DISUSUN OLEH :
TAHUN 2022
Melalui Undang - Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Pemerintah
menetapkan syarat - syarat Keselamatan Kerja yang harus dipenuhi. Dalam Bab III, Pasal 3 Ayat
1 huruf d tentang mencegah, mengurani dan memadamkan kenakaran. Dan disebutkan juga pada
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran
di Tempat Kerja, Pasal 10 menyebutkan terkait syarat - syarat Ahli K3 Spesialis Penanggulangan
Kebakaran bahwa wajib mengikuti OJT (On Job Training) di tempat kerja.
Hasil On Job Training akan diajukan kepada Kementrian Tenaga Kerja Republik Indonesia
(KEMENAKER RI), sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Surat Keputusan Penunjukan
sebagai Ahli K3 Spesialis Penanggulangan Kebakaran. Tempat OJT dilakukan di Perusahaan
tempat bekerja yaitu PT. Dong Jin Textile Indonesia. Judul Laporan On Job Training adalah
“Sistem Proteksi Kebakaran Dyeing Production PT. Dong Jin Textile Indonesia”.
Pembasahan pada Laporan OJT yaitu meliputi :
1. Penilaian Risiko Kebakaran (Aplikasi ALOHA & MARPLOT)
2. Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran
3. Evaluasi Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
4. Evaluasi Sarana Proteksi Kebakaran Pasif
5. Sistem Tanggap Darurat Kebakaran
6. Cost dan Benefit Sistem Proteksi Kebakaran
Hasil OJT diharapkan bias memberikan gambaran tentang kesesuain kondisi actual
terhadap peraturan pemerintah dan memberikan saran evaluasi yang bersifat konstruktif,
sehingga diharapkan aktifitas penanggulangan kebakaran di tempat kerja dapat dilaksanakan
sesuai target perusahaan yaitu TIDAK ADA KEJADIAN KEBAKARAN (Zero Fire
Accident).
i
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Sistem Proteksi Kebakaran Dyeing Production PT. Dong Jin Textile
Indonesia
NIK : 21080003
Hari : Jumat
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup menyelesaikan Laporan ini dengan baik. Penyusun mengucapkan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat, baik itu berupa sehat fisik
maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu menyelesaikan Laporan On Job Training
Pembinaan Ahli K3 Spesialis Penanggulangan Kebakaran dengan Judul : Sistem Proteksi
Kebakaran Dyeing Production PT. Dong Jin Textile Indonesia.
Penyusun menyadari bahwa Laporan ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki.
Untuk itu saran yang konstruktif dari pihak terkait akan sangat membantu dalam perbaikan
Laporan ini. Kemudian apabila terdapat kesalahan pada Laporan ini, penyusun mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penyusun juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlah mensupport
penyusunan Laporan ini.
1. Petugas Kemenakertrans RI dalam melakukan bimbingan selama pembinaan.
2. Manajemen PT. Dong Jin Textile Indonesia atas supportnya sehingga penyusun bisa
mengikuti pembinaan dengan baik.
3. Penyelenggara pembinaan PT. Chenda Safetyindo Kreasi dan para Trainer dalam memberikan
materi dan fasilitas selama pembinaan.
4. Rekan-rekan Trainee dan semua karyawan PT. Dong Jin Textile Indonesia atas support
informasi data.
Demikian yang bisa disampaikan, semoga Laporan ini berguna dan bermanfaat bagi semua
pihak. Terimakasih dan Salam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
iii
DAFTAR ISI
EXECUTIVE SUMMARY .................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Tujuan Laporan On Job Training (OJT) ..................................................................................... 2
C. Waktu dan Tempat Pemeriksaan ................................................................................................ 2
D. Dasar Hukum............................................................................................................................. 2
E. Profil Perusahaan ....................................................................................................................... 4
F. Lokasi Usaha dan/atau kegiatan ................................................................................................. 4
G. Deskripsi Kegiatan .................................................................................................................... 5
H. Visi dan Misi Perusahaan ........................................................................................................... 6
1. Visi ........................................................................................................................................ 6
2. Misi ....................................................................................................................................... 6
I. Penggunaan Lahan..................................................................................................................... 7
J. Kegiatan Operasional ................................................................................................................. 7
K. Tenaga Kerja ........................................................................................................................... 10
L. Ruang Lingkup ........................................................................................................................ 10
M. Upaya-Upaya Keadaan Darurat ................................................................................................ 11
iv
J. Struktur tanggap darurat, tugas dan tanggung jawab ................................................................. 67
K. Uraian Tugas (Job Description) ............................................................................................... 70
L. Skenario & Evaluasi Simulasi Tanggap Darurat Kebakaran...................................................... 71
M. Flow Chart Kesiagaan Tanggap Darurat Kebakaran ................................................................. 82
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan, tidak mengenal waktu, tempat
atau siapapun yang menjadi korbannya. Masalah kebakaran di sana-sini masih banyak terjadi.
Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap kebakaran perlu
ditingkatkan. Kebakaran dapat dicegah dengan melakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan kebakaran mulai dari perencanaan darurat kebakaran, organisasi/unit
penanggulangan kebakaran, penyediaan jalur evakuasi, penyediaan sarana dan fasilitas dalam
menghadapi kebakaran serta pembinaan dan latihan.
Sebagaimana diketahui bahwa di dunia industri banyak sekali ditemukankondisi dan
situasi yang memungkinkan terjadinya kebakaran. Karena hampir semua industri yang berbasis
pengolahan memiliki semua unsur dari segi tiga api di lingkungan kerjanya. Sehingga
dibutuhkan suatu program pendidikan dan pelatihan yang tepat untuk memberi pengetahuan
yang cukup bagi pekerja yang
bekerja dilingkungan yang berbahaya tersebut.
Disamping itu, rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur terhadap peralatan
operasional yang memiliki potensi bahan bakar, dan sumber penyalaan sangat diperlukan
sehingga kerusakan peralatan tersebut dapat diketahui secara dini dan perbaikannyapun bisa
dilakukan secara terencana. Pemeriksaan rutin peralatan pemadam kebakaran juga hal yang
sangat penting dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari malfunction alat pemadam api
pada saat dibutuhkan.
Kebakaran perusahaan merupakan sesuatu hal yang sangat tidak diinginkan. Bagi
tenaga kerja, kebakaran perusahaan dapat merupakan penderitaan dan malapetaka khususnya
terhadap mereka yang tertimpa kecelakaan dan dapat berakibat kehilangan pekerjaan,
sekalipun mereka tidak menderita cidera. Dengan kebakaran, juga hasil usaha dan upaya yang
sekian lama atau dengan susah payah dikerjakan dapat menjadi hilang sama sekali. Jerih payah
berbulan-bulan atau bertahun-tahun dapat musnah hanya dalam waktu beberapa jam atau
kadang-kadang beberapa menit saja.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, tentang masalah kebakaran yang masih sering terjadi
terutama di kawasan perusahaan, industri dan tempat kerja yang akan membawa dampak :
1
Sehingga sudah menjadi kewajiban bagi suatu perusahaan untuk mengupayakan
terciptanya tempat kerja yang aman dan melakukan upaya-upaya pencegahan terjadinya
kecelakaan dan bencana serta memberikan kesempatan/jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian - kejadian yang berbahaya sesuai dengan UU No.1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pada BAB II pasal 3 ayat 1 huruf d dan e.
PT. Dong Jin Textile Indonesia merupakan perusahaan yang sedang berkembang dan
bergerak dalam bidang industri yang menghasilkan kain keperluan industri yaitu kain bahan
sepatu, untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri maupun di luar negeri. Dimana dalam
kegiatan produksinya terdapat bahan-bahan yang mudah terbakar dan meledak yang setiap saat
dapat mengancam kesalamatan kerja setiap orang yang berada di dalam pabrik maupun
masyarakat sekitar. Maka dibutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangan dari pihak
manajemen untuk menanggulangi masalah kebakaran mulai dari identifikasi potensi bahaya
kebakaran, perencanaan darurat kebakaran, organisasi/unit penanggulangan kebakaran,
penyediaan jalur evakuasi, penyediaan sarana dan fasilitas dalam menghadapi kebakaran serta
pembinaan, latihan dan pelaksanaan penanganan kebakaran di PT. Dong Jin Textile Indonesia
untuk mengurangi kerugian, baik material maupun efektivitas waktu.
D. Dasar Hukum
Landasan hukum yang digunakan oleh kelompok 3 adalah sebagai berikut:
1. Undang- undang No.01 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Undang- undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
3. Undang-undang No.30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.
4. Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 tentang SMK3.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No 04 Tahun 1980 tentang Syarat – Syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
2
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No 02 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Automatik.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No 04 Tahun 1987 tentang P2K3 dan Tata Cara
Penunjukan AK3.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No 02 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No 31 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.02/MEN/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur
Petir.
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No 33 Tahun 2015 tentang Perubahan Per.
12/MEN/2015.
11. Permen PU No 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Proteksi Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungannya.
12. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No 186 Tahun 1999 tentang Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja.
13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No 187 Tahun 1999 tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
14. Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No 11 Tahun 1997 tentang Pengawasan Khusus
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Penanggulangan Kebakaran.
15. SNI 03 – 1745 – 2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sisten Pipa Tegak
dan Selang untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung.
16. SNI 03 – 1735 – 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Akses Bangunan dan Akses
Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung.
17. SNI 03 – 3989 - 2000, Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomatis.
18. SNI 03 – 6571 – 2001, tentang Sistem Pengendalian Asap Kebakaran pada Bangunan
Gedung.
19. NFPA 101 : Life Safety Code, 2000.
20. NFPA 10 : Standard for Fortable Fire Extinguisher, 2018.
21. NFPA 14: Standard for the Installation of Standpipe and Hose Systems, 2010
22. NFPA 24 : Standard for Installation of Private Fire Service Mains and Their
Appurtenances, 2019.
23. NFPA 22 : Standard For Water Tanks For Private Fire Protection, 2018.
3
E. Profil Perusahaan
Nama Perusahaan/Pemrakarsa : PT Dong Jin Textile Indonesia Textile
Indonesia
Jens Badan Hukum : Perseroan Terbatas (PT)
Alamat Perusahaan/Pemrakarsa : Kawasan Artha Industrial Hill, Jalan Trans
Heksa Blok A-1 No. 6, Desa Wanajaya,
Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten
Karawang, Provinsi Jawa Barat
Nomor Telepon : 021-5050 0153
Nomor Fax : 021-4390 8887
Email : dongjintex2025@gmail.com
Status Pemodalan : Penanaman Modal Asing
Peta lokasi usaha dan/atau kegiatan dari PT Dong Jin Textile Indonesia Textile Indonesia
dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan untuk letak PT Dong Jin Textile Indonesia Textile
Indonesia di dalam Kawasan Artha Industrial Hill dapat dilihat pada Gambar 1.2.
4
Gambar 1. 1 Peta Lokasi Kegiatan
PT DONG JIN
TEXTILE
INDONESIA
G. Deskripsi Kegiatan
PT Dong Jin Textile Indonesia merupakan perusahaan yang sedang berkembang dan
bergerak dalam bidang industri yang menghasilkan kain keperluan industri yaitu kain bahan
sepatu, untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri maupun di luar negeri. Pemodalan yang
5
dilakukan oleh PT Dong Jin Textile Indonesia berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA).
