Hukum Keluarga
Muhammad Iran Simbolon
Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang
Iranmuhammad850@yahoo.co.id
ABSTRACT Ahmad Hassan is a controversial scholar, because some of the results of his ijtihad in Islamic law
are different from those of other ulemas. Ahmad Hassan is a well-known scholar in the renewal of
Islamic law in Indonesia. Ahmad Hassan is also an active figure in the largest Islamic community
organization in Indonesia, namely the Islamic Unity. This paper is intended to parse and analyze
Ahmad Hassan's ijtihad method in special family law matters that discuss the legal position of
guardians in marriage, the law of combining women with his aunts, the law of marrying non-
Muslim women, the law of divorce angry. The method used in this research is descriptive analysis
method and content analysis method.
KEYWORDS ijtihad; Ahmad Hassan ; family law 3.
PENDAHULUAN METODE
Sejak awal abad kedua sampai pertengahan abad Metode jenis penelitian yang digunakan adalah
keempat Hijrah, yaitu selama hampir 250 tahun, penelitian hukum normatif. Kemudian pendekatan
hukum Islam memasuki periode tadwīn dan imam- yang digunakan dalam penelitian ini adalah
imam mujtahid. Masa tersebut dinamakan periode pendekatan kepustakaan (library research). Data yang
tadwīn dan imam-imam mujtahid. Masa priode tadwīn digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder
dan imam-imam mujtahid ini merupakan masa yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum
keemasan hukum Islam. Pada masa ini hukum Islam skunder dan bahan hukum tersier.
tumbuh, berkembang, dan menghasilkan materi- Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah buku
materi hukum yang memperkaya negara Islam dengan karya Ahmad Hassan Bandung sendiri, sedangkan
hukum-hukum dalam berbagai bidang, bermacam- yang menjadi bahan hukum skunder adalah karya
macam keadaan, dan berbagai kemaslahatan. Pada orang lain yang membahas tentang Ahmad Hassan,
periode ini pulalah timbulnya mazhab-mazhab fikih sementara bahan hukum tersier dalam penelitian ini
(Usman,1994). adalah berupa kamus, ensiklopedia, internet dan lain
Setelah pertengahan abad keempat Hijrah, sebagainya. Analisis data yang digunakan dalam
hukum Islam mengalami periode taklīd. Pada masa itu penelitian ini adalah analisis deskriptif dan metode
gerakan ijtihad terhenti, kebebasan berfikir para content analysis.
ulama tidak ada lagi. Para ulama tidak lagi mengambil
hukum Islam dari sumbernya, mereka lebih senang TEMUAN DAN PEMBAHASAN
bertaklid dan mengikuti fikih imam-imam terdahulu,
kemampuan akal mereka, mereka batasi pada Biografi Ahmad Hassan
mempelajari mazhab imam-imam tersebut, mereka Ahmad Hassan merupakan salah satu ulama atau
mengharamkan dirinya keluar dari batasan itu. pemikir Islam di Indonesia. Ahmad Hassan Berasal
Kemudian pada abad kedua belas Hijrah, gerakan dari keluarga campuran Indonesia dan India, ayahnya
mendobrak taqlīd dan menghidupkan kembali ijtihad Ahmad Sinna Vappu Maricar, yaitu seorang penulis
dimulai, inilah yang disebut gerakan pembaharuan yang ahli dalam Islam dan kesusastraan Tamil, Ahmad
hukum Islam, sehingga masa itu sampai sekarang Sinna Vappu Maricar pernah menjadi redaktur dari
disebut periode pembaharuan hukum Islam. Dengan Nur Islam sebuah majalah agama dan sastra Tamil, di
demikian, semakin banyaklah muncul para mujtahid samping sebagai penulis beberapa kitab dalam bahasa
di berbagai negara muslim, dan hukum yang Tamil dan beberapa penerjemahan dari bahasa Arab.
