Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MANFAAT CACING TANAH (Lumbricus Rubellus)


SEBAGAI OBAT DEMAM THYPUS (Thypoid fever)
KELOMPOK 3

Dosen Pembimbing:

Ns. Maritta Sari, M.A.N.

Disusun Oleh:

1. ANNISA OKTAVIA WULANDARI / 202201078


2. DESTI PUTRI ZELLA / 202201047
3. KIRANTI TRI AMANDA / 202201071
4. LINDA CITRA SEPTIANA / 202201060
5. RACHELYA ANASTASYA SIREGAR / 202201049
6. RAHMA JULITA / 202201042

SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN SAPTA BAKTI BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................... iv

BAB 1............................................................................................................................. 1

PENDAHULIAN ........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Perumusan Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................................. 2

BAB II............................................................................................................................ 3

LANDASAN TEORI ..................................................................................................... 3

A. Pengertian ........................................................................................................... 3
B. Manfaat Lumbricus Rubellus ............................................................................... 3
C. Kandungan Nutrisi Lumbricus rubellus ................................................................ 4
D. Zat Penyembuh Penyakit Thypus ......................................................................... 4
E. Senyawa Golongan Alkaloid ............................................................................... 5
F. Cara Meramu Obat Tifus Yang Terbuat Dari Cacing Tanah ................................. 5
G. Bentuk Obat dari cacing tanah ............................................................................. 6

BAB III .......................................................................................................................... 7

KAITAN DENGAN HASIL PENELITIAN ................................................................. 7

A. Uji Evektivitas Ekstrak Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) Terhadap Bakteri


Salmonella Typhi Penyebab Demam Thypoid ..................................................... 7
B. Pemanfaatan Rebusan cacing Tanah Lumbricus Sp Oleh Masyarakat Dukupuntang
Sebagai Obat Tipes .............................................................................................. 10
C. Uji Daya Hambat Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) Terhadap pertumbuhan Bakteri
salmonella Typhi secara In Vitro.......................................................................... 13

BAB V ............................................................................................................................ 18

ii
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 18

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................................... 18

DAFTAR PURTAKA ................................................................................................... 19

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hasrat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat serta hidayahNya, kami
diberikan kekuatan untuk dapat menyusun makalah ini dengan judul Manfaat Cacing Tanah
(Lumbricus Rubellus) Sebagai Obat Demam Thypus (Thypoid Fever) hingga selesai. Makalah yg
kami buat ini dapat menjadi salah satu referensi untuk para pembaca, dan menambahkan wawasan
tentang asuhan keperawatan melalui makalah yang kami buat, yang tentunya bisa membantu para
pembaca untuk tahu lebih lanjut mengenai Manfaat Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) Sebagai Obat
Demam Thypus (Thypoid Fever).
Meskipun telah berusaha untuk menghindarkan kesalahan, kami menyadari juga bahwa
makalah ini masih mempunyai kelemahan sebagai kekurangannya. Karena itu, kami berharap agar
pembaca berkenan menyampaikan kritikan. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, kami
menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini
dapat membawa manfaat kepada pembaca

Bengkulu, Desember 2023

Tim Penyusun (Kelompok 3)

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cacing tanah dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita jumpai, bahkan banyak dari
beberapa orang kurang menyukai cacing tanah, karena bentuk tubuhnya yang unik. Padahal jika
kita tahu, cacing tanah ini sudah marak di masyarakat untuk pengobatan thypus.
Penyakit tifus (typhus, typhoid fever) merupakan penyakit yang kadangkala menjadi
langganan segelintir orang. Gejala tifus antara lain: suhu badan meningkat, demam, nafsu makan
menurun, mual, muntah, kepala pening adalah beberapa ciri dari sakit ini. Tifus (Typhus) adalah
penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella typhi yang menyerang pencernaan manusia
khususnya usus.
Penggunaan berbagai macam organisme baik hewan maupun tumbuhan banyak digunakan
oleh para ahli untuk penyembuhan berbagai macam penyakit. Salah satu jenis organisme yang
digunakan adalah cacing tanah yang dikenal dengan nama ilmiah Lumbricus rubellus. Dulu ketika
khasiat cacing tanah ini belum terbukti secara medis, masyarakat pedesaan sudah sering
mempergunakannya untuk mengobati sakit tifus, maag. dan perut kembung dengan cara
meminum air rebusannya, yang dapat dicampur dengan madu atau kunyit supaya terasa enak.
Kini cacing sudah dikemas dalam berbagai bentuk, termasuk dalam bentuk kapsul praktis yang
terjangkau harganya yang dapat diperoleh di toko obat atau apotek terdekat.
Cacing tanah di dunia telah teridentifikasi sebanyak 1.800 spesies. Dari jumlah tersebut, ada
dua spesies, yaitu Lumbricus rubellus (dikenal dengan cacing eropa atau introduksi) dan
Pheretima aspergillum (dikenal dengan nama cacing kalung), yang banyak digunakan dalam
pengobatan tradisional adalah Lumbricus rubellus karena banyak dibudidayakan di Indonesia,
sedangkan Ph.aspergillum belum banyak dibudayakan. hasil penelitian cacing tanah berdasarkan
efek farmakologinya dapat bekerja dari dua sisi, yaitu membunuh bakteri penyebabnya sekaligus
menurunkan demamnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja manfaat cacing tanah (Lumbricus rubellusy!
2. Bagaimana kandungan nutrisi cacing tanah (Lumbricus rabellus)?
3. Apakah zat yang terdapat dalam daging cacing tanah sehingga dapat menyembuhkan penyakit
thypus?

