Anda di halaman 1dari 15

PERBEDAAN KEPRIBADIAN ATLET BERPRESTASI DAN TIDAK

BERPRESTASI

Dibuat Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Psikologi Olahraga dan Dikjasor

Dr. Agung Yuda Aswara, M.Pd

Disusun oleh:

Devi Amir Muslim Alamsyah

NPM. 2310520019

FAKULTAS PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN OLAHRAGA

UNIVERSITAS INSAN BUDI UTOMO MALANG

2023
A. LANDASAN TEORI

1. Teori Kepribadian
Ada empat teori kepribadian yang utama, yaitu Teori Kepribadian Freud, Teori
Kepribadian Neo-Freud, Ciri (Trait Theory), Teori Konsep Diri. Keempat teori tersebut
dianggap banyak dipakai sebagai landasan teori dalam studi hubungan antara perilaku
konsumen dan kepribadian.
a. Teori Kepribadian Freud
Sigmund Freud mengemukakan suatu teori psikoanalitis kepribadian
(Psychoanalitic Theory of Personality). Teori tersebut dianggap sebagai landasan dari
psikologi modern. Teori ini menyatakan bahwa kebutuhan yang tidak disadari
(unconscious needs) atau dorongan dari dalam diri manusia (drive), seperti dorongan
seks dan kebutuhan biologis adalah inti dari motivasi dan kepribadian manusia.
Menurut Freud, kepribadian manusia terdiri dari tiga unsur yang saling berinteraksi,
yaitu Id, Superego, dan Ego.
b. Teori Kepribadian Neo-Freud (Teori Sosial Psikologi)
Teori ini merupakan kombinasi dari sosial dan psikologi. Teori ini menekankan
bahwa manusia berusaha untuk memenuhi apa yang dibutuhkan masyarakat dan
masyarakat membantu individu dalam memenuhi kebutuhan dan tujuannya. Teori
Neo-Freud menyatakan bahwa hubungan sosial adalah faktor dominan dalam
pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia.
Beberapa pakar yang juga rekan Freud mengembangkan suatu teori kepribadian
yang disebut sebagai Teori Sosial Psikologi atau Teori Neo-Freud. Teori tersebut
berbeda dengan Freud dalam dua hal berikut:
1) Lingkungan sosial yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian manusia
bukan insting manusia.
2) Motivasi berperilaku diarahkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
c. Teori Ciri (Trait Theory)
Teori Ciri mengklasifikasikan manusia ke dalam karakteristik atau sifat atau
cirinya yang paling menonjol. Ciri atau trait adalah karakteristik psikologi yang
khusus, yang didefinisikan sebagai “Setiap cara yang membedakan dan relatif abadi
dimana setiap individu berbeda dari yang lain”. (Schiffman dan Kanuk, 2010).

2
Definisi lain adalah “Sebuah sifat (ciri) adalah karakteristik dimana satu orang
berbeda dari yang lain dengan cara yang relatif permanen dan konsisten”. (Mowen
dan Minor, 1998). Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa trait
adalah sifat atau karakteristik yang membedakan satu individu dengan individu yang
lain, yang bersifat permanen dan konsisten.
Menurut Loudon dan Della Bitta (1993), teori ciri didasarkan kepada tiga
asumsi, yaitu (a) individu memiliki perilaku yang cenderung relatif stabil, (b) orang
memiliki derajat perbedaan dalam kecenderungan perilaku tersebut, (c) jika
perbedaan-perbedaan tersebut diidentifikasi dan diukur, maka perbedaan tersebut
bisa menggambarkan kepribadian individu-individu tersebut. Mowen dan Minor
(1998) mengutip 16 ciri kepribadian sebagaimana dikemukakan oleh R. Cattel, H.
Eber, dan M. Tatsuoka pada tahun 1970 seperti pada tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Ciri Kepribadian dari Cattel
1 Pendiam (Reserved) vs Ramah (Outgoing) 9 Percaya (Trusting) vs Curiga
(Suspicious)
2 Bodoh (Dull) vs Cerdas (Bright) 10 Praktis (Practical) vs Abstrak
(Imaginative)
3 Labil (Unstable) vs. Stabil (Stable) 11 Unpretentious vs Polished
4 Penurut (Docile) vs. Agresif (Aggressive) 12 Self-assured vs Self-reproaching
5 Serius (Serious) vs Santai (Happy go lucky) 13 Conservative vs Experimenting
6 Expedient vs Conscientious 14 Group-dependent vs. Self-sufficient
7 Pemalu (Shy) vs Mudah bergaul (Uninhibited) 15 Undisciplined vs Controlled
8 Teguh (Tough-minded) vs Lemah (Tender- 16 Relaxed vs Tense
minded)

Sumber: Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, (2011)

2. Teori Kepribadian Dalam Olahraga


Faktor pembentuk kepribadian adalah gen, lingkungan, dan interaksi individu dengan
lingkungan. Olahraga sebagai salah satu sarana untuk membentuk kepribadian suatu
individu mempunyai peranan untuk membantu kepribadian yang sesuai dengan
karakteristik olahraga tertentu. Setiap cabang olahraga tentu mempunyai karakteristik
yang berbeda, demikian pula tipe kepribadian manusia. Setiap individu pasti memiliki

3
perbedaan karakteristik pada cabang olahraga, hal ini ditunjukan oleh pemilihan cabang
olahraga yang dianggap cocok dengan kepribadian individu tersebut.
Kajian tentang kepribadian atlet dan non atlet telah dilakukan oleh beberapa peneliti.
Pengukuran yang disebut Profile of Mood States (POMS). digunakan untuk meneliti
perbedaan kepribadian antara atlet dan non atlet. Dalam perbandingan ini Morgan
menemukan perbedaan kepribadian antara atlet dan non atlet. Penelitian Morgan
mengemukakan bahwa atlet lebih tahan terhadap tingkat stress, depresi, kelelahan, dan
lebih kuat dalam kehidupan sosialnya.
Penelitian lain juga dilakukan beberapa peneliti untuk mengetahui efek dan
perbedaan olahraga pada atlet dan non atlet. Beberapa peneliti menggunakan variasi dan
variabel yang berbeda pada setiap penelitian yang dilakukan. Schurr, Asley, & Joy
menemukan bahwa atlet lebih mandiri, lebih obyektif dalam memandang sesuatu dan
lebih tahan terhadap kecemasan. Cooper “Athletes more self-confident, competitive,
dominant, goal oriented, and social outgoing”. Dalam hal ini Cooper menemukan bahwa
atlet lebih percaya diri, mau berkeja keras, dominan, mempunyai tujuan yang jelas, dan
mudah bersosialisasi dengan lingkungan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Mauricio Gattas (2005) dalam Journal Rev Bras Esporte yang menemukan atlet lebih
agresif, lebih bisa mengkontrol emosi, lebih terbuka, lebih menghargai diri sendiri dan
mau bekerja keras.

4
B. PROFIL ATLET

Nama : Syechan Ali


Tempat/Tgl Lahir : DKI Jakarta/ 16 September 2004
Karya/Prestasi :
- Juara 3 Inti Club 2018
- Juara 1 Indonesia Open 2017
- Juara 3 Porprov DKI Jakarta 2018
- Juara 3 Asian Open 2019
- Juara 3 Speed Kick Indonesia 2021
- Juara 1 Antar Pelajar Menpora 2022
- Juara 3 Prabu 2022

Nama : Nanda Zulfa Nuraihan


Tgl Lahir : 01 Juli 2004
Cabang Olahraga : Taekwondo

5
PERBEDAAN KEPRIBADIAN ATLET BERPRESTASI DAN ATLET TIDAK BERPRESTASI

No Variabel Indikator Atlet Berprestasi Atlet Tidak Berprestasi


1 Ambisi Keinginan yang kuat untuk meraih Ketika dihadapkan dengan perlombaan, Iya, walau kadang
Prestatif keberhasilan saya biasanya meluangkan waktu lebih semangat naik turun.
disela sela kegiatan untuk latihan
mandiri disamping latihan regular.
Tidak cepat puas terhadap penampilan Ketika monitoring selesai perlombaan, Hasil yang saya dapat
yang dilakukan saya biasanya menyayangkan beberapa sesuai dengan latihan
gerakan yang saya lakukan, lalu saya
mematangkan kembali untuk
perlombaan berikutnya.
Selalu menginginkan perbaikan Ketika selesai melakukan perlombaan, Iya, namun semangat
biasanya selalu ingin kembali berlatih latihan saya tidak
untuk memperbaiki gerakan yang menentu
disayangkan.
Optimis terhadap apa yang dilakukan Tergantung kondisi. Terkadang ketika Tidak selalu, karena saya
melihat lawan yang jam terbangnya merasa cukup dengan
sudah jauh, saya juga merasa pesimis. pencapaian saya
Tetapi ketika melihat lawan yang
sekiranya memiliki jam terbang yang
setara, saya masih bisa optimis.
Ingin bersaing, dominan Pasti. Ketika dihadapkan dengan Terkadang iya, saya

6
perlomban, rasa ingin bersaing harus melihat kejuaraan yang
ada untuk menjaga mental dan akan berlangsung
semangat.
Target oriented Dalam setiap kejuaraan pasti Tidak selalu
membutuhkan target.karna dengan
adanya target, saya jadi mengerti apa
yang harus saya lakukan, dan strategi
apa yang harus saya pilih.
2 Kerja Keras Kesungguhan atas usaha yang dilakukan Dalam menghadapi suatu perlombaan, Tidak juga, tergantung
untuk mawujudkan ambisi prestatifnya ambisi tetap harus dipertahankan untuk semangat dan kondisi
menjaga semangat.
Tidak hanya sekadar menjalankan Saya rasa menjalankan program latihan Tergantung kondisi
program pelatih atau menghabiskan denga kesungguhan dan proaktif sudah emosional
waktu latihan, tetapi ia selalu berusaha menjadi kewajiban atlet.
melakukan program tersebut dengan
penuh kesungguhan dan intensitas yang
tinggi. Ia juga pro akti
Agresif dan menyukai tantangan. Melihat situasi. Ketika perlu melakukan Durasi latihan yang lama
taktik agrasif, maka saya akan memakai sebenarnya bagus, namun
taktik agresif. Dan saya juga menyukai saya kurang konsisten
tantangan.
3 Gigih Adanya kesanggupan untuk melakukan Ketika sudah ada tekad dan target, maka Tidak sepenuhnya saya

7
usaha secara konsisten dan terus latiha yang konsisten dan terus menerus bisa berkomitmen.
menerus pasti dibutuhkan. Maka saya Terkadang saya masih
menyanggupi karna memang itulah malas latihan dan ada
resiko dari atlet. beberapa factor larangan
yang masih saya lakukan
Tidak cepat putus asa dalam melakukan Tergantung. Ketika dalam keadaan yang Tidak sepenuhnya, kalau
usaha dan memiliki daya tahan atas tidak baik baik saja, kadang saya kondisi emosional saya
ketidaknyamanan merasa puts asa meskipun beberapa hari labil akan dengan mudah
setelahya saya akan kembali berambisi. saya menyerah
Frekuensi usaha dan lamanya waktu Tidak menentu. Tapi biasanya pada sebagian besar dan di
yang dicurahkan untuk melakukan latihan regular akan dilakukan latihan 2- tambah oleh rasa
aktivitas. 3 jam. semangat
4 Komitmen Adanya kesediaan atlet untuk mengikuti Iya. Dengan terjunnya saya dalam dunia Iy. Namun gangguan
dan memegang teguh ketentuan- lahtaga ini juga memiliki reisko untuk factor external masih
ketentuan, baik yang datang dari dalam mengikuti segala ketentuan yang ada sangat dominan
diri atlet sendiri maupun yang datang dalam cabor olahraga yang diikuti.
dari luar
Mencintai profesinya, Iya. Meskipu ada waktu waktu dimana Saya hanya melakukan
saya merasa lelah dan bosan dengan hobi
cabor saya, tetapi ketika melihat orang
lain sedang latihan atau kejuaraan,
keinginan saya untuk kembali lebih

8
besar daripada rasa lelah yang
dirasakan.
Fokus terhadap tugas Tetap bersikap professional. Keika Saya focus namun tidak
dihadapkan dengan tugas yang harus target oriented
dikerjakan, ya harus saya kerjakan
hingga tuntas.
Disiplin dan tanggung jawab terhadap Disiplin dan tanggung jawab harus Tanggung jawab dengan
tugas dimiliki secara sadar maupun tidak. apa yang sedang jalani,
Apalagi ketika diberi tanggung jawab, terkadang kurang disiplin
saya merasa harus menjaga
kepercayaan.
Rela mengorbankan kepentingan lain Tergantung urgensi. Ketika ada tugas Terkadang
demi profesi yang telah dipilihnya kuliah yang deadline 1 minggu secara
bersamaan ada tc persiapan kejuaraan
yang datangnya 1 bulan lag, saya akan
menyelesaikan tugas kuliah saya dahulu
sembari menyempatkan latihan
sebentar.
5 Mandiri Kesediaan atlet untuk melakukan Dalam mengerjakan program latihan, Bersedia
sesuatu secara sendiri dan bertanggung saya masih merasa butuh untuk
jawab. didampingi baik secara langsung
maupun secara virtual. Namun, ketika

9
diberikan program latihan mandiri, saya
akan melakukannya dengan diawasi
oleh seseorang baik pelatih atau teman.
Tidak hanya berlatih ketika ada program Awalnya saya tidak bisa melakukan Benar, saya berlatih
dari pelatih, tetapi juga secara autodidak latihan secara otodidak karna merasa kalau ada waktu luang
melakukan latihan sendi tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Tetapi dengan berjalannya waktu, saya
merasa tidak bisa mengandalhan hanya
dari pelatih jad saya dengan perlahan
mulai belajar untuk berlatih dan
membuat program latihan secara
otodidak.
Independen dan menyukai tanggung Terkadang saya merasa bisa Tidak juga, saya masih
jawab pribadi menghandle sesuatu sendiri. Tapi disisi bergantung dengan
lain, ketika sudah lelah saya baru akan pelatih
membagi tanggung jawab dengan orang
lain, tetapi tetap dengan rundown yang
sesuai dengan rencana saya.
mengambil inisiatif dan mampu Saya sering mengambil inisiati sendiri Cukup bisa
mengelola dirinya sendiri secara dengan bertujuan agar pekerjaan dapat
bertangung jawab berjalan lebih simple dan cepat, tapi
masih dapat dipertanggungjawabkan.