dihasilkan dalam satu kasus pun terdapat perbedaan- Sedangkan ibunya bernama Muznah yang berasal
perbedaan karena berbeda cara atau metode dalam dari Palekat Madras yang lahir di Surabaya berasal
menetapkan hukum Islam. Salah satu mujtahid yang dari keluarga yang sederhana dan sangat taat
muncul itu adalah Ahmad Hassan. beragama, ketika itu Ahmad yang pergi ke kota
Surabaya untuk berdagang bertemu dengan Muznah
dan menikah di sana, setelah menikah Ahmad dan
Ijtihad, Volume 36, No. 1 Tahun 2020
Muznah akhirnya menetap di Singapura (Dadan Semasa hidupnya Ahmad Hassan dikenal sebagai
Wildan, 1995). seorang pendakwah ulung, baik lisan maupun tulisan,
Ahmad Hassan dilahirkan di Singapura pada Ia merupakan salah seorang tokoh pemikir yang
tahun 1887 dengan nama Hassan bin Ahmad. Masa produktif menuliskan ide-idenya. Dalam hal tulisan
kecil Ahmad Hassan dilewatinya di Singapura, Ahmad beliau sangat banyak sekali menghasilkan karya-karya
Hassan mulai sekolah dan belajar berbagai baik dalam bentuk majalah-majalah maupun dalam
pengetahuan dan bahasa, yaitu bahasa Arab, Melayu, bentuk buku. Selama hidupnya Ahmad Hassan telah
Tamil dan Inggris. Setelah itu Ahmad Hassan pun menuliskan sekitar 80 judul buku. Termasuk tafsir al-
belajar Al-Qur’an serta memperdalam agama Islam Furqan yang terbit pada tahun 1956. Dengan gaya
kepada beberapa orang guru mengaji di luar waktu penulisan yang khas, lugas dan mudah dipahami,
sekolah. Ahmad Hassan bekeja keras dari usia 7 tahun buku-bukunya diterbitkan ribuan eksemplar dan
sampai 23 tahun demi minatnya mencari ilmu agama. sering kali dicetak ulang (Shiddiq Amien,2007).
Dalam usia mudanya, yaitu pada tahun 1909, Berikut adalah buku-buku tulisan Ahmad Hassan:
Ahmad Hassan telah aktif menjadi pembantu “utusan Dalam bidang Al-Qur’an, Tafsir, Hadis, Fikih dan
Melayu”. Tulisan pertamanya ialah mengecam tuan Ushul Fikih: Tafsir Al-Furqan, Tafsir Al-Hidayah , Tafsir
Kadli yang memeriksa perkara dengan Surah Yasin, Kitab Tajwid, Soal-Jawab Tentang
mengumpulkan tempat duduk pria dan wanita. Pada Berbagai Masalah Agama, Risalah Kudung, Pengajaran
saat itu tidak seorang pun yang berani mengkritik tuan Shalat, Risalah Al-Fatihah, Risalah Haji, Risalah Zakat,
Kadli, tetapi justru Ahmad Hassan terangsang oleh Risalah Riba, Risalah Ijma’, Risalah Qiyas, Risalah
peristiwa ini untuk mengangkat pena. Satu kali Ahmad Mazhab, Risalah Taqlid, Al-Jawahir, Al-Burhan, Risalah
Hassan pernah mengecam masyarakat umat Islam Jum’at, Hafalan, Terjemah Bulugh Al-Maram,
mengapa tidak maju. Ucapan ini dianggap politik, Muqaddimah Ilmu Hadis, Ringkasan Islam dan Al-
sehingga Ahmad Hassan tidak dibenarkan lagi Faraidh.
