018).

Canalis analis berakhir di anus yang membuka ke luar. Ada 2 otot sfingter, yaitu m. sphincter ani
internus yang dibentuk oleh otot polos dan bersifat involunter dan m. sphincter ani externus yang
dibentuk oleh otot skelet dan bersifat volunter (Marieb dan Keller, 2018). M. sphincter ani
externus tersusun atas pars profundi, pars superficialis, dan pars subcutanea

Vaskularisasi:
- a. rectalis superior,
- a. rectalis media
- a. sacralis,
- a. rectalis inferior
Innervasi:
- Sphincter ani externus:cabang rectal inferior dari n. pudendus
- Sphincter ani internus: saraf otonom

Sumber :

 Husairi Ahmad. SISTEM PENCERNAAN - TINJAUAN ANATOMI, HISTOLOGI,


BIOLOGI, FISIOLOGI DAN BIOKIMIA. CV IRDH : 2020
 Tortora dan Derrickson, 2009

5. Jelaskan mekanisme kerja sfingter ani dan serabut afferent regio ani! Bagaimana dapat timbul
refleks defekasi?
Mekanisme defekasi

 Tahap 1. Rektum merenggang karena adanya tekanan dari feses yang sudah mengumpul
di rektum
 Tahap 2. Adanya regangan pada rektum akan memacu reseptor regangan pada dinding
rektum. Adanya pacuan pada reseptor ii akan menyebabkan refleks pendek dan refleks

11
panjang
 Tahap 3 a. Refleks pendek ini akan memacu pleksus mesenterikus di sigmoid, kolon dan
rektum sendiri
 Tahap 3 b. Refleks panjang akan memacu neuron motor parasimpatik di medula spinalis
sakrum
 Tahap 3 c. Refleks panjang juga akan memacu motor neuron somatik
 Tahap 4a. Rangsangan pada tahap 3a akan dilanjutkan dengan peningkatan peristaltik
direktum, kemudian berlanjut dengan lingkaran umpan balik 1, dimana memperkuat
tahap 1
 Tahap 4 b. Rangsangan pada tahap 3b berlanjut dengan peningkatan peristaltik seluruh
usus besar,
 kemudian diteruskan dengan lingkaran umpan balik 2, dimana akan memperkuat tahap 1.
Selain itu 3b akan memacu relaksasi sfingter ani internus yang menyebabkan feces
terdorong ke kanalis anorektal
 Tahap 3c akan berlanjut dengan kontraksi sfingter ani externus

12
 Jika ada relaksasi sengaja dari sfingter ani externus maka akan terjadi defekasi
 Konstipasi fungsional terjadi jika ada gangguan pada tahap tahap defekasi tersebut diatas
(lihat gambar dibawah ini)

 Perasaan untuk defekasi dipacu oleh kontraksi sfingter anal eksternal dan meningkatnya
tegangan anal dalam waktu yang singkat dan diteruskan tegangan di kanalis analis.
 Defekasi adalah adanya material fecal di rektum karena pacuan peristaltik. Akibatnya
stimuli sensor di kanalis anal terpacu untuk menurunkan tegangan di sfingter anal internal
 Sensasi pada pada squemus epitel dari anus menimbulkan rasa adanya feses atau flatus
dan dengan pengendalian sengaja maka ada rasa untuk mulai defekasi dengan relaksasi
muskulus puborektal yang berakibat menegangnya angulasi anorektal dan membukanya
saluran anal dengan relaksasi muskulus levator
 Adanya distensi di rektum memacu gelombang kontraksi dari rektum dan defekasi dapat
sempurna dengan meningkatnya tekanan intraabdominal menutupnya glottis, fiksasi
diafragma dan kontraksi abdomen dimana semuanya membantu mendorong tinja
melewati saluran anal yang dilanjutkan dengan keluarnya gas, cairan atau feces.

Sumber :
 Husairi Ahmad. SISTEM PENCERNAAN - TINJAUAN ANATOMI, HISTOLOGI,
BIOLOGI, FISIOLOGI DAN BIOKIMIA. CV IRDH : 2020

6. Jelaskan patogenesis serta patofisiologi penyakit tersebut?

13
14
Sumber:
 Calgary

7. Jelaskan mengenai pemeriksaan anoskopi?


Pemeriksaan anoskopi

 Indikasi
Bila terdapat keluhan atau gejala pada anus dan rektum, pasien dianjurkan untuk diperiksa
dengan anoskopi bila tersedia alat tersebut. Pemeriksaan ini sekaligus dapat melihat keadaan
mukosa rektum atau pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium bila tersedia
fasilitas.
 Kontra indikasi
Anus imperforata merupakan kontra indikasi absolut untuk tindakan anoskopi. Bila pasien yang
ketakutan mengeluh nyeri hebat dapat pula menghambat pemeriksaan anoskopi, sehingga
pemeriksa perlu terlebih dulu menenangkan pasien.

15
Posisi pasien

Pasien berbaring dalam posisi Sim atau miring dengan lutut ditekuk serta pinggul ditekuk 45o.
Posisi pasien di sebelah kiri pemeriksa.

Prosedur

1. Sebelum melakukan pemeriksaan anoskopi, lakukan inspeksi daerah anus dan


sekitarnya, kemudian lakukan pemeriksaan rektum dengan jari tangan (digital rectal
examination)

16
2. Bila menggunakan anoskopi dengan bagian obturator yang dapat dilepaskan,
pastikan bahwa obturator telah terpasang dengan benar
3. Beri pelumas sepanjang badan anoskop dengan pelumas standard atau lidokain
4. Masukkan anoskop secara perlahan, dengan sedikit tekanan untuk melawan tahanan
akibat kontraksi otot sfingter anus eksterna. Terus dorong alat anoskop sampai
mencapai anorektum (lihat gambar 8)
5. Bila obturator terdorong mundur saat insersi, lepaskan anoskop seluruhnya dan
ganti obturator untuk mencegah mukosa anus terjepit bila obturator dimasukkan
belakangan.
6. Dorong terus anoskop sampai batas luar anoskopi mengenai pinggiran anus.
7. Kecuali alat anoskop dilengkapi dengan lampu, dapat digunakan sumber
penerangan dari luar, misalnya lampu senter atau lampu untuk pemeriksaan pelvis.
8. Bila anoskop sudah masuk dengan sempurna, tarik obturator keluar
9. Sambil menarik anoskop perlahan-lahan, perhatikan saluran anus. Adakah
perdarahan anus proksimal dari jangkauan anoskop. Hapus darah atau debris
sehingga lapang pandang lebih baik, dan bila ditemukan duh tubuh dapat dilakukan
biakan.
10. Setelah seluruh lingkar mukosa anus diinspeksi, pelan-pelan tarik anoskop.
Perhatikan sumber nyeri atau perdarahan di daerah distal, misalnya hemoroid,
fisura rektum,

ulkus, abses, atau robekan.

11. Mendekati tahap akhir penarikan, hati-hati terhadap refleks spasme sfingkter anus

yang dapat menyebabkan anoskop terlempar. Gunakan tekanan yang agak kuat
untuk mencegah anoskop melejit keluar.

SUMBER :
 Pedoman Nasional Penanganan INFEKSI MENULAR SEKSUAL
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016

0
8. Jelaskan penatalaksanaan serta pencegahan penyakit tersebut?
Obat Memperbaiki Defekasi
Natrium dioctyl sulfosuccinate:merangsang mukosa usus halus untuk meningkatkan
penetrasi cairan ke dalam tinja dosis 300mg/hari
 Obat menghentikan Pendarahan
Diosmin Hesperidin :Memperbaiki permebielitas dinding pembuluh darah
 Hemoroidektomi adalah prosedur yang paling efektif dengan mengeksisi jaringan yang
berlebihan yang menyebabkan perdarahan dan penonjolan. Diindikasikan untuk hemoroid
internal derajat III dan IV atau jika perawatan non-bedah tidak berhasil dilakukan.
 STEPLED HEMORRHOIDOPEXY Prosedur ini merupakan prosedur bedah alternatif
diindikasikan untuk hemoroid internal derajat II dan III. Prosedur bedah ini dilakukan
dengan mengeluarkan jaringan yang berlebihan,
 INFRARED COAGULATION (IRC) Prinsip terapi IRC yaitu menerapkan gelombang
cahaya inframerah langsung ke jaringan hemoroid untuk menginduksi koagulasi dan
menguapkan kandungan air di dalam sel sehingga menyebabkan penyusutan jaringan
hemoroid.
 Koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan menghindari obat-
obatan yang dapat menyebabkan kostipasi seperti kodein. (Daniel, W.J)
 Perubahan gaya hidup lainya seperti meningkatkan konsumsi cairan, menghindari
konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar
Sumber:
 Buku Penyakit dalam FKUI
 Jurnal Kedokteran Unram 2022 Diagnosis dan Tatalaksana Hemoroid
9. Bagaimana mekanisme kerja obat yang diberikan dalam kasus?

