Anda di halaman 1dari 17

TEOREMA FERMAT

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teori Bilangan
Dosen pengampu Nur Fadhila Ilmiah, M.Si.

Disusun oleh :

AHMADA MAGHFIROTUL INAYAH


932300218
IKA NUR LAILY
932302218
MOH. BAHRUL MUKHIT
932302418
ULFA ROHMATIN
932302618
BINTI KHALIMATUS SA’DIAH 932303918

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2019
ABSTRAK

Fermat’s theorem atau teorema fermat adalah salah satu teorema paling terkenal dalam
matematika, dicetuskan oleh Pierre De Fermat pada abad ke-17. Sekitar tahun 1637,
Fermat menulis teorema tersebut pada pinggiran salah satu halaman buku Arithmatica
(karangan Diophantus) miliknya, yang artinya :” Tidak mungkin untuk memisahkan dua
bilangan kubik menjadi dua bilangan kubik atau suatu bilangan pangkat empat menjadi
dua bilangan pangkat empat lainnya atau pada umumnya, bilangan berpangkat lebih dari
dua menjadi bilangan berpangkat sama.” Dengan melalui sebuah teorema yang berbunyi “
Jika p suatu bilangan prima dan ( a , p )=1 , maka a p−1 ≡1 ¿mod p ¿”, teorema fermat bisa
dibuktikan 357 tahun setelah dicetuskan.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah, rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah Teori
Bilangan ini. Adapun maksud dan tujuan kami di sini yaitu menyajikan beberapa hal yang
menjadi materi dari makalah kami. Makalah ini membahas mengenai “Teorema Fermat”.
Makalah ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami untuk para pembacanya.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah kami ini masih banyak kekurangan.
Kami mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan makalah kami agar lebih
baik dan dapat berguna semaksimal mungkin. Sekiranya makalah yang telah disusun ini
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

Kediri, 29 April 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER................................................................................................................i

ABSTRAK..............................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iv

BAB 1 KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................................1

ii
A. Definisi Teorema Fermat..........................................................................................1
B. Teorema 6.1.............................................................................................................1
C. Teorema 6.2.............................................................................................................2
D. Teorema 6.3.............................................................................................................2
E. Teorema 6.4.............................................................................................................5

BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN...................................................................................7

BAB III SOAL POST TEST DAN PEMBAHASAN.................................................................9

BAB IV LAPORAN.............................................................................................................. 10

LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 12

BAB I
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Teorema Fermat
Teorema Fermat adalah salah satu teorema paling terkenal di dunia matematika
yang dicetuskan oleh Pierre de Fermat pada abad ke-17. Pierre de Fermat, seorang
pengacara yang juga matematikawan amatir, sering menulis komentar komentar di
pinggiran bukunya. Dan yang paling terkenal sepanjang sejarah adalah Teorema Terakhir
Fermat (Fermat Last Theorem). Dinamakan teorema terakhir bukan karena terakhir kali

iii
dipublikasikan namun yang terakhir kali dibuktikan. Teorema tersebut tidak berhasil
dibuktikan oleh semua matematikawan-matematikawan dunia selama 357 lebih.
Berikut ini adalah contoh ilustrasi dari teorema fermat:
Perhatikan barisan bilangan 4 , 8 ,12 , 16 , 20 ,24 . Bilangan bilangan dalam
barisan ini kongruen modulo 7 berturut-turut dengan 4 , 1, 5 , 2 ,6 , 3 yang merupakan
unsur-unsur dari himpunan residu terkecil modulo 7 . Sedangkan barisan bilangan
3 , 6 , 9 ,12 , 15 , 18 ,21 , 24 kongruen modulo 7 residu terkecilnya berturut-turut adalah
3 , 6 , 0 ,3 ,6 , 0 , 3 , 6 yang ternyata tidak terdiri atas semua bilangan asli yang kurang dari
9.
B. Teorema 6.1
“Jika ( a , m )=1, maka residu-residu terkecil modulo m dari barisan:
a , 2 a , 3 a , … , ( m−1 ) a adalah suatu permutasi dari 1 , 2, 3 , … , ( m−1 ) .”
Bukti:
Perhatikan barisan bilangan: a , 2 a , 3 a , … , ( m−1 ) a .........(1)
Bilangan-bilangan pada barisan ini tidak ada satupun yang kongruen modulo m dengan 0
(nol). Buktikan bahwa bilangan-bilangan dalam barisan ( 1 ) masing-masing kongruen
modulo m dengan tepat satu dari 1 , 2, 3 , … , ( m−1 ) .
Andaikan ada dua suku dari barisan (1) yang kongruen modulo m , misalnya:
ra ≡ sa (mod m) dengan 1 ≤r < s <m.
Karena ( a , m )=1 , maka kita dapat melenyapkan a dari kekongruenan itu, sehingga
diperoleh r ≡ s ( mod m ) .
Tetapi, karena ra dan sa adalah suku-suku dari barisan (1), maka r dan s adalah residu-
residu terkeci modulo m , sehingga r =s . Hal ini kontradiksi dengan pengandaian bahwa
1 ≤r < s <m, maka pengandaian tersebut tidak benar. Jadi tidak ada dua suku dari barisan
(1) yang kongruen modulo m . Ini berarti bahwa suku-suku dalam barisan (1) masing-
masing kongruen modulo m dengan tepat satu dari 1 , 2, 3 , … , ( m−1 ) .
C. Teorema 6.2 (Teorema Fermat)
“Jika p suatu bilangan prima dan ( a , p )=1 , maka a p−1 ≡1 ¿mod p ¿.”
Bukti:
Ambil sembarang bilangan prima p dan bilangan bulat a sedemikian ( a , p )=1 , maka
menurut Teorema 6.1, residu-residu terkecil mod p dari a , 2 a , 3 a , … , ( p−1 ) a adalah