berpidato (Ahmad Hasan,2007). Dalam bidang akhlak dan Kristologi: Hai Cucuku,
Pada tahun 1921, Ahmad Hassan pindah dari Hai Putraku, Hai Putiku dan Kesopanan Tingi Secara
Singapura ke Surabaya untuk melanjutkan usaha toko Islam, Ketuhanan Yesus, Dosa-dosa Yesus, Bibel Lawan
tekstil milik pamannya. Di Surabaya, Ahmad Hassan Bibel, Benarkah Isa Disalid? dan Isa dan Agamanya.
banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pembaruan yang Dalam bidang Aqidah, Pemikiran Islam dan
saat itu sedang terlibat perdebatan dengan kaum Umum: Islam dan Kebangsaan, Pemerintahan Cara
tradung. Dalam suatu kesempatan untuk belajar Islam, Adakah Tuhan?, ABC Politik, Membudakkan
mengenai pertenunan di Bandung, Ahmad Hassan Pengertian Islam, What is Islam?, Merebut Kekuasaan,
tinggal di keluarga Muhammad Yunus, salah seorang Risalah Ahmadiyah, Topeng Dajjal, Al-Tauhid, Al-Iman,
pendiri Persis. Akhirnya Ahmad Hassan mengabdikan Hikmat dan Kilat , An-Nubuwah, Al-‘Aqa’id, Al-
dirinya dalam penelaahan dan pengkajian Islam Munazharah dan Surat-surat Islam dari Endeh dan Is
dengan berkiprah di Persis. Muhammad a True Prophet?.
Pada tahun 1941, Ahmad Hassan kembali ke Dalam bidang Sejarah, Bahasa dan Kata Hikmat:
Surabaya dan mendirikan Psantren Persis di daerah Al-Mukhtar dan Sejarah Isra’ Mi’raj, Kamus Rampaian,
Bangil. Di sinilah perhatiannya ditumpahkan pada Kamus Persamaan, Sya’ir, First Step Before Leraning
penelitian agama Islam yang langsung dari sumber English, Al-Hikam, Special Dictionary, Al-Nahwu, Kitab
pokoknya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Puncaknya, Tashrif dan Kamus Al-Bayan, dan lain-lain (Muslimah,
Ahmad Hassan berhasil menyusun tafsir Al-Qur’an 2017).
yang berjudul Al-Furqan. Tafsir Al-Qur’an tersebut
merupakan kitab tafsir Al-Qur’an yang pertama di Metode Ijtihad Ahmad Hassan
Indonesia. Tafsirnya itu diterbitkan secara lengkap Ahmad Hassan mengadopsi pendapat klasik
untuk pertama kalinya pada tahun 1956. dalam hal sumber-sumber hukum Islam sebagaimana
Ahmad Hassan menikah pada tahun 1911 di yang telah dirumuskan oleh Imam Syafi’i di dalam
Singapura dengan seorang peranakan Tamil-Melayu kitab al-Risalah, yaitu Al-Qur’an, Sunnah, kesepakatan
dari keluarga pedagang dan pemegang agama. Orang (ijma’) dan analogi (qiyas). Meskipun begitu, seperti
tersebut bernama Maryam dan dialah satu-satunya kelompok pembaharu lainnya, Ahmad Hassan secara
istri serta mempunya tujuh orang anak. Semua berulang-ulang menegaskan bahwa sumber asli
anaknya dididik sendiri dalam sekolahan Persatuan hukum Islam hanya Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam hal
Islam. Mereka adalah, Abdul Qadir, Jamilah, Abdul kasus yang tidak ditemukan secara eksplisit
Hakim, Zulaiha, Ahmad, M. Sa’id dan Manshur (A. ketentuannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah, Ahmad
Mughni,1980). Hassan mengadopsi penggunaan metode ijma’ dan
qiyas. Penggunaan kedua metode ini bagi Ahmad
79
Ijtihad, Volume 36, No. 1 Tahun 2020
karena sudah menjadi kewajiban untuk menerimanya. empat yang diperlukan dalam menggunakan metode
Akan tetapi, mengenai ijma’ ulama yang didasarkan qiyas tersebut, yaitu kasus pokok (ashal) yang
pada pertimbangan, pendapat atau pemahaman, terdapat dalam nash, kasus cabang (far’) yang
Ahmad Hassan mengatakan ijma’ seperti itu belum membutuhkan keputusan hukum, persamaan
tentu benar, dengan demikian ia mengatakan tidak ada substansi antara kedua kasus tersebut (‘illah), dan
kewajiban untuk menerimanya terutama ketentuan hukum yang terdapat dalam kasus pokok
permasalahan yang di ijma’kan itu adalah masalah dan akan dikenakan pada kasus baru. Rukun-rukun
tentang ibadat. Dengan demikian, Ahmad Hassan tersebut disertai oleh kondisi-kondisi tertentu.
hanya menerima ijma’ sahabat dan ijma’ ulama yang Dengan demikian, menurut Ahmad Hassan sumber
didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis shahih. hukum utama dalam hukum Islam adalah Al-Qur’an,
Sedangkan qiyas, secara bahasa menurut Ahmad Sunnah dan ijma’ sahabat Nabi. Sementara itu ijma’
Hassan artinya adalah “mengukur, pengukuran, para ulama (pemimpin) dan qiyas tidak lebih dari
perbandingan dan keputusan.” Secara istilah sekedar cara untuk merumuskan ketentuan-
menurutnya adalah suatu perkara atau benda atau ketentuan hukum yang tidak dijelaskan dalam sumber
perbuatan yang tidak dinyatakan oleh agama tentang hukum Islam yang utama.
hukumnya, tetapi ada persamaa sifat dan sebabnya Selanjutnya, untuk memahami Al-Qur’an dan
dengan yang sudah diterangkan oleh agama. Definisi Hadis-hadis Nabi, Ahmad Hassan mengatakan bahwa
ini merupakan definisi yang umum digunakan dalam harus mengerti bahasa yang terpakai pada keduanya,
acuan fikih. Dengan demikian, dalam pendangan yaitu bahasa Arab. Alat-alat pokok untuk mengerti
Ahmad Hassan, qiyas khusus berkaitan dengan bahasa tersebut adalah ‘Ilmu Nahwu dan ‘Ilmu Sharaf.
persoalan-persoalan dan kejadian-kejadian yang tidak Selain itu, untuk memahami kebahasaan yang
dapat ditemukan secara langsung ketentuan terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis-hadis Nabi,
hukumnya dalam Al-Qur’an dan Sunnah. menurut Ahmad Hassan perlu dipahami kalimat-
Selanjunya, Ahmad Hassan membagi qiyas kalimat sebagai berikut:
kepada dua macam. Pertama, qiyas terhadap aturan a. Musytarak, yaitu satu perkataan yang dari
yang telah disebutkan ketentuannya dalam nash. ashalnya sudah mempunyai arti lebih dari satu dan
Misalnya, ketentuan sanksi bagi laki-laki atau sama banyak terpakainya.
perempuan yang menuduh seorang perempuan b. Mutarādif, yaitu beberapa perkataan yang
melakukan perzinaan tanpa menghadirkan empat artinya atau maknanya bersamaan.
orang saksi. Berdasarkan ayat al-Quran, sanksi bagi c. ‘Ām, yaitu satu perkataan yang artinya
laki-laki atau perempuan tersebut adalah delapan tertuju kepada semua yang ada dalam satu jenis
puluh kali cambukan. Menurut Ahmad Hassan, tanpa terkecuali.
meskipun yang dituduh adalah laki-laki, bukan d. Muthlaq, yaitu satu lafaz yang kalau
perempuan sebagaimana disebutkan secara eksplisit diucapkan terkena kepada semua yang ada dalam
dalam nash, hukuman yang sama harus diberikan jenis itu, tetapi yang ditujukan hanya kepada satu
kepada pihak yang menuduh. atau sebagian saja.
Kedua, qiyas pada benda yang ditetapkan oleh e. Mujmal, yaitu satu susunan yang
hukum. Ahmad Hassan memberikan contoh qiyas ini mempunyai lebih dari satu makna yang sama banyak
antara gandum dan beras. Dalam hukum Islam, umat terpakainya.
Islam diwajibkan mengeluarkan zakat gandum. Oleh f. Zhāhir, yaitu satu lafaz yang mempunyai dua
karena di Indonesia tidak ditanam gandum sebagai arti atau lebih, tetapi ia lebih berat kepada salah satu
makanan pokok, sedang fakir miskin tetap artinya.
memerlukan pertolongan, maka sebagai umat Islam
harus mengeluarkan zakat beras. Menyamakan Metode Ijtihad Ahmad Hassan tentang Hukum
gandum dengan beras, kata Ahmad Hassan adalah Keluarga
dinamakan qiyas (Syafiq Mughni, 1980). Metode ijtihad adalah cara seorang mujtahid
untuk menggali, menemukan dan merumuskan
Meskipun demikian, Ahmad Hassan
hukum yang terkandung dalam nash. Sedangkan
mengingatkan bahwa qiyas hanya bisa diterapkan
istilah “hukum keluarga” masing-masing terdiri dari
dalam urusan-urusan dunia (muamalah), tidak dalam
kata “hukum” dan “keluarga” atau “kekeluargaan”
uusan ibadah yang telah disebutkan secara jelas dalam
Al-Qur’an dan Sunnah. Karena setiap ibadah selain (Amin Summa, 2004). Hukum dalam konteks ini
yang telah ditentukan Allah dan Rasulnya, kata Ahmad adalah ketentuan Allah yang berhubungan dengan
perbuatan seorang mukallaf, apakah ia berbentuk
Hassan itu adalah bid’ah.
tuntutan (iqtidha’), dan kebebasan memilih untuk
Selanjutnya mengenai rukun dan syarat dalam
bertindak (takhyir), maupun dalam bentuk qadha
pelaksanaan qiyas, Ahmad Hassan mengatakan ada
81
Ijtihad, Volume 36, No. 1 Tahun 2020
‘Anbasah: telah menceritakan kepada kami Ahmad Hassan menjelaskan bahwa keterangan
Yunus, dari Ibnu Syihab ia berkata: telah yang menerangkan cara nikah Jahiliyah yang diterima
menceritakan kepadaku Urwah bin Zubeir oleh Islam, hanya satu saja, yaitu laki-laki yang
bahwasanya Aisyah istri Nabi SAW meminang anak perempuan kepada bapaknya atau
memberitakan kepadanya: Bahwasanya walinya. Ahmad Hassan mengaku cara nikah seperti
nikah di zaman Jahiliyah ada empat macam, itu betul ada dalam Islam, akan tetapi tidak berarti
satu diantaranya adalah nikah orang-orang bahwa cara nikah dalam Islam semacam itu saja.
sekarang, yaitu laki-laki dating kepada laki- Karena ada keterangan lain yang menunjukkan bahwa
laki meminang perempuan yang di dalam pernikahan-pernikahan itu tidak dengan pinangan
kekuasaannya atau anaknya, lalu ia laki-laki, dan tidak juga pakai wali.
