Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


“STIMULASI PERSEPSI SENSORI PADA KLIEN DENGAN HALUSINASI”
RUANG GELATIK RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Oleh:
Kelompok 2 Ruang Gelatik
1. Alyna Dewi Choiriyah 132239091
2. Safira Ihlasul Amalia 132238092
3. Fardah Dewi Rofiliah 132238093
4. Widya Mustikaningtyas 132238110
5. Yosi Duwi Mustika 132239095
6. Siti Imma Nurrotin N 132239096
7. Mega Anjas Sari 132239097

PRAKTIK PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
“STIMULASI PERSEPSI SENSORI PADA KLIEN DENGAN HALUSINASI”
RUANG GELATIK RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Oleh :
Kelompok 2 Ruang Gelatik
1. Alyna Dewi Choiriyah 132239091
2. Safira Ihlasul Amalia 132238092
3. Fardah Dewi Rofiliah 132238093
4. Widya Mustikaningtyas 132238110
5. Yosi Duwi Mustika 132239095
6. Siti Imma Nurrotin N 132239096
7. Mega Anjas Sari 132239097

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dr. Rizki Fitryasari, S.Kep., Ns., M.Kep Fatimatuz Zuhro, S.Kep.,


Ns., M.Kes.
A. Latar Belakang
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : sosialisasi TAK adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu
gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan persepsi sensori:
Halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien
gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien
mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghirupan. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita klien diantaranya dapat
menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya sendiri. Salah
satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan
untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di Rumah Sakit Jiwa Menur khususnya
Ruang Gelatik yang mana sebagian besar pasien menderita halusinasi. Oleh karena itu,
perlu diadakan Terapi Aktivitas Kelompok mengenai halusinasi.
B. Landasan Teori
a. Konsep Halusinasi
1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi palsu (Prabowo,
2014). Halusinasi adalah kesalahan sensori persepsi yang menyerang pancaindera,
hal umum yang terjadi yaitu halusinasi pendengaran dan pengelihatan walaupun
halusinasi pencium, peraba, dan pengecap dapat terjadi (Townsend, 2010).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus atau
rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016). Berdasarkan pengertian
halusnasi itu dapat diartikan bahwa, halusinasi adalah gangguan respon yang
diakibatkan oleh stimulus atau rangsangan yang membuat klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
2. Klasifikasi Halusinasi
Menurut A.H Yusuf dkk (2015), klasifikasi halusinasi dibagi menjadi :
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi dengar/ - Bicara atau tertawa sendiri. - Mendengar suara-suara
suara - Marah-marah tanpa sebab. atau kegaduhan.
- Mengarahkan telinga ke - Mendengar suara yang
arah tertentu. mengajak bercakap-cakap.
- Menutup telinga. - Mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
Halusinasi - Menunjuk-nunjuk ke arah - Melihat bayangan, sinar,
penglihatan tertentu. bentuk geometris, bentuk
- Ketakutan pada sesuatu kartun, melihat hantu, atau
yang tidak jelas. monster
Halusinasi - Mencium seperti sedang - Membaui bau-bauan
penciuman membaui bau-bauan seperti bau darah, urine,
tertentu. feses, dan kadangkadang
- Menutup hidung. bau itu menyenangkan.
Halusinasi - Sering meludah - Merasakan rasa seperti
Pengecapan - Muntah darah, urine, atau feses.
Halusinasi - Menggaruk-garuk - Mengatakan ada serangga
perabaan permukaan kulit di permukaan kulit.
- Merasa seperti tersengat
listrik.