1
4. Bagaimana cara pengolahan cacing tanah sehingga dapat menjadi obat yang siap dikonsumsi
bagi penderita penyakit thypus?

C. Tujuan Penulisan
1. Meningkatkan dan menambah wawasan pengetahuan pembaca mengenai manfaat yang
terkandung dalam daging cacing tanah (Lumbricus rubellus).
2. Mengetahui nutrisi yang terkandung di dalam cacing tanah sehingga cacing tanah dapat
mengobati penyakit tifus.
3. Sebagai salah satu obat alternatif yang dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit thypus.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Dalam kehidupan sehari-hari, cacing diartikan sebagai hewan kecil, bertubuh memanjang.
lunak, tidak berangka, dan tidak mempunyai kaki. Setiap tubuh cacing dapat dibedakan atas ujung
depan (anterior), ujung belakang (posterior), permukaan punggung (dorsal), dan permukaan perut
(ventral). Tubuh cacing bersifat simetris bilateral, artinya pada tubuh terdapat satu bidang simetris
yang terletak di pusat memanjang, membagi tubuh menjadi bagian kanan dan kiri yang sama
besar dan sama bentuknya.
Penyakit types atau thypus disebabkan oleh bakteri Salmonella thyposa. Penyakit types atau
thypus dikarenakan infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah. Gejala awal
dari penyakit ini adalah demam tinggi dan tidak turun, warna lidah penderita keabu-abuan, perut
bagian bawah terasa sakit, nafsu makan berkurang karena lidah selalu merasakan pahit.

B. Manfaat Lumbricus rubellus


Daging cacing tanah (Lumbricus rubellus) merupakan salah satu organisme hidup yang dapat
digunakan sebagai alternatif pengobatan bagi kehidupan manusia. Banyak khasiat daging cacing
tanah bagi kesehatan manusia. Lambricus rubellus dapat menjadi obat yang manjur untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Di antaranya ialah penyakit tekanan darah rendah, tekanan
darah tinggi, kecing manis, penyakit thypus, reumatik, disentri, maagh, muntaber, asma dan
penyakit kronis lainnya.
Berbagai hasil penelitian pun telah menguak multimanfaat cacing tanah. Hewan ini
mengandung barbagai enzim penghasil antibiotik dan asam arhidonat yang berkhasiat
menurunkan demam. Sejak tahun 1990 di Amerika Serikat cacing ini dimanfaatkan sebagai
penghambat pertumbuhan kanker. Di Jepang dan Australia, cacing tanah dijadikan sebagai bahan
baku kosmetika. Penelitian laboratorium mikrobiologi fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Unpad Bandung tahun 1996 menunjukkan bahwa ekstrak cacing rubellus mampu menghambat
pertumbuhan bakteri pathogen penyakit thypus dan diare.
Menurut Bambang Sudiarto, peneliti dari Lembaga Ekologi Universitas Padjajaran Bandung,
cacing adalah sumber protein sangat tinggi, sekitar 76%. Itu berarti lebih tinggi dibanding yang
hanya 65%, dan kacang kedelai yang hanya 45%. Cacing tanah juga mengandung 15 jenis asam
amino esensial dengan kadar yang sangat tinggi. Zat ini biasa digunakan untuk menyempitkan
atau melebarkan pembuluh darah.

3
Cacing rubellus mempunyai beberapa kandungan yang bermanfaat bagi manusia jika
dimakan, penyembuhan dengan memanfaatkan daging cacing dilakukan pada saat kita sehat.
Penyembuhan itu harus melalui proses jauh sebelum sakit itu tiba, mereka yang sering menderita
thypus, demam, batuk, flu dan lain-lain perlu banyak mengkonsumsi cacing agar memiliki
ketahanan.
Memang tak ada informasi yang jelas, kapan cacing dianggap berkhasiat. Tapi, Lumbricus
punya manfaat medis. Sudah diteliti para ilmuwan Amerika. Dari sanalah ditemukan bahwa
Lumbricus punya kemampuan mengubah omega-6 menjadi omega-3. Omega-3 ini dapat
mencegah terjadinya pengerasan pembuluh darah yang diakibatkan oleh lemak. Dalam penelitian
itu juga dilakukan percobaan dengan mengisolasi bahan kimia yang ada pada tubuh Lumbricus
rubellus. Kemudian menumbuhkannhya ke sel tubuh manusia. Ternyata bahan kimia itu dapat
mengurangi gangguan di pembuluh arteri yang dapat mengakibatkan serangan jantung.

C. Kandungan Nutrisi Lumbricus rubellus


Daging Lumbricus rubellus memiliki beberapa kandungan nutrisi, di antaranya mengandung
kadar protein sangat tinggi, yaitu sekitar 76 %. Kadar ini lebih tinggi dibandingkan dengan daging
mamalia 65% atau ikan 50%. Begitu juga dengan asam-asam amino esensialnya. Selain itu bahan
tersebut diketahui pula mengandung alfa tokoferol atau vitamin f yang berfungsi sebagai
antioksidan.
Selain itu menurut Laverach (1963) kandungan nutrisi daging Lumbricus rubellus terdiri dari
16% protein, 17% karbohidrat, 45% lemak dan abu 1,5%. Sedangkan kadar bahan keringnya
16,38%, kandungan protein 53,5-71,5% dimiliki Lumoricus terrestris dengan kadar bahan antara
15-20%. Hewan-hewan ini juga mengandung protein asam amino berkadar tinggi yang sangat
diperlukan untuk kekebalan tubuh melawan berbagai macam penyakit.