Perusahaan ini dalam operasionalnya memanfaatkan lahan keseluruhan dengan luas total
sebesar ± 51,613 m2 dengan luas lahan yang dimanfaatkan sebagai bangunan baik untuk
lantai 1 dan lantai 2 seluas 38.088 m2. Secara lokasi, PT Dong Jin Textile Indonesia berada
dalam kawasan industri yaitu Kawasan Artha Industrial Hill sedangkan berdasarkan
administrasi, PT Dong Jin Textile Indonesia berada di Jalan Trans Heksa Blok A-1 No. 6, Desa
Wanajaya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.
2. Misi
Misi kami adalah menciptakan produk yang inovatif dan berkualitas dengan
mempertahankan harga yang kompetitif.
6
I. Penggunaan Lahan
PT Dong Jin Textile Indonesia beroperasional diatas lahan ± 51.613 m2 dimana jenis
penggunaannya terbagi menjadi 2 yaitu lahan terbangun dan lahan terbuka seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut ini.
J. Kegiatan Operasional
Kegiatan operasinoal yang dilakukan oleh PT Dong Jin Textile Indonesia berproses dari
bahan baku berupa yara melalui proses perajutan/knitting (Wrap/Weft/Circular), dilakukan
inspection of the gray. Kemudian gray yang sudah diperiksa dimasukkan ke dalam tempat
penyimpanan berupa grat/knit. Selanjutnya dilakukan proses dyeing menggunakan dyeing
formula. Proses pengeringan dilakukan dengan cara dehydration yang kemudian proses
selanjutnya adalah scutcher dan dilanjutkan dengan tendering/finishing. Sebelum dipacking,
produk dilakukan pemeriksaaan dan diberi barcode dan produk siap untuk dikirim. Alur proses-
proses tersebut juga dapat dilihat pada Gambar 1.3 & Gambar 1.4 dibawah ini
7
WARPING
KNITTING
DYEING
FINISHING/PACKING
8
Raw Material (Yarn)
Knitting Process
(Wrap/Weft/Circular)
Dehydration
Scutcher
Tendering/Finishing
Inspection
Packing/Bar Cording
Shipment/Delivery
9
K. Tenaga Kerja
Tenaga kerja operasional PT Dong Jin Textile Indonesia terbagi menjadi 9 klasifikasi
pekerjaan yaitu President Direktur, Direktur, Manager, Assisten Manager, Supervisor,
Leader, Staff, Operator, dan Driver. Jumlah tenaga kerja beserta pendidikannya dapat
dilihat pada Tabel 1.2. Waktu operasional dalam 1 minggu dilakukan selama 6 hari kerja
yang dalam 1 hari kerja beropreasi 1 x 24 jam (nonstop). Dengan beroperasinya 1 x 24 jam
ini, PT Dong Jin Textile Indonesia membagi pekerjaan menjadi 3 shift pekerjaan dimana
shift 1 dimulai dari 06.00 - 14.00 WIB, shift 2 dimulai dari 14.00-22.00 WIB, dan shift 3
dimulai dari 22.00-06.00 WIB.
L. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dijadikan sebagai objek pelatihan kerja lapangan kelompok 3
adalah seluruh aspek yang melingkupi penilaian resiko kebakaran dan apa saja yang sudah
dilakukan oleh PT. Dong Jin Textile Indonesia dalam penanganan penanggulangan bahaya
kebakaran. Adapun ruang lingkup yang telah dievaluasi sumber bahayanya adalah Area
Dyeing Production. Sumber bahaya yang akan kami tinjau diantaranya yaitu :
10
M. Upaya-Upaya Keadaan Darurat
Upaya-upaya yang dilakukan oleh PT Dong Jin Textile Indonesia untuk menangani
keadaan darurat dapat dilihat pada Tabel 1.3 dibawah ini :
1. Pembuatan jalur
4. Tersedianya khusus dan terpisah
dan tersosialisasinya untukdarurat
tanggap kendaraan dan
kebakaran
Kecelakaan
5. pejalan kaki
Pelatihan safety terhadap seluruh pekerja
2 lalu lintas di dalam
2. Pengaturan tempat parkir kendaraan
pabrik
3. Penempatan rambu-rambu lalu lintas di sekitar area pabrik
11
BAB II
HASIL ANALISA
A. Definisi Kebakaran
Kebakaran memiliki beberapa pengertian antara lain adalah suatu proses dari
kerakteristik pembakaran melalui panas atau zat asam atau bahan yang mudah
terbakar atau adanya perpaduan dari ketiga unsur tersebut.(Suma’mur, 1996)
atau suatu proses pengoksidasian cepat yang pada umumnya menghasilkan panas dan
cahaya.(Sulaksmono, 1997)
Peristiwa terbakar adalah suatu reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar
dengan zat asam. Reaksi kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas. Pada berberapa
zat, reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa. Namun pada umumnya reaksi
tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya hilang ke
sekeliling.(Suma’mur, 1996)
Dipandang dari kemungkinan terjadinya kebakaran banyak di temukan industri
yang berpotensi untuk timbulnya kebakaran seperti industri kimia, minyak bumi ,
cat dan pabrik elektronik. Peristiwa-peristiwa yang mengakibatkan kebakaran dapat di
analisa dari beberapa sebab di antaranya . (Suma’mur, 1996) :
1. Nyala api dan bahan-bahan yang pijar.
Jika suatu benda padat di tempatkan dalam nyala api, maka suhunya akan
naik, mulai terbakar dan bernyala terus sampai habis. Kemungkinan terbakar tidak
tergantung dari sifat benda yang mudah terbakar atau sukar terbakar, besarnya zat
padat, keadaan zat padat, cara menyalanyakan zat padat baik itu sejajar atau di atas
nyala api.
2. Penyinaran.
Terbakarnya suatu bahan yang mudah terbakar oleh benda pijar atau nyala api
tidak perlu atas dasar persentuhan. Semua sumber panas memancarkan gelombang-
gelombang elegtromagnetis yaitu sinar inframerah. Jika gelombang inivApabila
mengenai benda, maka pada benda tersebut dilepaskan suatu energi yang akan berubah
menjadi panas. Benda tersebut menjadi panas dan jika suhunya terus naik, maka pada
akhirnya benda tersebut akan menyala sekalipun benda tersebut tidak dikenai api.
12
3. Peledakan uap atau gas.
Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan
menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran yang terjadi akan
meluas dengan cepat, manakala kadar gas atau uap berada dalam batas untuk menyala
atau meledak. Batas-batas kadar ini tergantung kepada bahan-bahan yang memiliki
sifat zat, suhu dan tekanan udara yang berkisar di antara 2.0000 m/s.
Kecepatan ini akan mempengaruhi besar kerusakan yang di akibatkan oleh
peledakan.
5. Percikan api.
Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab terbakarnya
campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat menyala. Biasanya percikan api
tak dapat menyebabkan terbakarnya benda padat, oleh karena tidak cukupnya energi
dan panas yang ditimbulkan akan menghilang di dalam benda padat. Percikan
juga bisa di akibatkan oleh arus listrik pada pemutusan hubungan arus listrik pada
kumparan yang bertenaga listrik, pengosongan listrik pada elektroda- elektroda.
Percikan api yang di karenakan beradunya dua benda padat dapat menyebabkan
pula campuran gas atau uap udara mudah menyala.
6. Terbakar sendiri
Kebakaran sendiri dapat terjadi pada onggokan bahan bakar mineral yang
padat atau zat-zat organis, apabila peredaran udara cukup besar untuk terjadinya
proses oksidasi, tetapi tidak cukup untuk mengeluarkan panas yang terjadi. Hal ini juga
di pengaruhi kelembaban.
7. Reaksi kimiawi.
Reaksi-reaksi kimiawi tertentu menghasilkan cukup panas yang besar
yang berakibat timbulnya kebakaran. Fosfor kuning teroksidasi sangat cepat,
bila bersinggungan dengan udara. Bubuk besi yang halus (besi pirofor) pijar dalam
udara yang mungkin menimbulkan kebakaran. Kalsium karbida mengurai secara
secara eksotermis, jika terkena air, dan membebaskan gas asitelen yang mungkin
13
meledak atau terbakar oleh panas yang terjadi. Natrium dan kalium bereaksi keras
dengan air dan membebaskan zat air, yang mungkin terbakar, jika suhu naik
melebihi 400C. Asam Nitrat yang mengurai pada bahan-bahan organik yang
menyebabkan nyala api. Seluloid mengurai pada suhu 100C, mungkin menyala pada
suhu 150C sebagai akibat zat asam yang dikandungnya dan mungkin meledak
bila di simpan pada wadah tertutup. Dan zat-zat yang bersifat mengoksidasi
seperti hidrogen peroksida, klorat, perklorat, borat, perborat, dan lain-lain yang
membebaskan oksigen pada pemanasan, dengan aktif meningkatkan proses oksidasi
dan menyebabkan terbakarnya bahan-bahan yang dapat di oksidasi.
8. Peristiwa-peristiwa lain.
Gesekan antara dua benda menimbulkan panas, yang semakin banyak
menurut besarnya koefisien gesekan. Manakala panas yang timbul lebih besar
dari kecepatan panas lingkungan, kebakaran mungkin terjadi pada mesin yang kurang
minyak atau oli. Penekanan gas secara adiabatis menimbulkan panas, yang
berakibat peledakan dengan terbakarnya minyak pelumas, jika kompresor tidak
didinginkan, atau peledakan silinder-silender bertekanan.
B. Pencegahan Kebakaran
Pencegahan kebakaran adalah segala daya upaya atau tindakan secara terencana
untuk mencegah dan meniadakan sejauh mungkin timbulnya kebakaran. Karena itu
pencegahan kebakaran dan pemadaman dalam tahap awal penyalaan sangat penting
untuk dilakukan, baik dengan jalan meningkatkan ilmu pengetahuan maupun
ketrampilan khususnya tentang kebakaran. (Sulaksmono,1997). Dalam pencegahan
bahaya diperusahaan kadang-kadang tidak mungkin adanya suatu jaminan sepenuhnya
bahwa timbulnya bahaya kebakaran tidak akan terjadi. Sedangkan sumber–sumber nyala
terutama pada perusahaan–perusahaan besar sangat banyak dan beraneka ragam
sehingga tidak mungkin pula menghilangkan keseluruhan daripadanya. Dalam hal
ini perlu kewaspadaan dan tindakan untuk mencegah terjadinya kebakaran dengan
melakukan identifikasi potensi bahaya kebakaran. (Suma’mur, 1996)
14
adalah tidak meluasnya kebakaran yang terjadi dan dimungkinkan untuk
penanggulangan kebakaran yang efektif. Pendekatannya dilakukan dengan
penelahan secara cermat atas bangunan menurut kegunaannya dan penentuan
lokasi yang diperlukannya. Bangunan-bangunan tersebut harus diatur letaknya
sedemikian, sehingga aman dari kebakaran, dan cukup jarak diantara satu dengan
yang lainnya. Perlengkapan penanggulangan kebakaran termasuk alat-alat
pemadam kebakaran harus tersedia dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan
yang berlaku.(Suma’mur, 1996).
