Anda di halaman 1dari 2

Nama : Moh.

Harun Rosyid
Kelas : PPG Prajab PJKR-D
NIM : 23104160011
Tugas : T1-7 Koneksi Antar Materi

Perjalanan Pendidikan Nasional

Perjalanan pendidikan nasional memberikan pemaknaan dan gambaran suatu sistem pendidikan
baru yang berdasarkan atas kebudayaan kita sendiri dan mengutamakan kepentingan masyarakat.
Intelektualisme harus dijauhi dan harus dipraktekkan sistem mengajar yang dinamai sistem among
yang menyokong kodrat alam anak-anak didik, bukan dengan "perintah-paksaan", tetapi dengan
tuntunan, agar berkembanglah hidup lahir dan batin anak atas kodratnya sendiri. Praktik
pendidikan nasional itu haruslah ada kemerdekaan yang seluas-luasnya yang dikenalkan Ki Hajar
Dewantara yang berkenalan dengan gagasan-gagasan tokoh-tokoh pendidikan dunia seperti JJ
Rousseau, Dr Frobel, dr Montessori, Rabindranath Tagore, John Dewey, dan Kerschensteiner pada
masa pembuangannya ke negeri Belanda. Tokoh yang pemikirannya tampak sangat
mempengaruhi Ki Hadjar Dewantara adalah Frobel dengan pendidikan anak-anaknya yang
menekankan pengembangan angan-angan anak-anak untuk mengajarkan anak-anak berpikir
melalui permainan. Sekembalinya Ki Hadjar Dewantara dari Negeri Belanda, ia merealisasikan
buah pemikirannya dengan menyelenggarakan Perguruan Taman Siswa (Nationaal Onderwijs
Instituut Taman Siswa). Buah pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang tujuan pendidikan yaitu
memajukan bangsa secara keseluruhan yang di dalamnya banyak terdapat perbedaan-perbedaan
dan dalam pelaksanaan pendidikan tersebut tidak boleh membeda-bedakan agama, etnis, suku,
budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan
kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi karena Tuhan memberi manusia kemerdekaan untuk
mengembangkan diri dari ikatan alamiah menuju tingkatan budaya. Dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan, perguruan Taman Siswa memberikan saham besar kepada pendidikan nasional dan
boleh dikatakan semua prinsip Taman Siswa telah tercakup di dalamnya, di antaranya istilah "Tut
Wuri Handayani" yang berarti tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak
didik untuk berjalan sendiri. Pada zaman dahulu pendidikan tidak bisa didapatkan oleh
senabarangan orang untuk itu syukur menjadi bagian utama di masa sekarang setiap orang
memiliki kebebasan untuk mendapatkan pendidikan bahkan dalam peraturan UUDNRI 1945
tertuliskan setiap orang berhak mendapatkan pendidikannya. Pengalaman baru yang saya peroleh
dari pemikiran Ki Hjaar Dewantara dan akan saya praktikkan disekolah orientasi nasional, kultural
dan sosial harus menitikberatkan faktor utamanya adalah manusia itu sendiri, dan karenanya
sifatnya adalah manusiawi sesuai dengan cita-cita pendidikan yang diperjuangkan. Jadi Ing ngarso
sung tulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani, terjemahan bebasnya adalah berilah
contoh nyata ketika anda di depan menjalankan semangat pada semua ketika di dalam kancah, dan
dari belakang mendorong tercapainya cita-cita yang jalurnya diserahkan kepada kemerdekaan
setiap orang. Kebebasan dengan tautan merdeka seperti konsep yang dituangkan Ki Hajar
Dewantara bagi guru dan siswa untuk menerapkan sistem pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan nantinya turut meningkatkan dan sebagai penyumbang kualitas sistem pendidikan
nasional. Konsep mengutamakan kebutuhan murid dengan guru sebagai panutan dan teladan, guru
harus mampu membangun dan mencetuskan ide-ide, dan guru harus mampu menjadi pendorong,
motivator, dan pembimbing. Kekuatan, daya, dan kemerdekaan untuk bertindak atau memilih
tindakan sendiri dengan sadar hal ini telah ditularkan kepada anak. Filosofi pendidikan KHD ini
masih sangat relevan dan bahkan dapat diterapkan dalam rangka mempersiapkan diri untuk hidup
pada abad 21 dimana beberapa skill menjadi sangat fundamental diantaranya Critical Thinking,
Creativity, Communication, dan Collaboration.

Anda mungkin juga menyukai