D. Zat Penyembuh Penyakit Thypus


Demam merupakan gejala awal berbagai penyakit manusia. Penyebab demam bisa berbagai
macam, tetapi umumnya gejala peningkatan suhu tubuh harus segera diatasi karena dapat
mengakibatkan efek lain yang lebih berbahaya.
Demam dapat terjadi karena peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Jika sel tubuh.
terluka oleh rangsangan pirogen seperti bakteri, virus, atau parasit, membran sel yang tersusun
oleh fosfolipid akan rusak.
Salah satu komponen asam lemak fosfolipid, yaitu asam arakidonat, akan terputus dari ikatan
molekul fosfolipid dibantu oleh enzim fosfolipase. Asam arakidonat akan membentuk
prostaglandin dengan bantuan enzim siklooksigenase. Prostaglandin inilah yang merangsang
hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh. Gejala demam dapat diatasi dengan obat yang

4
mengandung zat antipiretik. Ketika gejala demam muncul, umumnya orang akan menggunakan.
parasetamol untuk mencegah kenaikan suhu tubuh lebih lanjut.
Parasetamol memang obat antipiretik umum. Harganya terjangkau dan mudah didapat. Hanya
saja, obat ini juga cukup banyak efek sampingnya. Selain itu, parasetamol hanya mengurangi
gejala demam saja tanpa membunuh akar penyebab demam tersebut.
Pemanfaatan cacing tanah untuk antipiretik lebih aman karena tidak menimbulkan efek toksik
bagi manusia sehingga aman dikonsumsi. Satu-satunya efek toksik cacing tanah adalah cacing
tanah dapat mengakumulasi logam berat yang ada pada tanah dalam tubuhnya. Cacing tanah dapat
menoleransi logam berat dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Namun, hal ini dapat diatasi
dengan vermikultur, yaitu membuat media tumbuh yang baik bagi cacing tanah. Penampakan
tubuh cacing tanah yang tercemar pun mudah dibedakan dengan yang normal.
Pengujian ekstrak cacing untuk melihat aktivitasnya sebagai antipiretik dilakukan
menggunakan hewan coba tikus putih yang didemamkan dengan penyuntikan vaksin campak.
Suhu normal tikus putih sama dengan manusia, yaitu berkisar antara 35,9 hingga 37,5 derajat
celcius. Tikus putih yang sudah demam diobati dengan ekstrak cacing tanah dan parasetamol
sebagai kontrol. Setelah didemamkan, suhu tubuh tikus putih diukur dan diamati pergerakan
suhunya. Kelompok tikus putih yang tidak diberi pengobatan, meningkat suhunya sebesar 0,8
derajat celcius. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan suhu tikus putih yang didemamkan dapat
ditahan oleh ekstrak cacing tanah karena di dalamnya terdapat zat antipiretik.

E. Senyawa Golongan Alkaloid


Dari serangkaian pengujian kimia, diketahui bahwa senyawa aktif sebagai antipiretik dari
ekstrak cacing tanah adalah golongan senyawa alkaloid. Pengujian memang belum dapat
menentukan nama senyawanya secara tepat. Golongan senyawa alkaloid mempunyai ciri
mengandung atom nitrogen (bandingkan dengan struktur parasetamol yang juga memiliki atom
nitrogen) dan bersifat basa (pH lebih dari 7). Contoh alkaloid yang paling terkenal adalah nikotin
dari tembakau. Seperti senyawa aktif lainnya, jika dikonsumsi berlebihan, dapat menjadi racun
juga. Golongan alkaloid memang sudah banyak ditemukan dari ekstrak tumbuhan maupun hewan
dan sebagian besar di antaranya memiliki efek farmakologi.

F. Cara Meramu Obat Tifus yang terbuat dari Cacing Tanah


Proses pengolahan lumbricus rubellus, dilakukan dengan system higroscopy. Yaitu
kandungan air cacing tanah diserap dengan menggunakan kain kasa. Berikit langkah-langkahnya :
1. Cari cacing tanah merah yang bentuknya kecil – kecil, (cacing kruntel yang biasa
digunakan untuk umpan memancing ikan) dan bukan cacing yang hitam dan besar.
2. Bersihkan dan pastikan sudah tidak ada unsur tanah atau kotoran lain, sekedar untuk
menjaga higienisnya saja.

5
3. Tuangkan air kira – kira 3 gelas untuk ukuran diminum 3 X sehari.
4. Masukkan cacing dan rebus hingga mendidih.
5. Saring dan ambil airnya saja.
6. Dinginkan sebentar atau minumkan hangat – hangat.

