Anda di halaman 1dari 93

STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DI TPA


TARBIYATUL ATFAL DESA RANCAIYUH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan (S.Pd.) pada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nida El-Adabi
Bogor

Oleh :

SITI SAMROTUL PUADAH


NIM : 18.01.01.0017

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

(STAI) NIDA EL-ADABI BOGOR

2022 M / 1443 H
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa STAI Nida El Adabi,
Bogor :

Nama : Siti Samrotul Puadah

NIM : 18.01.01.0017

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan judul “Strategi Guru
Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Di TPA
Tarbiyatul Atfal” adalah :

1. Dibuat dan diselesaikan oleh saya sendiri, berdasarkan data yang saya
peroleh dari hasil penelitian saya.
2. Bukan merupakan duplikasi yang pernah dibuat oleh orang lain atau
jiplakan karya tulis orang lain.
3. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia
menanggung segala akibat yang timbul jika pernyataan saya tidak
benar.
Tangerang, 05 Juli 2022
Yang membuat pernyataan

Siti Samrotul Puadah

i
LEMBAR PERSETUJUAN
Bahwa Skripsi yang berjudul :

STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN


MEMBACA AL-QUR’AN DI TPA TARBIYATUL ATFAL DESA
RANCAIYUH

Oleh :

Siti Samrotul Puadah

NIM : 18.01.01.0017

Setelah diperiksa dan diperbaiki sesuai dengan saran pembimbing, dapat


diajukan/disahkan untuk mengikuti siding skripsi

Menyetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II,

Suprihatin M.Pd Puput Ratna Julaeha S.S,M.Pd


NIDN. 2103089002 NIDN. 2103019006
Mengetahui :
Ketua STAI Nida El Adabi, Kaprodi PAI

Drs. H. Ramlan rosyad M. Si. Akhmad Kharis K. M. Pd.


NIDN. 2101106001 NIDN. 2112038304

ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi, Siti Samrotul Puadah, NIM : 18.01.01.0017 yang berjudul “Strategi
Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Di TPA
Tarbiyatul Atfal Desa Rancaiyuh,” telah diuji dalam siding Munaqosyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Nida El Adabi Bogor, Pada Tanggal ……..
2022

Skirpsi tersebut telah disahkan dan diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Nida El Adabi
Bogor.

Bogor, 2022

Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris

……………………….. ………………….
Penguji I, Penguji II,

………………………. ………………………

iii
ABSTRAK
Siti Samrotul Puadah (2022), Strategi Guru Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Di TPA Tarbiyatul Atfal Desa
Rancaiyuh”
Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAI) Nida El-Adabi Bogor,
Pembimbing : (1)Suprihatin Ghozali M.Pd (2) Puput Ratna Julaeha S.S,
M.Pd

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan yang terjadi pada peserta
didik, diantaranya : Al-Qur'an merupakan hal yang sangat penting bagi umat
Islam karna dalam beribadah kepada Allah Subhanallahu Wata’ala (SWT)
tidak lepas dari bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an, tanpa mengetahui cara
membacanya seorang akan mengalami kesulitan karna harus menghafal dari
ucapan orang yang lebih tahu cara pembacaannya. Minimnya pengetahuan
dan kemampuan anak dalam membaca Al- Qur'an maka dari itu diperlukan
suatu pembelajaran yang di dalamnya memuat kajian tentang tentang
membaca Al-Qur'an secara baik dan benar yang salah satunya bisa di
lakukan di pendidikan non formal yaitu TPA.
Rumusan Masalah : 1) Apa staregi guru dalam meningkatkan kemampuan
membaca Al- Qur’an di TPA Tarbiyatul Atfal.? 2) Bagaimana menerapkan
strategi guru dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an di TPA
Tarbiyatul Atfal.? 3) Bagaimana kemampuan siswa dalam membaca Al-
Qur’an di TPATarbiyatul Atfal.?
Tujuan Penelitian : 1) Untuk mengetahui bagaimana kedisiplinan TPA
Tarbiyatul Atfal Ds. Ranca Iyuh Kec. Panongan Kab.Tangerang. 2) Untuk
mengetahui bagaimana strategi TPA Tarbiyatul Atfal dalam meningkatkan
kedisiplinan santri dalam pembelajaaran. 3) Untuk mengetahui faktor
pendukung dan faktor penghambat TPA dalam meningkatkan kedisiplia
murid.
Temuan : terdapat hubungan antara pembelajaran Al-Qur’an dengan metode
tartil dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an bagi santri TPA
Tarbiyatul Atfal. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dan observasi bahwa
pembelajaran Al-Qur’an menggunakan metode tartil efektif dalam
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an bagi santri.
Kesimpulan : Peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an santri cukup
baik. Dimana para ustadz/ustadzah sebelum diperkenalkan untuk mengajar
Al-Qur’an metode tartil, terlebih dulu para calon pengajar harus mengikuti
pelatihan tentang metode tartil. Sedangkan untuk para santri, untuk
mendapatkan bacaan Al-Qur’an yang baik dan benar sesuai kaidah ilmu
tajwid.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim,
Segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang
yang telah memberikan kesehatan lahir maupun batin sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa umat manusia dari zaman gelap gulita menuju zaman yang terang
menderang seperti sekarang ini.
Penyususunan skripsi merupakan bagian dari persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana. Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam di
STAI Nida El-Adabi Parungpanjang, Bogor. Selesainya skripsi ini tidak
terlepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dengan penuh ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Drs. H. Ramlan Rosyad, M. Si. Sebagai Ketua STAI Nida El-Adabi.
2. Akhmad Kharis Kurniawan, M. Pd. Sebagai ketua Program studi
Pendidikan Agama Islam,
3. Suprihatin Ghozali. M.Pd. sebagai dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi dapat
terselesaikan.
4. Puput Ratna Julaeha S.S,M.Pd. Sebagai dosen pembembing II yang
telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi dapat
terselesaikan.
5. Segenap Dosen STAI Nida El-Adabi, yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan selama peneliti mengikuti
perkuliahan.

v
6. Ibu Ustadzah Siti Mariyam yang telah memberikan izin sehingga
penulis dapat melaksanakan penelitian di TPA Tarbiyatul Atfal.
7. Segenap guru TPA Tarbiyatul Atfal yang telah membantu penulis
dalam melaksanakan penelitian.
8. Ayahanda dan Ibunda serta suami tercinta yang selalu mendoakan,
memberi motivasi dan bantuan sehingga peneliti dapat menempuh
pendidikan tinggi dan skripsi dapat terselesaikan.
9. Saudari-saudariku tercinta yang selalu memberikan motivasi dan
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
10. Seluruh teman-teman STAI Nida EL-Adabi yang telah sama-sama
berjuang dan saling memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.
11. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam
penyusunan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung

Semoga semua bantuan yang telah diberikan dapat menjadi sebuah


amalan baik yang akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga
dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat khsusnya bagi penulis dan
umumnya bagi semua pembaca.

Bogor, 23 Juni 2022

Siti Samrotul Puadah

vi
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................................vii
BAB I ......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 5
C. Pembahasan Masalah .................................................................................. 6
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 7
BAB ll ........................................................................................................................ 8
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 8
A. Strategi Guru ................................................................................................ 8
B. Guru ............................................................................................................ 15
C. Kemampuan Membaca Al-qur’an............................................................ 21
D. Al-Qur’an.................................................................................................... 22
E. Metode Tartil .............................................................................................. 24
F. Adab Membaca Al-Qur’a.......................................................................... 27
BAB III.................................................................................................................... 29
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 29
A. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 29
C. Latar Penelitian (setting) ........................................................................... 30
vii
D. Metode penelitian Kualitatif ..................................................................... 30
E. Pertanyaan Peneliti (Research Questions)................................................ 31
F. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data ........................................ 31
G. Analisi Data ............................................................................................ 34
H. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ................................ 36
BAB IV .................................................................................................................... 38
TEMUAN-TEMUAN PENELITIAN ................................................................... 38
A. Deskripsi Data ............................................................................................ 38
B. Hasil Penelitian........................................................................................... 41
C. Pembahasan ................................................................................................ 44
BAB V ..................................................................................................................... 72
PENUTUP ............................................................................................................... 72
A. Kesimpulan ................................................................................................. 72
B. Saran............................................................................................................ 72
DAFTAR PUTAKA ............................................................................................... 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 78

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan membaca Al-Qur'an merupakan hal yang penting
dalam proses pembelajaran anak, karena ini adalah kemampuan dasar
yang harus dimiliki oleh anak.
Pentingnya Al-Qur'an bagi umat islam terlebih lagi bagi mereka
yang masih di usia sekolah keengganan sebagian para anak untuk belajar
membaca, kurangnya dukungan, perhatian dari orang tua, dan kurangnya
penguasaan orang tua terhadap ilmu dalam membaca Al-Qur'an yang
baik dan benar membuat tidak sedikit dari anak belum memiliki
kemampuan bacaan yang baik, karna membaca ini adalah sebuah
kegiatan yang dilakukan dengan tindakan yang jelas maka dari itu sudah
menjadi kewajiban seorang guru untuk memberikan suatu pengajaran
ilmu terkait dengan kemampuan membaca Al-Qur'an yang baik.
Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok Pendidikan islam
dapat dipahami dari ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri. Firman Allah :
‫ي لَ ُه ُٓم َ ِاَّلى ا ْخ َتلَ ُف ْوا ِف ْي ِٓه َوهُدً ى َو َر ْ َْح ًٓة ِلّقَ ْومٓ ي ُّ ْؤ ِمنُ ْو َٓن‬ َٓ ‫ك الْ ِك ٰت‬
َٓ ّ ِ ‫ب ِا َّٓل ِل ُت َب‬ َٓ ‫َو َمآ َا ْن َزلْ َنا عَلَ ْي‬

Artinya : “Dan kami telah menurunkan kepada Al-Kitab (Al-Qur’an) ini


melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu
dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Q.S. Al-
Nahl : 64).”
Al-Qur'an merupakan hal yang sangat penting bagi umat Islam
karna dalam beribadah kepada Allah Subhanallahu Wata’ala (SWT)
tidak lepas dari bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an, tanpa mengetahui cara

1
membacanya seorang akan mengalami kesulitan karna harus menghafal
dari ucapan orang yang lebih tahu cara pembacaannya.
Minimnya pengetahuan dan kemampuan anak dalam membaca Al-
Qur'an maka dari itu diperlukan suatu pembelajaran yang di dalamnya
memuat kajian tentang tentang membaca Al-Qur'an secara baik dan
benar yang salah satunya bisa di lakukan di pendidikan non formal yaitu
TPA.
Firman Allah SWT dalam surat Al-alaq dari ayat 1-5 bahwasanya
kita di perintahkan untuk membaca Al-Qur'an. Sebagaimana yang
telah di lakukan oleh Rasulullah ketika menerima Wahyu pertama
tersebut sehingga beliau mengulanginya berkali-kali agar bisa
membacanya dengan bantuan malaikat Jibril. Dengan membaca
seseorang dapat memperoleh informasi yang luas. Oleh karena itu,
membaca merupakan keterampilan dan kemampuan dasar yang
pertama yang harus di ajarkan melalui proses pendidikan dan
pelajaran.
Seorang dapat dikatakan baik dalam membaca Al-Qur'an apabila
fasih dalam membacanya telah sesuai dengan ilmu tajwid mewaqofkan
dan mewashalkan dalam tempatnya. Membaca Al-Qur'an secara baik
penting di miliki oleh setiap anak karena setiap lafadz di dalam Al
Qur'an Memiliki makna tersendiri, jika dalam membacanya tidak
sesuai dengan tata caranya maka akan mengubah maknanya. Untuk
membaca secara baik seorang anak tidak bisa belajar sendiri, anak
dalam belajar harus ada Pendidikan nya dapat di arahkan oleh pendidik
tentang cara membaca Al-Qur'an secara baik agar membutuhkan
seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan tentang membaca Al-
Qur'an yang benar bedasarkan tata caranya.