iv
suatu permutasi dari 1 , 2, 3 , … ,( p−1), sehingga hasil kali-hasil kalinya akan kongruen
mod p juga, yaitu:
a . 2 a . 3 a . …. ( p−1 ) a mod
a
p−1
¿a
p−1
( p−1 ) ! mod
≡1.2 .3 . …( p−1)¿ p ¿ mod
≡ ( p−1 ) ! ¿ p ¿
≡ ( p−1 ) ! ¿ p ¿

Karena p dan ( p−1 ) ! Saling prima, maka kita dapat melenyapkan ( p−1 ) ! Dari
kekongruenan terakhir ini, sehingga diperoleh a p−1 ≡1 ¿mod p ¿ . ∎
D. Teorema 6.3
“Jika p suatu bilangan prima, maka a p ≡ a ¿mod p ¿, untuk setiap bilangan bulat a
.”
Bukti:
Ambil sebarang bilangan prima p dan sembarang bilangan bulat a , maka (a , p)=1 atau
( a , p )= p . Apakah ada kemungkinan lain tentang FPB dari a dan p?
Jika ( a , p )=1 , maka menurut Teorema 6.2 diperoleh bahwa a p−1 ≡1 ¿mod p ¿.
Selanjutnya, jika kedua ruas dikalikan a , maka diperoleh a p ≡ a ¿mod p ¿.
Jika ( a , p )= p , maka p|a , sehingga a ≡ 0 ¿mod p ¿ dan a p ≡ a ¿mod p ¿ pula. Jadi
a ≡ a ¿mod p ¿.∎
p

Bukti lain dari Teorema 6.3 dengan menggunakan induksi matematik pada a .
Jika a=1, maka pernyataan 1 p ≡1 ¿mod p ¿ jelas benar. Demikian pula, jika diambil a=0.
Selanjutnya diasumsikan a p ≡ a ¿mod p ¿ benar untuk suatu bilangan bulat positif a , dan
harus ditunjukkan benar untuk ( a+ 1 ) , yaitu (a+ 1) p ≡a +1¿ mod p ¿ . Hal ini ditunjukkan
sebagai berikut:

Menurut teorema binomial, maka

(a+ 1) =a +
p p
( p1) a +( 2p) a
p−1 p−2
+…+ ( kp)a p−k
+…+ ( p−1
p
)+1

v
p ( p−1 )( p−2 ) ⋯ ( p−k +1)
Ingat bahwa ( kp)= k ! ( p−k
p!
)!
=
1.2.3 … k

Karena p suatu bilangan prima, maka p |( )


p
k
berarti:

( kp) ≡0(mod p) untuk 1 ≤ k ≤ p−1.


Jika kita memperoleh bahwa
( a+ 1 ) p=a p+ 0+0+…+ 0+1(mod p)
p p
(a+ 1) =a +1 ¿mod p ¿
Karena a p ≡ a ( mod p ) , maka ((a+ 1) p ≡a +1(mod p).
Dengan induksi matematika pada a kita telah membuktikan bahwa a p ≡ a ( mod p ) untuk
setiap bilangan a . Selanjutnya jika a suatu bilangan bulat negatif, bukan lagi menjadi
persoalan, sebab untuk setiap bilangan bulat negatif a berlaku bahwa a ≡ r ¿ mod p ¿
dengan 0 ≤ r < p−1. Jadi a p ≡ r p ≡ r ≡a ¿ mod p ¿.∎
Contoh 6 . 1:
1) 36 ≡1 ¿mod7 ¿, dapat ditulis sebagai 3. 35 ≡ 1¿ mod7 ¿. Hal ini dapat dikatakan
bahwa invers 3 modulo 7 adalah 35 .
Selanjutnya dapat dikatakan secara umum bahwa jika p suatu bilangan prima dan
( a , p )=1 , maka invers a modulo p adalah a p−2.
2) Berapakah sisa pembagian 538 oleh 11?
Jawab: Menurut teorema Fermat, 510 ≡1 ¿mod11¿, maka
3 4
≡ ( 5 ) ( 5 ) ≡1 .3 ≡ 81 ≡4 ¿mod11¿.
38 10.3+ 8 10 2 3 4
5 ≡5
Jadi, 538 :11 bersisa 4 .
Bacalah dengan seksama Teorema 6.3 . Kontraposisi dari teorema itu benar pula,
yaitu:
Jika untuk suatu bilangan bulat a , a p ≢ a(mod p) , maka p bukan bilangan
prima.
Hal ini menunjukkan bahwa Teorema Fermat dapat digunakan untuk menguji
apakah suatu bilangan bulat n merupakan bilangan komposit atau bukan.