G. Bentuk Obat Tifus dari Cacing Tanah


1. Pil Cacing

2. Kapsul Cacing

3. Extrak Cacing

4. Cacing yang Dikeringkan

6
BAB III
KAITAN DENGAN HASIL PENELITIAN

A. Uji Efektivitas Ekstrak Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) Terhadap Bakteri Salmonella
Typhi Penyebab Demam Tifoid
1. Pendahuluan
Di beberapa tempat di Indonesia seperti Jawa Barat dan Lampung, cacing tanah sudah
dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Salah satu jenis cacing tanah yang sering
digunakan adalah Lumbricus Rubellus. Di dalarn ekstrak cacing tanah juga terdapat zat
antipurin, antipiretik, antidota, vitamin dan beberapa enzirn misalnya lumbrokinase,
peroksidase, kutalase dan selniose yang berkhasiat untuk pengobatan.
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek
yang dapat diperoleh dari cacing tanah (Lumbricus Rubellus) sebagai alternatif yang dapat
dijadikan sebagai obat antibakteri dalam mencegah penyakit infeksi yang disebabkan
Salmonella Typhi. Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui sensitivitas ekstrak cacing tanah
(Lumbricus Rubellus) terhadap bakteri Salmonella typhi sebagai penyebab demam tifuid
dengan metode Disc diffusion dengan konsentrasi 100%, 150%, dan 200% terhadap
pertumbuhan bakteri salmonella typhi dan menggunakan antibiotic
Ciprofloxacin sebagai kontrol.
2. Hasil
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan Rerata zona hambat yang terbentuk
pada berbagai konsentrasi ekstrak Cacing (Lumbricus rubellus) serta Ciprofloxacin dapat
dilihat pada tabel: Tabel 1. Zona Hambat yang Terbentuk pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak
Kapsul Cacing (Lambricus rubellus). Ekstrak Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
dan Ciprofloxacin
Bahan konsentrasi Zona hambat pada salmonella typhi (mm) Interpretasi respon
penelitian R1 R2 R3 R4 hambatan
pertumbuhan
100 % 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm
Ekstrak cacing 150 % 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm Resisten
200 % 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm
Kontrol (+) ciprofloxacin 45 mm Sensitif
Kontrol (-) aquades 0 mm Resisten

7
Tabel diatas dapat diketahui bahwa daya hambat ekstrak cacing tanah (Lumbricus
rubellus) pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dengan konsentrasi 100%, 150%, 200%
tidak terbentuk zona hambat dari tiga kali percobaan atau tidak dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.

Gambar 1. Zona Hambat yang terbentu pada tiap konsentrasi ekstrak cacing tanah
(Lumbricusrubellus)

Pada kontrol positif menggunakan antibiotic Ciprofloxacin didapatkan rerata zona


hambat sebesar 45 mm yakni sensitif menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella thypi.
Sedangkan, pada control negative menggunakan akuades tidak terbentuk zona hambat.

Gambar 2. Hasil Kontrol Positif menggunakan Ciprofloxacin dan Kontrol Negatif menggunakan
aquades

3. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektifitas dari ekstrak Cacing Tanah
(Lumbrikus Rubellus) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. Cacing tanah
memilki kandungan protein yang sangat tinggi. Protein ini bersifat antimikroba, yang
mampu membuat pori pada dinding sel bakteri sehingga dapat menyebabkan terjadinya
plasmolysis sel bakteri sehingga menyebabkan kematian pada bakteri. Pada ekstrak
cacing tanah (Lumbricus rubellus) belum dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Salmonella typhi, sudah dilakukan prosedur sesuai dengan standard yang optimal tetapi
hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil zona

8
hambat dari penelitian ini, faktor ini dapat berasal dari medium, bakteri uji, serta pada
saat proses perlakuan.

Kemudian pada kontrol positif yaitu Ciprofloxacin memilki sensitifitas yang


sangat kuat terhadap Salmonella typhi terbukti dengan adanya zona hambat (zona jernih)
yang terbentuk di sekitar disk yaitu 45 mm. Ciprofloxacin merupakan Merupaan jenis
antibiotik kuinolon yang berfungsi menghambat sintesis atau metabolisme asam nukleat
yang efektif tehadap bakteti gram positif dan bakteri gram negative.

Pada kontrol negatif dengan menggunakan aquades, dapat dilihat tidak terdapat zona
hambat yang terbentuk pada daerah sekitar paper disk karena aquades adalah air yang telah
mengalami penyulingan sehingga tidak memilki kandungan mineral atau campuran apapun.
Aquades juga tidak merusak jaringan yang terdapat pada cacing. Hasil control negative tidak
menunjukkan adanya zona hambat. Hal ini menindikasikan bahwa aquades steril tidak
berpengaruh pada uji antibakteri.

Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh L. Soedjoto, S. Si
Penelitian ini menggunakan ekstrak cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap
pertumbuhan Salmonella typhi, didapatkan hasil bahwa bakteri Salmonella typhi dapat mati
dengan ekstrak cacing tanah mulai konsentrasi 100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%,
30%. Hal tersebut menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa kandungan cacing tanah adalah
golongan senyawa alkaloid yang mengandung atom nitrogen bersifat bakteriostatik artinya
mampu menghambat pertumbuhan Salmonella typhi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Anggel Putri Pratomo yang diamana
menggunakan kapsul cacing, didapatkan bahwa ekstrak kapsul cacing (Lumbricus rubellus)
konsentrasi 50%, 75%, 100% belum dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella
typhi hal tersebut dapat terjadi dikarenakan menggunakan proses maserasi saat pemanasan
yang terlalu lama dan pemanasan yang terlalu tinggi yang berfungsi untuk menghilangkan
zat etanol, sehingga dapat merusaknya zat aktif yang terkandung di dalam cacing tanah
Lumbricus rubellus.
Zona hambat yang tidak terbentuk juga dapat dipengaruhi oleh umur cacing yang
digunakan untuk pembuatan larutan uji tidak dapat diketahui pasti oleh peneliti secara
langsung, dikarenakan cacing tanah yang digunakan untuk penelitian diperoleh dan dibeli
dari tempat budidaya cacing dan bukan dibudidayakan sendiri walaupun sebelumnya
peneliti telah memesan cacing dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu semua cacing
harus berumur 6 bulan. Menurut Aminah (2018) zat aktif Lumbricin 1 yang terdapat pada
cacing tanah Lumbricus rubellus mencapai jumlah optimal pada saat cacing tanah tersebut
berumur 6 bulan.

9
B. Pemanfaatan Rebusan Cacing Tanah Lumbricus Sp Oleh Masyarakat Dukupuntang
Sebagai Obat Tipes
1. Pendahuluan
Cacing tanah memiliki aktifitas antimikroba karena menghasilkan zat pengendali
bakteri yangbernama lumbricin (Indriati.,dkk, 2012). Lumbricin merupakan senyawa peptida
yang disusun atas asam amino yang lengkap terutama prolin, dan secara invitro mampu
menghambat bakteri seperti Eschericia coli, Salmonella, Staphylococcus aureus dan
Streptococcus aureus (Popović, M., M. Grdiša And T.M. Hrženjak, 2005). Protein yang
dimiliki oleh cacing tanah memiliki mekanisme antimikroba yang berbeda dengan
mekanisme antibiotik. Antibiotik membunuh mikroganisme biasanya dengan dua cara, yaitu
dengan menghentikan jalur metabolik yang dapat menghasilkan nutrient yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme atau menghambat enzim spesifik yang dibutuhkan untuk membantu
menyusun dinding sel bakteri. Sedangkan, mekanisme yang dilakukan oleh protein yang
dimiliki oleh cacing tanah adalah dengan membuat pori di dinding sel bakteri. Hal ini
menyebakan sitoplasma sel bakteri menjadi terpapar dengan lingkungan luar yang dapat
mengganggu aktivitas dalam sel bakteri dan menyebabkan kematian.Karena yang dirusak
adalah struktur sel milik bakteri itu sendiri, sehingga lebih sulit untuk resisten. (Cooper, ED.;
Beschin, A.; Bilej, M., 2002).
Cacing tanah juga menghasilkan enzim lysosomal (lisozim) yang penting untuk
melindungi dari serangan mikroba pathogen. Selain itu juga menghasilkan enzim fosfatase,
glukoronidase, peroksidase dan beberapa enzim yang lain (Cikutovic M.A., Fitzpatrick L.C.,
Goven A.J., Venables B.J., Giggleman M.A., Cooper E.L. 1999).

2. Hasil penelitian dan pembahasan


Desa Dukupuntang adalah salah satu desa yang terletak di daerah Cirebon, Jawa
Barat. Desa ini memiliki wilayah yang berbatasan dengan Kecamatan Sindangwangi
Kabupaten Majalengka (sebelah barat), berbatasan dengan Kecamatan Depok dan
Kecamatan Palimanan (sebelah uatara), Kecamatan Sumber (sebelah timur) dan Kecamatan
Pasawahan (sebelah selatan). Desa Dukuhpuntang ini memiliki wilayah yang cukup luas
dengan area persawahannya. Maka tak heran kebanyakan mata pencaharian masyarakat
Dukupuntang yaitu dengan menjadi petani.
Peneliti mengambil lokasi penelitian di daerah Dukuhpuntang dikarenakan melihat
dari mata pencaharian masyarakat Dukupuntang sebagai petani. Hal ini karena sebagai mana
kita ketahui bahwa cacing tanah mudah ditemukan pada lumpur di area persawahan. Cara
penangkapan cacing tanah yang dilakukan Masyarakat Dukuhpuntang yang cenderung tidak
menggunakan alat tangkap khusus melainkan hanya mengandalkan kecepatan tangan dan
alat sekop untuk menggali tanah. Adapun cacing tanah yang digunakaan berukuran

10
sedang.Pemanfaatan cacing tanah oleh Mayarakat Dukuhpuntang sebagai obat tipes bisanya
dilakuakan dengan cara mencuci terlebih dahulu cacing tanah. Proses pencucian cacing
tanah terdapat pada Gambar 1. Kemudian merebus secara langsung pada suhu optimal 50 C
selama 10 menit. Adapun asumsi Masyarakat Dukupuntang dalam memanfaatkan cacing
tanah sebagai obat tipes diperkuat dengan teori.

Gambar 1. Proses Pencucian Cacing tanah

Air rebusan cacing tanah (Lumbrius rubellus) mempunyai kemampuan untuk


menghambat pertumbuhan bakteri pada keadaan tertentu. Kemampuan dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi, dikarenakan air rebusan cacing tanah (Lumbrius
rubellus) memiliki zat aktivitas antimikroba terhadap bakteri Salmonella typhi. Adapun
komponen bioaktif yang terdapat pada cacing tanah (Lumbrius rubellus) yaitu asam amino
non-esensial, valin, metionin, fenilalalnin, lisisn, tirosin,lumbricin dan. lisozim. (Sofyan dkk.
2008). Proses perebusan cacing tanah dilakukan dalam suhu optimum dan tidak lebih dari 50
o
C, karena jika lebih dari 50 OC enzim atau protein yang terdapat dalam air rebusan cacing
tanah dapat rusak atau terjadi denaturasi sehingga kemampuan dalam menghambat
pertumbuhan bakteri juga berkurang. Menurut (Baihaki dan Noviyanti T, dkk 2012).
Kenaikan temperatur di atas temperatur optimun akanmenyebabkan aktivitas enzim menurun,
dan sebaliknya bila dibawah suhu 50 OC akan menyebabkan rendah energi aktivitas yang
dibutuhkan sehingga tidak maksimal
Berdasarkan teori diatas diketahui air rebusan cacing tanah terbukti memeiliki
kandungan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi yang
menyebabakan penyakit tipes. Adapun beberapa kandungan yang terdapat pada cacing tanah
djelaskan pada Tabel 1.

11
Zat gizi Komposisi
Protein 64-76
Asam amino esensial
-Arginin 4,13
-Histidin 1,56
-Isoleusin 2,58
-Leusin 4,84
-Lisin 4,33
-Metionin 2,18
-Fenilalalin 2,25
-Treonin 2,95
-Valin 3,01
Asam amino non esensial 2,29
-Sistin
-Glisin 2,92
-Serin 2,88
-Tirosin 1,36
Lemak 7-10
Serat kasar 1,08
Fosfor 1,00
Kalsium 0,55

Lisozim tidak mempunyai koenzim atau ion-ion logam, katalisis, kespesifikan dan
struktur tiga dimensi ditentukan oleh residu asam-asam amino. Selain itu mempunyai
struktur lembaran melipat, alfa heliks kecil dan terdapat bagian yang disebut random coil.
Molekulnya mempunyai celah sentral yang dalam, memberi tempat pada suatu sisi katalitik
dengan 6 subsites yang berikatan dengan berbagai substrat atau inhibitor. Residu yang
bertanggung jawab atas hidrolisis ikatan beta 1,4 asam asetil muramat pada peptidoglikan
dinding sel bakteri, terletak antara site D dan E. Polisakarida dinding sel bakteri terdiri dari
dua jenis gula, yaitu N-asetil muramat dan N-asetil glukosamin yang dihubungkan melalui
ikatan glikosida beta (1,4) dan NAM tersusun selang-seling dengan NAG. Lisozim
menghidrolisis hanya ikatan antara C1 (NAM) dan C4 (NAG).11 Kandungan senyawa kimia
cacing tanah sangat kompleks. Kadar protein cacing tanah sangat tinggi, yaitu 58 persen
hingga 78 persen dari bobot keringnya (lebih tinggi daripada ikan dan daging) yang dihitung
dari jumlah nitrogen yang terkandung di dalamnya. Selain itu, cacing tanah rendah lemak,
yaitu hanya 3 persen hingga 10 persen dari bobot keringnya. Protein yang terkandung dalam
cacing tanah mengandung asam amino esensial dan kualitasnya juga melebihi ikan dan daging
(Inoue,M, Okubo,T., Oshima,H., Mitsuhashi. 1980).
Berdasarkan teori lisozim diatas, diketahui bahwa kndungan ini yang berpengaruh
besar terhadap pertumbuhan baketeri-bakteri patogen yang berada didalam tubuh mansia.
Adapun saat proses perebusan yang dilakukan tidak boelh melebihi batas maksimal suhu
yang diperlukan yaitu 50 C. Hal ini jelas akan merusak beberapa kandungan baik dari
cacing tanah tersebut.

12
C. Uji Daya Hambat Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Salmonella Typhi Secara In Vitro
1. Pendahuluan
Berdasarkan penelitian Sugito dan Slamet (2018), daya hambat air rebusan cacing
tanah (Lumbricus rubellus) dengan menggunakan metode difusi, menunjukkan bahwa air
rebusan cacing tanah (Lumbricus rubellus) konsentrasi 10% belum menunjukkan zona
hambat, tetapi pada konsentrasi 20% efektif dalam menghambat pertumbuhan Salmonella
typhi. Sedangkan pada penelitian Agustin (2018), daya hambat serbuk cacing tanah
(Lumbricus rubellus) terhadap Salmonella typhi konsentrasi 10% memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan Salmonella typhi.
Berbagai penelitian untuk menemukan antimikroba dari sumber alam telah banyak
dilakukan, hingga identifikasi terhadap kandungan yang dapat bekerja seperti antimikroba
sintetik. Secara umum, cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai obat tradisional belum
dimanfaatkan seluruhnya oleh masyarakat dalam usaha pengobatan sendiri (self-medicaton).
Umumnya, masih kurang atau belum menjadi pertimbangan penggunaan cacing tanah
sebagai obat di dalam profesi kesehatan (medis), dengan alasan belum secara emperis teruji
dan terstandar dalam uji bahan-bahan antibiotik, sehingga perlu diuji, dikembangkan, dan
diteliti agar dapat digunakan lebih luas oleh masyarakat.

2. Hasil dan pembahasan


a. Identifikasi sampel
Cacing tanah dengan tubuh berwarna merah muda hingga ungu kemerahan, perut
berwarna krem, ekor berwarna kekuningan, berlendir, memiliki klitelium yang terletak
pada segmen, berukuran ± 4-9 cm, dengan tubuh bagian atas bulat dan bagian bawah
pipih. Hasil identifikasi menyatakan benar bahwa cacing tanah yang digunakan adalah
Lumbricus rubellus.