2
3

Sejak diberlakukannya masa pandemi dan sistem Pembatasan Sosial


Berskala Besar (PSBB), maka masa pandemi ini semakin mencekik
berbagai sektor kehidupan termasuk sektor pendidikan. Dengan dalih
untuk mengurangi kerumunan massa dan menegakkan aturan menjaga
jarak sosial (social distancing), pembelajaran daring menjadi pilihan.
Problematika yang muncul dalam pelaksanaannya seperti yang
disebutkan di depan tentu tidak boleh dibiarkan terus berlanjut. Perlu
langkah-langkah strategis dan bijak yang diambil oleh seluruh
stakeholders untuk melaksanakan kebijakan ini.
Masa pandemi juga berdampak pada tingkat pendidikan non-formal
seperti Taman Pendidikan al-Qur‟an (TPA). Oleh kerena itu, kepala
Taman Pendidikan al-Qur‟an (TPA) Nurul Wustha bersama dengan
para guru di TPA tersebut berupaya untuk mencari strategi mengajar
agar para santri di TPA tersebut dapat terus belajar membaca dan
menulis al-Qur‟an, meskipun berada pada situasi pandemi. Hal ini
bertujuan agar para santri tidak vakum dalam kegiatan membaca dan
menulis al-Qur‟an. Belajar membaca dan menulis al-Qur‟an menjadi
pendidikan paling utama bagi umat islam, karena al-Qur‟an merupakan
pedoman bagi umat islam.
Al-Qur‟an selain menjadi pedoman hidup melalui
kandungan hukum, didalamnya juga menjadi sarana bagi manusia
untuk mendapat siraman rohani dan kesejukan hati dengan membaca
dan mendengarkan ayat-ayat al-Qur‟an. Oleh karena itu, setiap muslim
diwajibkan membaca al- Qur‟an setiap hari, terutama diwaktu shalat
lima waktu.
Al-Qur‟an merupakan sumber nilai yang menjadi pedoman
dan rujukan yang dapat memotivasi umat islam untuk maju dan
berkembang. Santri TPA Nurul wustha merupakan sebagian dari
4

generasi muda umat islam yang harus terus diberi motivasi agar
tertarik untuk terus mempelajari al-Qur‟an dan menjadikan al-Qur‟an
sebagai petunjuk bagi umat islam. Dan hal utama yang harus
dilakukan dalam mempelajari al-Qur‟an adalah belajar membaca al-
Qur‟an dan menuliskannya.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan didapatkan data
bahwa pelaksanaan pendidikan dalam proses belajar mengajar
mengalami kesulitan-kesulitan itu timbul dari anak itu sendiri. Ada dua
faktor penghambat yang mempengaruhi keberhasilan anak. Faktor dari
dalam diri anak adalah karena kurangnya keinginan anak untuk belajar,
kurangnya dorongan atau motivasi belajar, kurangnya ketekunan dan
waktu, sedangkan faktor dari luar diri anak adalah kurangnya tenaga
guru, kurangnya sarana dan prasana, kurangnya perhatian Serda
dukungan orangtua dan lingkungan.
Berdasarkan hasil observasi di TPA 10 anak yang belum memiliki
kemampuan dalam membaca Al-Qur'an dari total 50 anak kelas Al-
Qur'an ada yg belum memahami tentang ilmu tajwid, susahnya
melafalkan makhlijul huruf yang benar dan tingkat kefasihan dalam
membaca masih kurang, sedangkan sudah berbagai upaya dilakukan
oleh guru TPA. Seperti mengajarkan pelajaran ilmu tajwid dan
menjelaskan dengan menggunakan berbagai metode agar lebih mudah
di pahami oleh anak. Membimbing anak yang memang belum begitu
memahami kaidah-kaidah dalam membaca Al- Qur'an dengan metode
iqro diadakannya semacam Al Qur'an setiap hari Minggu dan bahkan
ada sebagian anak yang di anjurkan untuk mengaji privat dirumah guru
tersebut.
Melihat kondisi di atas maka dibutuhkan pranan seorang guru yang
cerdas dan guru yang mempunyai kemampuan. Guru yang memiliki
5

kemampuan akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang


efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil
belajar akan oftimal, demikian, kemampuan yang dimiliki oleh setiap
guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh
adanya guru yang mempunyai tugas sebagai pengajar dan informater
maka dari itu berbagi upaya dilakukan oleh guru agar anak
mendapatkan hasil yang maksimal setelah ia belajar di TPA
dibandingkan dengan mengaji dirumah terutama dalam membaca Al-
Qur'an. Karena memang dalam mempelajari ilmu ilmu harus dimulai
sejak dini. Karena itu sangat penting bagi orang tua untuk
memperkenalkan anak-anaknya dengan ilmu agama sejak kecil. Di
TPA anak- anak di ajarkan untuk mendalami ilmu agama Islam
khususnya kemampuan dalam membaca serta memahami isi Al Qur'an,
sholat, menghafal surat-surat pendek serta doa sehari-hari.
Maka dari berbagai permasalahan yang peneliti disebutkan di atas
dan mengingatkan betapa pentingnya Al-Qur'an bagi umat islam maka
penelitian mengangkat judul Peranan guru TPA dalam meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur'an anak di TPA Tarbiyatul Atfal di desa
Ranca iyuh.

B. Identifikasi Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas, maka dapat diidetifikasikan
masalah seperti di bawah ini :
1. Kopetensi anak tidak tercapai
2. Kopetensi membaca tidak sesuai
3. Sulitnya anak cepat bisa membaca Al-Qur’an
6

C. Pembahasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah strategi Guru Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Di TPA Tarbiyatul
Atfal, penulis membatasi penelitian ini pada strategi guru dan
kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah stategi guru dalam meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur’an di TPA Tarbiyatul Atfal antara lain:
1. Apa staregi guru dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-
Qur’an di TPA Tarbiyatul Atfal.?
2. Bagaimana penerapkan strategi guru dalam meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur’an di TPA Tarbiyatul Atfal.?
3. Bagaimana kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an di TPA
Tarbiyatul Atfal.?

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu menjadi
acuan penelitian. Selanjutnya yang berhubungan dengan kemampuan
guru TPA dan anak dalam sebagao bahan masukan untuk
mengingatkan kemampuan membaca Al-Qur’an anak penelitian ini
sebagai bahan dalam meningkatkan kinerja TPA Tarbiyatul Atfal.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemampuan
membaca bagi anak, penelitian ini sebagai bahan dalam
meningkatkan kinrja TPA Tarbiyatul Atfal bagi pendidik.
7

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan bertujuan untuk mempermudah pemahaman
dan penelahan penelitian, dalam laporan penelitian ini sistematika
penulisan terdiri atas 5 (lima) bab masing-masing berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini merupakan pendahuluan yang materinya sebagai
besar menyempurnakan usulan penelitian yang berisikan latar belakang
masalah,identifikasi masalah, pembatasaan masalah, perumusan
masalah,manfaat penelitian, dan sistematika.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang tinjauan Pustaka Strategi guru dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an siswa.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisikan tentang metode penelitian, tujuan
penelitian, tempat dan waktu penelitian, latar penelitian, metode
penelitian kualitatif, pokus penelitian, pertanyaan penelitian, prosedur
pengumpulan dan perekaman data, analisa data pemeriksaan data yang
dilakukan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini menguraikan teori-teori tentang deskripsi data
pengujian persyaratan analisis (uji klasik), pengujian hipotesis,
pembahasan dan keterbatasan penelitian.
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
Dalam bab ini menguraikan akhir dari penulisan yang
berisikan tentang kesimpulan dan hasil penelitian penulis, implikasi
dan saran.
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA

A. Strategi Guru
1. Pengertian Strategi
Stategi berasal dari konsepsi kemilititeran yang dipergunakan
dalam suatu aksi untuk mencapai suatu tujuan. Kata strategi berasal
dalam bahasa yunani yakni strategos yang brarti jendral. Dalam hal
ini,strategi dimaknai sebagai suatu perencanaan angkatan perang yang
teliti atau suatu siasat yang cocok untuk menjamin bagi tercapai tujuan.
Secara umum, strategi diartikan sebagai pedoman bertindak untuk
mecapai sasaran yang telah ditetapkan. Karena menunjukan
efektifitasnya dalam mencapai tujuan, kemudian dalam
perkembangannya, strategi digunakan dalam banyak bidang, termasuk
bidang pendidikan dan pembelajaran. Strategi dalam bidng pendidikan
digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu kebijakan bagi
tercapainya tujuan pendidikan.
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukandihubungkan dengan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah digariskan. Dengan demikian strategi pada intinya
adalah langkah-langkah terencana yang bermakna luas dan mendalam
berdasarkan pada teori dan pengalaman tertentu.
Direktorat pembinaan sekolah menengah atas, direktorat jendral
menejemen pendidikan dasar dean menengah,depdiknas menjelaskan
strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi diartikan sebagai a plan,

8
9

method, or series of activities designed to achives aparticular


educational goal ( sebuah rencana, metode atau serangkaian kegiatan
yang dirancang untuk mencaoai tujuan pendidikan tertentu).
Strategi adalah suatu kegiatan yang harus dikerjakan agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi itu
adalah suatu set materi dan prosedur yang digunakan secara bersama-
sama untuk menimbulkan suatu hasil.
Makna dari qara’a selain berarti membaca teks, juga dimaknai
menghimpun. Menurut beliau kata qara’a terambil dari akar kata yang
berarti menghimpun, dari kata menghimpun kemudian lahir aneka
ragam makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,
mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis atau
tidak.14 Dijelaskan dalam surat Al-‘Alaq 1-5 meninjau lebih dalam
pengertian membaca (qara’a):
ٓ‫ك ْ َاّل ْك َر ُٓم َ ِاَّل ْٓي عَ ََٓل ِِبلْقَ َ ِل‬ َٓ ‫ِك َ ِاَّل ْٓي َخلَ َٓق َخلَ َقٓ ْ ِاّلن ْ َس‬
َٓ ُّ ‫ان ِم ْٓن عَلَقٓ ِا ْق َرأٓ َو َرب‬ ِٓ ْ ‫ِا ْق َرأٓ ِِب‬
َٓ ّ ‫س َرب‬
َٓ ‫عَ ََٓل ْ ِاّلن ْ َس‬
ٓ‫ان َما لَ ْٓم ي َ ْع َ ْ مل‬
Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang paling Pemurah, Yang mengajarkan manusia dengan
pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya
(QS: Al'Alaq [96]: 1-5).
Perintah iqra’ dalam ayat pertama tersebut berarti bacalah,
telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah
tandatanda zaman, sejarah, diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis.
Alhasil objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat
dijangkaunya. Pengulangan perintah iqra’ pada ayat pertama dan
ketiga, menurut beliau, bukan sekedar menunjukkan bahwa kecakapan
10

membaca dapat diperoleh dengan mengulang-ulang bacaan, atau


membaca dilakukan sampai mencapai batas semaksimal mungkin,
tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan
Bismi Rabbika (demi karena Allah) akan menghasilkan pengetahuan
dan wawasan baru walaupun yang dibaca sama.
Mengulang-ulang membaca ayat Al-Qur’an menimbulkan
penafsiran baru, pengembangan gagasan, dan menambah kesucian jiwa
serta kesejahteraan batin. Berulang-ulang membaca alam raya,
membuka tabir rahasianya dan memperluas wawasan serta menambah
kesejahteraan lahir. Ayat Al-Qur’an yang kita baca dewasa ini tak
sedikitpun berbeda dengan ayat Al-Qur’an yang dibaca Rasul dan
generasi terdahulu. Namun pemahaman, penemuan rahasianya, serta
limpahan kesejahteraan-Nya terus berkembang, dan itulah pesan yang
dikandung dalam Iqra’ wa Rabbukal akram (Bacalah dan Tuhanmulah
yang paling pemurah). Atas kemurahanNyalah kesejahteraan demi
kesejahteraan tercapai. Al-Qur’an merupakan kitab suci kaum
muslimin. Kumpulan wahyu ini dinamakan Al-Qur’an, sebagaimana
ungkapan yang dikenalkan dalam banyak ayatnya, yang artinya adalah
bacaan. Karena itu, sesuai dengan namanya, kitab suci ini pasti dibaca,
yang tujuannya agar makna dan ajarannya dapat dipahami, selanjutnya
diamalkan dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan nama
ini, secara implisit, Allah memerintahkan seluruh umat Islam untuk
membacanya. Karena hanya dengan kegiatan itu, mereka akan
mengetahui apa saja tuntunan-tuntunan Ilahi yang wajib dijadikan
pedoman dan petunjuk dalam kehidupan mereka. Tanpa membacanya,
mustahil umat ini dapat mengetahui ajaran Allah dengan baik dan
benar.
11

Strategi juga sebagai spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan


kejadian dan aktifitas dalam suatu kegiatan. Strategi berkaitan dengan
penentuan urutan yang memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan dan
memutuskan bagaimana untuk menerapkan kegiatan-kegiatan
instruksionla bagi masing-masing individu. Strategi juga merupakan
pendekatan menyeluruh dalam suatu system, yang berupa pedoman
umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam membantu usaha
mengorganisasikan pengalaman, mengatur dan merencanakan sesuatu
untuk mencapai tujuan tertentu.
Strategi berasal dari bahasa Yunani Strategos yang berarti jenderal
atau panglima, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan
atau ilmu kepanglimaan. Pengertian strategi tersebut kemudian
diterapkan dalam dunia pendidikan, yang dapat diartikan sebagai suatu
seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran sedemikian rupa
sehingga tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Strategi sebagai suatu metode pendidikan untuk mengubah
pengetahuan menjadi belajar/perubahan perilaku. Dengan kata lain,
strategi merupakan cara guru membantu siswa dalam melakukan
kegiatan belajar. Pengertian ini memiliki kesamaan dengan pendapat
Sumaatmadja, yakni sebagai usaha dan tindakan yang diarahkan
kepada sasaran untuk mencapai tujuan.
12

1. Macam-Macam Strategi
Strategi merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai
hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi berbeda.
Macam-macam strategi diklasivikasikan menjadi tiga, yaitu:

a. Strategi Pengorganisasian (Organizational Strategy)


Strategi pengorganisasian merupakan cara untuk menata isi
suatu bidang studi, dan kegiatan ini berhubungan dengan
tindakan pemilihan isi/materi, penataan isi, pembuatan
diagram, format, dan sejenisnya
b. Strategi Penyampaian (Delivery Strategy)
Strategi penyampaian merupakan cara untuk
menyampaikan pembelajaran pada siswa dan/atau untuk
menerima serta merespon masukan dari siswa.
c. Strategi Pengelolaan (Management Strategy)
Strategi Pengelolaan adalah cara untuk menata interaksi
antara siswa dan variabel strategi lainnya.
2. Prinsip-Prinsip Strategi
Prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran yang
dimaksud adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menggunakan strategi pembelajaran. Oleh karena itu guru
perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi
pembelajaran, sebagai berikut:

a. Berorientasi
Pada Tujuan Dalam strategi pembelajaran tujuan
merupakan komponen yang utama. Segala aktifitas guru
dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan
13

yang telah ditetapkan. Hal ini sangat penting, sebab


mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh sebab itu
keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan
dari keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
b. Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu
siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa,
namun pada hakikatnya yang kita inginkan adalah
perubahan perilaku setiap siswa. Oleh karena itu, dilihat
dari segi jumlah siswa sebaiknya standar keberhasilan guru
ditentukan setinggi-tingginya. Sebab, semakin tinggi
standar keberhasilan yang ditentukan, maka semakin
berkualitas proses pembelajarannya.
c. Aktifitas
Belajar bukanlah menghapal sejumlah fakta atau
informasi. Belajar adalah berbuat,memperoleh pengalaman
tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena
itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktifitas
siswa, baikaktifitas fisik maupun aktifitas mental. Dengan
demikian strategi pembelajaran yang diterapkan harus
benar-benar memotivasi, mendorong siswa untuk ikut
terlibat aktif dalam pembelajaran baik secara fisik maupun
mental.
d. Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha
mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan
hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan
14

tetapi juga meliputi mengembangkan aspek kognitif dan


aspek psikomotorik. Oleh karena itu, strategi pembelajaran
harus dapat mengembangkan seluruh aspek kehidupan
siswa secara terintegrasi.
3. Ciri-Ciri Strategi
Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang
dilakukan seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan.
Adapun ciri-ciri strategiadalah sebagai berikut :

a. Wawasan waktu, meliputi cakrawala waktu yang jauh ke


depan, yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut dan waktu yang diperlukan untuk
mengamati dampaknya.
b. Dampak. Walaupun hasil akhir dengan mengikuti strategi
tertentu tidak langsung terlihat untuk jangka waktu lama,
dampak akhir sangat berarti.
c. Pemusatan upaya. Sebuah strategi yang efektif biasanya
mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya atau perhatian
terhadap rentang sasaran yang sempit.
d. Pola keputusan. Kebanyaka strategi mensyaratkan bahwa
sederatan keputusan tertentu harus diambil sepanjang waktu.
Keputusan-keputusan tersebut harus saling menunjang,
artinya mengikuti suatu pola yang konsisten.
e. Peresapan. Sebuah strategi mencakup suatu spectrum
kegiatan yang muai dari proses alokasi sumber daya sampai
dengan kegiatan operasi harian. Selain itu, adanya
konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan-kegiatan ini
mengharuskan semua tingkatan organisasi bertindak secara
15

naluri dengancara-cara yang akan memperkuat strategi.