Contoh 6 . 2 :

vi
Apakah 117 suatu bilangan prima?
Jawab:
Untuk memeriksa ini dipilih bilangan bulat positif yang cukup kecil, misalnya 2. Selanjutnya
diperiksa apakah 2117 ≡2 ¿mod117 ¿ ?
7 16
= (2 ) . 2
117 7.16+5 5
2 =2
2 =128 ≡ 11¿mod117 ¿ , maka
7

16 5
2
117
≡ (11 ) . 2 ¿mod117 ¿
8 5
≡ (121 ) . 2 ¿ mod117 ¿
8 5
≡ 4 .2 (mod 117)
≡2 ¿mod 117 ¿
21

7 3
≡ ( 2 ) ¿ mod117 ¿
≡11 ¿ mod117 ¿
3

≡121 . 11¿mod117 ¿
` ≡ 4 . 11(mod 117)
≡ 44 ¿mod117¿
Sehingga diperoleh bahwa 2117 ≡ 44 ≢ 2¿ mod117¿ .
Hal ini berarti bahwa 117 adalah bilangan komposit dan kenyataan bahwa
117=13 × 9.
Contoh 6.3
Tanpa menggunakan Teorema Fermat, tunjukan bahwa 316 ≡1 ¿mod 17 ¿!
Jawab:
3 ≡27 ≡ 10 ¿mod 17 ¿ dikuadratkan
3

3 ≡100 ¿mod 17 ¿
6

3 ≡−2 ¿mod 17 ¿ dikuadratkan


6

3 ≡ 4 ¿mod 17 ¿
12

Sehingga 316 ≡312 .33 .3


≡ 4 10. 3 ¿mod 17 ¿
≡120 ¿ mod 17 ¿
≡1 ¿mod 17 ¿
Jadi, 316 ≡ 1 ¿mod 17 ¿

vii
Perhatikan kembali Teorema Fermat di atas. Perlu ditekankan di sini bahwa konvers dari
teorema tersebut tidak benar, sehingga :
Jika a n−1 ≡ 1 ¿mod n ¿ untuk suatu bilangan bulat a , maka n tidak perlu perlu suatu
bilangan prima.
E. Teorema 6.4
“Jika p dan q adalah bilangan-bilangan prima yang berlainan sedemikian hingga
a ≡ a ¿ mod q ¿ dan a ≡ a ¿mod p ¿, maka a ≡ a ¿ mod pq ¿.”
p q pq

Bukti:
Menurut Teorema 6.3 karena p suatu bilangan prima, maka
p
( a q ) ≡a q ¿mod p ¿. Selanjutnya, karena diketaui bahwa a q ≡ a ¿ mod p ¿, maka
kekongruenan tersebut menjadi a pq ≡ a ¿ mod p ¿. Ini berarti bahwa
p ¿Menurut Teorema 6.3 lagi, karena q suatu bilangan prima, maka 3 pq ≡a p ¿mod q ¿ .
Selanjutnya, karena diketahui bahwa a p ≡ a ¿ mod q ¿ , maka kekongruenan tersebut
menjadi a pq ≡ a ¿ mod q ¿ . Ini berarti bahwa q| ( a pq−a ) ......................(2).

Dari (1) dan (2) disimpulkan bahwa pq|(a pq−a) dan dapat dinyatakan sebagai a pq ≡ a ¿
mod pq ¿ . ∎
Contoh 6.4
Tunjukkan bahwa 2340 ≡ 1¿mod 341 ¿!
Jawab:

341=11 .31 2 =1024=31 .33+1 , sehingga


10

10
2 ≡ 1¿ mod
11
31 ¿ 2 ≡ 2 ¿mod
31 ¿ 2 =1024=31. 3 3+1, sehingga
10

2 ≡ 1¿ mod 11¿, jika kedua ruas dipangkatkan 3, maka


10

3
( 210 ) ≡13 ¿mod
30
11¿ 2 ≡ 1¿ mod
31
11¿ 2 ≡ 2¿ mod

viii
11¿Menurut Teorema 6.4 , dari 211 ≡2 ¿mod 31 ¿, maka 231. 11 ≡2 ¿mod 31 ¿ dan dari
2 ≡ 2¿ mod 11¿, sehingga 2 ≡2 ¿mod 11. 31¿ , yaitu: 2 ≡1 ¿mod 341 ¿ dan
31 11. 31 341

tidak dapat disimpulkan bahwa 341 suatu bilangan prima.