Manajemen puncak perlu menyadari pentingnya perencanaan dan
persiapan keadaan darurat terutama masalah kebakaran. Untuk itu manajer
keselamatan kerja perlu memberikan penjelasan serta mengupayakan agar rencana
itu mendapat dukungan. Untuk menyusun rencana keadaan darurat terlebih dahulu
perlu di identifikasi dan di evaluasi jenis dan skala keadaan darurat yang mungkin
terjadi. Selanjutnya disiapkan suatu rencana kerja. Perencanaan tersebut harus
dibuat oleh perusahaan, bila perlu dengan bantuan ahli dari pihak pemerintah atau
konsultan. Rencana juga bisa bisa disusun bersama perusahaan yang berada dalam
satu awasan. (Syukri Sahab, 1997)
Rencana keadaan darurat harur praktis, sederhana dan mudah dimengerti.
Rencana harus sudah mengantisipasi berbagai skenario keadaan darurat, meliputi
bencana karena keselahan operasi, bencana alam dan kemungkinan sabotase. Bila
hal ini tidak diantisipasi dan tidak diambil langkah penanggulangan yang
memadai akan dapat menimbulkan kerugian total, karena musnahnya seluruh aset
perusahaan. Karena itu persiapan keadaan darurat kebakaran perlu dilakukan
untuk mencegah kerugian yang besar baik harta, benda maupun jiwa manusia.
(Syukri Sahab, 1997)
15
Unit penanggulangan kebakaran terdiri dari :
16
10. Melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran.
(Kepmenaker RI, No: KEP-186/MEN/1999)
c. Koordinator unit penanggulangan kebakaran.
17
3). Jalur / Tempat Evakuasi.
Secara ideal, semua bangunan harus memiliki sekurang-kurangnya dua
jalan penyelamat diri pada dua arah yang bertentangan terhadap setiap kebakaran
yang terjadi pada sembarangan tempat dalam bangunan tersebut, sehingga tak
seorangpun bergerak kearah api untuk menyelamatkan diri. Jalan-jalan
penyelamatan demikian harus dipelihara bersih, tidak terhalang oleh barang-
barang, mudah terlihat dan di beri tanda tanda yang jelas. (Suma’mur, 1996)
Jauh maksimum jalan penyelamatan yang pada umumnya diterima adalah
sekitar 40 m, sekalipun pada bangunan-bangunan yang resiko kebakarannya kecil
atas dasar sifat tahan api jarak tersebut dapat diperbesar menjadi 50 m.
Sebaliknya, manakala bahaya perembetan api sangat cepat, jarak tersebut harus
dikurangi, katakanlah menjadi menjad 30 m atau kurang dari 30m. Jarak tersebut
harus diperhitungkan menurut keadaan sebenarnya dan tidak menurut garis lurus
sebagai akibat barang-barang atau hadangan yang ada. (Suma’mur, 1996).
Peta evakuasi yang terbaru harus dipersiapkan dan ditempatkan di
beberapa lokasi pada tiap-tiap fasilitas di lokasi pabrik. Peta-peta ini harus
menunjukkan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan dan titik pertemuan.
Disarankan bahwa peta evakuasi juga menunjukkan lokasi rencana gawat darurat,
meja resepsionis, alat pemadaman kebakaran, pencuci mata, pancuran air,
peralatan untuk menangani tumpahan bahan kimia, P3K dan elemen-elemen
penting lainnya. Para pekerja harus diberitahu untuk mengingat rute utama dan
rute cadangan bila jalan keluar utama tertup.(Kuhre,1996)
18
dengan jenis kecelakaannya. Alat pelindung meliputi alat bantu pernafasan
dan saluran oksigen, baju tahan bahan kimia dan tahan api,sarung tangan
tahan api, sepatu boot. Alat pilindung tersebut selalu diperiksa dan di uji coba
secara rutin sehingga dapat pada saat dibutuhkan selalu siap. Sebelum
digunakan perlu dilakukan pengujian untuk mencoba peralatan tersebut
sebelum keadaan darurat yang sebenarnya terjadi. (Kuhre, 1996)
d. Peralatan medis
19
e. Alat transportasi
20
4. Pengenalan cara-cara pemadaman kebakaran dan pemilihan secara tepat
cara- cara yang harus dipakai.
5. Pengenalan dan praktek untuk mendapatkan sumber air untuk
pemadaman kebakaran.
6. Pengenalan dan praktek memasuki dbangunan secara paksa seta
pengetahuan tentang tingkat efektifnya.
7. Praktek tentang tata cara pemadaman kebakaran yang bersifat rutin dan
standar, yang meliputi pemasangan slang-slang penyemprotan air,
pemasangan slang- slang keatas atau lantai atas melalui bagian luar
bangunan, penggantian slang tyang pecah, pemasangan slang melalui jalan
penyelamatan diri, penggunaan. nozzle kabut, penyemprotan air dengan
pompa-pompa, penyemprotan dari air saluran, pemadaman kebakaran
dengan busa, pemasangan dan penggunaan tangga-tangga keatap,
pemakaian tangga-tangga gantung untuk penyelamatan korban-korban dan
penurunan orang-orang dengan tali dari atas kebawah.
8. Latihan menghadapi asap, agar pada saatnya bisa tabah menghadapi api
dan asap serta tau pasti sifat pekerjaan yang dipilihnya.
9. Praktek upaya-upaya untuk terjaminnya ventilasi dan penyelamatan korban.
10. Praktek tentang cara-cara pemadaman kebakaran yang menyebabkan
sesedikit- sedikitnya kerusakan harta benda.
11. Latihan tentang P3K.
12. P raktek penggunaan alat proteksi diri untuk perlindungan pernafasan.
(Suma’mur, 1996)
C. Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran selama terjadi kebakaran. Penanggulangan kebakaran
adalah semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan
pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia
serta perlindungan harta kekayaan. Dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan
yang mudah terbakar, pengintensifan pencegahan dan penanggulangan terhadap
kebakaran harus di tingkatkan, agar kerugian-kerugian menjadi sekecil mungkin.
Pencegahan kebakaran lebih ditekankan pada usaha-usaha yang memindahkan
atau mengurangi terjadinya kebakaran. Penanggulangan lebih ditekankan kepada
21
tindakan-tindakan terhadap kejadian kebakaran, agar korban menjadi sesedikit
mungkin. (Suma’mur, 1996).
Untuk mengurangi dampak dari peristiwa terjadinya kebakaran,
dibutuhkan mekanisme penanganan atau penanggulangan kebakaran yang di
antaranya di bagi dalam beberapa point penting di bawah ini :
a. Sistem tanda kebakaran dalam perusahaan.
Sistem pendukung keselamatan dalam kebakaran harus terpasang seperti
alat deteksi dan alarm untuk kebocoran gas dan kebakaran, sprinkler, hidran,
penyemprot air instalasi tetap (fixed monitor) dan lain-lain. Media pemadaman
kebakaran harus di sesuaikan dengan klasifikasi kebakaran yang dapat terjadi
di suatu area. (Syukri Sahab, 1997)
Sistem tanda bahaya kebakaran harus bekerja dengan baik dan
memberikan tanda secara tepat tentang terjadinya kebakaran. Adapun dua jenis
sistem tanda kebakaran di antaranya :
b. Pemadaman Api
Teknik–teknik cara pemadaman api berdasarkan pembagian/penggolongan api
dapat dibagi menjadi:
1) Api kelas A, yang mana api berasal dari bahan-bahan yang mudah
terbakar seperti: kayu, pakaian, kertas, dan bahan-bahan yang dipak.
Memadamkan api kelas A paling efektif menggunakan air atau plastik
jika jauh dari sumber listrik.
22
2) Api kelas B, api kelas ini berasal dari cairan yang mudah terbakar
seperti: petrol, minyak tanah, minyak pelumas, cat, tinner, alkohol
maupun bensin. Cara memadamkan api kelas ini paling baik dan
efektif dengan cara menggunakan alat pemadam CO2 atau dengan
penekanan api untuk mengeluarkaan oksigen. Dan untuk diperhatikan
juga, jangan memadamkan api dengan air dikarenakan dapat
menyebarkan cairan yang terbakar sehingga meluasnya area kebakaran.
3) Api kelas C, api kelas ini berasal dari kebakaran yang di timbulkan
oleh peralatan listrik seperti: motor listrik, generator, kabel-kabel,
saklar, dan peralatan elektronik. Cara penanganan kebakaran dari api
kelas ini yaitu: tutup sumber kebakaran sewaktu api masih
kecil, penekanan dan penyelimutan api untuk mengeluarkan
oksigen, gunakan alat pemadam kebakaran yang berjenis BCF
(Bromochlorodiflouromethan), dry chemical dan CO2. Petugas
pemadam kebakaran harus menggunakan non konduktor dari elektrik
untuk menghindari tersengatnya listrik (shock listrik).
(Buchori,2007).
23
1. Setelah ditinggalkan, bukalah pintu dengan hati-hati untuk mencegah
asap yang mengepul atau nyala api.
2. Hati-hatilah akan asap dan gas yang dihasilkan oleh api.
3. Pada area yang berasap, lakukanlah posisi merendah untuk menjaga
mulut dan hidung sedekat mungkin ke lantai.
4. Jangan sekali-kali kembali dan berhenti untuk segala sesuatu jika
sudah diancam api.
5. Ketika meninggalkan gedung hendaklah ditutup pintu di belakang anda.
6. Jangan memasuki gedung yang telah terbakar. (SNI-03-7011-2004)
24
menghasilkan informasi penting dan krusial untuk pihak manajemen dan
pihak-pihak lain yang terkait. (Tarwaka, 2008).
Analisis timbulnya kebakaran bertujuan untuk mengenali
atau mengidentifikasi dan mencatat sumber-sumber bahaya kebakaran
yang ada pada setiap tahapan proses kerja. Dari identifikasi potensi
bahaya ini, akan dapat diketahui berbagai jenis potensi bahaya yang
mungkin timbul dan beresiko terjadinya kebakaran. (Lena Kurniawati,
2009)
Rekemendasi diberikan kepada badan terkait dalam
penanggulangan kebakaran sehingga kejadian kebakaran tidak akan
terulang untuk yang kedua kalinya dan diperoleh informasi tentang hasil
penyelidikan kebakaran yang telah disosialisasikan.( Lena Kurniawati,
2009).
25
F. Sumber Bahaya Kebakaran
1. Identifikasi Aspek, Bahaya & Resiko K3L dan Penilaian & Pengendalian Resiko
(HIRA)
HIRA merupakan proses mengenali bahaya di PT. Dong Jin Textile Indonesia,
kemudian membuat identifikasi bahaya dan nilai dari resiko bahaya lalu melakukan
pegendalian bahaya yang telah teridentifikasi.
26
Tabel 2.1 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko (HIRADC)
27
Note : Klasifikasi Tingkat Resiko Awal
N : Normal R : Rutin Ekstrem : Perlu penanganan serius dan mendesak
Ab : Abnormality N : Non Rutin Major : Perlu penanganan serius
Ac : Accident Medium : Ditindaklanjuti
E : Emergency Minor : Sudah terkendali, aspek atau resiko K3 tidak penting.
Apabila Tingkat Resiko Awal memiliki Nilai Medium, Major & Ekstrem maka tindakan pengendaliannya harus
dituangkan dalam form penetapan pengendalian dan OTP, serta jika diperlukan dibuat JSAnya
28
2. Area High Risk
Dalam proses produksi yang dilaksanakan di area PT. Dong Jin Textile Indonesia
terdapat beberapa titik atau lokasi yang memiliki tingkat bahaya tinggi, salah satunya di
area Dyeing dikarenakan terdapat proses yang menggunakan bahan bakar gas dan steam
uap pada proses produksinya.