Dengan demikian strategi dapat diartikan sebagai suatu
susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai suatu
tujuan dengan menggunakan tenaga, waktu, serta kemudahan
secara optimal.
2. Komponen Strategi
Strategi pembelajaran adalah komponen umum dari suatu set
materi dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan secara
bersama-sama. Terdapat lima komponen strategi pembelajaran
yakni:
a. Kegiatan pembelajaran pendahuluan.
b. Penyampaian informasi.
c. Partisipasi peserta didik.
d. Tes.
e. Kegiatan lanjutan.

B. Guru
1. Pengertian Guru
Guru dari bahasa sansekerta secara harfiahnya mempunyai arti
“berat”, yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk pada pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi
bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang
pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola, formal dan
sistematis. Dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
(pasal1) dinyatakan bahwa “guru adalah pendidikan profesional
16

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,


mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan menengah”.
Guru merupakan tenaga professional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabidian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Guru juga
merupakan perencana, pelaksana sekaligus evaluator pembelajaran
di kelas, maka peserta didik merupakan subjek yang terlibat
langsung dalam proses untuk mencapaitujuan pendidikan.
Status guru mempunyai implikasi terhadap peran dan fungsi
yang menjadi tangggung jawabnya. Guru memiliki satu kesatuan
peran dan fungsi yang tidak terpisahkan, antara kemampuan
mendidik, membimbing, mengajar dan melatih, karena keempat
kemampuan tersebut merupakan kemampuan integratif, antara
yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan.
Pada UUGD (Undang-Undang Guru dan Dosen) pasal 35 ayat
1, dinyatakan bahwa “ beban kerja guru mencakup kegiatan pokok
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta
melaksanakan tugas tambahan”. Kemudian pada ayat 2,
dinyatakan “beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah sekurang kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak
banyak nya 40 jam tatap muka dalam seminggu”. Sementara pada
ayat 3 dikemukakan bahwa penjelasan dan pengaturan terhadap
jam ini akan diatur dalam peraturan pemerintah.
17

2. Peran guru
Para pakar pendidikan di barat telah melakukan penelitian
tentang peran guru yang harus dilakono. Adapun peran-peran tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh
karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, guru
harus memiliki wibawa, harus bertanggung jawab, mandiri dan
harus disiplin.
b) Guru sebagai pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam
kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan
guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan
keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika semua faktor sudah
terpenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar
dengan baik.
c) Guru sebagai pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab
atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan
tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental,
emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam
kompleks.
d) Guru sebagai pemimpin
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu
18

pengetahuan. Guru menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia


akan menjadi imam.
e) Guru sebagai pengelola pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode
pembelajaran. Selain itu, guru juga dituntut untuk memperluas
keterampilan dan pengetahuan agar tidak ketinggalan zaman.
3. Fungsi Guru
Peranan guru dalam dunia pendidikan modern semakin meningkat
dari sekedar pengajar menjadi direktur belajar. Konsekuensi dari hal
tersebut, tugas dan tanggung jawab guru pun menjadi lebih berat.
Perluasan tugas dan tanggung jawab guru tersebut membawa
konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian
dalam kompetensi profesionalisme keguruan. Setiap guru berfungsi
sebagai :

a. Designer Of Instruction (perancang pengajaran)

Guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran)


berfungsi menghendaki guru untuk senantiasa mampu dan siap
merancang kegiatan mengajar belajar yang berhasil guna dan
berdaya guna.

b. Manager Of Instruction (pengelola pengajaran)

Guru sebagai manager of instruction berfungsi menghendaki


kemampuan guru dalam mengelola (menyelenggarakan dan
mengendalikan) seluruh tahapan proses mengajar belajar. Diantara
kegiatan-kegiatan pengelolaan proses mengajar belajar, yang
terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya,
sehingga memungkinkan para siswa belajar secara bedayaguna
dan berhasilguna.
19

c. Evaluator Of Student Learning (penilai prestasi belajar siswa)

Guru sebagai Evaluator Of Student Learning (penilai prestasi


belajar siswa) berfungsi menghendaki guru untuk senantiasa
mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau
kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
Pada asasnya, kegiatan evaluasi prestasi belajar itu seperti kegiatan
belajar itu sendiri, yakni kegiatan akdemik yang memerlukan
kesinambungan.
4. Syarat-Syarat Guru
Syarat adalah ketentuan atau perbuatan yang harus dipenuhi
sebelum melakukan suatu pekrjaan atau ibadah. Tanpa memenuhi
ketentuan/perbuatan tersebut, suatu pekerjaan dianggap tidak sah dan
belum mencapai ketentuan yang berlaku. Adapun syarat-syarat guru
ialah :
a) Guru harus beriman
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab membimbing
anak untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu beriman dan
bertakwa kepada Allah Saw. Agar tujuan tersebut dapat tercapai,
pendidik terlebih dahulu harus beriman.
b) Guru harus berilmu
Seseorang yang mengajar haruslah berilmu dan mempunyai ilmu
pengetahuan. Termasuk dalam hal ini adalah pendidik atau guru.
Apabila pendidik tidak berilmu pengetahuan, maka murid-murid
yang diajarnya akan sesat. Dengan kata lain dalam bahasa
kependidikan, apabila guru tidak profesional, mengakibatkan
proses pembelajaran yang sia-sia.
20

5. Karakteristik Guru
Karakteristik guru adalah segala tindak tanduk atau sikap
perbuatan guru baik disekolah maupun dilingkungan masyarakat.
Seorang guru profesional harus memiliki karakteristik guru
profesional. Karakteristik guru profesional adalah ciri-ciri orang yang
memiliki pendidikan formal dan menguasai berbagai teknik dalam
kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan
kependidikan. Karakteristik guru yang profesional sedikitnya ada
lima karakteristik dan kemampuan profesional guru yang harus
dikembangkan, yaitu:
1) Menguasai kurikulum
2) Menguasai materi semua mata pelajaran
3) Terampil menggunakan multi metode pembelajaran
4) Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya
5) Memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya
6. Tugas Guru
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk
mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa
untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk
melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu
proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci guru berpusat
pada:
7. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi
pencapaian tujuanbaik jangka pendek maupun jangka panjang.
8. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman
belajar yangmemadai.
9. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap,
nilai-nilai, danpenyesuaian diri.
21

C. Kemampuan Membaca Al-qur’an

1. Kemampuan
Kemampuan adalah skill (keterampilan). keterampilan
merupakan salah satu unsur kemampuan yang dapat dipelajari
pada unsur penerapannya. Suatu keterampilan merupakan
keahlian yang bermanfaat untuk jangka panjang.
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan
kita berusaha dengan diri sendiri. Kemampuan juga sebagai suatu
dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Jadi,
kemampuan ini merupakan suatu keterampilan atau kecakapan
yang di muculkan dalam diri sendiri untuk mencapai suatu tujuan
atau keberhasilan.
2. Membaca
a. Pengertian membaca
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang
berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat
dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir
untuk memahami isi teks yang dibaca. Oleh sebab itu, membaca
bukan hanya sekedar melihat kumpulan huruf yang telah
membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraph dan wacana
saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan
memahami dan menginterpretasikan lambing/tanda/tulisan yang
bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat
diterima oleh pembaca.
Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau
lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan
memahami isi bahasa tulisan. Dengan demikian, membaca pada
22

hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis. Membaca


juga merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah
besar tindakan terpisah-pisah, mecakup penggunaan pengertian,
khayalan, pengamatan, dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat
membaca tanpa menggerakkkan mata dan menggunakan pikiran.
Membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis
yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat
tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian
melalui pengalaman yang telah dimiliki.
Kemampuan membaca dan menulis huruf Al-Quran
ditunjukkan dengan prestasi belajar membaca dan menulis Al-
Quran yang dalam konteks penelitian ini akan diukur melalui
sebuah tes yang akan dikerjakan oleh siswa. Tes tersebut disusun
mengacu pada kompetensi terkait dengan membaca dan menulis
huruf Al- Quran sebagaimana yang ditetapkan dalam kurikulum
PAI tahun 1994 dan 2004.

D. Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an
Secara etimologi Al-Qur‟an berasal dari kata qara‟a-yaqra‟u-
qira‟atun, atau qyr‟anun, yang berarti mengumpulkan (al-jam‟u)
dan menghimpun (adh- dhammu) huruf-huruf serta kata-kata dari
satu bagian kebagian yang lain secara teratur. Al-Qur‟an ialah
firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang tertulis dalam mushaf-mushaf dan dinukil/diriwayatkan
kepada kita dengan jalan mutawatir dan membacanya dipandang
ibadah serta sebagai penentang (bagi yang tidak percaya)
walaupun surah terpendek. Al-Qur‟an ialah kalam mulia yang
23

diturunkan oleh Allah kepada nabi yang paling sempurna, Nabi


Muhammad SAW dan ajarannya mencakup keseluruhan ilmu
pengetahuan. Ia merupakan sumber yang mulia, yang esensinya
tidak dimengerti kecuali bagi orang yang berjiwa suci dan berakal
cerdas.
2. Nama dan Julukan Al-Qur’an
Al-qur‟an mempunyai banyak nama dan julukan. Ini
menunjukkan kemuliaan Al-Quran. Sebab seperti dinyatakan al-
sayuthi, fa‟inna katsrat al- asma‟ tadullu „ala syarafi al-
musamma. Makudnya, sesungguhnya banyak nama itu
mengisyaratkan kemuliaan sesuatu yang diberi nama. Menurut
„uzayzi ibn abd al-mulk yang lebih popular dengan sebutan Abu
al-Ma‟ali syaddzalah (w. 495 H/997 M), Al-Quran memiliki 55
macam nama, sedangkan menurut Abu al- Hasan al-Harali (w.
647H/1249M), malahan lebih dari 90 macam nama/julukan Al-
Quran.
Adapun nama-nama dan julukan Al-Quran yang umum
dikenal adalah sebagai berikut :
a. Al-quran (bacaan yang dibaca)
b. Al-kitab (tulisan yang ditulis)
c. Al-Furqan ( pembeda )
d. Al-Dzikir (peringatan )
e. Al-mushaf (himpunan lembaran )
f. Al-Kalam (firman Allah)
g. Al-Nur (cahaya)
h. Al-Huda (petunjuk )
i. Al-Rahmah (rahmat)
j. Al-syifa (obat)
24

k. Al-Maw‟izah (petunjuk )
l. Al-Karim ( yang mulia)
m. Al-„ali (yang tinggi)
n. Al-Hakim (yang bijaksana )
o. Al-Hikmah (kebijaksanaan )
E. Metode Tartil
1. Pengertian Metode Tartil

Kata metode berasal dari bahasa latin Meta yang berarti


melalui dan Hodos yang berarti jalan atau cara. Dalam bahasa Arab
metode disebut “Tariqah” artinya jalan, cara, system, atau ketertiban
dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu
system atau cara yang mengatur suatu cita-cita. Jadi metode adalah
cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi
dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Tartil adalah disusun dari kata Ratala yang berarti serasi dan
indah ucapan atau kalimat yang disusun secara rapih dan diucapkan
dengan baik dan benar. Membacanya secara perlahan sambil
memperjelas hurufhuruf berhenti dan memulai, sehingga pembaca
dan pendengarnya dapat memahami dan menghayati kandungan
pesannya.

Kata Tartil menurut bahasa berarti jelas, racak dan teratur,


sedangkan menurut istilah ialah membaca Al-Qur’an dengan pelan-
pelan, baik dan benar sesuai tajwid.25 Sedangkan pengertian
Metode Tartil adalah cara membaca AlQur’an dengan cara pelan
dan perlahan serta mengucapkan huruf-huruf dari makhrajnya
25

dengan tepat. Membaca dengan pelan dan tepat maka dapat


terdengar dengan jelas masing-masing hurufnya, dan tajwid nya.

Adapun tujuan mempelajari tajwid adalah menjaga dari


kesalahan dalam membaca Al-Qur’an baik kesalahan ringan (lahnul
khafi’) yaitu kesalahan yang tidak merubah makna Al-Qur’an,
seperti kesalahan dalam pengucapan ghunnah ikhfa’ dll, maupun
kesalahan fatal (lahnul jaliy) yaitu kesalahan yang dapat merubah
makna Al-Qur’an seperti kesalahan dalam menyebutkan makhraj
huruf, kesalahan harakat dll.

Perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk


membaca Al-Qur’an dengan Tartil. Bahkan Allah SWT tidak hanya
sekedar menyuruh untuk tartil di dalam membaca Al-Qur’an tetapi
dengan mempertegas firman Nya dengan kata "tartiila" yang berarti
dengan sungguh-sungguh tartil sebagaimana tersurat di dalam
potongan surat AlMuzammil ayat : 4. ِ

‫َاوٓ ِزدٓ عَلَي ِٓه َو َر ِت ّلِٓ ال ُقرٰا َٓن تَرتِي ً ٓل‬


Artinya : atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an
itu dengan perlahan-lahan (QS. Muzammil: 4)

Metode Tartil merupakan suatu metode yang mana dalam


membaca Al-Qur’an langsung (tanpa dieja) dan memasukan
/mempraktikan pembiasaan bacaan tartil sesuai dengan kaidah
ulumul tajwid dan ulumul ghorib, dan juga salah satu metode
pembelajaran Al-Qur’an yang lebih praktis dan lebih cepat untuk
membantu murid dalam membaca Al-Qur’an.
26

Yang membedakan buku Tartil dengan buku belajar BTQ


lainnya adalah metode penyusunanya. Buku-buku belajar BTQ yang
lain disusun berdasarkan urut-urutan huruf hijaiyah, sedanghkan
buku At-Tartil disusun berdasarkan urut-urutan makhorijul huruf,
sehingga para santri akan dapat lebih mudah dalam memahami dan
mempraktekan dalam bacaan secara benar dan fashih.

Makhorijul huruf itu ada 17, kemudian diringkas menjadi


lima (5) makhraj, yaitu:

a. Lubang tenggorokan
b. Tenggorokan
c. Lidah
d. Kedua bibir
e. Pangkal hidung

2. Ciri-Ciri dan Karakteristik Metode Tartil

a. Langsung membaca secara mudah bacaan-bacaan yang


bertajwid sesuai contoh guru.
b. Langsung praktek secara mudah bacaan yang bertajwid sesuai
contoh guru.
c. Pembelajaran diberikan secara bertahap dari yang termudah.
Menerapkan sistem belajar tuntas.
d. Pembelajaran yang diberikan selalu berulang-ulang dengan
memperbanyak latihan.
e. Evaluasi selalu diadakan setiap pertemuan.
27

3. Kelemahan dan Kelebihan Metode Tartil

a. Kelemahan Metode Tartil

1) Bagi anak yang daya fikir nya agak lemah, maka ia akan
sering merasa kesulitan.

2) Bagi anak yang sering tidak hadir, maka ia akan


ketinggalan pelajaran.

b. Kelebihan Metode Tartil

1) Waktu relative singkat.

2) Bisa diajarkan kepada siapa saja tanpa batas usia.

3) Menggunakan system klasikal baca simak (satu membaca


yang lain menirukan).

4) Tidak membutuhkan terlalu banyak tenaga pengajar atau


guru.

F. Adab Membaca Al-Qur’a


Selaras dengan status dan fungsi Al-Qur’an sebagai kitab suci.
Kitab yang terhimpun padanya kalam ilahi, dan sebagai pedoman
hidup ummat manusia. Tempat rujukan bagi sekalian masalah
hidup dan kehidupannya, maka tentulah memelihara adab yang
luhur terhadap Al-Qur’an merupakan hal yang penting, dan
mestinya diperhatikan dengan sangat. Adapun adab yang
disyari’atkan terhadap Al-Qur’an, antara lain sebagai berikut :
a) Hendaknya mushaf Al-Qur’an diletakkan pada tempat-tempat
yang layak, terhormat dan suci.
b) Hendaknya orang yang membawa Al-Qur’an dan yang
28

membacanya berpakaian dengan pakaian yang sopan dan


bersih dari kotoran-kotoran atau najis.
c) Apabila ayat-ayat Al-Qur’an dibacakan, maka hendaknya
orang yang mendengarkannya benar-benar memperhatikan dan
tidak berkata-kata atau ngobrol sehingga merusak
kekhusyu‟an suasana.
d) Hendaknya melakukan sujud tilawah bila menjumpai ayat-ayat
sajdah, baik di dalam shalat maupun di luar sholat. Hokum
sujud tilawah adalah sunnah.
e) Sebaik-baik waktu membaca ayat-ayat Al-Qur’an ialah di
dalam shalat setelah membaca Al-Fatihah.
Hendaknya dicari tempat yang suci dan tenang untuk membaca Al-Qur’an,
sehingga pesan-pesan dari setiap ayat yang dibaca dapat tersimak dan
terhayati dengan baik. Sebaik-baik tempat untuk membaca Al-Qur’an ialah
dimasjid.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana kedisiplinan TPA Tarbiyatul Atfal Ds.
Ranca Iyuh Kec. Panongan Kab.Tangerang.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi TPA Tarbiyatul Atfal dalam
meningkatkan kedisiplinan santri dalam pembelajaaran.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat TPA
dalam meningkatkan kedisiplinan murid.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TPA Tarbiyatul Atfal Kp. Kebon
RT 02/01 Ds. Rancaiyuh Kec. Panongan Kab. Tangerang. Lokasi ini
dipilih karena ditemukannya TPA yang dimana strategi dalam
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an sangat kurang
bahkan belum efektif.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai
bulan juli 2022.
Jenis
No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli
Penelitian
1 Pendahuluan
Pembuatan
2 Proposal

29
30

Seminar
3 Proposal
Penyusunan
4 Instrument
Penyaringan
5 Data
Pengolahan
6 Data
7 Analisis Data
8 Ujian Skripsi

C. Latar Penelitian (setting)


Yang menjadi latar dalam penelitan ini adalah Strategi Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an di TPA Tarbiyatul
Atfal.

D. Metode penelitian Kualitatif


Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan metode
kualitatif. Penelitian yang menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif
bertujuan menggali atau membangun satu proporsi atau menjelaskan
makna di balik realita. Penelitian berpijak dari realita atau pristiwa yang
berlangsung di lapangan.
Menurut Sugiyono metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandasan pada filasafat postpositivme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiyah. (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
31

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan). Analisis data


bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi, (Sugiyono,2019:18).
Dalam melakukan Penelitian ini penulis hanya akan terfokus pada
Strategi Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an.

E. Pertanyaan Peneliti (Research Questions)


Berdasarkan pembatasan masalah, maka permasalahan pokok dalam
pertanyaan penelitian adalah :
1. Bagaimana kedisiplinan guru dalam meningkatkan kemampuan
membaca al-qur’an
2. Bagaimana strategi Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Di TPA Tarbiyatul Atfal.
3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat guru dalam
meningkatkan kedisiplian murid.

F. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data


Dalam proses pengumpulan data untuk mendapatakan suatu
informasi yang lengkap sesuai dengan fokus penelitian yang akan
dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Pengertian observasi menurut (Suharsimi Arikunto, 2013:199),
adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra, sehingga
dapat menghasilkan data dari pengamatan tersebut. Observasi dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu participant bservation (observasi
32

berperan serta) dan non participant observation (observasi tidak


berperan serta).
Dalam melakukan observasi ini, peneliti menggunakan observasi
non partisipan, di mana peneliti tidak berpartisipasi dalam mengikuti
pembelajaran secara langsung. Peneliti hanya mengamati proses
pembelajaran yang sedang berlangsung. Observasi ini di lakukan
dengan terlebih dahulu peneliti melakukan kesepakatan dengan subyek
peneltian perihal tempat, waktu dan alat yang digunakan dalam
observasi ini, seperti lembar catatan hasil penelitian dimana seorang
peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara langsung, serta
kamera untuk mengambil gambar atau foto kejadian yang sedang di
observasi.
Observasi digunakan untuk mengetahui secara langsung di
lapangan meliputi kondisi fisik dan non fisik TPA Tarbiyatul Atfal.
a. Pengamatan
Pengamatan merupakan kegiatan yang mengamati dan
mencermati pencatatan data atas informasi yang relevan, dengan
kontek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti ikut berperan saat
pengurus TPA.. Hal tersebut peneliti lakukan selama melakukan
penelitian.
b. Pengamatan Deskriptif
Dalam mengamati dokumen peneliti akan mengkaji isi data
dan mendeskripsikannya. Dokumen juga mendukung pernyataan
dari informan mengenai kasus yang sedang diteliti. Dokumen ini
berupa catatan ketidakdisiplinan belajar murid TPA.

c. Pengamatan Terfokus
33

Dalam pengamatan ini peneliti hanya akan berfokus pada


Strategi Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-
Qur’an Di TPA Tarbiyatul Atfal.
d. Pengamatan Terpilih
Peneliti hanya memilih strategi guru dalam meningkatkan
kemampuan membaca al-qur’an di TPA tarbiyatul atfal sebagai
informasi dalam wawancara. Dari banyaknya murid, peneliti hanya
memilih murid mutawasit berumuran 9/10 tahun Interview.
Dalam melakukan wawancara, Peneliti melakukan dialog
mengenai masalah yang sedang diteliti secara mendalam. Peneliti
melakukan wawancara dengan pihak yang ada di TPA Tarbiyatul
Atfal, yaitu kepada pengasuh TPA, dan santri.
2. Wawancara/interview
Pengertian wawancara (Moleong, 2011:18) merupakan percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (intervieweer) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Teknik wawancara ini dilakukan untuk mengetahui
lebih jauh dan mendalam tentang pendapat dari narasumber mengenai
tema dari judul yaitu strategi Pengasuh TPA dalam membina
kedisiplinan belajar santri Mutawasit Pelaksanaan wawancara
dilaksanakan lebih bebas untuk menemukan permasalahan secara lebih
detail dengan narasumber.
Wawancara akan dilakukan dengan pihak yang ada di TPA
Tarbiyatul Atfal yaitu kepada pengasuh TPA, guru dan orang tua. Hal
ini digunakan untuk memperoleh data tentang kedisiplinan belajar
santri yang difokuskan terkait strategi Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Di TPA Tarbiyatul Atfal.
34

3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories),cerita, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif. (Sugiyono, 2019:314).

G. Analisi Data
Analisis data menurut (Moleong, 2012:243) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dana pa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah
dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi,
gambar, poto, dan sebagainya, (Moleong, 2012:247).
Penelitian kualitatif berdasarkan tahapan dalam penelitian
kualitatif. Jadi proses penelitian berangkat dari yang luas kemudian
memfokuskan, dan meluas lagi. Terdapat tahapan analisis data yang
dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu :
1. Analisis Domain
Analisis domain dalam penjelasan (Sugiyono, 2012:256)
35

dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh


tentang situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian. Data
diperoleh dari grand tour dan minitor questions. Hasilnya adalah
gambaran umum tentang obyek yang diteliti, yang sebelumnya belum
pernah diketahui.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan analisis domainnya
ialah strategi guru dalam meningkatkan kemampuan membaca al-
qur’an
2. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi dalam penjelasan (Sugiyono, 2012:261)
adalah kelanjutan dari analisis domain. Domain-domain yang dipilih
oleh peneliti, perlu diperdalam lagi melalui pengumpulan data
lapangan. Pengumpulan data dilakukan secara terus menerus melalui
pengamatan, wawancara mendalam dan dokumentasi sehingga data
yang terkumpul menjadi banyak. Dengan demikian domain-domain
yang telah di tetapkan menjadi cover term oleh peneliti dapat diurai
secara rinci dan mendalam. Maka yang dimaksud dengan data
taksonomi dalam penelitian ini adalah Kemampuan membaca al-
qur’an.
3. Analisis Komponen
Menurut (Sugiyono, 2012:264) Pada analisis komponen, yang
dicari untuk diorganisasikan adalah perbedaan dalam domain atau
kesenjangan yang kontras dalam domain. Data ini dicari melalui
observasi, wawancara lanjutan, atau dokumentasi terseleksi. Dengan
teknik pengumpulan data yang bersifat triangulasi tersebut, sejumlah
dimensi yang spesifik dan berbeda pada setiap elemen akan dapat
ditemukan.
4. Analisis Tema
36

Analisis Tema merupakan upaya mencari “benang merah”


yang mengintegrasikan lintas domain yang ada. Dengan demikian
benang merah dari hasil analisis domain, taksnonomi, dan komponen
tersebut, maka selanjutnya akan dapat tersusun suatu ”konstruksi
bangunan” situasi sosial/obyek penelitian yang sebelumnya masih
gelap atau remangremang, dan setelah dilakukan penelitian, maka
menjadi lebih terang dan jelas (Sugiyanto, 2012:264).

H. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data


Uji keabsahan data dalam penelitian, sering ditekankan pada uji
validitas dan realibilitas. Validitas merupakan derajat ketepatan antara
data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat
dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data
yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.
Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif, dan metode
triangulasi lebih menjadi fokus bahasan. Hal itu terkait dengan
penggunaan triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data yang paling
banyak digunakan di dalam penelitian ini.
Menurut sugiyono (2019) uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif meliputi : uji credibility (validitas internal), transferability
(validitas eksternal), deendability (reliabilitas), dan confirmability
(objektivitas).
Triangulasi dalam teknik pengumpulan data, Triangulasi diartikan
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Bila peneliti melakukan pengumpulan data yang sekaligus menguji
37

kredibilitas data, yaitu mengecek kreadibilitas data dengan berbagai


teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mandalam dan dokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data
dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
(Sugiyono,2019:315).
BAB IV
TEMUAN-TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Data
1. Profil Lokasi Penelitian

Majlis Ta’lim Tarbiyatul Atfal merupakan tempat mengaji yang


didirikan oleh Bapak Aceng Suparta dan Siti Mariam pada tahun
2000. Awalnya hanya Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) kemudian
karena melihat banyaknya anak-anak kecil yang ingin mengaji di
daerah Kp. Kebon RT 02/01 Desa Rancaiyuh, maka bapak Aceng
Suparta dan ibu Siti Mariam berinisiatif untuk mendirikan Taman
Pendidikan Anak (TPA). Dengan adanya TPA dan berkat dukungan
keluarga, teman- teman masyarakat Kp. Kebon maka berdirilah TPA
Tarbiyatul Atfal khususnya untuk anak-anak yang berusia 4 tahun
sampai seterusnya.

Dari berdirinya pada tahun 2000 sebagai tempat mengaji berciri


khas agama Islam yang dipacu dan didorong untuk lebih efektif
terutama dalam bidang agama yang ditunjang dengan suasana
keagamaan sebagai tolak ukur ciri khas keagamaan.

Tabel 4.1 Daftar Nama Guru TPA Tarbiyatul Atfal


No Nama Guru Jabatan
1 Aceng Suparta Ketua
2 Siti Mariam Pengasuh
3 Padilah Guru
4 M. Lusman Guru

38
a. Jumlah Murid TPA Tarbiyatul Atfal

Data ini bermanfaat untuk mengetahui laju pertumbuhan


santri dan mengetahui jumlah angkatan yang ada. Data santri
menurut golongan umur di Majlis Ta’lim Tarbiyatul Atfal dapat
dilihat pada tabel berikut di bawah ini:

Tabel 4.2 Data murid TPA Tarbiyatul Atfal

NO Nama Alamat
1 Nanditia Mikaila Putri Kp. Kebon
2 Suhartini Korelet
3 Lia Khoirunnisa Kp. Kebon
4 Devi Ramadani Kp. Kebon
5 Ria Junianti Kp. Kebon
6 Siti Nur Kamilah Kp. Kebon
7 Putri Amelia Kp. Kebon
8 Silviana Kp. Kebon
9 Fika Adelia Kp. Kebon
10 Siti Wardatul Ajijah Kp. Kebon
11 Fani Novianti Kp. Kebon
12 Khesya Shafa Syahadati Kp. Kebon
13 Siti Khodijah Kp. Kebon
14 Hilyatul Mukaromah Kp. Kebon
15 Diana Kp. Kebon
16 Kayla Khalila Salsabila Kp. Kebon
17 Gendis Aulia Winata Kp. Kebon
18 Jeani Rarasati Yusnita Kp. Kebon
19 Siti Afriza Kp. Kebon

39
40

20 Elisah Kp. Kebon


21 Siti Andiah Kp. Kebon
21 Siti Andiah Kp. Kebon
22 Siti Nur Ajijah Kp. Kebon
23 Desi Rahmawati Kp. Kebon
24 Putri Puji Lestari Kp. Kebon
25 Gitariana Kp. Kebon

1. Visi dan misi


Adapun Visi TPA Tarbiyatul Atfal adalah membentuk
generasi muslim yang fashih membaca Al-Qur’an, mandiri, dan
berakhlak Al-Qur’an.
2. Misi TPA Tarbiyatul Atfal adalah:

a. Menjadikan santri bisa membaca Al-Qur’an dengan fashih.

b. Menanamkan dasar-dasar akidah islamiyah kepada santri


secara baik dan benar.

c. Menanamkan dasar-dasar akhlak islamiyah kepada santri


secara baik dan benar.

d. Menanamkan dasar-dasar adab islamiyah kepada santri secara


baik dan benar.

e. Menanamkan dasar-dasar kecakapan hidup life skil kepada


santri secara baik.

40
41

B. Hasil Penelitian
1. Strategi guru TPA Tarbiyatul Atfal

Strategi pembelajaran adalah suatu proses dimana guru dan peserta


didik saling berinteraksi dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan
demikian setiap guru harus memilih strategi yang tepat untuk
digunakan dalam proses pembelajaran seperti mengetahui tujuan
pembelajaran, menguasai meteri serta metode dan media yang tepat
untuk digunakan sehingga akan menghasilkan ketercapaian proses
pembelajaran dengan baik dan tepat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di TPA Tarbiyatul


Atfal mengenai strategi guru di TPA Tarbiyatul Atfal dengan
melakukan beberapa wawancara. Maka peneliti akan memaparkan
tentang beberapa pertanyaan.
a. Apakah bapak/ibu guru menerapkan strategi pembelajaran
terhadap peserta didik, seperti peserta didik disuruh
menghafal hukum-hukum tajwid?
b. Apakah bapak/ibu guru dalam strategi pembelajaran
melatih peserta didik untuk menjadi lebih giat mengaji ?
c. Apakah bapa/ibu sudah melaksanakan Strategi Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an?
Menurut umi siti mariyam selaku pengasuh TPA Tarbiyatul
Atfal beliau telah menerapkan strategi dalam meningkatkan
kemampuan membaca al-qur’an seperti memberikan kajian huruf
hijaiyah kepada muridnya, belajar mengenal huruf-huruf hijaiyah
beserta tajwid dan mahkroj hurufnya kepada murid.
42

2. Penerapan Metode Tartil


Pada Pembelajaran Membaca Al-Qur’an di TPA Tarbiyatul
Atfal Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik apabila
pembelajaran dilaksanakan sebaik mungkin dengan menggunakan
model-model pembelajaran yang tepat. Dengan adanya model
pembelajaran yang relevan, maka pelaksanaan pembelajaran akan
berjalan dengan lancar. Demikian pula dengan adanya metodologi
dalam penyampaian pengetahuan akan menjadikan seseorang lebih
mudah untuk menerima materi yang disampaikan. Untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas khususnya bagi pengajar
yang mengajarkan Al-Qur’an menggunakan metode tartil, maka
semua dewan guru wajib mengikuti penataran dan pembinaan guru
Al-Qur’an yang diadakan oleh TPA Tarbiyatul Atfal tersebut.
Kegiatan tesebut bertujuan untuk memperoleh ilmu dan
materimateri sebagai syarat mengajarkan Al-Qur’an dengan
menggunakan metode tartil. Materi-materi yang diajarkan dalam
kegiatan tersebut adalah materi-materi yang berhubungan dengan
pengajaran dan pembelajaran Al-Qur’an melalui metode tartil. Materi-
materi tersebut diantaranya: Management tartil, visi dan misi tartil,
cara mengajarkan AlQur’an melalui metode tartil, ulumul Qur’an, cara
membuka dan menutup kegiatan belajar
43

Jadwal TPA Tarbiyatul Atfal

JAM KEGIATAN
Guru membariskan santri di dalam majlis TPA
Tarbiyatul Atfal untuk membaca doa bersama dan
13.4.14. OO
asma’ul husna.
Guru memulai kegiatan belajar mengajar sesuai
jadwal dan tempatnya masing-masing
14.OO.14.45

Guru bersiap-siap untuk mengakhiri kegiatan belajar


mengajar
14.45.15.OO

Dengan adanya kelas dasar dan kelas Al-Qur’an akan membantu


santri untuk lebih memahami hukum-hukum bacaan yang ada di dalam
Al-Qur’an dan senantiasa mengaplikasikannya dalam kehidupan
seharihari. Pada dasarnya kedua kelas ini tidaklah menjadi persoalan
yang dapat mengganggu proses kegiatan belajar mengajar, meskipun
pelaksanaannya ditetapkan dengan waktu yang sama. Akan tetapi,
justru dengan adanya kelas dasar dan kelas Al-Qur’an semakin lama
semakin mengalami peningkatan.

Penilaian buku tartil dalam pengajaran dan pembelajaran


AlQur’an berbeda dengan buku-buku yang menggunakan metode
lainnya. Evaluasi yang terdapat pada buku tartil hanya ada 2 lambang
yaitu lambang L (Lancar) dan lambang TL (Tidak Lancar). Santri yang
mendapat nilai L berarti boleh dan berhak untuk melanjutkan ke
halaman atau jilid berikutnya. Akan tetapi, jika nilai yang didapat oleh
santri TL maka santri tersebut tidak diperbolehkan untuk melanjutkan.
44

C. Pembahasan
1. Hasil Penelitian di TPA Tarbiyatul Atfal
Peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan
benar adalah benar bacaannya, baik dan lancar dalam melafadzkannya,
tepat dan sesuai dari segi makhraj dan ilmu tajwidnya. Sedangkan
ilmu tajwid itu sendiri bertujuan agar umat Islam bisa membaca Al-
Qur’an sesuai dengan bacaan yang diajarkan Rasulullah saw.
Pembelajaran Al-Qur’an adalah suatu proses belajar Al-Qur’an yang
disampaikan oleh pendidik ke peserta didik, dengan tujuan agar
peserta didik dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai
kaidah-kaidah yang telah ditentukan. Pembelajaran Al-Qur’an dengan
menggunakan metode 87 tartil merupakan sebuah cara pembelajaran
Al-Qur’an dengan pendekatan fungsi huruf atau pendekatan bunyi (at-
thariqah al-shauthyyah), yaitu pembelajaran membaca huruf arab
langsung. Serta menggunakan metode penyusunan (al-tariqah al-
tarkibiyyah), yaitu dimulai dari pembelajaran membaca huruf menuju
kata, kalimat sampai pembelajaran membaca ayat.
Terampil dalam membaca Al-Qur’an menjadi kemampuan dasar
yang harus dikuasai oleh umat islam. Langkah awal untuk mendalami
AlQur’an yaitu membacanya dengan baik dan benar. Karna ibadah
yang terpenting dalam islam yakni shalat membutuhkan keterampilan
membaca Al-Qur’an yang baik. Dengan demikian bagi kaum muslim
yang membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar mempunyai peran
sentral dalam kehidupan kaum muslim. Sejalan dengan proses
pelembagaan pengajaran Al-Qur’an, berkembang ilmu spesifik
pembacaan Al-Qur’an yang dikenal sebagai “Tajwid” yang berarti
membuat sesuatu menjadi lebih baik. Ada beberapa istilah yang
dipergunakan untuk menunjukkan ilmu pembacaan Al-Qur’an. Dalam
45

khasanah literature islam, selain tajwid, terdapat beberapa istilah lain


yang lazim digunakan untuk merujuk ilmu spesifik pembacaan Al-
Qur’an yaitu:
a. Tartil, mencakup pemahaman tentang tata cara berhenti
(waqaf) dan meneruskan (washl) dalam pembacaan dan
artikulasi yang tepat huruf-huruf hijaiyah.
b. Tilawah, membaca secara tenang, berimbang dan menyenangkan.
c. Qira’ah, membaca yang meski dibedakan penggunaanya untuk
merujuk pada istilah yang berarti keragaman bacaan Al-Qur’an.

Dengan demikian, jelaslah bahwa pentingnya kemampuan


membaca Al-Qur’an dan hadist sebagai umat islam. Kemampuan
membaca Al-Qur’an akan terasa dengan baik jika telah dimulai
sejak dini. Anak-anak adalah usia yang baik untuk menanamkan
kemampuan membaca Al-Qur’an dan hadist. Untuk itu perlu
dirumuskan tujuan pembelajaran yang jelas dalam proses
pendidikannya, dalam hal ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman kepada anak didik bahwa mampu membaca Al-Qur’an
dan hadist dengan baik merupakan hal terpenting dalam ajaran
islam.

Dari hasil temuan data di lapangan, maka terdapat hubungan


antara pembelajaran Al-Qur’an dengan metode tartil dalam
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an bagi santri TPA
Tarbiyatul Atfal. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dan observasi
bahwa pembelajaran Al-Qur’an menggunakan metode tartil efektif
dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an bagi santri.
Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
46

1. Santri mampu membaca Al-Qur’an dengan Lancar


Dari hasil yang ada santri mampu membaca Al-Qur’an
dengan lancar, hal ini terbukti dari hasil wawancara dengan
santri yang menjawab 89 “Ya” mengenai pertanyaan apakah
anda lebih mudah dan lancar ketika membaca Al-Qur’an.
Dikatakan lancar ketika santri membaca Al-Qur’an dalam satu
ayat tidak terdapat kesalahan dan santri membaca nya tanpa
terputus-putus.

2. Santri lebih berhati-hati dalam membaca Al-Qur’an


Selain santri telah lancar membaca Al-Qur’an seperti yang
dijelaskan sebelumnya, dalam hal ini santri juga lebih berhati-
hati dalam melafadzkan huruf-huruf Al-Qur’an sesuai dengan
sifatnya dan juga sesuai dengan makhrajnya, jadi santri tidak
sembarang lancar membaca AlQur’an dan cepat saja, akan
tetapi lebih berhati-hati dan dengan benar melafadzkan uruf-
huruf Al-Qur’an sesuai dengan sifat dan makhrajnya.
3. Santri mampu membaca Al-Qur’an dengan benar (sesuai kaidah
ilmu tajwid)

Dari hasil wawancara yang ada santri mampu menerapkan


kaidah tajwid dalam bacaan Al-Qur’an, sehingga santri bisa
membaca AlQur’an dengan benar dan tartil. Dalam
penerapannya santri satu dengan santri yang lain saling
menyimak dan guru memberikan kesempatan kepada santri
untuk mengurai pelajaran tajwid dalam satu ayat yang telah
dibaca secara bergantian. Jika ada yang salah penyebutan
pelajaran tajwid yang ada atau terlewat, maka teman yang
lainnya lah yang membenarkannya. Karenanya secara otomatis
47

santri bisa membaca AlQur’an dengan benar dan sesuai dengan


kaidah tajwid.

4. Santri mampu merasakan dan berhenti membaca ketika salah


dalam bacaan Al-Qur’an yang tidak sesuai dengan ilmu tajwid

Hal ini terlihat ketika santri satu membaca Al-Qur’an


secara bergantian dengan disimak oleh pengajar dan teman-
temannya, ketika ia mengucapkan kalimat yang salah membaca
Al-Qur’an maka dengan sendirinya santri tersebut berhenti dan
mengulangi mambaca dari awal. Hal ini dimulai dari
pembiasaan oleh pengajarnya yang mengajarkan kepada santri
untuk serius menyimak dan secara langsung mengingatkan
teman yang membaca jika ada kesalahan dalam membacanya.
Dari beberapa jabaran di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwasannya peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an
menggunakan metode tartil sangat efektif untuk digunakan
bagi santri.

Kategori Penilaian Kemampuan Dalam Membaca Al-Qur’an

Kategori Deskripsi Kemampuan Membaca Al-Qur’an


Santri dapat membaca Al-Qur’an secara lancar dengan
makhrijul huruf yang benar, tajwid yang benar, serta
Sangat Baik
irama tartil yang bagus
Murid dapat membaca Al-Qur’an secara lancar tetapi

Baik masih kurang tepat makhrijul huruf, tajwid, dan seni

Murid dapat membaca Al-Qur’an tetapi tidak lancar,

Kurang Baik keliru makhrijul huruf, dan tajwid nya


48

Dari hasil survey terhadap 30 santri di Pondok Al Fatimiyyah Al


Islamy Desa Adiluhur Kecamatan Jabung Kabupaten Lampung Timur
diperoleh gambaran tentang kemampuan membaca Al-Qur’an sebagai
berikut.
Perolehan Gambaran tentang Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Santri No. Jumlah Keterangan 8 Sangat Baik 8 Baik 9 Kurang Baik
Jumlah 25.
Dari tabel di atas, dapat menunjukkan bahwa realitas yang terlihat
di TPA Tarbiyatul Atfal Desa Ranca Iyuh adalah santri-santri pada
tingkat pengajiannya masih kurang dan belum maksimal dalam
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid.
Kesalahan yang banyak dalam bacaan adalah seputar bacaan panjang
dan pendek, kemudian pengucapan makhrojul huruf serta bacaan
tajwid yang masih kurang fasih dan kurang jelas. Sehingga ketika ada
huruf yang sama namun berbeda bentuknya mereka sulit memahami
dan membacanya, belum lagi penguasaan ilmu tajwid yang diajarkan
tidak sepenuhnya mereka kuasai.
Metode tartil ini sebenarnya sudah bagus, namun ketika
diperankan oleh pendidik yang kurang faham dengan metode tartil dan
kurang menguasai metode tersebut maka metode tartil ini tidak bisa
berjalan dengan lancar dan diterima oleh santri dengan baik. Oleh
karena itu, dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an harus hati-hati dan
dengan cara yang baik dan benar.
Keberhasilan suatu program pendidikan dalam proses
pembelajaran sangatlah ditentukan oleh dua hal penting yaitu kualitas
dan kemampuan pendidik. Kualitas dan kemampuan pendidik yang
baik tanpa di dukung oleh metode mengajar yang baik hasilnya kurang
49

optimal begitu pula dengan metode yang baik tanpa ditunjang oleh
kualitas dan kemampuan pendidik yang baik jangan berharap hasilnya
akan baik dan berkualitas.
Karena metode merupakan salah satu hal yang sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran. Dengan demikian, seorang pendidik harus
bisa memilih metode yang sesuai dengan kondisi kelas dan karakter
santrinya. Dengan metode tersebut diharapkan mampu memberikan
kontribusi yang positif terhadap santri khususnya membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar sesuai kaidah yang ada. Sehingga nantinya
santri-santri dapat 7 membaca dan memahami dan mengamalkan Al-
Qur’an dengan baik dan benar.
Metode tartil merupakan suatu metode pembelajaran membaca Al-
Qur’an yang digunakan di TPA Tarbiyatul Atfal Desa Ranca Iyuh.
dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan metode tersebut
belum maksimal dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
sesuai dengan ilmu tajwid. Kesalahan yang banyak dalam bacaan
adalah seputar bacaan panjang dan pendek, kemudian pengucapan
makhrojul huruf serta bacaan tajwid yang masih kurang fasih dan
kurang jelas.
Berdasarkan permasalahan yang Penulis kemukakan pada latar
belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti masalah “Strategi
Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Menggunakan Metode Tartil bagi Santri di TPA Tarbiyatul Atfal Desa
Ramca Iyuh.
4. Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Tartil Penyusunan buku At-
Tartil sangat sistematis sekali pada masingmasing jilidnya,
disamping itu pula juga sangat praktis karena disertakan petunjuk
pengajaran disetiap jilidnya. Dalam hal ini penulis mengutip tiaptiap
50

pokok bahasan dan petunjuk mengajar yang ada pada masing-masing


jilidnya, yaitu sebagai berikut:34 1)
1. Buku At-Tartil jilid 1
a) Ajarkan buku belajar membaca Al-Qur’an Tartil ini sesuai
dengan penjelasan yang ada dimasing-masing halaman.
b) Cara membaca pada kolom bagian atas adalah secara
musammahyatul huruf (dibaca langsung dengan berharokat)
sedangkan pada kolom bagian bawah adalah secara asmaul
huruf dibaca menurut hurufnya
c). Pada halaman 1-24 adalah penyampaian pengenalan ke 28 huruf
hijaiyah dengan bacaan yang tartil dan santri diwajibkan
memahami serta mendengarkan bentuk tulisan dengan mencoba
membaca sendiri.
d) Pada halaman 25-36 adalah penyampaian bentuk tulisan
gandeng. Guru cukup menunjukan bentuk tulisan asli dan
memperhatikan letak jumlahnya titik.
e) Bila santri membacanya masih salah maka wajib untuk
mengulanginya.
f) Sebaiknya diajarkan secara klasikal satu guru ada 10-15 santri.
2. Buku At-Tartil jilid 2

a. Ajarkan buku belajar membaca Al-Qur’an Tartil ini sesuai


dengan penjelasan yang ada dimasing-masing halamannya.
b. Pada halaman 1-5 adalah penyampaian bacaan yang berharokat
fathah, kasroh, dan dhummah.
c. Pada halaman 6-10 adalah penyampaian bacaan yang berharokat
fathatain, kasrotain, dan dhummahtain.
d. Pada halaman 6-24 adalah penyampaian bacaan berharokat
sukun.
51

e. Pada halaman 24-34 adalah penyampaian bacaan berharokat


sukun.
f. Guru cukup memberikan contoh pokok bahasan disertai cara 31
membacanya sebagian saja secara tartil, santri dimana untuk
memahami dan menirukan cara membacanya, yang selanjutnya
dipersilahkan untuk membaca sendiri dengan diawasi oleh guru.
g. Bila santri membacanya masih salah, wajib untuk
mengulanginya.
h. Sebaiknya diajarkan max 1 guru ada 20 santri.

3) Buku At-Tartil jilid 3


a. Ajarkan buku membaca At-Tartil ini sesuai dengan penjelasan
yang ada dimasing-masing halaman.
b. Pada halaman 1-3 adalah penyampaian bacaan qoshr, dengan
pokok bahasan huruf mad yang terbaca dan tidak terbaca.
c. Pada halaman 4-7 adalah penyampaian bacaan idhar syafawi.
d. Pada halaman 8-11 adalah penyampaian bacaan idhar
qomariyah.
e. Pada halaman 12-14 adalah penyampaian bacaan idhar halqi.
f. Pada halaman 15-24 adalah penyampaian bacaan qolqolah
g. Pada halaman 25-27 adalah penyampaian bacaan lein.
h. Pada halaman 28-31 adalah penyampaian huruf hijaiyah yang
bersyaddah dibaca dengan suara ditekan.
i. Pada halaman 32-36 adalah penyampaian bacaan idghom
bilaghunnah.
j. Guru cukup memberikan contoh pokok bahasannya disertai 32
cara membacanya sebagian saja secara tartil, santri diminta
untuk memahami dan menirukan cara membacanya, yang
52

selanjutnya dipersilahkan untuk membaca sendiri dengan


diawasi oleh gurunya.
k. Sebaiknya diajarkan secara klasikal max 1 guru ada 20 santri.
4) Buku At-Tartil jilid 4

a. Ajarkan buku belajar membaca Al-Qur’an at-Tartil ini sesuai


dengan penjelasan yang ada dimasing-masing halamannya.
b. Pada halaman 1-5 adalah penyampaian bacaan idghom
syamsiyah.
c. Pada halaman 6-8 adalah penyampaian lafadz lam-jalalah yang
dibaca tebal/tafkhim dan yang dibaca tipis/ tarqiq.
d. Pada halaman 9-12 adalah penyampaian bacaan
ghunnah/dengung.
e. Pada halaman 13-15 adalah penyampaian bacaan idghom mimi
dan ikhfa’syafawi.
f. Pada halaman 16-17 adalah penyampaian bacaan iqlab.
g. Pada halaman 18-21 adalah penyampaian bacaan idghom
bighunnah.
h. Pada halaman 22-36 adalah penyampaian bacaan ikhfa’.
i. Pada halaman 28 adalah penyampaian bacaan idhar wajib.
j. Pada bagian paling bawah cara membaca ayat-ayat
nuhrowiyah/fawatihus suar. 33
k. Guru cukup memberikan contoh pokok bahasan disertai cara
membacanya sebagian saja secara tartil, santri diminta untuk
memahami dan menirukan cara membacanya, yang selanjutnya
dipersilahkan untuk membaca sendiri dengan diawasi gurunya.
l. Bila santri membacanya masih salah, maka wajib untuk
mengulanginya. m) Sebaiknya diajarkan klasikal max 1 guru
ada 20 santri.
53

5) Buku At-Tartil jilid 5

a. Ajarkan buku belajar membaca Al-Qur’an at-Tartil ini sesuai


dengan penjelasan yang ada dimasing-masing halaman.
b. Pada buku at-Tartil jilid 5 ini, pokok bahasannya adalah
penyampaian tentang cara-cara mewaqofkan ayat-ayat
AlQur’an yang kemungkinan akan dibaca para qori’ qori’ah
(mulai halaman 1-32).
c. Mulai pada halaman 26 adalah penyampaian bacaan yang
panjangnya 2 ½ sampai 3 alif.
d. Guru cukup memberikan contoh pada pokok bahasannya
disertai cara membacanya dengan tartil, santri diminta untuk
memahami dan menirukan cara membacanya, yang
selanjutnya dipersilahkan untuk membaca sendiri yang
diawasi oleh gurunya.
e. Sebaiknya diajarkan secara klasikal max 1 guru ada 20 santri.

6) Buku At-Tartil jilid 6

a. Ajarkan buku belajar membaca At-Tartil sesuai dengan


penjelasan dimasing-masing halaman.
b. Pada buku at-Tartil jilid 6 ini pokok bahasannya adalah
penyampaian tentang cara-cara membaca ayat-ayat suci
AlQur’an yang perlu hati-hati. Karena ada beberapa ayat yang
tulisanya tidak sesuai sebagaimana aturan cara membacanya.
Yang sering disebut dengan istilah Ghoribul Qur’an.
c. Guru cukup membaca contoh pada pokok bahasan disertai
cara membacanya dengan tartil, santri diminta untuk
memahami dan menirukan cara membacanya, yang
54

selanjutnya dipersilahkan untuk membaca sendiri dengan


diawasi oleh gurunya.
d. Sebaiknya diajarkan secara klasikal max 1 guru 20 santri.

Dalam pembelajaran Al-Qur’an dengan metode tartil diperlukan


sarana dan prasarana sebagai alat pendukung terlaksananya proses
pembelajaran. Sarana dan prasarana yang tersedia di TPA Tarbiyatul
Atfal sudah dijelaskan di atas. Dengan adanya sarana dan prasarana
yang memadai, maka proses pembelajaran akan lebih mudah terlaksana
dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, tanpa adanya sarana dan
prasarana yang mendukung bagi suatu lembaga maka proses
pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik sesuai tujuan.
Diantara sarana dan prasarana tersebut, yang paling penting di
gunakan oleh pengajar dalam mengajar Al-Qur’an dengan metode tartil
adalah alat peraga dan buku jilid tartil. Sebagaimana yang telah
diungkapkan oleh Ustadzah Umi Siti Mariyam bersabda:
“Alat peraga dan buku metode tartil merupakan sarana yang paling
penting dalam mengajarkan Al-Qur’an melalui metode tartil. Karena
dengan adanya kedua sarana ini, santri akan lebih mudah mempelajari
setiap jilid dalam buku tartil. Alat peraga ini berfungsi sebagai alat
untuk mempermudah dan memperlancar bacaan santri secara klasikal.
Sedangkan secara individual santri menggunakan buku tartil. Dengan
adanya buku tartil bertujuan untuk mempermudah santri dalam
membacanya setiap waktu baik sewaktu berada di kelas maupun di
rumah.
55

Sebelum proses pembelajaran Al-Qur’an dimulai, hal-hal yang harus


dilakukan oleh guru antara lain: Guru mengumpulkan seluruh santri di
dalam majlis TPA Tarbiyatul Atfal pada pukul 14.00WIB. Guru
memberi salam kepada seluruh santri. Guru memimpin doa dan asmaul
husna, kemudian diikuti oleh seluruh santri bersama-sama. Guru
memberikan sedikit materi tambahan kepada santri selama 15 menit.
Materi tambahan tersebut berupa hafalan surat-surat pendek dan doa
sehari-hari.

Guru memanggil nama-nama santri.