10
6 Cerdas Kesanggupan untuk berfikir secara Saya merasa sanggup untuk berfikir Berfikir rasional. Namun
rasional, bertindak secara terarah, dan secara rasional dan terarah dengan ketika bertindak masih
efektif menghadapi lingkungan tujuan agar apayang sedang dikerjakan sering melihat situasi dan
bisa berjalan dengan lancer tanpa kondisi
hambatan.
Mampu mengambil keputusan di saat Tergantung situasinya. Ketika saya Saya bisa tetapi saya
sulit misalnya merubah taktik dan masih dalam kondisi yang cukup baik, tetap mengikuti arahan
strategi bermain secara cepat dan efektif saya bisa mengambil keputusan dissat pelatih
saat terakhir. Tapi ketika kondisi saya
sudak tidak memungkinkan, saya
merasa sudah tidak memiliki tenaga,
maka saya tidak akan bisa memproses
perubahan taktik dan strategi.
Pembelajar yang tanggap Saya banyak mendengar kalau saya Menurut saya iya, hanya
adalah pembelajar cepat. Maka saya saja jarang mengikuti
merasa saya adalah pembelajar yang latihan yang diberikan
tanggap.
Mampu menganalisis Saya kadang merasa bisa menganalisis Saya mampu
cara bermain lawan dan melakukan menganalisis dengan
strategi yang pas untuk melakukan diskusi bersama pelatih
pertandingan dengan lawan tersebut
(jika dalam keadaan tidak pesimis)

11
Bertindak cermat Terkadang saya bisa membaca gerakan Tindakan yang saya
apa yang akan dikeluarkan oleh lawan. lakukan masih atas dasar
Maka saya bisa mengeluarkan gerakan instruksi pelatih
defense yang tepat pada waktunya.
Kreatif memunculkan ide-ide atau Saya terkadang masih merasa takut Jarang saya lakukan
teknik-teknik yang unik dalam bermain untuk memakai teknik teknik unik yang
belum saya kuasai.maka saya tidak
melakukan teknik unik dalam
bertanding.
7 Swakendali Kesanggupan untuk mengendalikan Saya merasa sanggup mengstabilkan Cukup bisa
perasaan, pikiran dan tingkah laku emosi secara efektif.
secara efektif
Mampu mengendalikan keinginan- Saya merasa bsa mengendalikan emosi Saya tidak target
keinginan yang destruktif terhadap dengan baik. Maka saya rasa saya oriented, jadi keinginan
prestasi mampu mengendalikan keiginan saya hanya sebatas
destruktif. olahraga
Memiliki stabilitas emosi, yakni mampu Saya merasa cukup memiliki Belum cukup bisa
mengendalikan perasaan cemas, marah, pengendalian emosi yang baik. Saya mengendalikan emosi
dan keinginan mengakhiri pertandingan akan tetap bertahan hingga akhir dengan
dengan cepat emosi yang saya atus sestabil mungkin.
Sportif terhadap apa yang telah Pasti. Tidak ada yang bisa mengganggu Saya sangat sportif
diusahakan dan dihasilkan. gugat keputusan yang sudah diputuskan

12
oleh juri atau wasit.

13
DAFTAR PUSTAKA

Darisman, E. K., Prasetiyo, R., & Bayu, W. I. (2021). Belajar psikologi olahraga sebuah teori
dan aplikasi dalam olahraga. Jakad Media Publishing

Gayem, Ilyasi (2011). Comparison of Personality. Middle East Journal of Scientific Research, 9
(4): 527 ± 530

Kardiyanto, D. (2015). Membangun Kepribadian Dan Karakter Melalui Aktifitas


Olahraga. Jurnal Phederal Penjas, 10(1).

Murdiansyah, B. N. (2016). Perbedaan Kepribadian Antara Atlet Individual dan Atlet


Berkelompok. Karya Ilmiah Dosen, 1(2).

Setiyawan, S. (2017). Kepribadian atlet dan non atlet. Jendela Olahraga, 2(1).

Suwartini, S. (2016). Teori kepribadian social cognitive: kajian pemikiran Albert Bandura
personality Theory social cognitive: Albert Bandura. Al-Tazkiah: Jurnal Bimbingan Dan
Konseling Islam, 5(1), 37-46.

Zulkarnain, Z. (2016). Kreativitas Dalam Persepektif Teori Kepribadian Sigmund Freud Dan
Implikasi Dalam Pendidikan. Hikmah: Jurnal Pendidikan Islam, 5(1), 146-162.

14
DOKUMENTASI

Wawancara ini dilakukan via WhatsApp

15

Anda mungkin juga menyukai