Keterangan :
29
c. Potensi Bahaya Kebakaran Ringan (Hijau)
Mesin Scutcher & Pressing
Mesin Inspect Rolling & Packing
Ruang Kantor Div. Dyeing
Ruang P3K
Ruang Loker Karyawan
Berdasarkan Layout Area Dyeing dengan klasifikasi potensi bahaya
kebakaran diatas, kami dapatkan dengan melakukan perhitungan atau identifkasi
terkait tingkatan resiko pada setiap ruangan dan area mesin di Gedung Dyeing PT.
Dong Jin Textile.
Penilain Resiko tersebut kami jabarkan sebagai berikut :
Q-1 Seberapa besar/peluang kerentanan untuk terjadinya kabakaran di tempat
kerja?
Q-2 Berapa besar energi panas / Jenis bahan yang terbakar di tempat kerja?
Q-3 Seberapa cepat laju jalar panas, asap dan nyala api ditempat kerja ?
Q-4 Seberapa parah akibat kebakaran yang di timbulkan di tempat kerja?
Tabel 2.2 Matriks Penilaian Risiko Kebakaran
30
Tabel 2.3 Perhitungan Nilai Risiko Kebakaran Area Gedung Dyeing
31
Gambar 2. 3 Input Data Aplikasi ALOHA
Hasil dari penginputan data-data di aplikasi ALOHA pada Gambar 2.3
mendapatkan hasil grafik Thermal Radiation Threat Zone yang ditunjukan pada
Gambar 2.4, yang berwarna lingkaran merah itu tingkat resiko terberat, untuk area
lingkaran orange untuk tingkatan resiko sedang dan untuk area lingkaran berwarna
kuning tingkatan resiko ringan.
32
Gambar 2.4 Grafik Thermal Radiation Threat Zone
33
Gambar 2.5 Jangkauan Area Terdampak Akibat Ledakan
Dampak Kebakaran / Ledakan Terhadap Lingkungan Internal & Eksternal
dapat kita lihat pada Tabel dibawah ini :
Tabel 2.4 Dampak Kebakaran / Ledakan Terhadap Lingkungan Internal & Eksternal
Perusahaan Karyawan Keluarga Lingkungan
Menurunya Produktivitas Menurunnya Motivasi Kerja Merugikan Finansial Gangguan Terhadap Asap
dan Penghasilan Karena Trauma Keluarga Kebakaran
Pendapatan Karyawan Menjadi Beban Kepanikan Karena
Kerugian Asset
Menjadi Turun Psikologi Keluarga Ledakan dan Api
Menyita Waktu Untuk Bisa terjadi timbulnya korban Kehilangan anggota Rasa Trauma Lingkungan
Proses Investigasi jiwa keluarga Perusahaan
Reputasi Perusahaan Merasa tidak aman saat
- Akses umum terganggu
Menurun bekerja
34
3. Identifikasi sumber - sumber yang berpotensi menyebabkan emergency
Dari berbagai bahan dan kelengkapan kerja yang digunakan terdapat beberapa
aspek yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut :
1 Padat Mesin Sample & Dyeing Tekanan Steam Uap & Panas
35
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) pada umumnya berbentuk tabung yang
diisikan dengan bahan pemadam api yang bertekanan tinggi. Tabung pemadam
kebakaran di letakkan pada tempat yang mudah terlihat dan mudah dicapai.
36
Tabung Alat Pemadam Api Ringan, sebaiknya diletakkan di tiap-tiap area
yang disekitarnya terdapat barang-barang yang bernilai dan yang memang pada
area tersebut juga berpotensi kebakaran. Jadi apa salahnya jika setiap area di
lingkungan kerja, disediakan Tabung Alat Pemadam Api Ringan, sebagai proteksi
dini dari bahaya kebakaran. Tetapi walaupun begitu, sesuai peraturan dari Dinas
Pemadam Kebakaran, peletakan tiap-tiap tabung Alat Pemadam Api Ringan
(APAR), disesuaikan pada luasan area ataupun ruangan yang akan dicover.
1. Perkantoran / Koridor / Aula Misalnya seperti untuk setiap luas ruang 200
m2 , harus disediakan 1 unit tabung Alat Pemadam Api Ringan; Tabung
Pemadam Kebakaran; APAR type ABC Dry Chemical Powder atau
Multipurpose Dry Chemical Powder, berkapasitas 6 Kg. Dengan jarak per-tiap
unit, interval 20 meter. Ini berlaku untuk ruangan terbuka/ruangan terusan,
misalnya seperti koridor atau aula.
2. Ruangan berpartisi / Ruang Kantor / Kamar Tidur Untuk ruangan
berpartisi, seperti ruangan kantor, kamar tidur atau semacamnya,
direkomendasikan untuk menyediakan 1 unit tabung Alat Pemadam Api
Ringan; Tabung Pemadam Kebakaran; APAR type ABC Dry Chemical
Powder atau Multipurpose Dry Chemical Powder, berkapasitas 3 Kg.
3. Ruang Elektrikal / Genset / Panel Listrik Selanjutnya beralih ke
ruangan/area Mekanikal & Elektrical. Untuk area berskala kecil, cukup
menyediakan 1 unit tabung Alat Pemadam Api Ringan; Tabung Pemadam
Kebakaran; APAR type ABC Dry Chemical Powder atau Multipurpose Dry
Chemical Powder, berkapasitas 4 Kg dan 1 unit tabung Alat Pemadam Api
Ringan; Tabung Pemadam Kebakaran; APAR type Carbon Dioxide CO2,
berkapasitas 6,8 Kg.
4. Industri / Area Produksi / Gardu Listrik Ruangan seperti ini, sangat
berpotensi besar untuk terjadinya kebakaran. Jika dilihat dari sisi
pengoperasiannya, aktifitas arus listrik dan panas yang terus menerus, sangat
berpotensi besar untuk terjadinya kebakaran. Mengantisipasi hal tersebut,
memang sudah seharusnya untuk menyedi- akan sarana pencegahan dini dari
bahaya kebakaran. Kami rekomendasikan untuk menggunakan setidaknya 1
unit Fire Extinguisher type ABC Dry Chemical Powder berkapasitas 9 Kg, 1
unit Fire Extinguisher Trolley Wheeled type ABC Dry Chemical Powder
37
berkapasitas 50 Kg, dan 1 unit Fire Extinguisher Trolley Wheeled type Carbon
Dioxide (CO2) berkapasitas 9 Kg
Syarat – syarat pemasangan APAR
Perletakan APAR yang dirancang sebagai pertolongan pertama pada awal
terjadinya kebakaran. Perancangan penempatan APAR ini mengacu pada
Permenaker 04/MEN/1980 yaitu tentang Syarat- syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan yaitu:
a. Mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai, dan diambil serta dilengkapi tanda
pemasangan.
b. Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar lantai.
c. Penempatan APAR yang satu dengan yang lainnya tidak boleh melebihi 15
meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawasan atau ahli keselamatan
kerja
d. Semua tabung sebaiknya berwarna merah.
e. Tabung APAR tidak berlubang-lubang atau cacat karat.
f. Setiap APAR harus dipasang atau ditempatkan menggantung pada dinding
dengan penguatan sengkang ata dengan konstruksi penguat lainnya atau
ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
g. Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus
diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal minimum 2mm.
h. Sengkang atau kontruksi penguat lainnya tidak boleh dikunci atau digembok
atau diikat mati.
i. Ukuran Panjang dan lebar bingkai kaca aman (safety glass) harus disesuaikan
dengan besarnya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti
(box) sehingga mudah dikeluarkan.
j. Pemasangan APAR harus sedemikian rupa sehingga bagian paling atas
(puncahknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali jenis
CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih rendah dengan
syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dari
permukaan lantai.
k. Suhu ruangan pemasangan APAR tidak boleh melebihi 49 oC dan dibawah 44oC
(kecuali apabila APAR tersebut khusus untuk suhu diluar batas tersebut).
l. APAR pada tempat terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman.
38
Golongan Kebakaran dan Pemilihan Jenis APAR
Kebakaran dapat digolongkan sesuai dengan Permenaker No 04 Tahun 1980
yaitu:
a. Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A)
b. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (Golongan B)
c. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C)
d. Kebakaran logam (Golongan D)
Adapun jenis APAR terdiri dari sesuai dengan Permenaker No 04 Tahun 1980
yaitu :
a. Jenis cairan (air)
b. Jenis busa
c. Jenis tepung kering
d. Jenis gas
Perhitungan Kebutuhan Jumlah APAR
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi No.: PER
04/MEN/1980, ketentuan ketentuan pemasangan APAR satu dengan yang lainnya
tidak boleh melebihi 15 meter (dengan kata lain jarak antar APAR 15 meter).
Sehingga didapatkan cara menghitung jumlah APAR.
= 8.400 m2 / 706,5
= 11,89
= 12 tabung APAR
39
Dengan luas bangunan 8.400 m2 maka kebutuhan APAR utuk gedung
Dyeing ini yaitu 12 Tabung APAR type Dry Chemical Powder dan gas Carbon
Dioksida.
40
a. Jumlah Hydrant.
Hydrant Bangunan mempunyai standar luas bangunan yang dilindungi sesuai
Permen PU No 26 Tahun 2008 :
1. Risiko Ringan : 1 unit / 1.000 m2
2. Risiko Sedang : 1 unit / 800 m2
3. Risiko Berat : 1 unit / 600 m2
Dimana :
Kebutuhan (Jumlah) Hydrant = Luas Ruangan / Luas Bangunan yang dilindungi
Maka dengan Luas Gedung Dyeing 8.400 m2, maka membutuhkan Jumlah
Hydrant :
= 8.400 m2 / 800 m2
= 10.5
= 11 titik hydrant
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian HSE yang ada di gedung Dyeing
sebanyak 10 Titik hydrant. Dimana keadaan ini sesuai di lapangan antara lain :
41
Gambar 2. 8 Peta Sarana Proteksi Aktif Hydrant
b. Kebutuhan Air Hydrant Bangunan Gedung
Diketahui :
Volume reservoir yang sudah ada : 450 m3
Kapasitas Electric Fire Pump : 1400 Gpm
Waktu Pasokan Air untuk potensi bahaya kebakaran Sedang 60 Menit
1 Gpm = 3,785 Liter / Menit
Maka,
Kebutuhan Air Untuk Hydrant :
Waktu Pasokan Air x Kapasitas Electric Fire Pump x (Liter/Menit)
Kebutuhan Air untuk Hydrant = 60 Menit x 1000 Gpm x 3,785 Liter / Menit
= 227.100 Liter
= 227 m3
Maka Kebutuhan (Jumlah) Air untuk Hydrant di Gedung Dyeing ini telah
memenuhi Standar sesuai dengan Permen PU No 26 Tahun 2008.
42
Q = 0,063 m3 / s
V1 = Q / A1
= 0,063 m3 /s / 0,00946 m2
= 6,66 m/s
V0 = (A1xV1) / A2
= 21 m/s
H = (V0²sinɵ) / 2g
= 220,5 / 19,6
= 11,25 m
X = 2V0²sinɵcosɵ / g
= 440,9 / 9,8
= 44,98 m
Maka sesuai Panjang selang 30 meter, maka jangkauan hydrant adalah 30 meter
+ 44,98 meter = 74,98 meter
Gambar 2.9 (a) Hydrant Indoor (b) Hydrant Outdoor (c) Pompa Jockey (d) Reservoir
43
1.3 Detektor
Detektor adalah system pendeteksi kebakaran yang lebih awal, dimana bila
terjadi gejala-gejala yang memungkinkan terjadi kebakaran pada gedung, system
seperti halnya adanya asap, awal nyala api alat ini yang dapat member tanda di
mana terdapat kejadian tersebut. Sistem detector terdapat beberapa jenis, antara
lain :
1. Detektor Manual
Dimana alat ini merupakan alat deteksi yang pasif dan sukar disebut sebagai
detektor, karena yang bertindak sebagai detector adalah manusia. Alat ini
merupakan kotak tertutup, berisi saklar tarik atau tuas handel untuk
membunyikan alarm, oleh karena itu alat ini disebut juga sebagai pull.