Bagi santri yang telat, guru memberikan peringatan kepada mereka,


agar mereka tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Setelah
memberikan peringatan, guru menyuruh santri untuk berdoa dan
menghafal doa sehari-hari sebagaimana yang telah dilakuan
sebelumnya.
Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an melalui
metode tartil untuk masing-masing tingkatan jilid terdiri
dari 3 tahap antaranya:
a. Persiapan pelaksanaan pembelajaran Sebelum pelaksanaan proses
pembelajaran dilakukan maka hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh pengajar
maupun santri adalah sebagai berikut:

1. Pengajar
a. Mempersiapkan alat peraga tartil jilid 1-6.
b. Mengkondisikan santri.
c. Memberikan nasehat yang bersifat mendidik kepada
santri sebelum proses pembelajaran dimulai.
d. Membacakan pokok bahasan yang terdapat pada alat
56

peraga.
2. Santri
a. Menyiapkan alat-alat tulis
b. Menyiapkan buku tartil

c. Menyiapkan buku penghubung dan meletakkannya di bangku


guru.

d. Berdoa bersama.

Adanya persiapan dalam pelaksanaan pembelajaran sangatlah


penting untuk dilakukan. Sebagaimana yang telah diungkapkan
oleh Ustadzah Era, menyatakan bahwa:
“Yang perlu dipersiapkan sebelum kegiatan belajar mengajar
adalah alat peraga dan media yang akan digunakan ketika proses
pembelajaran berlangsung. Alat peraga dan media merupakan
sarana yang sangat mendukung terlaksananya pengajaran Al-
Qur’an dengan menggunakan metode tartil. Akan tetapi, alat
peraga digunakan hanya bagi tartil.
Dari penjelasan yang penulis peroleh selama observasi dan

berdasarkan hasil wawancara, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum

proses pembelajaran berlangsung, diperlukan suatu persiapan yang

matang dan terencana guna untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Tujuan yang dimaksud adalah untuk menciptakan santri

yang mempunyai kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai

kaidah ilmu tajwid.


57

a. Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Tartil


Pelajaran ke 1
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam
b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran membaca Al-Qur’an


dengan metode tartil, guru membimbing peserta didik
melafalkan huruf alif‫ ﺍ‬dengan baik dan benar, selanjutnya murid
mengulanginya dengan baik dan benar.
b. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara melafalkan uruf
la dengan baik dan benar, selanjutnya murid mengulanginya
dengan baik.
c. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara melafalkan
huruf mim ‫ ﻡ‬dengan baik dan benar, murid mengulanginya
dengan baik dan benar.
d. Guru membimbing murid melafadzkan huruf- huruf Al-Qur’an
yang sudah diajarkan seperti alif, lam, mim.
e. Guru menyediakan kertas kosong dan kemudian murid menulis
ulang huruf-huruf yang telah dijarkan agar lebih mengerti
sebagai evaluasi pelajaran pertama.
f. Berdo’a dan penutup dengan salam
Pelajaran ke 2
1. Pembukaan

a. Guru memberi salam


b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
58

2. Kegiatan inti
a. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara melafalkan
huruf dzal ‫ ﻨ‬dengan baik dan benar, selanjutnya murid
mengulanginya dengan baik dan benar.
b. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara melafalkan
huruf kaf ‫ ﻙ‬dengan baik dan benar, selanjutnya murid
mengulanginya dengan baik dan benar.
c. Guru membimbing murid melafadzkan huruf- huruf
Al-Qur’an yang sudah diajarkan seperti zal, dan kaf.
d. Guru menyediakan kertas kosong dan kemudian murid
menulis ulang huruf-huruf yang telah dijarkan agar
lebih mengerti sebagai evaluasi pelajaran kedua.
e. Berdo’a dan penutup dengan salam
Pelajaran ke 3
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam

b. selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan benar


Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
a. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara
melafalkan huruf ta ‫ ﭢ‬dengan baik dan benar,.
b. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara
melafalkan huruf Ba ‫ ﭒ‬dengan baik dan benar,
selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan
benar.
c. Guru menyediakan kertas kosong dan kemudian
murid menulis ulang huruf-huruf yang telah
59

dijarkan agar lebih mengerti sebagai evaluasi


pelajaran ketiga.
d. Berdo’a dan penutup dengan salam
Pelajaran ke 4
2. Pembukaan
a. Guru memberi salam
b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Kegiatan inti

a. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara


melafalkan huruf Lam Alif dengan baik dan benar,
selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan
benar.
b. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara
melafalkan huruf Ra ‫ ﺮ‬baik dan benar, selanjutnya
murid mengulanginya dengan baik dan benar.
c. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara
melafalkan huruf Ya ‫ ﻱ‬dengan baik dan benar,
selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan
benar.
d. Guru menyediakan kertas kosong dan kemudian murid
menulis ulang huruf-huruf yang telah dijarkan agar
lebih mengerti sebagai evaluasi pelajaran keempat.
e. Berdo’a dan penutup dengan salam.
60

Pelajaran ke 5
2. Pembukaan
a. Guru memberi salam
b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Kegiatan inti

a. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara


melafalkan Fa ‫ ﻑ‬dengan baik dan benar, selanjutnya
murid mengulanginya dengan baik dan benar.
b. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara
melafalkan huruf Ha ‫ ﺡ‬dengan baik dan benar, selanjutnya
murid mengulanginya dengan baik dan benar.
c. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara
melafalkan huruf Dal ‫ ﺩ‬dengan baik dan benar, selanjutnya
murid mengulanginya dengan baik dan benar.
d. Guru menyediakan kertas kosong dan kemudian murid
menulis ulang huruf-huruf yang telah dijarkan agar lebih
mengerti sebagai evaluasi pelajaran kelima.
e. Berdo’a dan penutup dengan salam
Pelajaran ke 6
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam
b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti

a. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara


melafalkan huruf Qaf ‫ ﻙ‬dengan baik dan benar,
selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan benar.
61

b. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara


melafalkan huruf Nun ‫ ﻥ‬dengan baik dan benar,
selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan benar.
c. Guru menyediakan kertas kosong dan kemudian murid
menulis ulang huruf-huruf yang telah dijarkan agar lebih
mengerti sebagai evaluasi pelajaran keenam.
d. Berdo’a dan penutup dengan salam.
Pelajaran ke 7
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam
b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti

a. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara


melafalkan huruf Hamzah ‫ ﺀ‬dengan baik dan benar,
selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan
benar.
b. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara
melafalkan huruf Ghain ‫ ﻍ‬dengan baik dan benar,
selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan
benar.
c. Guru menyediakan kertas kosong dan kemudian murid
menulis ulang huruf-huruf yang telah dijarkan agar lebih
mengerti sebagai evaluasi pelajaran ketujuh.
d. Berdo’a dan penutup dengan salam.

Pelajaran ke 8
1. Pembukaan
62

a. Guru memberi salam


b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti

a. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara

melafalkan huruf Ta Marbuthah ‫ ﺓ‬dengan baik dan benar,

selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan benar.

b. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara

melafalkan huruf Zai ‫ ﺯ‬dengan baik dan benar,

selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan benar.

c. Guru menyediakan kertas kosong dan kemudian murid

menulis ulang huruf-huruf yang telah dijarkan agar lebih

mengerti sebagai evaluasi pelajaran kedelapan.

d. Berdo’a dan penutup dengan salam.

Pelajaran ke 9
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam
b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti

a. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara


melafalkan huruf Ain ‫ ﻉ‬dengan baik dan benar,
selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan
benar.
63

b. Guru menyediakan kertas kosong dan kemudian murid


menulis ulang huruf-huruf yang telah dijarkan agar lebih
mengerti sebagai evaluasi pelajaran kesembilan.
c. Berdo’a dan penutup dengan salam.
Pelajaran ke 10
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam
b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
a. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara
melafalkan huruf Ha ‫ ﺡ‬dengan baik dan benar,
selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan
benar.
b. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara melafalkan huruf
Sin ‫ ﺱ‬dengan baik

c. Guru menyediakan kertas kosong dan kemudian murid


menulis ulang huruf-huruf yang telah dijarkan agar lebih
mengerti sebagai evaluasi pelajaran kesepuluh.
d. Berdo’a dan penutup dengan salam.

Pelajaran ke 11
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam
b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
a. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara
64

melafalkan huruf Syin ‫ ﺵ‬dengan baik dan benar,


selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan
benar.
b. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara
melafalkan huruf Zha ‫ ﺰ‬dengan baik dan benar,
selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan
benar

c. Guru menyediakan kertas kosong dan kemudian murid


menulis ulang huruf-huruf yang telah dijarkan agar lebih
mengerti sebagai evaluasi pelajaran kesebelas.
Pelajaran ke 12
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam
b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
a. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara
melafalkan huruf Dhad ‫ ﺽ‬dengan baik dan benar,
selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan
benar.
b. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara
melafalkan huruf Tha ‫ ﻄ‬dengan baik dan benar,
selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan
benar
c. Guru menyediakan kertas kosong dan kemudian murid
menulis ulang huruf-huruf yang telah dijarkan agar lebih
mengerti sebagai evaluasi pelajaran duabelas.

d. Berdo’a dan penutup dengan salam.


65

Pelajaran ke 13
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam
b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
a. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara
melafalkan huruf Jim ‫ ﺢ‬dengan baik dan benar,
selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan
benar.
b. Guru memperkenalkan dan mempraktekkan cara
melafalkan huruf Tsa/ Sa ‫ ﺚ‬dengan baik dan benar,
selanjutnya murid mengulanginya dengan baik dan
benar
c. Guru menyediakan kertas kosong dan kemudian murid
menulis ulang huruf-huruf yang telah dijarkan agar lebih
mengerti sebagai evaluasi pelajaran ketiga belas.
d. Berdo’a dan penutup dengan salam.

Pelajaran ke 14
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam

b. Guru menanyakan absensi


c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
66

a. Guru membimbing murid untuk melafadzkan hurf-huruf


yang sudah dipelajari (Al-Baqarah).
Pelajaran ke 15
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam
b. Guru menanyakan absensi
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
a. Guru mempraktekkan cara melafalkan Al- Qur’an yang berbaris
satu, selanjutnya guru memberitahu huruf pertama dalam bahasa
Indonesia yaitu A. contoh nya huruf awal dalam bahasa Indonesia
B, tulisan dalam bahasa Indonesia Bad dan selanjutnya sampai
huruf “Ya”. Dengan catatan tidak termasuk huruf alif, ain, ta
marbuthah, lam alif, dan hamzah

b. Guru mengulangi dan mengajak murid mengikutinya,


seperti bentuk berbaris satu B (dalam bahasa Indonesia)
dan dalam Al-Qur’an yaitu Ba.
c. Guru menjelaskan bila huruf Al-Qur’an itu berbaris
diatas, maka huruf awal dari huruf tersebut disambung
dengan bunyi “A”.
d. Guru menjelaskan bila huruf Al-Qur’an itu berbaris
bawah, maka huruf awal dari huruf tersebut disambung
dengan bunyi “I”.
e. Guru menjelaskan bila huruf Al-Qur’an itu berbaris di
depan, maka huruf awal dari huruf tersebut disambung
dengan bunyi “U”.
f. Berdo’a dan penutup dengan salam.
67

Pelajaran ke 16
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam
b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti

a. Guru memperkenalkan dan membaca ayat Al- Qur’an


yang bertanda mati, terlebih dahulu guru
memperlihatkan bentuk tanda mati. Selanjutnya guru
mempraktekan .membaca ayat Al-Qur’an yang bertanda
mati.
b. Guru membimbing murid untuk membaca Al- Qur’an
yang bertanda mati dengan baik dan benar.
c. Berdo’a dan penutup dengan salam.
Pelajaran ke 17
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam
b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
a. Guru memperkenalkan ayat Al-Qur’an yang bertanda
tasydid, terlebih dahulu guru memperlihatkan bentuk
tanda tasydid.
b. Selanjutnya guru mempraktekan .membaca ayat Al-
Qur’an yang bertanda tasydid dengan baik dan benar.
c. Berdo’a dan penutup dengan salam.
68

Pelajaran ke 18
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam

b. Guru menanyakan absensi


c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
a. Guru memperkenalkan ayat Al-Qur‟an yang berbentuk
baris dua, terlebih dahulu guru memperlihatkan bentuk
tanda mati. Selanjutnya guru mempraktekan. membaca
ayat Al-Qur’an yang bentuk baris dua dengan baik dan
benar.
b. Berdo’a dan penutup dengan salam.

Pelajaran ke 19
1. Pembukaan
a. Guru memberi salam
b. Guru menanyakan absensi
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
a. Guru membaca ayat Al-Qur’an dengan system bacaan
Murrotal guru dapat memakai pedoman seperti kaset,
atau yang lainnya. Selanjutnya murid mengikuti apa
yang dibaca oleh guru.
b. Berdo’a dan penutup dengan salam.
. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di TPA Tarbiyatul Atfal adalah
sebagai berikut:

1. Implementasi Proses Belajar Mengajar


69

Pada dasarnya, penerapan metode tartil untuk setiap jilid berbeda-


beda. Karena masing-masing jilid mempunyai misi yang berbeda juga,
sehingga dalam proses belajar santri harus disesuaikan dengan tingkatan
jilid yang telah dicapai oleh santri.