Dalam sejarahnya, bilangan berbentuk 2n−2 ditemukan oleh matematikawan
Cina pada 25 abad yang lalu yang menyatakan bahwa
n suatu bilangan prima jika dan hanya jika n|2n −2
Dalam kenyataan, kriteria ini benar untuk semua bilangan prima n<340 . Dan pada contoh
di atas, kita memperoleh fakta bahwa 341|( 2341 −2 ) , walaupun 341 bukan bilangan prima.
Selanjutnya, bilangan komposit n sedemikian hingga n ¿ disebut bilangan prima semu .
ada tak hingga banyaknya bilangan prima semu. Empat bilangan prima semu pertama
adalah 341 ,561 , 645 dan 1105.

ix
BAB II
STRATEGI PEMBELAJARAN
“Strategi Pembelajaran Menggunakan Teknik Probing Prompting”

Teknik probing prompting adalah embelajaran dengan cara guru menyajikan


serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses
berfikir yang mengaitkan pengetahuan siswa dan pengalaman siswa dengan pengetahuan
baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkontruksikan sendiri konsep menjadi
pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan
model pembelajaran seperti ini proses tanya jawab dilakukan secara acak. Sehingga mau
tidak mau setiap siswa harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses
pembelajaran, karena setiap saat mereka akan dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Langkah-langkah pembelajaran probing prompting dijabarkan melalui tujuh tahapan
teknik probing yang dikembangkan dengan prompting adalah sebagai berikut:
1. Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan dengan memperhatikan
gambar, rumus, atau situasi lainnya yang mengandung permasalahan.
2. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.
3. Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran khusus (TPK) atau indikator kepada seluruh siswa.
4. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.
5. Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.
6. Jika jawabannya tepat maka guru meminta tanggapan kepada siswa lain tentang
jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan
yang sedang berlangsung. Namun jika siswa tersebut mengalami kemacetan
jawab dalam hal ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau diam,
maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan
petunjuk jalan penyelesaian jawab. Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan yang
menuntut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, sampai dapat menjawab
pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator. Pertanyaan yang

1
dilakukan pada langkah keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa siswa yang
berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan probing prompting.
7. Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih
menekankan bahwa TPK/indikator tersebut benar-benar telah dipahami oleh
seluruh siswa.

2
BAB III
SOAL POST TEST DAN PEMBAHASAN
1. Tunjukkan bahwa 56 ≡1 ¿ mod 7 ¿!

Jawab:

5 ≡1 ¿ mod 7 ¿
6

5. 10.15. 20. 25.30 ≡5. 3. 1.6. 4. 2 ¿ mod 7 ¿

56 ( 1. 2.3. 4. 5. 6 ) ≡1. 2.3. 4. 5. 6 ¿ mod 7 ¿

5 . 6 ! ≡6 ! ¿ mod 7 ¿
6

5 ≡1 ¿ mod 7 ¿ Terbukti
6

2. Tunjukkan bahwa 310 ≡1 ¿ mod 11¿

Jawab:
10
3 ≡1 ¿ mod 11¿
3. 6. 9.12. 15.18. 21. 24.27. 30 ≡3. 6. 9.1. 4. 7. 10.2. 5. 8 ¿ mod 11¿
10
3 ( 1.2. 3. 4. 5.6. 7. 8. 9.10 ) ≡1.2 . 3. 4.5. 6. 7. 8.9. 10 ¿ mod 11¿
10
3 .10 ! ≡10 ! ¿ mod 11¿
10
3 ≡1 ¿ mod 11¿ Terbukti
3. Berapakah sisa pembagian 960 oleh 13!

Jawab:

Syarat ( 9 , 13 )=1 dan 13 bilangan prima, maka

≡1 ¿ mod 13 ¿
13−1
9
9 ≡1 ¿ mod 13 ¿
12

5
( 9 12) ≡15 ¿ mod 13 ¿
9 ≡1 ¿ mod 13 ¿
60

Sisa pembagiannya adalah 1.

1
2
BAB IV

LAPORAN

1
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1
DAFTAR PUSTAKA
Sukirman. 2013. “Teori Bilangan”. Yogyakarta: UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai