Oleh:
Kelompok 2 Ruang Gelatik
1. Alyna Dewi Choiriyah 132239091
2. Safira Ihlasul Amalia 132238092
3. Fardah Dewi Rofiliah 132238093
4. Widya Mustikaningtyas 132238110
5. Yosi Duwi Mustika 132239095
6. Siti Imma Nurrotin N 132239096
7. Mega Anjas Sari 132239097
Oleh :
Kelompok 2 Ruang Gelatik
1. Alyna Dewi Choiriyah 132239091
2. Safira Ihlasul Amalia 132238092
3. Fardah Dewi Rofiliah 132238093
4. Widya Mustikaningtyas 132238110
5. Yosi Duwi Mustika 132239095
6. Siti Imma Nurrotin N 132239096
7. Mega Anjas Sari 132239097
Mengetahui,
3. Tahap Halusinasi
Menurut Iyus Yosep, (2011) :
a) Sleep Disorder : fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi. Klien merasa
banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain
bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai
stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba, dikhianati
kekasih, masalah dikampus, PHK ditempat kerja, penyakit, utang, nilai
dikampus, drop out. Masalah merasa menekan karena terakumulasi sedangkan
support system kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur
dengan terus-menerus sehingga terbiasa mengkhayal. Klien menganggap
lamunan-lamunan awal tersebut sebagai pemecahan masalah.
b) Comforting moderate level of anxiety: halusinasi secara umum ia terima sebagai
sesuatu yang alami. Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya
perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba
memusatkan pikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa
pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia control bila kecemasannya diatur,
dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan
halusinansinya.
c) Condemning severe level of anxiety: pengalaman sensori klien menjadi sering
datang dan mengalami bias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi
mengontrolnya berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang
dipersepsikan klien mulai menarik diri dengan orang lain dengan intensitas
waktu yang lama.
d) Controlling severe level of anxiety: klien mencoba melawan suara-suara atau
sensory abnormal yang datang. Klien dfapat merasakn kesepian bila
halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase gangguan psychotic.
e) Conquering panic level of anxiety: pengalaman sensorinya terganggu, klien
merasa terancam dengan adanya suara-suara terutama bila klien tidak dapat
menuruti ancaman atau perintah yang dengar dari halusinasinya. Halusinasinya
dapat berangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak
mendapatkan komunikasi terapiutik. Terjadi gangguan psikotik berat.
b. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Sensori
1. Definisi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Sensori
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori digunakan untuk
memberikan stimulasi pada sensasi pasien, kemudian diobservasi reaksi sensori
pasien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka,
ucapan. Terapi aktivitas kelompok untuk menstimulasi sesnsori pada penderita
yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi
fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan mengekspresikan stimulus
baik dari internal maupun eksternal (Prabowo, 2014)
2. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
a) Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan
pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respons klien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktivitas berupa stimulus dan
persepsi. Stimulus yang disediakan: baca artikel/ majalah/ buku/ puisi,
menonton acara televisi (ini merupakan stimulus yang disediakan): stimulus
dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang
maladaptif atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan,
pandangan negatif pada orang lain, dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi
klien terhadap stimulus.
TAK Stimulasi Persepsi ada 5 sesi yakni sesi 1: mengenal halusinasi, sesi
2: mengontrol halusinasi dengan menghardik, sesi 3: mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat, sesi 4: mencegah halusinasi dengan cara bercakap-
cakap, sesi 5: mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
b) Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensoris
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian
diobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa
ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya
klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi
emosi dan perasaannya. Aktivitas yang digunakan sebagai stimulus adalah
musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi klien diketahui sebelumnya, dapat
dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat digunakan
sebagai stimulus.
3. Prinsip memilih klien untuk TAK
Menurut Keliat (2014), prinsip memilih klien untuk terapi aktivitas kelompok
diantaranya :
1) Gejala sama misalnya terapi aktivitas kelompok khusus untuk pasien depresi,
khusus untuk pasien halusinasi, dan lain sebagainya. Setiap terapi aktivitas
kelompok memiliki tujuan spesifik bagi anggotanya, bisa untuk sosialisasi,
kerjasama, maupun mengungkapkan isi halusinasi. Setiap tujuan spesifik
tersebut akan dapat dicapai apabila klien memiliki masalah atau gejala yang
sama, sehingga mereka dapat bekerja sama atau berbagi dalam proses terapi.
2) Kategori sama dalam artian klien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil
kategorisasi. Klien yang dapat diikutkan dalam terapi aktivitas kelompok
adalah klien akut skor rendah sampai klien tahap promotion. Bila dalam satu
terapi klien memiliki skor yang hampir sama maka tujuan terapi akan lebih
mudah tercapai.