(a) (b) (c)

Gambar 1. Cacing tanah (Lumbricus rubellus) (a) karakteristik cacing tanah; (b) cacing
tanah yang telah dicuci bersih; (b) bubuk cacing tanah (Data primer, 2022)

b. Uji Konfirmasi Bakteri Salmonella typhi (ATCC 14028)


Dengan melakukan uji konfirmasi pada media BHI, melihat adanya kekeruhan sesuai
dengan standar Mc farland 0,5; uji konfirmasi pada media Mac Conkey menunjukan

13
adanya koloni berwarna abu-abu, berbentuk bulat kecil, smooth, dan bersifat tidak
memfermentasi laktosa; hasil pewarnaan Gram yang menunjukkan mikroba berbentuk
batang berwarna merah dan susuan bakteri menyebar; hasil zona hambat efektivitas
bubuk cacing tanah terhadap Salmonella typhi.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2. Uji konfirmasi Bakteri S. typhi (ATCC 14028) (a) media BHI sesudah ditanam
S. typhi; (b) media Mac Conkey setelah ditanam S. typhi; (c) bakteri S. typhi Gram
Negatif berbentuk batang; (d) Zona hambat pada konsentrasi 25%, 50% dan 100%
(Data primer, 2022).

c. Diameter Zona Hambat dan Efektivitasi Antibakteri Bubuk Cacing Tanah


Hasil penelitian menunjukkan diameter zona hambat dan efektifitas bubuk cacing
tanah yang dilakukan 7 kali pengulangan didapatkan, pada konsentrasi 25% tidak
memililiki daya hambat dengan rata-rata diameter zona hambat yaitu 0 mm, sedangkan
pada konsentrasi 50% dan 100% memiliki kategori lemah dengan rata-rata diameter
zona hambat 0,21 mm dan 0,92 mm. Tetapi terhadap antibiotik Kloramfenikol 30 µg
memiliki kategori sangat kuat dengan diameter zona hambat 27 mm (Gambar 3).
Kemudian efektivitas daya hambat bubuk cacing tanah yang terbesar yaitu pada
konsentrasi 100% dan 50% dengan efektifitas antibakteri sebesar 0,7% dan 3,4%
(Gambar 4).

14
Gambar 3. Grafik rata-rata diameter zona hambat bubuk cacing tanah (Data primer,
2022)

Gambar 4. Grafik efektifitas antibakteri bubuk cacing tanah (Data primer, 2022)

d. Aktivitas Antibakteri Bubuk Cacing Tanah


Hasil penelitian yang dilakukan dalam pengulangan sebanyak 7 kali dari
masing-masing konsentrasi, diperoleh hasil positif lemah yaitu pada konsentrasi 50%
dan 100%. Reaksi positif lemah menunjukkan bahwa bubuk cacing tanah belum mampu
untuk menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. Peneliti menggunakan
perlakuan yaitu menggunakan metode difusi cakram. Uji daya hambat antibakteri
bertujuan untuk mengetahui daya kerja/efektivitas dari suatu bahan dalam membunuh
atau menghambat suatu bakteri.
Penelitian ini, menggunakan cacing tanah sebanyak 3 kg, kemudian diolah
menjadi bubuk cacing tanah dengan teknik sangrai dan ditimbang masing-masing
sebanyak 25g, 50g dan 100g. Proses pembuatan larutan cacing tanah dilakukan dengan
menggunakan pelarut aquades steril karena pelarut tersebut dapat berinteraksi dengan
larutan dari bubuk cacing tanah sehingga tidak menyebabkan kontaminasi pada larutan
dan dapat menyebabkan konsentrasi larutan bisa berubah sesuai dengan yang diinginkan
yaitu 25%, 50% dan 100%.
Pada percobaan ini, peneliti menggunakan strain murni bakteri Salmonella typhi
(ATCC 14028) yang telah dibuat menjadi suspensi sesuai dengan standar Mc Farland,
kemudian diusapkan di permukaan media Muller Hinton Agar dan ditanam dengan disc
paper yang sebelumnya telah direndam dalam masing-masing konsentrasi larutan
cacing tanah. Setelah diinkubasi, diamati zona hambat di sekitar kertas saring dan disk
obat. Luas zona hambat yang terbentuk diukur menggunakan penggaris dengan latar
belakang hitam.

Penelitian ini, menggunakan metode difusi kertas saring yang dicelupkan ke


dalam larutan cacing tanah. Pada metode kertas saring ini memungkinkan diameter zona