2. Detektor Panas
Karena kesederhanaannya alat ini sehingga detector ini bekerja lambat
member respon pada kebakaran. Dimana alat ini sebelum mengirim alarm
harus memerlukan panas dengan suhu panas yang cukup. Pada saat alarm
dikirimkan sering kali api sudah dalam kondisi sukar dikontrol lagi karena
proses pemanasan yang membutuhkan waktu cukup lama.
Adapun persyaratan pada detektor panas dalam pemasangannya adalah
sebagai berikut :
a. Dipasang pada posisi 15 mm hingga 100 mm di bawah permukaan langit-
langit gedung.
b. Pada suatu kelompok sistem ini tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah.
c. Untuk setiap luas lantai 46 m2 dengan tinggi langit-langit 3 meter.
d. Jarak anatara detector tidak lebih dari 7 meter untuk ruang aktif dan tidak
lebih dari 10 meter untuk ruang sirkulasi.
e. Jarak detektor dengan dinding minimum 30 cm.
f. Pada ketinggian berbeda, dipasang satu buah detektor untuk setiap 92 m2
luas lantai.
g. Di puncak lekukan atap ruangan tersembunyi, dipasang sebuah detektor
untuk setiap jarak memanjang.
3. Detektor Asap (Smoke Detector)
Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan
kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan
berbunyi, alat ini khusus untuk pemakaian dalam gedung. Dimana dalam
44
pemasangan detektor asap (smoke detector) harus memperhatikan persyaratan
sebagai berikut :
a. Untuk setiap luas lantai 92 m2 .
b. Jarak antara detektor maksimum 12 meter pada ruangan aktif dan 18 meter
untuk ruangan sirkulasi.
c. Jarak detektor dengan dinding minimum 6 meter untuk ruang aktif dan 12
meter untuk ruang sirkulasi.
d. Setiap kelompok sistem dibatasi maksimum 20 buah detektor untuk
melindungi ruangan seluas 2.000 m2 .
4. Detektor Ion
Alat ini berfungsi pada saat api membesar secara bertahap, pada awalnya,
bila suatu benda terbakar alat ini akan mengeluarkan ion-ion terlebih dahulu,
kemudian terlihat asap dan baru terlihat nyala api. Karena yang dideteksi oleh
alat ini adalah ion (asap dan api belum terlihat) maka alat ini lebih sensitif,
lebih peka di bandingkan dengan deteksi asap maupun deteksi api.
5. Detektor Nyala Api/ Flame Detector
Alat ini merupakan detector khusus. Dimana pada kasus kebakaran bahan-
bahan tertentu seperti bensin atau bahan bakar lainnya, nyala api terlihat
dahulu sebelum asap, bahkan sering kali asap yang terjadi sangat sedikit. Pada
kasus inilah digunakan detektor nyala api. Detektor yang bekerja dengan
prinsip merespon radiasi infrared dan atau sinar ultraviolet yang merupakan
karakteristik dan nyala api. Adapun persyaratan dalam pemasangan detektor
nyala api adalah sebagai berikut :
a. Setiap kelompok dibatasi maksimum 20 buah detektor.
b. Detektor yang dipasang di ruang luar harus terbuat dari bahan yang tahan
karat, tahan terhadap pengaruh angin, dan juga tahan terhadap getaran.
c. Untuk daerah yang sering mengalami sambaran petir, harus dilindungi
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan tanda bahaya palsu.
Perhitungan Kebutuhan Jumlah Detektor Nyala Api / Flame Detector
Setiap Kelompok dibatasi maksimum 20 buah detector untuk
melindungi ruangan seluas 2000 m2 .
45
Kebutuhan (Jumlah) Flame Detector :
Luas Ruangan / Luas Bangunan yang dilindungi
Maka dengan Luas Gedung Dyeing 8.400 m2, maka membutuhkan Jumlah
Flame Detector :
= 8.400 m2 / 2000 m2
= 4.2
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian HSE yang ada di gedung Dyeing
sebanyak 4 Titik Flame Detector. Maka Kebutuhan (Jumlah) Flame Detector di
Gedung Dyeing ini sudah memenuhi Standar sesuai dengan Permenaker No. 2
Tahun 1983 Tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik.
46
e. Alarm visual harus dipasang pada ruang khusus, seperti tempat perawatan
orang tuli / sejenisnya.
f. Panel control harus bisa menunjukkan asal lokasi kebakaran.
g. Panel control harus mampu membantu kerja detector dan alarm kebakaraN.
h. serta komponennya secara keseluruhan.
i. Memiliki 2 catu daya sumber energi listrik yaitu listrik PLN atau pembangkit
tenaga listrik darurat dan batere.
j. Mempunyai tegangan batere yang diijinkan 12 volt dan maksimum 48 volt.
k. Dan syarat lainnya sesuai dengan SNI 03 – 3985 – 2000
(a) (b)
Gambar 2.11 (a) Master Control Fire Alarm (b) Push Button Alarm
47
Meter), dan dari data terakhir untuk pengujian Grounding pada penyalur petir
0,07 Ω dan 0,71 Ω (Standar Maksimum 5 Ω). Maka dari hasil pengujian tersebut
mengatakan bahwa Instalasi Penyalur Petir di Gedung Area Dyeing masih
dalam kondisi yang baik.
Gambar 2. 13 Peta Sarana Proteksi Aktif Flame Detector & Fire Alarm dan Penyalur Petir
48
1.6 Pembahasan Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Tabel 2.6 Tingkat Penilaian Proteksi Kebakaran Di Tempat Kerja
Nilai Kesesuaian
Tabel 2. 7 Tingkat Kesesuaian Sistem Proteksi Aktif Gedung Dyeing PT. DJI
1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) memiliki tingkat kesesuaian 67% karena
hasil perhitungan berdasarkan dengan Permenaker No 04 Tahun 1980 tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
karena standar harus memiliki 12 APAR di Gedung Dyeing sedangkan
actual hanya memiliki 8 APAR di Gedung Dyeing.
2) Hydrant sudah sesuai 100% berdasarkan Permen PU No 26 Tahun 2008
dengan klasifikasi PT. Dong Jin Textile Indonesia memiliki risiko Kebakaran
Sedang maka jumlah hydrant yang dibutuhkan dengan luas area sebesar
8.400 m2 (Luas Area Gedung Dyeing) sesuai standar adalah sebanyak 11
titik hydrant, sedangkan actualnya sudah memiliki 11 titiik hydrant
49
sehingga sudah sesuai dengan kebutuhan titik hydrant yang dibutuhkan pada
Gedung Dyeing. Untuk kebutuhan air pada bak penampungan air hydrant
(reservoir air hydrant) sudah mencukupi kapasitas untuk risiko kebakaran
Sedang dengan maksimum waktu pasokan 60 menit yaitu 227 m3 dan
acutualnya mempunyai 450 m3.
3) Detektor system memiliki tingkat kesesuaian 100% karena Gedung Dyeing
merupakan proses produksi yang dapat menimbulkan efek panas dan uap
sehingga pemasangan Detektor Nyala Api / Flame Detector merupakan
pilihan yang sesuai untuk mendeteksi awal terjadinya sebuah kebakaran.
Sesuai dengan Permenaker No. 2 Tahun 1983 tentang Pemasangan Instalasi
Alarm Kebakaran Otomatik untuk kebutuhan Flame Detector tersebut dengan
Luas Area Gedung Dyeing 8.400 m2 membutuhkan 4 Flame Detector dan
actualnya sudah terpasang 4 Flame Detector di Area Gedung Dyeing
tersebut
4) Alarm kebakaran tingkat kesesuaiannya dibandingkan dengan standar SNI
003-3985-2000. Berdasarkan data actual yang diberikan, menunjukkan
tingkat kesesuaian alarm adalah 90%. Hal ini karena semua syarat alarm
kebakaran hampir terpenuhi hanya ada satu yang belum terlaksana yaitu
pengukuran kebisingan pada suara alarm system. Sehingga ini yang
menjadi penilaian kesesuain menjadi 90%
5) Penyalur Petir memliki tingkat kesesuaianya mencapai 100% karena Gedung
Dyeing sudah terpasang 2 Unit Instalasi Penyalur Petir dengan tipe Franklin
Kurn R 150 dengan tinggi 22 meter lebih tinggi dari atap gedung dyeing dan
gedung sekitarnya. Selain itu dengan radius 150 meter penyalur petir ini
sudah bisa mencakup seluruh Luas Area Gedung Dyeing dan sudah memiliki
perizinan dari Disnaker serta melakukan pengujian 1x / tahun oleh PJK3
sesuai dengan ketentuan Permenaker No. 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan
Instalasi Penyalur Petir.
50
Material ini disertakan sebagai bagian dari tatanan bagian bangunan, contohnya sebagai
tambahan dinding, lantai dan pintu yang tahan api. Dalam banyak kasus, proteksi pasif
akan membakar ruangannya sendiri tanpa menyebar ke area lainnya. Keunggulan lain
dari system proteksi kebakaran pasif adalah melindungi penghuni Gedung untuk
melakukan evakuasi dengan selama. Hal ini dikarenakan kebakaran tertahan dalam satu
ruangan dalam waktu yang lama. Alat proteksi ini juga melindungi bangunan dari
kehancuran atau kerusakan akibat kebakaran. Sehingga dapat menekan kerugian yang
diakibatkan oleh kebakaran baik kerugian materi maupun korban jiwa.
Sarana Evakuasi
Setiap bangunan harus dilengkapi dengan sarana evakuasi yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk
menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan oleh
keadaan darurat. Komponen dari sarana evakuasi terdiri dari :
51
Pintu darurat dan tangga darurat harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga mudah dicapai dan dapat mengeluarkan seluruh penghuni dalam waktu
tertentu sesuai dengan risiko kebakaran. Untuk risiko ringan pintu dapat
mengeluarkan dalam waktu 3 menit, untuk risiko sedang pintu dapat
mengeluarkan dalam waktu 2,5 menit dan untuk risiko berat pintu dapat
mengeluarkan dalam waktu 2 menit. Pintu darurat harus mempunyai tanda atau
sinyal penerangan yang bertuliskan KELUAR di atasnya dan menghadap ke
koridor (Departemen Pekerjaan Umum, 1987: 11-14). Dalam pemasangan jalan
keluar atau jalan penyelamatan (emergency exit) berupa tangga kebakaran (fire
escape) harus memperhatikan syarat-syarat, yaitu :
a. Tangga terbuat dari konstruksi beton atau baja yang mempunyai ketahanan
kebakaran selama 2 jam.
b. Tangga dipisahkan dari ruangan-ruangan lain dengan dinding beton yang
tebalnya minimum 15 cm atau tebal tembok 30 cm yang mempunyai
ketahanan kebakaran selama 2 jam.
c. Bahan-bahan finishing, seperti lantai dari bahan yang tidak mudah terbakar
dan tidak licin, susuran tangan terbuat dari besi.
d. Lebar tangga minimum 120 cm (untuk lalu lintas 2 orang ).
e. Harus dapat dilewati minimal oleh 2 orang bersama-sama atau lebar bersih
tangga minimal 120 cm.
f. Untuk anak tangga, lebar minimum injakan tangga 27,9 cm, tinggi minimum
10,5 cm, tinggi maksimum 17,8 cm dan jumlah 2R + G ≤ 70cm.
g. Harus mudah dilihat dan dicapai (dilengkapi dengan penunjuk arah). Jarak
maksimum dari sentral kegiatan 30 m atau antar tangga 60 m.
Noted : Gedung Dyeing pada PT. Dong Jin Textile Indonesia hanya memiliki
1 lantai dan tidak memiliki tangga darurat.
52
b. Perhitungan jumlah orang (N) Pada tabel komponen penentuan lebar pintu
keluar dibawah ini kita bisa menetapkan beban okupansi bangunan (contoh:
Jenis bangunan komersil dengan beban okupensi 5,6 untuk lantai lain)
Setelah itu kita dapat menentukan jumlah orang (N) dengan perhitungan :
N = Luas Bangunan (A)/Beban Okupansi
= 632/5,6
= 112,85 orang
= 113 orang
c. Perhitungan kebutuhan eksit pada tiap lantai. Setelah mengetahui jumlah
orang tiap lantai atau zona, selanjutnya menghitung kebutuhan eksit pada
tiap lantai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Contoh :
Waktu escape (T) untuk bahaya kebakaran ringan = 3 menit
Lebar Tempat Keluar (U): N/(40 x T) = 113/(40 x 3) = 0,95 = 1 m
Jumlah eksit (E): (U/4) + 1 = (1/4) + 1 = 1,25 =1 unit.
Jadi jumlah pintu kebakaran yang dibutuhkan setiap 632 m2 adalah 1
unit dengan lebar 1 m.
Setiap tempat kerja harus tersedia jalan selain pintu masuk-keluar utama
untuk menyelamatkan diri apabila terjadi kebakaran. Pintu tersebut harus
membuka keluar dan tidak diperkenankan untuk dikunci. Petunjuk arah
evakuasi harus terlihat jelas dalam keadaan gelap.
Syarat Ketentuan Teknis Pintu Darurat
1. Laju Alir : 40 orang/menit.
2. Durasi Evakuasi :
Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Ringan : 2 menit.
Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Sedang : 2.5 menit.
Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Berat : 3 menit.
3. Lebar Pintu Minimal : 21 inch
Contoh Perhitungan :
53
Jawaban :
U = N / (40xT)
=350 / (40x 2.5 menit)
= 3.5 m
E = (U / 4) + 1
= (3,5 / 4) + 1
= 0,875 + 1
= 1,875
Hal ini menjadi hal yang sama untuk perhitungan pintu darurat di
Gedung Dyeing PT. Dong Jin Textile Indonesia, dengan diketahui :
Jumlah karyawan / shift (N): 100 orang
Dengan risiko kebakaran sedang sehingga durasi waktu (T) : 2,5 menit
Maka,
Lebar pintu darurat (U) = N / (40 x T)
= 100 / (40 x 2,5)
= 100 / 100
=1m
= (1 / 4) + 1
= 0,25 + 1
= 1.25
Aktual saat ini, gedung dyeing mempunyai total unit pintu darurat sebanyak
7 unit. Maka Kebutuhan (Jumlah) Unit Pintu Darurat di Gedung Dyeing ini
telah memenuhi Standar sesuai dengan Permen PU No 26 Tahun 2008 dan
Instruksi Menteri No 11 Tahun 1997.
54
Gambar 2.14 Pintu Darurat PT. DJI
55
Pada setiap ruangan yang digunakan lebih dari 10 orang, harus dipasang
denah evakuasi pada tempat yang mudah dilihat.
Penunjuk arah keluar harus menggunakan 2 sumber daya listrik berbeda.
Penunjuk arah keluar harus mempunyai kuat penerangan minimal 50 lux
dan berwarna hijau dengan warna tulisan adalah putih (tinggi huruf 10 cm
dan tebal huruf 1 cm)
Penempatan penunjuk arah keluar harus mudah terlihat jelas dan terang
dari jarak 20 m.
Jarak antara penunjuk arah keluar minimal 15 m & maksimal 20 m dan,
tinggi penunjuk arah keluar 2 m dari lantai.
PT. Dong Jin Textile Indonesia sudah memiliki kesesuaian jalur sirkulasi
/ penyelamatan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penyediaan peta evakuasi
pun sudah disimpan pada setiap pintu keluar. Penyediaan tanda exit dan lampu
darura sudah ada pada setiap pintu darurat untuk memudahkan proses evakuasi
jika terjadi keadan darurat. Selain itu, penyediaan sumber daya listrik pun sudah
mempunyai UPS / Cadangan Battery khusus untuk peralatan darurat diantaranya
untuk lampu darurat, tanda exit, hydrant, alarm, detector dan proteksi lainnya
yang menggunakan daya / tenaga listrik.
56
2.4 Perlengkapan Sarana Emergency Exit
Bangunan skala besar harus memiliki kelengkapansarana emergency exit,
meliputi:
Sumber Daya Listrik Darurat
Pencahayaan darurat pada sarana jalan keluar harus terus menerus menyala
selama penghuni membutuhkan sarana jalan keluar. Lampu yang
dioperasikan dengan baterei atau lampu jenis lain seperti lampu-lampu
jinjing atau lentera tidak boleh dipakai untuk pencahayaan primair pada
sarana menuju jalan keluar.
Lampu Darurat (Emergency Luminaire)
Sebuah lampu yang di rancang untuk digunakan pada sistem pencahayaan
darurat. Pencahayaan buatan yang dioperasikan sebagai pencahayaan
darurat dipasang pada tempat-tempat tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu sesuai kebutuhan untuk menjaga pencahayaan sampai ke tingkat
minimum yang ditentukan Lantai dan permukaan untuk berjalan pada
tempat yang aman, sarana menuju tempat yang aman dan sarana menuju
jalan umum, tingkat intensitas cahayanya minimal 50 Lux di ukur pada
lantai.
a. Ketentuan Teknis Setiap lampu darurat harus :
- Bekerja secara otomatis.
- Mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang
aman.
- Jika mempunyai sistem terpusat, catu daya cadangan dan kontrol
otomatisnya harus dilindungi dari kerusakan karena api dengan
konstruksi penutup yang mempunyai Tingkat Ketahanan Api
(TKA).
- Lampu darurat yang digunakan harus sesuai dengan standar yang
berlaku
b. Lokasi Pemasangan Lampu darurat dipasang pada :
- Tangga-tangga darurat.
- Gang/ jalur evakuasi.
- Koridor
- Lift
57
- Jalan lorong menuju tempat aman, dan jalur menuju jalan umum.
- Sepanjang jalan ke arah koridor, lobi dan jalan keluar dengan jarak
langsung dari titik masuk gang, lobi atau jalan keluar melebihi 13
meter.
- Pada seluruh daerah jika tidak ada jalan yang jelas kearah koridor,
lobi dan jalan keluar.
c. Rumus jumlah lampu
N = (E x A)/(Φ lampu x LLF x CU)
Dimana :
N = Jumlah lampu pada suatu ruang.
E = Kuat terang yang dibutuhkan suatu fungsi ruang(lux)… tabel.
A = Luas ruang.
Φ = Kuat cahaya suatu jenis lampu(lumen) …tabel
LLF = Ligh Lost Factor, factor daya yang bekuang akibat kualitas alat
; 0,7 - 0,8
CU = Coefficient of Utilization ; daya terang lampu, tegantung warna
bidang pembatas ruang, 50 – 60 % (sumber : modul utilitas System
kendali asap) Semua kebakaran pasti memproduksi asap yang jika tidak
dikendalikan akan menyebar keseluruh bangunan atau bagian
bangunan, yang berpotensi mengancam jiwa serta merusak harta benda.
(a) (b)
Gambar 2.16 (a) Sign Exit (b) Lampu Darurat
58
Seharusnya standar yang digunakan merujuk kepada Permen PUPR No. 14
Tahun 2017 Tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung.
Persyaratan Teknis
a. Jarak minimum titik berkumpul dari bangunan gedung adalah 20 m untuk
melindungi Pengguna Bangunan Gedung dan Pengunjung Bangunan
Gedung dari keruntuhan atau bahaya lainnya.
b. Titik berkumpul dapat berupa jalan atau ruang terbuka.
c. Lokasi titik berkumpul tidak boleh menghalangi akses dan manuver mobil
pemadam kebakaran.
d. Memiliki akses menuju ke tempat yang lebih aman, tidak menghalangi dan
mudah terjangkau oleh kendaraan atau tim medis.
e. Persyaratan lain mengenai titik berkumpul mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan tentang system proteksi kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan.
Penilaian Tingkat Kesesuaian Assembly Point PT. Dong Jin Textile
Indonesia mencapai 90% karena pada titik kumpul – 1 hanya berjarak 4 meter
saja dengan gedung disekitarnya (Gedung Bea Cukai) dan untuk titik kumpul –
2 sudah sesuai dengan standar.
(a) (b)
Gambar 2.17 (a) Titik Kumpul – 1 (b) Titik Kumpul – 2
59
Sarana Penyelamatan Jiwa
Sarana penyelamatan jiwa di Gedung Dyeing di PT. Dong Jin Textile
Indonesia terdiri dari sarana jalan keluar, tanda petunjuk keluar, pintu darurat,
penerangan darurat, dan tempat berkumpul.
Table 2.9 Tingkat Kesesuaian Sistem Proteksi Pasif Gedung Dyeing PT. DJI
No. Alat Proteksi Kebakaran Pasif Presentase
1 Sarana Jalan Keluar 100%
2 Pintu Darurat 100%
3 Tanda Petunjuk Keluar 80%
4 Penerangan Darurat 90%
5 Tempat Berkumpul 90%
Tingkat Kesesuaian 92 %
Nilai Baik
60
d. Penerangan darurat menurut SNI, harus terang minimum 50 lux. Sedangkan
penerangan lampu darurat sudah tersedia dan terpasang, sedangkan
pengukuran pencahayaan belum dilakukan. Sehingga tingkat kesesuaian
sebesar 90%.
e. Penilaian Tingkat Kesesuaian Assembly Point PT. Dong Jin Textile
Indonesia mencapai 90% karena pada titik kumpul – 1 hanya berjarak 4
meter saja dengan gedung disekitarnya (Gedung Bea Cukai) dan untuk titik
kumpul – 2 sudah sesuai dengan standar NFPA 101 tentang life safety code
dan Permen PUPR No. 14 Tahun 2017.
Gambar 2.18 Peta Sarana Proteksi Kebakaran Pasif Gedung Dyeing PT DJI
61
mengeluarkan air, busa, gas, atau bahan lainnya yang mampu memadamkan api.
APAR dilengkapi dengan berbagai sparepart seperti valve, tube, levers, pressure
gauge, hose, nozzle, sabuk tabung, pin pengaman, bracket, dan media atau isi
tabung seperti dry chemical powder, carbon dioxide (CO2), Foam AFFF (Aqueous
Film Forming Foam), dan hydrochlorofluorocarbon(HCFC).
Tata cara (prosedur) penggunaan APAR / tabung pemadam kebakaran :
a. Tarik/Lepas Pin pengunci tuas APAR/ Tabung Pemadam
b. Arahkan selang ke titik pusat api
c. Tekan tuas untuk mengeluarkan isi APAR/ Tabung Pemadam
d. Sapukan secara merata sampai api padam
Pada area Dyeing di PT. Dong Jin Textile Indonesia terdapat 2 jenis
APAR (Powder dan CO2) dikarnakan sebagian besar bahan atau material yang di
gunakan merupakan bahan kimia dan bahan bakar gas yang mana kedua bahan
tersebut tergolong kedalam kategori kelas B dalam klasifikasi kebakaran.
62
2. Hydrant
Menurut Depnaker, 1995 yang dimaksud dengan fire hydrant kebakaran adalah
suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air
bertekanan, yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran.
Tata Cara Penggunaan Fire Hydrant yang benar adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Selang Fire Hose (Hoseman)
Angkat selang fire hose mendekat, bisa juga dipanggul jika terasa berat dan
lempar selang tersebut ke arah yang mendekati api. Posisikan selang agar tidak
terbelit, sehingga aliran air nantinya bisa berjalan dengan lancer. Jika panjang
selang kurang, maka bisa ditambah dengan selang lainnya. Menyambungkan
pangkal selang dengan hydrant pillar. Jika sumber air dari box hydrant biasanya
tidak perlu menyambungkan selang namun Langsung ditarik ke arah api.
2. Persiapan Nozzle (Nozzleman)
Posisikan kaki agak merenggang agar tumpuan ke tanah kuat, persiapkan
nozzle dengan pegangan yang sempurna. posisi salah satu tangan adalah memegang
ujung nozzle, dan tangan satunya pada pangkal dengan menjepitkan ke ketiak
supaya tidak goyah dan berikan kode ke operator jika anda merasa sudah siap
memadamkan api.
3. Persiapan Aliran Air (Commando, Valveman, Pumpman )
Kode untuk mengalirkan air dari pemegang nozzle adalah tangan lurus keatas
Sedangkan kode untuk menghentikan aliran air adalah melipat siku tangan dengan
berulang-ulang.
63
Gambar 2.23 Ilustrasi Cara Penggunaan Hydrant
Pada area Dyeing di PT. Dong Jin Textile Indonesia terdapat 2 jenis
Hydrant yaitu Hydrant Indoor & Hydrant Outdoor.
(a) (b)
64
I. Unit Penanggulangan Kebakaran (KepmenakerNo. 186 Tahun1999)
Dalam PT. Dong Jin Textile Indonesia terdapat karyawan yang menjadi
pendukung berlangsungnya kegiatan oprasional perusahaan, jumlah karyawan yang
tercatat sejumlah 211 orang karyawan. Berdasarkan Kepmenaker No.186 Tahun 1999
untuk perusahaan dengan kategori sedang II diatur sebagai berikut:
KELAS
NO STANDAR AKTUAL KEKURA NGAN KETERANGAN
PEMADAM
Ahli K3
Sesuai dengan kepmenaker 186
4 spesialis 1 orang 1 orang -
Th 1999 pasal 6 ayat 3
kebakaran
65
Berdasarakan Kebutuhan Unit Penanggulangan Kebakaran pada Tabel 3.1 diatas
kami melakukan analisa dan perhitungan sesuai dengan Peraturan Kepmenaker No.
186 Tahun 1999 Pasal 6 ayat 1 sampai ayat 3.
1. Petugas peran kebakaran/tingkat D adalah ( 2/25) =
= (419/25) x 2
= 17 x 2
= 34 orang petugas peran kebakaran kelas D
2. Regu penanggulangan kebakaran/tingkat C adalah 1 / 300 karyawan dengan
minimal 1 regu = 5 Orang.
= (419 / 300) x 5 orang/regu
= 2 (Dibulatkan dari 1,4) x 5 orang/regu
= 10 orang regu penanggulangan kebakaran kelas C
3. Koordinator unit penanggulangan kabakaran/tingkat B = 1 / unit kerja
= memiliki 4 unit kerja, maka minimal ,mempunyai
= 4 orang coordinator kebakaran kelas B
4. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penaggungjawab
teknis/tingkat A adalah 1 / 300 karyawan, sehingga:
= 419 / 300
= 1,4
= 1 orang Ahli K3 spesialis kebakaran
Maka dengan kondisi saat ini, PT. Dong Jin Textile Indonesia memiliki :
1. Kelas A : 1 orang
2. Kelas B : 1 orang
3. Kelas C : 1 orang
4. Kelas D : 9 orang
Maka Kebutuhan (Jumlah) Unit Penanggulangan Kebakaran di PT. Dong Jin Textile
Indonesia ini belum memenuhi Standar sesuai dengan Kepmenaker No 186 Tahun
1999 dengan kekurangan sebagai berikut :
Kelas A : Sudah memenuhi
Kelas B : 3 Orang
Kelas C : 9 orang
Kelas D : 25 orang
66
J. Struktur tanggap darurat, tugas dan tanggung jawab
67
Gambar 2. 26 Struktur Tanggap Darurat Kebakaran
68
Gambar 2. 27 Struktur Tanggap Darurat Petugas P3K
69
Tabel 2. 11 Kebutuhan Petugas P3K
70
L. Skenario & Evaluasi Simulasi Tanggap Darurat Kebakaran
PT. Dong Jin Textile Indonesia sudah melakukan Simulasi Tanggap Darurat
Kebakaran setiap 6 bulan sekali dan dilakukan pada Non Shift dan Shift 1 pada pukul
14.00 WIB dan Shift II dan Shift III pada pukul 22.00 WIB. Selanjutnya dilakukan
pelatihan Pemadaman Kebakaran dengan 3 metode yaitu pemadaman menggunakan
APAR, Hydrant dan konvensional (Menggunakan Karung Goni yang telah di basahi).
Berikut Skenario Simulasi Tanggap Darurat Kebakaran PT. Dong Jin Textile Indonesia
pada 4 November 2022 pada Tabel dibawah ini.
71
Tabel 2.12 Skenario & Evaluasi Tanggap Darurat Kebakaran
72
No. Form : F.HSE - 23.02
SIMULASI EMERGENCY RESPONE PLAN KEBAKARAN & PERTOLONGAN PERTAMA PADA Rev. No : 00
KECELAKAAN (P3K) Hal. : 1/1
PT. DONG JIN TEXTILE INDONESIA Tgl Berlaku : 2 Januari 2021
PIC Penanggung Jawab : Pujo Prastowo Lokasi Area Tragedi : Depan Gudang Yarn
Tanggal Pelaksanaan : Jumat, 04 November 2022 Participant : Semua Karyawan
Waktu Pelaksanaan : 14.00 - 15.00 WIB Shift : Non Shift & Shift I
73
Ibu Yeti Head Office Lt. 1
14.12 - 14.15 14.06-14.09
Ibu Lussy
Bp. Cartono
Finish Goods 14.12 - 14.15 14.06-14.09
Ibu Beyna
74
Bp. Deni
Dyeing 14.12 - 14.15 14.06-14.09
Bp. Biya
Bp. Feri
Ingrey - Junbi 14.12 - 14.15 14.06-14.09
Bp. Ardi
Tim Evakuasi di Setiap bagian
membunyikan Alarm pada
megaphone di semua area
4 setelah mendengar fire alarm
berbunyi dan segera
mengarahkan karyawn ke titik
kumpul terdekat
Ibu Ani
Ibu Leni Circular 14.12 - 14.15 14.06-14.09
Bp. Dani
Ibu Linda
Suster Elis Tricot - Warping 14.12 - 14.15 14.07- 14.09
Bp. Faisal
75
Bp. Jaenal Dyeing 14.12 - 14.15 14.06-14.09
76
Tim Evakuasi Dokumen
7 Membawa Dokumen Penting Fera & Riyanto Head Office 14.15 - 14.20 14.06-14.09
Menuju Titik Berkumpul
77
DAMKAR UPTD datang,
11 memadamkan api, dan berhasil UPTD DAMKAR Tricot 14.30 - 14.40 14.15 - 14.20
memadamkan api
Ibu Yeti
Head Office 14.25- 14.30 14.20 - 14.25
Bp. Galih
Bp. Cartono
Finish Goods 14.25- 14.30 14.20 - 14.25
Bp. Idris
Bp. Feri
Ingrey - Junbi 14.25- 14.30 14.20 - 14.25
Bp. Iip
78
Bp. Syairin Tricot 14.25- 14.30 14.20 - 14.25
79
EVALUASI KESIAGAAN DAN TANGGAP DARURAT
Jenis Kecelakaan darurat : kebakaran / tumpahan bahan kimia / gempa bumi/ kerusuhan massa / ledakan, lain-lain sebutkan :
kebakaran di area pabrik (Warehouse Yarn)
Sesungguhnya :
Uji coba* :
v
*pilih salah satu
Penanganan Kecelakaan
Titik Kumpul I
Waktu Tim Tanggap Darurat mulai bekerja : Pukul 14.06 WIB
Cara penanganan
Alarm kebakaran, Lampu Emergency Exit, Hidrant, APAR, Pemadaman
Kesiapan peralatan yang digunakan : Tradisional, Tandu, P3K, Megaphone, Sprinkler, Flame Detector, Smoke
Detector, Heat Detector.
Sigap berlari ke titik assembling point dan membawa dokumen dan aset
Peran karyawan dalam menghadapi kondisi darurat / kecelakaan : penting perusahaan, serta sudah bersiap menggunakan hidrant apabila
dilihat kondisi api belum padam/membesar.
80
Evakuasi :
Secara Umum, kondisi kesiagaan perusahaan dalam menghadapai kondisi darurat / kecelakaan :
Uraikan :
1. Sarana Pemadaman
Alarm terdapat pada setiap bangunan. Alarm terdapat pada hidrant dan di setiap pintu keluar gedung. Total jumlah alarm indoor sesuai dengan
jumlah hidrant indoor, 24 titik. Sedangkan jumlah alarm pada pintu keluar gedung adalah 38 titik. Keseluruhan alarm berbunyi otomatis ketika
alarm di 1 titik digunakan namun pada Area Tricot, Ingrey & Circular tidak terdeteksi bunyi Alarm. Deteksi lokasi tempat alarm berbunyi pada pos
security.
Sistem pemadaman awal menggunakan APAR jenis powder. Tersedia juga APAR jenis CO2 untuk area elektrikal & mesin, serta APAR foam
untuk bahan kimia cair mudah terbakar/bahan bakar. Total jumlah APAR yang tersedia di pabrik adalah 81 tabung, yang terdiri dari: APAR
powder sebanyak 44 tabung, APAR CO2 sebanyak 24 tabung, APAR foam sebanyak 4 tabung dan APAR Thermatic 9 Tabung. Sarana
pemadaman aktif lainnya adalah hidrant, yang terdiri dari 24 hidrant indor dan 20 hidrant outdoor. Terdapat juga 3 buah hidrant pillar, dan 1
buah siamese connection. Selain itu juga terdapat 1095 sprinkler, 279 smoke detector, 15 flame detector, dan 13 heat detector. Sarana
evakuasi berupa emergency lamp terdapat 49 buah, lampu emergency bertuliskan exit sebanyak 49 buah, dan pintu keluar sebanyak 71 buah.
3. Evakuasi
Pada saat mengevakuasi, team P3K membawa tandu serta peralatan P3K. Lokasi titik kumpul berada di 2 tempat terdekat, yakni gerbang
security Warehouse Yarn dan gerbang security mess. Karyawan dievakuasi ke Titik Kumpul Warehouse Yarn. Team Evakuasi Tanggap
Darurat telah memastikan seluruh karyawan telah keluar gedung. Team Evakuasi Tanggap Darurat juga telah mengecek seluruh karyawan
telah berada di titik kumpul. Evakuasi berlangsung selama 3 menit 45 detik. Team P3K bertugas memeriksa apakah karyawan yang telah
dievakuasi mengalami cidera.
81
M. Flow Chart Kesiagaan Tanggap Darurat Kebakaran
82
BAB III
EVALUASI DAN REKOMENDASI (COST & BENEFIT)
A. Evaluasi dan Rekomendasi hasil observasi
1. Evaluasi Kesesuaian
Tabel 3.1 Evaluasi Kesesuaian
No Foto Kesesuaian Saran Regulasi
83
Tedapat kotak
hydrant Indoor &
Outdoor yang SNI 03-1745-2000 Tentang Tata
lengkap (Khusus cara perencanaan dan
4 Hydrant Indoor Agar selalu melakukan pemasangan sistem pipa tegak
perawatan secara rutin. dan slang untuk pencegahan
dilengkapi dengan bahaya kebakaran pada bangunan
Push Button Alarm rumah dan gedung.
dan Alarm Bell
Emergency)
84
Tersedianya UPS
Yang berguna
sebagai tenaga listrik Selalu melakukan
cadangan, untuk inspeksi secara berkala PERMEN PU No.
8 mengantisipasi bila agar UPS selalu dalam 26/PRT/M/2008
aliran listrik
kondisi yang selalu Bab 5.7
dipadamkan
Sehingga fire alarm standby.
dan detektor tetap
berfungsi.
85
PERMEN PUPR No. 26 Tahun
2008 tentang Persyaratan Teknis
Lampu Exit terlihat 2
Sistem Proteksi Kebakaran pada
sisi dari luar gedung Bangunan Gedung dan
maupun dalam gedung Lingkungan, BAB III 3.17.1.2.
Tersedianya
dyeing sehingga Eksit
Emergency Exit Eksit, selain dari pintu eksit
disarankan untuk
12 Lamp di setiap pintu utama di bagian luar bangunan
menutup sisi dari arah
darurat gedung gedung yang jelas dan nyata di
luar gedung agar tidak identifikasikan sebagai eksit,
Dyeing Area
beranggapan bahwa harus diberi tanda dengan
jalur exit memasuki sebuah tanda yang disetujui
gedung. yang mudah terlihat dari setiap
arah akses eksit.
86
2. Evaluasi Temuan Observasi
Tabel 3.2 Evaluasi Temuan Observasi
No Foto Aktual Saran Seharusnya Regulasi
SNI 03 – 1746 – 2000 pasal
3.1.4
Jalur evakuasi suatu jalan lintasan yang
Agar
Tersedia jalur dilakukan tidak terhalang menerus dan tidak terhambat
1 evakuasi yang pemeriksaan & oleh barang atau dari titik manapun dalam
terhalang. pengawan di apapun yang bangunan gedung ke jalan
area tersebut menghalangi umum, terdiri dari tiga bagian
yang jelas dan terpisah; akses
eksit, eksit dan eksit pelepasan.
Memasang Tanda APAR
Tanda APAR jangan lebih
tanda APAR
terlalu tinggi tinggi dari 125 Permenaker No. 04 Tahun
2 harus sesuai
lebih dari 125 cm 1980 pada Bab 2 Pasal 4
dengan yg
cm
disyaratkan
PERMEN PUPR No. 26 Tahun
2008 tentang Persyaratan
Pintu evakuasi Pintu dapat Pintu darurat Teknis Sistem Proteksi
(darurat) digunakan saat Kebakaran pada Bangunan
tidak tekunci dan
3 terhalang pintu emergency / Gedung dan Lingkungan, BAB
tidak terhalang
tidak terkunci
lain dan pintu atau benda III 3.7.1.1.4 (2) "PINTU
dan tidak
terkunci terhalang lain TETAP DIBUKA SAAT
BANGUNAN GEDUNG
DIHUNI"
Lakukan Tersedianya Gas
pemasangan Detector setiap
Belum terdapat gas detector di Permenaker No.2 Tahun
gas detector di area dyeing ada jalur bahan 1983 tentang Instruksi alarm
4 bakar gas /
area Dyeing sekitar jalur Kebakaran Otomatik Pasal 6
pemakaian bahan
pipa bahan (1)
bakar gas bakar gas
Dilakukan
Belum simulasi UU No. 1 tahun 1970 Pasal 3.
tanggap
dilakukannya darurat Agar mengetahui (1) Dengan peraturan
simulasi baik itu bagaimana cara perundangan ditetapkan syarat-
5
tanggap gempa bumi, menghadapi syarat keselamatan kerja untuk
darurat selain kebanjiran, kondisi terburuk : a. mencegah dan mengurangi
kebakaran Huru – hara kecelakaan;
dan Sabotase
87
B. Cost And Benefit
1. Estimasi Kerugian Awal
Operasional Pabrik 1 Hari 23.000 kg/day 75.000 (per Kg) Rp. 1.725.000.000
88
Total Biaya Investasi
Nama Investasi Total
Kerusakan 1 Mesin
1 3.600.000.000 (per unit) Rp. 3.600.000.000
Tenter
Operasional Los
produksi untuk 1 mesin 7.660 Kg/day 75.000 (per Kg) Rp. 574.500.000
Tenter
Grand Total Rp 4.174.500.000
89
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Dari peninjauan kami di lapangan bahwa Gedung Dyeing PT. Dong Jin Textile Indonesia
memiliki Potensi Bahaya Kebakaran Berat pada proses Mesin Tenter karena menggunakan Bahan
Bakar Gas yang memiliki resiko kebocoran pada jalur pipa gas dan menimbulkan bahaya ledakan
maupun kebakaran. PT. Dong Jin Textile Indonesia memiliki Sistem Proteksi Aktif dengan
Presentase Penilaian 91,4% dan pada sistem proteksi Pasif dengan presentase 92%, sehingga
dapat dikatakan bahwa Sistem Proteksi Kebakaran di PT. Dong Jin Textile Indonesia sudah cukup
baik. Namun untuk kebutuhan APAR masih belum memenuhi sesuai Permenaker No. 4 Tahun
1980 karena dari hasil analisa kami Gedung Dyeing tersebut membutuhkan 12 Tabung APAR
sedangkan aktual saat ini hanya tersedia 8 Tabung APAR.
Oleh karena itu kami masukan dalam rekomendasi atau saran karena ketidaksesuaian
tersedianya APAR di Gedung Dyeing PT. Dong Jin Textile Indonesia . Sistem manajemen
penanggulangan kebakaran yang ada di PT. Dong Jin Textile Indonesia yang dalam hal ini disebut
dengan tim tanggap darurat sudah terbentuk dengan baik. Dimana tim tanggap darurat ini
terbentuk dari tiap – tiap bagian/ departemen yang terbagi dalam 3 shift (jam kerja). Dan tim inipun
mendapat dukungan penuh melalui kebijakan dari management PT. Dong Jin Textile Indonesia.
Salah satunya adalah dengan memberikan kesempatan beberapa personilnya untuk menambah
kemampuannya dengan mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
B. Saran
Berdasarkan hasil observasi dan berdasarkan regulasi yang berlaku maka adalah beberapa hal
yang perlu dilakukan dalam tindakan meminimalisir resiko yang lebih parah jika terjadi keadaan
darurat khususnya kebakaran. Rekomendasi yang dapat di terapkan diantaranya sebagai berikut :
a. Instruksi Kerja penggunaan APAR yang disediakan dilokasi terpasangnya APAR agar segera
diganti apabila sudah terlihat rusak dan posisikan APAR sesuai lokasi yang ditetapkan dengan
terdapat tanda APAR (sign safety) sesuai dengan Permenaker No. 4 Tahun 1980.
b. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) memiliki tingkat kesesuaian 67% karena hasil perhitungan
berdasarkan dengan Permenaker No 04 Tahun 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan karena standar harus memiliki 12 APAR di Gedung
Dyeing sedangkan actual hanya memiliki 8 APAR di Gedung Dyeing. Maka disarankan untuk
penambahan APAR sebanyak 4 Tabung pada Gedung Dyeing.
90
c. Berdasarkan observasi dan analisa di gedung dyeing terdapat jalur pipa gas yang mengarah pada
mesin Tenter, namun pada area Gedung Dyeing belum terpasang gas detector sehingga kami
merekomendasikan pemasangan gas detector di Mesin Tenter dan Jalur Pipa Gas tersebut agar
dapat mendetksi awal apabila terjadi kebocoran gas yang dapat menimbulkan potensi
kebakaran maupun ledakan di area tesebut.
d. Alarm kebakaran tingkat kesesuaiannya dibandingkan dengan standar SNI 003-3985- 2000.
Berdasarkan data actual yang diberikan, menunjukkan tingkat kesesuaian alarm adalah 90%.
Hal ini karena semua syarat alarm kebakaran hamper terpenuhihanya ada satu yang belum
terlaksana yaitu pengukuran kebisingan pada suara alarm system. Sehingga ini yang menjadi
penilaian kesesuain menjadi 90%.
e. Tanda petunjuk keluar di Gedung Dyeing PT. Dong Jin Textile Indonesia sebagian besar sudah
sesuai dengan standar NFPA 101 dan SNI 03-1746-2000. Sama halnya , dengan sarana jalan
keluar, tingkat kesesuaiannya sebesar 80% artinya elemen terpasang tetapi masih ada yang perlu
diperbaiki yaitu tanda harus terlihat jelas di saat terjadi keadaan darurat kapan saja. Sebaiknya
tanda keluar (panah evakuasi lantai) dibuat terang saat gelap, mengingat gedung ini memiliki
pekerjaan pada malam hari (24 jam).
f. Penerangan darurat menurut SNI, harus terang minimum 50 lux. Sedangkan penerangan lampu
darurat sudah tersedia dan terpasang, sedangkan pengukuran pencahayaan belum dilakukan.
Sehingga tingkat kesesuaian sebesar 90%.
g. Tidak tertutupnya jalur evakuasi dengan benda atau barang apapun sehingga apabila terjadi
bahaya jalur tersebut dapat dilalui dengan baik.
h. Kebutuhan (Jumlah) Unit Penanggulangan Kebakaran di PT. Dong Jin Textile Indonesia belum
memenuhi Standar sesuai dengan Kepmenaker No 186 Tahun 1999 dengan kekurangan sebagai
berikut :
Kelas B : 3 orang Kelas C : 9 orang Kelas D : 25 orang.
i. Analisa besarnya kebakaran yang terjadi dengan scenario kebocoran pipa gas Liquid Natura
Gas (LNG) / Metana yang berpotensi meledak dan terbakar di Gedung Dyeing dengan tekanan
4 atm. Dengan menggunakan aplikasi ALOHA dan MARPLOT dapat dilihat, kebakaran dan
ledakan dapat terjadi sehingga merugikan banyak pihak, diantaranya bagi perusahaan sendiri,
karyawan, keluarga karyawan dan lingkungan.
j. Maka saran perbaikan yang dapat dilakukan adalah memenuhi semua yang belum mengikuti
standar , dimana hal ini bertujuan sebagai investasi perusahaan untuk meminimalkan adanya
risiko kebakaran berat.
91