3) Jenis kelamin Pengalaman terapi aktivitas kelompok yang dilakukan pada klien
dengan gejala sama, biasanya laki-laki akan lebih mendominasi daripada
perempuan. Maka lebih baik dibedakan.
4) Kelompok umur hampir sama Tingkat perkembangan yang sama akan
memudahkan interaksi antar klien.
5) Jumlah efektif adalah 7-10 orang per-kelompok terapi Jika terlalu banyak
peserta, maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan terlalu ramai dan
kurang perhatian terapis pada klien. Bila terlalu sedikitpun trapi akan terasa
sepi interaksi dan tujuannya sulit tercapai.
4. Tata Tertib dan Antisipasi Masalah
1. Tata Tertib Pelaksanaan TAK Halusinasi
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAK dimulai
c. Peserta berpakaian rapi, bersih, dan sudah mandi
d. Peserta tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan
TAK berlangsung
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan
kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin
f. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai
g. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAK telah habis,
sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin akan meminta
persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK
2. Antisipasi Kejadian yang Tidak Diinginkan pada Proses TAK
Penanganan klien yang tidak efektif saat aktivitas kelompok
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan
perawat atau klien yang lain
3. Bila Klien Meninggalkan Permainan Tanpa Pamit:
a. Panggil nama klien
b. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada
klien bahwaklien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh
kembali lagi.
4. Bila Ada Klien Lain Ingin Ikut
a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah
dipilih
b. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat
diikuti oleh klien tersebut
c. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi
peran pada permainan tersebut.
5. Sesi Dalam Terapi Aktivitas Kelompok
Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi dibagi dalam 5 sesi:
1) Sesi I : Klien mengenal halusinasi
a. Tujuan Umum: Setelah dilakukan TAK sesi I diharapkan klien dapat
mengenal halusinasinya
b. Tujuan Khusus:
- Klien dapat mengenal halusinasi
- Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
- Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
- Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
c. Karakteristik/ kriteria klien
- Klien yang mengalami halusinasi
- Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol
- Klien yang mengalami perubahan persepsi
d. Proses seleksi
- Berdasarkan hasil pengkajian (observasi dan wawancara) anggota
kelompok
- Berdasarkan masalah keperawatan yang muncul
- Sehat fisik, cukup kooperatif, dan mampu memahami pesan yang
diberikan
- Mengadakan kontrak dengan pasien
e. Proses Pelaksanaan
1) Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu dengan perubahan
sensori persepsi: halusinasi
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi, waktu
situasi, dan perasaan. Beri tanda jika klien mampu dan tanda X jika klien
tidak mampu
Nama klien
No Aspek yang dinilai
Petunjuk:
Tulis nama panggilan klien yang mengikuti TAK pada kolom nama klien.
Untuk setiap klien, beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan
harian yang biasa dilakukan, memperagakan salah satu kegiata, menyusun
jadwal kegiatan harian dan menyebutkan dua cara mencegah halusinasi. Beri
tanda ceklis jika klien mampu dan tanda silang jika klien tidak mampu
5. Pengorganisasian
a. Tempat Pelaksanaan
Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
b. Setting Tempat
L CL
K K
F F
K K
F K F
Keterangan Gambar :
c. Uraian Tugas Pelaksana
1. Leader :
a. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi ktivitas kelompok
menyiapkan laporan kegiatan TAK
b. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
c. Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
2. Co.Leader :
a. Mendampingi Leader
b. Menjelaskan aturan permaian
c. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien
d. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang
telah di buat
e. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam proses
terapi
3. Fasilitator :
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
b. Ikut serta dalam kegiatan kelompok
c. Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi
4. Observer :
a. Mengobservasi jalannya proses kegitan
b. Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien selama
kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan
d. Memberikan hadiah (reward) bagi pasien yang menang dalam permainan.
d. Waktu dan Tim Terapis
SESI Waktu Lama Tim Terapis
Pelaksanaan Pelaksanaan Leader Co- Fasilitator Observer
Leader
I Kamis 45 Menit Safira Widya 1. Mega Alyna
30 2. Yosi
November 3. Imma
2023 4. Fardah
Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Stuart, G.W, 2016, Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart Buku 2 : Edisi
Indonesia, Elseiver, Singapore
Sutejo. (2017). Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Townsend, MC. (2010). Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan & Medikasi
Psikotropik. Jakarta : EGC
Yusuf, A.H, F. and ,R & Nihayati, H. . (2015) ‘Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa’, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, pp. 1–366. doi: ISBN 978-xxx-
xxx-xx-x.