 Obat Memperbaiki Defekasi


Natrium dioctyl sulfosuccinate:merangsang mukosa usus halus untuk meningkatkan
penetrasi cairan ke dalam tinja dosis 300mg/hari
 Obat menghentikan Pendarahan
Diosmin Hesperidin :Memperbaiki permebielitas dinding pembuluh darah

Sumber:

 Buku Penyakit Dalam FKUI

1
10. Jelaskan epidemiologi serta kemungkinan etiologi penyakit tersebut ?
Epidimiologi
Meskipun wasir dikenal sebagai penyebab yang sangat umum dari pendarahan dubur dan
ketidaknyamanan dubur, epidemiologi yang sebenarnya dari penyakit ini tidak diketahui
karena pasien memiliki kecenderungan untuk melakukan pengobatan sendiri daripada
mencari bantuan medis yang tepat. Sebuah studi epidemiologi oleh Johanson et al pada tahun
1990 menunjukkan bahwa 10 juta orang di Amerika Serikat mengeluhkan wasir, dengan
tingkat prevalensi 4,4%. Pada kedua jenis kelamin, prevalensi puncak terjadi antara usia 45-
65 tahun dan perkembangan wasir sebelum usia 20 tahun tidak biasa. Orang kulit putih dan
individu dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi lebih sering terkena dampaknya
daripada orang kulit hitam dan mereka yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih
rendah. Namun, hubungan ini mungkin mencerminkan perbedaan dalam perilaku pencarian
kesehatan daripada prevalensi yang sebenarnya. Di Inggris, wasir dilaporkan mempengaruhi
13%-36% dari populasi umum. Namun, estimasi ini mungkin lebih tinggi dari prevalensi
yang sebenarnya karena penelitian berbasis komunitas terutama mengandalkan pelaporan diri
dan pasien mungkin mengaitkan gejala anorektal dengan wasir.
Etiologi
Etiologi Menurut (Sudoyo Aru,dkk 2011). Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan
atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus, seperti:
1. Mengedan pada buang air besar yang sulit
2. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, lebih lama
duduk dijamban sambil membaca,merokok)
3. Peningkatan penekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor abdomen.
4. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan hormonal) 8 9
5. Usia tua
6. Konstipasi kronik
7. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
8. Hubungan seks peranal
9. Kurang minum air putih makan makanan berserat (sayur dan buah)
10. Kurang olahraga/imobisasi
11. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada kasus tersebut?
Adapun komplikasi yang terjadi akibat penyakit ini adalah :
a. Anemia yang disebabkan karena perdarahan hebat oleh traumapada saat defekasi.
b. Hipotensi disebabkan karena perdarahan yang keluar menyebabkan kerja jantung
menurun.
c. stenosis,
d. perdarahan,
e. infeksi,
f. kekambuhan, luka tidak sembuh, dan pembentukan fistula
12. Bagaimana prognosis pasien tersebut?

Qua ad vitam : ad bonam


Qua ad funtionam :
dubia
Qua ad

2
sabationam:dubia

13. Bagaimana aplikasi bioetik dan humaniora pada kasus tersebut?


Medical indication
Beneficence: menerapkan Golden Rule Principle → dokter mampu
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
sehingga dapat menegakkan diagnosis “Hemorroid”
Patient preference
Autonomy: dokter melakukan informed consent kepada pasien dan
menghargai hak pasien → dokter memberikan informasi, melaksanakan
informed consent dengan pasien karena usia pasien yang sudah kompeten
Quality of life
Beneficence: meminimalisasi akibat buruk dan mengetahui prognosis
Non-maleficence: mencegah komplikasi → dokter mencegah
komplikasi dengan melakukan penanganan dan pengobatan yang tepat
Contextual feature
Justice: mendistribusikan keuntungan dan kerugian → dokter memberikan
edukasi terkait penyakit serta kekurangan dan kelebihan penanganan tersebut,
menganalisis faktor risiko lain seperti stress psikologis dan lingkungan yang
dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien,

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi F, Andersen D, Billiar T, Dunn D. Schwartz Principles of


Surgery. 11th Ed.Mc Graw Hill.
2. Sjamsuhidajat-de Jong .Buku ajar ilmu bedah sistem organ dan tindak bedahnya
(2) edisi 4 Vol. 3: Jakarta EGC 2017

Anda mungkin juga menyukai