Hal ini disebabkan hasil kemampuan membaca Al-Qur’an yang


dicapai oleh santri harus maksimal berdasarkan misi masing-masing jilid.
Akan tetapi, dalam kemampuan membaca Al-Qur’an yang dihasilkan
dapat terlihat ketika terselesainya jilid tersebut berapa lama. Dan untuk
hasil kemampuan membaca antara santri yang satu dengan santri yang
lain berbeda. Dalam hal ini diungkapkan oleh Ustadzah Siti Mariyam,
bahwasannya:

“Hasil kemampuan membaca Al-Qur’an santri dapat dilihat ketika


terselesainya jilid itu sampai berapa lama. Biasanya ada santri yang
mampu menyelesaikan jilidnya hanya 1 bulan saja baru bisa khotam,
tetapi ada juga yang 6 bulan baru khotam, bahkan ada yang sampai
setahun baru bisa menyelesaikan jilidnya. Apabila santri rajin dan
bersungguh-sungguh dalam belajar, maka dia akan khotam sesuai dengan
target yang telah ditetapkan. Akan tetapi, jika santri bermalas-malasan
bahkan sering membolos, maka akan menghambat kelulusan santri

Apabila santri mengalami kesulitan selama proses pembelajaran


khususnya dalam membaca Al-Qur’an, maka tindakan yang harus
dilakukan oleh seorang pengajar adalah mencari sebab-sebab mengapa hal
itu bisa sampai terjadi. Selain itu, pengajar dapat memberikan latihan
khusus yang bersifat kontinuitas kepada santri yang mengalami kesulitan
tersebut. Hal ini juga telah diungkapkan oleh Ustad Aceng, bahwa:

“Untuk mengatasi santri yang mengalami kesulitan dalam membaca Al-


Qur’an itu tidak sulit dan juga tidak mudah. Hal ini dapat dilakukan
70

melalui 3 macam cara. Pertama, guru hendaknya sering memantau


keaktifan santri setiap proses pembelajaran. Kedua, guru hendaknya
memberikan latihan kepada santri dengan baik. Dan Ketiga, guru
memanggil orangtua santri yang bersangkutan untuk melakukan
pertemuan antara guru dengan wali santri.

Tujuan dari ketika macam cara untuk mengatasi kesulitan santri


dalam proses belajar adalah untuk memenuhi target yang ditetapkan oleh
cabang. Dari target yang telah ditetapkan oleh cabang, ternyata lembaga
TPA Tarbiyatul Atfal masih belum bisa meluluskan santri dengan target.
Akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, karena dengan semangat
dan motivasi yang tinggi dalam mendidik serta membimbing santri, para
pengajar TPA Tarbiyatul Atfal tetap berusaha keras memberikan
pengarahan kepada santri supaya bisa membaca Al-Qur’an dengan baik
dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid.

Sesuai dengan penjelasan di atas, penulis dapat memberikan


kesimpulan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
pengajar dan santri di TPA Tarbiyatul Atfal dikatakan cukup baik. Ini
terjadi karena santri masih belum sanggup menyelesaikan jilidnya dengan
baik atau masih banyak kesalahan yang diperbuat oleh santri dalam
membaca Al-Qur’an.

Akan tetapi, hal ini dapat diatasi oleh pengajar dengan memberikan
beberapa alternative tindakan seperti: guru hendaknya selalu mengawasi
keaktifan santri setiap proses belajar, guru hendaknya memberikan latihan
kepada santri, dan guru hendaknya mengajak orangtua santri yang
bersangkutan untuk melakukan pertemuan.
71

2. Implementasi Materi Tambahan

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka dibutuhkan suatu


materi sebagai sarana penunjang dalam kegitan proses pembelajaran.
Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen dasar dalam
kegiatan belajar membaca Al-Qur’an melalui metode tartil yang harus
disusun secara jelas dan tepat.

Adapun materi yang akan disampaikan oleh pengajar kepada santri


kelas dasar ada 2 macam materi, yakni materi pokok dan materi
tambahan. Materi pokok dan materi tambahan merupakan materi yang
wajib dipelajari dan dihafalkan oleh santri. Karena kedua

materi yang akan diujikan kepada santri, baik pada saat santri akan
mengahadapi tes pelajaran maupun tes khotam Al-Qur’an.

Sedangkan materi bagi santri yang kelas Al- Qur’an, sebenarnya tidak
jauh beda dengan kelas dasar. Hanya saja, santri yang sudah menempati
kelas Al- Qur’an memperoleh sedikit tambahan ilmu tentang Pendidikan
Agama Islam, diantaranya: materi fiqih, akidah akhlaq, dan sejarah
kebudayaan islam.

Berdasarkan penjelasan yang penulis peroleh, bahwasannya dalam


implementasi materi pokok maupun materi tambahan dalam pembelajaran
Al-Qur’an khususnya melalui metode tartil sudah berjalan sesuai dengan
target masing-masing kelas dan berdasarkan pada tingkatan jilid santri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dikarenakan peneliti ingin mengetahui strategi apa yang digunakan oleh


guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an.
Tentunya ketika pembelajaran AlQur’an berlangsung tidak terlepas dari
kendala atau hambatan yang ada. Berdasarkan konteks penelitian diatas, maka
terdapat beberapa masalah atau fokus penelitian yaitu: pertama, mengenai
kemampuan siswa dalam membaca AlQur’an. Kedua, mengenai strategi yang
digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an
pada siswa. Ketiga, kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur’an pada siswa.

Menerapkan strategi guru Pada Pembelajaran Membaca Al-Qur’an di TPA


Tarbiyatul Atfal Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik apabila
pembelajaran dilaksanakan sebaik mungkin dengan menggunakan model-
model pembelajaran yang tepat. Dengan adanya model pembelajaran yang
relevan, maka pelaksanaan pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
Demikian pula dengan adanya metodologi dalam penyampaian pengetahuan
akan menjadikan seseorang lebih mudah untuk menerima materi yang
disampaikan. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas
khususnya bagi pengajar yang mengajarkan Al-Qur’an menggunakan metode
tartil, maka semua dewan guru wajib mengikuti penataran dan pembinaan
guru Al-Qur’an yang diadakan oleh TPA Tarbiyatul Atfal tersebut.
Peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an TPA Tarbiyatul Atfal
adalah benar bacaannya, baik dan lancar dalam melafadzkannya, tepat dan
sesuai dari segi makhraj dan ilmu tajwidnya. Sedangkan ilmu tajwid itu
sendiri bertujuan agar umat Islam bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan
bacaan yang diajarkan Rasulullah saw. Pembelajaran Al-Qur’an adalah suatu
proses belajar Al-Qur’an yang disampaikan oleh pendidik ke peserta didik,

72
73
dengan tujuan agar peserta didik dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar sesuai kaidah-kaidah yang telah ditentukan. Pembelajaran Al-Qur’an
dengan menggunakan metode 87 tartil merupakan sebuah cara pembelajaran
Al-Qur’an dengan pendekatan fungsi huruf atau pendekatan bunyi (at-
thariqah al-shauthyyah), yaitu pembelajaran membaca huruf arab langsung.
Serta menggunakan metode penyusunan (al-tariqah al-tarkibiyyah), yaitu
dimulai dari pembelajaran membaca huruf menuju kata, kalimat sampai
pembelajaran membaca ayat.
Terampil dalam membaca Al-Qur’an menjadi kemampuan dasar yang
harus dikuasai oleh umat islam. Langkah awal untuk mendalami AlQur’an
yaitu membacanya dengan baik dan benar. Karna ibadah yang terpenting
dalam islam yakni shalat membutuhkan keterampilan membaca Al-Qur’an
yang baik. Dengan demikian bagi kaum muslim yang membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar mempunyai peran sentral dalam kehidupan kaum
muslim. Sejalan dengan proses pelembagaan pengajaran Al-Qur’an,
berkembang ilmu spesifik pembacaan Al-Qur’an yang dikenal sebagai
“Tajwid” yang berarti membuat sesuatu menjadi lebih baik. Ada beberapa
istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan ilmu pembacaan Al-Qur’an.
TPA Tarbiyatul Atfal sudah menerapkan metode tartil dalam
pembelajaran Al-Qur’an. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
(1) Mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan,(2) Kegiatan
belajar mengajar, (3) Melakukan evaluasi.

Peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an santri cukup baik. Dimana


para ustadz/ustadzah sebelum diperkenalkan untuk mengajar AlQur’an
metode tartil, terlebih dulu para calon pengajar harus mengikuti pelatihan
tentang metode tartil. Sedangkan untuk para santri, untuk mendapatkan bacaan
Al-Qur’an yang baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid harus mengikuti tiga
tahapan tes atau evaluasi, yakni dari tahap tes kenaikan halaman yang setiap
harinya harus diawasi oleh ustadz/ustadzah masing-masing kelas. Setelah
santri tersebut dinyatakan lancar dalam membaca di jilid pertama dan santri
74
mampu mengikuti tes kenaikan jilid, maka santri akan langsung dites oleh
pengasuh TPA Tarbiyatul Atfal.

Pembelajaran Al-Qur’an menggunakan metode tartil sangat efektif dalam


meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an bagi santri di TPA Tarbiyatul
Atfal dengan indikator santri mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar,
santri juga bisa lebih berhati-hati dalam melafadzkan bacaanbacaan Al-
Qur’an, kemudian santri mampu membaca Al-Qur’an dengan benar 92 sesuai
kaidah ilmu tajwid, santri mampu merasakan dan berhenti membaca ketika
salah dalam bacaan Al-Qur’an yang tidak sesuai kaidah ilmu tajwid.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kenyataan yang terjadi di lapangan,
maka penulis dapat memberikan saran atau masukan yang mungkin bisa
berguna bagi pihak TPA Tarbiyatul Atfal. Sehingga dapat dijadikan sebagai
acuan dalam peningkatan kemampuan membaca AlQur’an bagi santri. Terkait
dengan hal tersebut, maka penulis memberikan beberapa saran antara lain :
1. Bagi Ustadz/Ustadzah
Selalu meningkatkan pemahaman mengenai metode pembelajaran ilmu
tajwid. Kiranya penelitian ini dapat dikembangkan sehingga tidak terpaku
kepada suatu metode, akan tetapi dapat memformulasikannya dengan
metode lain yang dianggap tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran,
sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Perlu
diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik
diantara metode lainnya. Tiap metode memiliki karakteristik tertentu
dengan segala kelemahan dan kelebihan masingmasing. Suatu metode
mungkin baik untuk suatu tujuan, materi, situasi, maupun kondisi tertentu,
tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Dapat lebih memahami
keberagaman santri, baik dari segi kemampuan intelektual maupun pada
minat dan motivasi dalam belajar sehingga pendidik dapat menerapkan
metode pembelajaran yang tepat.
75
2. Bagi Santri
Perlu meningkatkan aktifitas yang bernilai positif dengan memaksimalkan
potensi yang ada baik dengan mengikuti pembelajaran dengan serius serta
berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil kesimpulan penelitian
adalah :
a. Bagi pengelola TPA hendaknya dapat memberikan fasilitas yang
memadai dan memberikan terobosan baru dengan melakukan
pembelajaran dengan menggunakan media elektronik agar
meningkatnya minat belajar Al-Qur’an anak .
b. Bagi keluarga hendaknya lebih memperhatikan anak – anaknya agar
dapat mendukung kegiatan mengaji/ baca Al-Qur’an di rumah
melalui pemberian kesempatan dan waktu yang cukup dan seimbang
untuk semua pelajaran.
c. Bagi guru TPA hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi dan dapat menguasai karakteristik para siswanya sehingga
menjadikan proses pembelajaran lebih diminati siswa.
76

DAFTAR PUTAKA
Ahmad Annuri. Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Pembahasan Ilmu
Tajwid. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2014.

Ahmad Ibnu Hajar, At-Tartil Metode Cepat Membaca Al-Qur’an Rasm


Utsmani.Sumber Sari Jember: Thalibun Shahih, 1439.

Abdul Aziz et.al. Pedoman Daurah Al-Qur’an Kajian Ilmu Tajwid Disusun
Secara Aplikatif. Jakarta Timur: Markaz Al Qur’an, 2011.

Abudin Nata. Al-Qur’an dan Hadist (Dirasah Islamiyah 1). Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1996.

Abu Sabiq Aly, Abu Ubaidillah Zain. Kaidah-Kaidah Membaca Al-Qur’an


dengan Tartil. Jakarta: Al-Qamar Media, 2009.

Ahmad Syarifuddin. Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-


Qur’an. Jakarta: Gema Insani, 2004.

Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir. Kamus Arab – Indonesia.


Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan
Pondok Pesantren “Al- Munawwir” Krapyak Yogyakarta, 2011.

Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada, 2014

Badi’ah Roudlotul. “Penggunaan Metode Tilawati dalam Meningkatkan


Kemampuan Membaca Al-Qur’an di Madrasah Diniyyah Mambaul
Munna Sidorejo Kebonsari Madium Tahun Pelajaran 2014/2015,”.
Kebonsari Madium: Madrasah Diniyyah Mambaul Munna, 2015

Bulaeng. “Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Tartil


Melalui Metode Iqra pada Siswa Kelas V di SD Inpres Tinggimae
77

Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa,”. Makassar: SD Inpres


Tinggimae, Juni 2016.

Burhan Bungin. Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke


Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo,
2003..Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenanda
Median Group, 2005.

Khalimatus Sa’diah. “Kualitas-Pembelajaran Al-Quran dengan Metode


Tartila di TPQ Sabilun Najah Sambiroto Taman Sidoarjo” dalam
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Jakarta: TPQ Sabilul Najah
Sambiroto Taman Sidoarjo, Vol. 02. No.02/ November 2013.
78

LAMPIRAN-LAMPIRAN
79

Gambar pertama wawancara kepada pengurus/pengajar TPA Tarbiyatul


Atfal

gambar ke 2 majlis TPA Tarbiyatul Atfal


80

Gambar ke 3 wawancara kepada murid TPA Tarbiyatul Atfal


81

Gambar ke 4 bimbingan kepada dosen pembimbing pertama


82

Gambar ke 5 bimbingan dosen pembimbing ke dua


83

Gambar ke 6 bimbingan dosen pembimbing pertama


84

Anda mungkin juga menyukai