3. Tahap Halusinasi
Menurut Iyus Yosep, (2011) :
a) Sleep Disorder : fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi. Klien merasa
banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain
bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai
stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba, dikhianati
kekasih, masalah dikampus, PHK ditempat kerja, penyakit, utang, nilai
dikampus, drop out. Masalah merasa menekan karena terakumulasi sedangkan
support system kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur
dengan terus-menerus sehingga terbiasa mengkhayal. Klien menganggap
lamunan-lamunan awal tersebut sebagai pemecahan masalah.
b) Comforting moderate level of anxiety: halusinasi secara umum ia terima sebagai
sesuatu yang alami. Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya
perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba
memusatkan pikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa
pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia control bila kecemasannya diatur,
dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan
halusinansinya.
c) Condemning severe level of anxiety: pengalaman sensori klien menjadi sering
datang dan mengalami bias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi
mengontrolnya berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang
dipersepsikan klien mulai menarik diri dengan orang lain dengan intensitas
waktu yang lama.
d) Controlling severe level of anxiety: klien mencoba melawan suara-suara atau
sensory abnormal yang datang. Klien dfapat merasakn kesepian bila
halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase gangguan psychotic.
e) Conquering panic level of anxiety: pengalaman sensorinya terganggu, klien
merasa terancam dengan adanya suara-suara terutama bila klien tidak dapat
menuruti ancaman atau perintah yang dengar dari halusinasinya. Halusinasinya
dapat berangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak
mendapatkan komunikasi terapiutik. Terjadi gangguan psikotik berat.
b. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Sensori
1. Definisi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Sensori
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori digunakan untuk
memberikan stimulasi pada sensasi pasien, kemudian diobservasi reaksi sensori
pasien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka,
ucapan. Terapi aktivitas kelompok untuk menstimulasi sesnsori pada penderita
yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi
fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan mengekspresikan stimulus
baik dari internal maupun eksternal (Prabowo, 2014)
2. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
a) Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan
pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respons klien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktivitas berupa stimulus dan
persepsi. Stimulus yang disediakan: baca artikel/ majalah/ buku/ puisi,
menonton acara televisi (ini merupakan stimulus yang disediakan): stimulus
dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang
maladaptif atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan,
pandangan negatif pada orang lain, dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi
klien terhadap stimulus.
TAK Stimulasi Persepsi ada 5 sesi yakni sesi 1: mengenal halusinasi, sesi
2: mengontrol halusinasi dengan menghardik, sesi 3: mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat, sesi 4: mencegah halusinasi dengan cara bercakap-
cakap, sesi 5: mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
b) Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensoris
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian
diobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa
ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya
klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi
emosi dan perasaannya. Aktivitas yang digunakan sebagai stimulus adalah
musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi klien diketahui sebelumnya, dapat
dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat digunakan
sebagai stimulus.
3. Prinsip memilih klien untuk TAK
Menurut Keliat (2014), prinsip memilih klien untuk terapi aktivitas kelompok
diantaranya :
1) Gejala sama misalnya terapi aktivitas kelompok khusus untuk pasien depresi,
khusus untuk pasien halusinasi, dan lain sebagainya. Setiap terapi aktivitas
kelompok memiliki tujuan spesifik bagi anggotanya, bisa untuk sosialisasi,
kerjasama, maupun mengungkapkan isi halusinasi. Setiap tujuan spesifik
tersebut akan dapat dicapai apabila klien memiliki masalah atau gejala yang
sama, sehingga mereka dapat bekerja sama atau berbagi dalam proses terapi.
2) Kategori sama dalam artian klien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil
kategorisasi. Klien yang dapat diikutkan dalam terapi aktivitas kelompok
adalah klien akut skor rendah sampai klien tahap promotion. Bila dalam satu
terapi klien memiliki skor yang hampir sama maka tujuan terapi akan lebih
mudah tercapai.
3) Jenis kelamin Pengalaman terapi aktivitas kelompok yang dilakukan pada klien
dengan gejala sama, biasanya laki-laki akan lebih mendominasi daripada
perempuan. Maka lebih baik dibedakan.
4) Kelompok umur hampir sama Tingkat perkembangan yang sama akan
memudahkan interaksi antar klien.
5) Jumlah efektif adalah 7-10 orang per-kelompok terapi Jika terlalu banyak
peserta, maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan terlalu ramai dan
kurang perhatian terapis pada klien. Bila terlalu sedikitpun trapi akan terasa
sepi interaksi dan tujuannya sulit tercapai.
4. Tata Tertib dan Antisipasi Masalah
1. Tata Tertib Pelaksanaan TAK Halusinasi
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAK dimulai
c. Peserta berpakaian rapi, bersih, dan sudah mandi
d. Peserta tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan
TAK berlangsung
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan
kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin
f. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai
g. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAK telah habis,
sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin akan meminta
persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK
2. Antisipasi Kejadian yang Tidak Diinginkan pada Proses TAK
Penanganan klien yang tidak efektif saat aktivitas kelompok
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan
perawat atau klien yang lain
3. Bila Klien Meninggalkan Permainan Tanpa Pamit:
a. Panggil nama klien
b. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada
klien bahwaklien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh
kembali lagi.
4. Bila Ada Klien Lain Ingin Ikut
a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah
dipilih
b. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat
diikuti oleh klien tersebut
c. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi
peran pada permainan tersebut.
5. Sesi Dalam Terapi Aktivitas Kelompok
Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi dibagi dalam 5 sesi:
1) Sesi I : Klien mengenal halusinasi
a. Tujuan Umum: Setelah dilakukan TAK sesi I diharapkan klien dapat
mengenal halusinasinya
b. Tujuan Khusus:
- Klien dapat mengenal halusinasi
- Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
- Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
- Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
c. Karakteristik/ kriteria klien
- Klien yang mengalami halusinasi
- Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol
- Klien yang mengalami perubahan persepsi
d. Proses seleksi
- Berdasarkan hasil pengkajian (observasi dan wawancara) anggota
kelompok
- Berdasarkan masalah keperawatan yang muncul
- Sehat fisik, cukup kooperatif, dan mampu memahami pesan yang
diberikan
- Mengadakan kontrak dengan pasien
e. Proses Pelaksanaan
1) Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu dengan perubahan
sensori persepsi: halusinasi

b) Membuat kontrak dengan klien


c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
d) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3. Menyuarakan nama dan panggilan semua klien (beri papan
nama)
b) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c) Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan
yaitu mengenal suara-suara yang didengar.
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin pada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Tahap Kerja
a) Hidupkan tape recorder dan edarkan balon searah jarum jam sambil
berjoget. Ketika musik berhenti klien yang memegang balon di
arahkan untuk maju ke depan di tengah leader dan co leader.
Selanjutnya leader menjelaskan kegiatan yang dilakukan, yaitu
perkenalan diri dan menjelaskan halusinasi yang dialaminya.
b) Leader meminta klien untuk menceritakan isi halusinasi, kapan
terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat
terjadi halusinasi. Mulai dari klien yang sebelah kanan secara
berurutan sampai semua klien mendapat giliran.
c) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
d) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari
suara yang biasa didengar
4) Tahap Terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaannya jika terjadi halusinasi.
c) Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik halusinasi
2. Menyepakati waktu dan tempat
d) Format Evaluasi

No Nama klien Menyebut isi Menyebut waktu Menyebut Menyebut


halusinasi terjadi situasi terjadi perasaan saat
halusinasi halusinasi halusinasi
1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi, waktu
situasi, dan perasaan. Beri tanda  jika klien mampu dan tanda X jika klien
tidak mampu

2) Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik


1) Tujuan
a. Tujuan Umum : Setelah dilakukan TAK sesi II diharapkan klien dapat
mengekspresikan perasaan melalui gambar.
b. Tujuan Khusus:
- Pasien mampu memberi makna gambar.
- Pasien mampu berespon terhadap gambar yang dilihat.
- Pasien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar.
2) Proses Pelaksanaan
a. Persiapan
- Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan halusinasi
- Mengingatkan kontrak kepada pasien yang telah mengikuti sesi 1
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
- Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok
b. Orientasi
1. Salam Terapeutik
- Salam dari terapis kepada pasien
- Perkenalkan nama dan panggilan leader diikuti anggota lainnya
c. Evaluasi atau validasi
Terapis menanyakan perasaan pasien saat ini
d. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan
2. Menjelaskan aturan main, yaitu :
- Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin pada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
menggambarkan mewarnai, dan menceritakan hasil gambar kepada
klien lain.
b) Fasilitator membagikan kertas gambar dan pensil (pensil
warna/crayon/spidol warna) untuk tiap klien.
c) Terapis meminta klien menggambar apa saja sesuai dengan yang
diinginkan saat ini serta mewarnai hasil gambarnya.
d) Sementara klien mulai menggambar, fasilitator terus memantau dan
memberi penguatan kepada klien untuk terus menggambar. Jangan
mencela klien.
e) Setelah semua klien selesai menggambar dan mewarnai, terapis
meminta masing-masing klien untuk memperlihatkan dan
menceritakan gambar yang dibuatnya kepada klien lain. Yang harus
diceritakan adalah gambar apa dan apa makna gambar tersebut
menurut klien.
f) Kegiatan poin e dilakukan sampai semua klien mendapat giliran.
g) Setiap kali klien selesai menceritakan gambarnya, terapis mengajak
klien lain bertepuk tangan.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
1. Terapis menganjurkan pasien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul
2. Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian
pasien
c) Kontrak yang akan datang
1. Terapis membuat kesepatakan dengan pasien untuk TAK yang
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat
2. Terapi membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
d) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan pasien
sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi
sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah mengatasi gangguan
persepsi sensori (halusinasi) dengan menghardik.

3) Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat


a. Tujuan Umum : Setelah dilakukan TAK sesi III diharapkan klien dapat
mengontrol halusinasinya dengan cara patuh dalam minum obat.
b. Tujuan Khusus :
- Klien memahami pentingnya patuh minum obat
- Klien memahami akibat tidak patuh minum obat
- Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
c. Metode dan Media
1) Metode : diskusi dan tanya jawab
2) Media : alat tulis, papan tulis/flipchart, beberapa contoh obat
d. Proses Pelaksanaan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 2
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Terapis dan klien memakai papan nama
b) Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi
setelah menggunakan cara yang telah di pelajari sebelumnya
(menghardik halusinasi)
c) Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
patuh minum obat
2. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada petugas
3. Lama kegiatan 45 menit
4. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
e. Tahap Kerja
1) Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah
kambuh karena obat memberi perasaan tenang, dan memperlambat
kambuh.
2) Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu
penyebab kambuh
3) Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang di makan dan
waktu memakanya. Buat daftar di whiteboard
4) Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat,
benar dosis obat
5) Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara
bergiliran
6) Berikan pujian pada klien yang benar
7) Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di
whiteboard)
8) Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di
whiteboard)
9) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah halusinasi/kambuh
10) Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi/kambuh
11) Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat
12) Memberi pujian tiap kali klien benar
f. Tahap Terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang
sudah di pelajari
3. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak Lanjut
Mengajurkan klien menggunakan cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik halusinasi dan patuh minum obat
c) Kontrak yang akan datang
1. Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi pesepsi untuk mengontrol
halusinasi dengan menghardik dan patuh minum obat
2. Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain
d) Format Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
halusinasi sesi 3, kemampuan klien yang di harapakan adalah
menyebutkan 5 benar minum obat keuntungan minum obat dan akibat
tidak patuh minum obat formulir evaluasi sebagai berikut.
No Nama klien Menyebutkan 5 Menyebutkan Menyebutkan
benar cara minum keuntungan minum akibat tidak patuh
obat obat minum obat
1
2
3
4
5
6
7
8
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan
lima benar cara minum obat. Beri tanda V jika klien mampu dan
tanda x jika klien tidak mampu

4) Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan


orang lain
a. Tujuan Khusus: Setelah dilakukan TAK sesi IV diharapkan klien dapat
mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap
b. Tujuan Umum :
- Klien mengetahui tujuan dari bercakap-cakap dan keuntungan dari
bercakap-cakap
- Klien dapat melaksanakan kegiatan bercakap-cakap dan mampu
menceritakan permasalahan secara interpersonal dengan orang lain
untuk mengurangi pikiran halusinasi
- Agar klien dapat mengetahui cara memulai percakapan
c. Metode
- Metode : bermain peran dan simulasi
d. Proses Pelaksanaan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 3
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang yang mengikuti sesi.
2. Terapis membuat kontrak dengan klien
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b) Evaluasi / validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan cara yang
telah dipelajari (menghardik dan patuh minum obat)
c) Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
e. Tahap kerja
1. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
untuk mengontrol dan mencegah halusinasi
2. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa
diajak bercakap-cakap
3. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokokpembicaraan yang
biasa dan bisa dilakukan
4. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul
“suster, ada suara ditelinga, saya mau ngobrol saja dengan suster” atau
”suster saya mau ngobrol tentang kapan saya boleh pulang“
5. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan
orang di sebelahnnya
6. Berikan pujian atas keberhasilan klien
7. Ulangi 5 dan 6 sampai semua klien dapat giliran
8. Tahap terminasi
f. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih
3. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
g. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik, patuh minum obat, dan bercakap-cakap.
h. Kontrak yang akan datang
1. Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya,
yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas
terjadwal.
2. Terapis menyepakati waktu dan tempat.
i. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk stimulus persepsi halusinasi Sesi 4, kemampuan yang
diharapkan adalah mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap.
Format evaluasi sebagai berikut.
No Aspek yang dinilai Nama klien