15
hambat yang terbentuk lebih kecil, karena senyawa cacing tanah yang meresap ke dalam
kertas saring hanya sedikit, sehingga kurang maksimal dalam membentuk zona hambat.
Selain itu, metode difusi kertas saring memiliki kelemahan yaitu zona bening yang
terbentuk tergantung dengan kondisi inkubasi, inokulum, predifusi dan preinkubasi serta
ketebalan medium. Apabila kelima faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode
kertas saring biasanya sulit untuk diinteprestasikan (Vernanda dkk., 2020).
Pada konsentrasi 25% tidak memiliki daya hambat (Gambar 3). Hal ini dapat
disebabkan oleh perbandingan antara kandungan cacing tanah dengan aquades yang
berbeda dan penggunaan suhu pemanasan yang belum optimal. Hal tersebut sesuai
dengan teori Vernanda dkk., (2020) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang
diberikan maka semakin besar daya (zona) hambat terhadap bakteri tersebut atau
semakin tinggi konsentrasi pengaruhnya akan lebih baik atau mudah berdifusi.
Pada konsentrasi 50% dan 100% didapatkan rata-rata diameter zona hambat
yaitu 0,21 mm dan 0,92 mm yang memiliki daya hambat lemah (Gambar 3), kemudian
didapatkan efektivitas antibakteri sebesar 0,7% dan 3,4% pada konsentrasi 50% dan
100% (Gambar 4). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
yaitu cara preparasi bahan untuk dijadikan sebagai antibakteri belum optimal. Proses
pengolahan cacing tanah dengan cara disangrai dianggap belum optimal dalam proses
pemisahan bahan-bahan antibakteri dalam tubuh cacing tanah. Hal tersebut sesuai
dengan teori Oktavi dkk., (2019) mengatakan bahwa antibakteri seperti lisozim dan
alkaloid yang terdapat dalam tubuh cacing tanah masih diikat oleh lemak. Sehingga
akan berpengaruh ketika suhu yang digunakan belum cukup untuk meluruhkan lemak
pada cacing tanah.
Dapat diketahui bahwa dalam proses pengolahan cacing tanah sebaiknya suhu
yang digunakan stabil, tidak kurang dan juga tidak terlalu tinggi (72°C). Jika suhu
kurang maka proses pemisahan kandungan antibakteri yang ada pada cacing tanah
belum optimal, dikarenakan antibakteri seperti lisozim dan alkaloid yang terdapat dalam
tubuh cacing tanah masih diikat oleh lemak. Dan jika suhu terlalu tinggi (72°C) dapat
menyebabkan rusaknya zat aktif yang terkandung di dalam cacing tanah. Diameter zona
hambat bakteri yang terbentuk dalam perlakuan selalu mengalami peningkatan
sebanding dengan meningkatnya konsentrasi air cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang
digunakan. Dapat diketahui dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa semakin tinggi
konsentrasi yang diberikan maka semakin besar daya (zona) hambat terhadap bakteri
tersebut atau semakin tinggi konsentrasi pengaruhnya akan lebih baik atau mudah
berdifusi.
Dari penelitian yang telah dilakukan, sebaiknya dapat mengkondisikan suhu agar
tetap stabil dan juga aspek-aspek lainnya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

16
Selain itu, sebaiknya dapat meneliti efek antibakteri bubuk cacing tanah (Lumbricus
rubellus) terhadap jenis bakteri lain dan mengidentifikasi senyawa aktif yang paling
berperan sebagai antibakteri pada bubuk cacing tanah (Lumbricus rubellus)
menggunakan metode yang berbeda serta teknik yang berbeda.

17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Daging cacing tanah (lumbricus rubellus) adalah salah satu organisme yang dapat dijadikan
sebagai obat herbal alternatif dalam upaya penyembuhan berbagai penyakit khususnya penyakit
thypus. Terbukti dengan adanya berbagai riset yang dilakukan oleh para ahli tentang uji khasiat
daging cacing tanah dan telah disimpukan bahwa dalam tubuh cacing tanah mengandung zat
antipiretik yang berguna bagi proses penyembuhan penyakit thypus serta tidak menimbulkan
efek samping sehingga aman untuk dikonsumsi.
Daging cacing tanah mengandung berbagai nutrisi yaitu terdiri dari senyawa protein,
karbohidrat, lemak dan abu yang sangat diperlukan untuk kekebalan tubuh dalam melawan
berbagai macam penyakit.
Pengolahan cacing tanah cukup mudah, sehingga bisa dilakukan sendiri sesuai dengan
petunjuk yang ada. Adapun cara pengolahannya, yaitu dengan proses sangan (menggoreng tanpa
minyak), menggunakan sistem hicroscopy (proses pengolahan dalam bentuk kapsul) dan air
rebusan cacing tanah. Sehingga bisa dikatakan cacing tanah mempunyai struktur tubuh yang
kecil tetapi memiliki manfaat yang kompleks.

B. Saran
Di zaman sekarang banyak orang cenderung mengkonsumsi obat dokter dalam upaya
penyembuhan berbagai penyakit serta mengesampingkan hal-hal kecil yang justru dapat
dimanfaatkan sebagai obat. Sebagai penulis, kami berharap masyarakat bisa lebih mengkaji
manfaat-manfaat dari organisme di sekelilingnya yang cenderung lebih murah dan efisien serta
dapat menghidupkan kembali obat-obat tradisional yang ada di Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nabani, A., Indah Lestari Daeng Kanang, Sri Wahyuni Gayatri, Yusriani Mangarengi, & Zulfitriani

Murfat. (2022). Uji Efektivitas Ekstrak Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) terhadap Bakteri

Salmonella Typhi Penyebab Demam Tifoid. Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa

Kedokteran, 2(12), 863–868. https://doi.org/10.33096/fmj.v2i12.160

Herawati, Ari Purnama, Meli Mawati, & Dede Cahyati Sahrir. (2019). Pemanfaatan Rebusan Cacing

Tanah Lumbricus Sp Oleh Masyarakat Dukupuntang Sebagai Obat Tipes. Fakumi Medical

Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran.

https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snps/article/download/12810/8973

Ika Maulida Oktavi, Zainal Fikri, & Rohmi Rohmi. (2019). UJI POTENSI AIR REBUSAN CACING

TANAH JENIS Perionyx excavates DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI

Salmonella typhi SECARA Invitro. Jurnal Analis Medika Bio Sains, 5(1), 45–45.

https://doi.org/10.32807/jambs.v5i1.103

Makalah Tentang Cacing Tanah. (2019). Scribd.

https://id.scribd.com/doc/222009336/Makalah-Tentang-Cacing-Tanah

19
20

Anda mungkin juga menyukai