1 Menyebutkan orang yang


bisa di ajak bicara
2 Memperagakan percakapan
3 Menyusun jadwal
percakapan
4 Menyebutkan tiga cara
mengontrol dan mencegah
halusinasi
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan orang yang
bisa diajak bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal
percakapan, menyebutkan 3 cara mencegah halusinasi.
5) Sesi V : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal
a. Tujuan Umum: Setelah dilakukan TAK sesi V diharapkan klien dapat
mengontrol halusinasi dengan kegiatan harian supaya pasien dapat
terdistraksi
b. Tujuan Khusus:
- Klien mengetahui tujuan dibuatnya jadwal latihan harian
- Klien dapat melaksanakan kegiatan harian sesuai dengan jadwal
harian yang telah dibuat
- Agar klien dapat menata kebiasaan harian secara mandiri dan
mengurangi kekosongan aktivitas
c. Metode dan Media
- Metode : diskusi kelompok, bermain peran
- Media : Alat tulis, Kertas, Jadwal kegiatan
d. Proses Pelaksanaan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 4.
b) Mempersiapkan alat dan alat pertemuan
2) Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1. Terapis menanyakan keadaan klien saat ini
2. Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah
dipelajari
3. Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara
menghardik halusinasi
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya
halusinasi dengan melakukan kegiatan.
2. Menjelaskan aturan main berikut.
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta ijin kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dara awal sampai selesai
3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan cara kedua yaitu melakukan kegiatan sehari hari.
Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan
mencegah munculnya halusinasi.
b) Terapis meminta setiap klien menyampaikan kegiatan yang bisa
dilakukan sehari hari dan tulis di whiteboard.
c) Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan seharian terapis
menulis formulir yang sama di whiteboard.
d) Terapis membingbing satu persatu klien untuk membuat jadual
kegiatan harian dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien
menggunakan formulir terapis menggunakan whiteboard.
e) Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
f) Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang
sudah selesai membuat jawal dan mempragakan kegiatan.
4) Tahap Terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun
jadual kegiatan dan memperagakannya.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
Terapis meganjurkan klien melaksanakan 4 cara mengontrol
halusinasi yaitu menghardik, patuh minum obat, bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan.
c) Kontrak yang akan datang
1. Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi pesepsi untuk mengontrol
halusinasi
2. Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan
indikasi klien
d) Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien
sesuai dengan tujuanTAK.untuk TAK stimulasi halusinasi persepsi
sesi 3 kemampuan yang di harapkan adalah klien melakukan kegiatan
harian untuk mencegah timbulnya halusinasi. Formulir evaluasi
sebagai berikut:

Nama klien
No Aspek yang dinilai

1 Menyebut kegiatan yang


biasa dilakukan
2 Memperagakan
percakapan yang biasa
dilakukan
3 Menyusun jadwal
kegiatan harian
4 Menyebut dua cara
mengontrol dan
mencegah halusinasi

Petunjuk:
Tulis nama panggilan klien yang mengikuti TAK pada kolom nama klien.
Untuk setiap klien, beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan
harian yang biasa dilakukan, memperagakan salah satu kegiata, menyusun
jadwal kegiatan harian dan menyebutkan dua cara mencegah halusinasi. Beri
tanda ceklis jika klien mampu dan tanda silang jika klien tidak mampu
5. Pengorganisasian
a. Tempat Pelaksanaan
Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
b. Setting Tempat

L CL

K K

F F

K K

F K F

Keterangan Gambar :
c. Uraian Tugas Pelaksana
1. Leader :
a. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi ktivitas kelompok
menyiapkan laporan kegiatan TAK
b. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
c. Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
2. Co.Leader :
a. Mendampingi Leader
b. Menjelaskan aturan permaian
c. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien
d. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang
telah di buat
e. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam proses
terapi
3. Fasilitator :
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
b. Ikut serta dalam kegiatan kelompok
c. Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi
4. Observer :
a. Mengobservasi jalannya proses kegitan
b. Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien selama
kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan
d. Memberikan hadiah (reward) bagi pasien yang menang dalam permainan.
d. Waktu dan Tim Terapis
SESI Waktu Lama Tim Terapis
Pelaksanaan Pelaksanaan Leader Co- Fasilitator Observer
Leader
I Kamis 45 Menit Safira Widya 1. Mega Alyna
30 2. Yosi
November 3. Imma
2023 4. Fardah

II Jumat, 45 Menit Mega Yosi 1. Safira Fardah


1 2. Widya
Desember 3. Alyna
2023 4. Imma
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Stuart, G.W, 2016, Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart Buku 2 : Edisi
Indonesia, Elseiver, Singapore

Sutejo. (2017). Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Townsend, MC. (2010). Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan & Medikasi
Psikotropik. Jakarta : EGC

Yusuf, A.H, F. and ,R & Nihayati, H. . (2015) ‘Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa’, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, pp. 1–366. doi: ISBN 978-xxx-
xxx-xx-x.

Anda mungkin juga menyukai