tentukan maskawinnya, kemudian ia Pada keterangan yang menjelaskan bahwa “tidak
menikahkannya. Dan ada pula nikah yang sah nikah melainkan dengan wali”. Pernyataan ini,
lain …… tetapi setelah Nabi Muhammad SAW golongan pertama mengertikan “tidak sah nikah
diutus menjadi rasul dengan membawa melainkan dengan wali”. Ahmad Hassan menjelaskan
kebenaran, ia hapuskan segala macam nikah bahwa semestinya sebelum menetapkan arti dari
Jahiliyah, kecuali nikah yang orang-orang hadis tersebut, hendaknya dibicarakan dulu tentang
kerjakan sekarang.” (Bukhari, 2007) riwayatnya. Ahmad Hassan mengatakan bahwa
keterangan ini telah dilemahkan oleh Ibnu Hiban
, ﻋﻦ أﺑﻲ ﺑﺮدة, ﻋﻦ أﺑﻲ اﺳﺤﺎق,ﺣﺪﺛﻨﺎ زﯾﺪ ﺑﻦ ﺣﺒﺎب ﻋﻦ ﯾﻮﻧﺲ ﺑﻦ أﺑﻲ اﺳﺤﺎق dengan alasan bahwa yang meriwayatkan hadis
)رواه. ﻻ ﻧﻜﺎح اﻻ ﺑﻮﻟﻲ: ﻗﺎل اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ:ﻋﻦ أﺑﻲ ﻣﻮﺳﻰ ﻗﺎل tersebut tidak jumpa sendiri dengan Nabi, tetapi
(اﻟﺘﺮﻣﯿﺬي dengan perantaraan seorang sahabat yang tidak
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Zaid bin disebut namanya. Pendeknya kata Ahmad Hassan,
Hubab dari Yunus bin Abi Ishaq, dari Abi semua riwayat yang menerangkan “tidak sah nikah
Ishaq dari Abi Bardah dari Abi Musa ia melainkan dengan wali” itu tidak sunyi dari celaan
berkata: Nabi pernah bersabda: tidak ……… tentang riwayatnya.
nikah kecuali dengan wali.” (Turmudzi, Pada keterangan yang yang menjelaskan bahwa
2009) suatu pernikahan batal tanpa wali sebagaimana hadis
di atas, Ahmad Hassan mengatakan hadis tersebut
ﻋﻦ ﺳﻠﯿﻤﺎن ﺑﻦ, ﺣﺪﺛﻨﺎ اﺑﻦ ﺟﺮﯾﺞ. ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﻌﺎذ.ﺣﺪﺛﻨﺎ اﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ اﺑﻲ ﺷﯿﺒﺔ dianggap lemah oleh sebagain para ahli hadis, lantaran
ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺳﻠﻰ ﷲ: ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ, ﻋﻦ ﻋﺮوة, ﻋﻦ اﻟﺰھﺮي,ﻣﻮﺳﻰ seorang yang bernama Zuhri yang dikatakan dialah
أﯾﻤﺎاﻣﺮأة ﻧﻜﺤﺖ ﺑﻐﯿﺮ اذن وﻟﯿﮭﺎ ﻓﻨﻜﺤﮭﺎ ﺑﺎطﻞ ﻓﻨﻜﺎﺣﮭﺎ ﺑﺎطﻞ:ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ yang meriwayatkan hadis tersebut, pada waktu orang
()رواه اﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ.ﻓﻨﻜﺎﺣﮭﺎ ﺑﺎطﻞ ﻓﺎن اﺷﺘﺠﺮوا ﻓﺎﻟﺴﻠﻄﺎن وﻟﻲ ﻣﻦ ﻻ وﻟﻲ ﻟﮫ bertanya kepadanya, dia mejawab “saya tidak
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar meriwayatkan hadis tersebut.
bin Abi Syaibah. Telah menceritakan Pada keterangan yang menjelaskan bahwa
kepada kami Mu’az. Telah menceritakan seorang perempuan tidak boleh mengawinkan
kepada kami Ibnu Juraij, dari Sulaiman bin perempuan dan tidak boleh mengawinkan dirinya,
Musa, dari Zuhri dari Urwah dari Aisyah ia Ahmad Hassan mengatakan tidak sah datangnya dari
berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda: Nabi. Yakni bukan Nabi yang berkata demikian, tetapi
Siapa-siapa perempuan yang menikah yang mengatakan hal yang demikian adalah Abu
dengan tanpa izin walinya, maka nikahnya Hurairah sendiri. Ahmad Hassan menegaskan, dalam
itu batal, batai, batal. Jika wali itu masalah yang penting-penting, perkataan seorang
berbantah, maka Sulthanlah yang menjadi sahabat itu tidak boleh dijadikan alasan, teristimewa
wali bagi perempuan yang tidak ada masalah tentang menghilangkan hak kemerdekaan
walinya.” (Ibnu Majah, 2008) seseorang untuk mengurus dirinya sendiri.
ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ: ﻋﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺳﯿﺮﯾﻦ ﻋﻦ اﺑﻲ ھﺮﯾﺮة,ﺣﺪﺛﻨﺎ ھﺸﺎم ﺑﻦ ﺣﺴﺎن Kedua, golongan yang berpendapat bahwa sah
ﻻ ﺗﺰوج اﻟﻤﺮأة اﻟﻤﺮأة وﻻ ﺗﺰوج اﻟﻤﺮأة ﻧﻔﺴﮭﺎ ﻓﺎن اﻟﺰاﻧﯿﺔ:ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ suatu pernikahan walaupun tanpa adanya wali.
()رواه اﺑﻦ ﻣﺎﺟﮫ.ھﻲ اﻟﺘﻲ ﺗﺰوج ﻧﻔﺴﮭﺎ Golongan ini beralasan pada Al-Qur’an dan beberapa
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin hadis Nabi SAW.
Hassan dari Muhammad bin Sirina dari Abi “Apabia ia mentalaknya, maka tidak halal baginya
Hurairah ia berkata: Rasulullah SAW melainkan ia menikah dengan laki-laki yang lain. (Al-
bersabda: tidak boleh perempuan Baqarah, ayat 230)
menikahkan perempuan, dan tidak boleh ia
menikahkan dirinya, karena yang “Kalau kamu mentalak perempuan lantas sampai
menikahkan dirinya sendiri itu adalah iddahnya, maka janganlah kamu mencegah mereka
perempuan zina.” (Ibnu Majah,2008) menikah dengan laki-laki, apabila mereka sudah suka
83
Ijtihad, Volume 36, No. 1 Tahun 2020
Pada keterangan yang menunjukkan bahwa mereka menikah kepada laki-laki tersebut.
seorang janda tidak boleh dinikahkan sebelum ia perkataan itu dengan jelas menunjukkan
diajak bermusyawarah, dan perempuan yang masih perempuan itu boleh menukahkan dirinya
perawan tidak boleh dinikahkan sebelum diminta sendiri dengan laki-laki yang ia cintai.
izinnya. Menurut Ahmad Hassan, hadis ini 3. Berlawan dengan keterangan yang menjelaskan
menunjukkan bahwa seorang bapak atau wali boleh bahwa wali tak berkuasa apa-apa tentang
menikahkan seorang perempuan, tetapi hal ini tidak pernikahan seorang perempuan janda yang di
memberi arti bahwa seorang perempuan tidak boleh dalam tanggungannya.
menikahkan dirinya sendiri, justru sahnya sebuah 4. Berlawanan dengan keterangan yang
pernikahan terhenti atas keridhaan seorang menjelaskan bahwa seorang janda lebih berkuasa
perempuan yang akan dinikahkan. Dengan mengurus dirinya dalam masalah pernikahan
keterangan-keterangan tersebut, menurut Ahmad dari pada walinya.
Hassan seorang bapak boleh menikahkan anaknya, 5. Berlawanan dengan keterangan yang
akan tetapi sahnya sebuah pernikahan terhenti atas menunjukkan kejadian nikah dengan tidak pakai
keridhaan anak perempuan. wali sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Ketiga, golongan yang mengatakan bahwa Pada keterangan yang menerangkan bahwa
sekalian keterangan yang menunjukkan perempuan nikah tanpa adanya izin dari wali tidak sah, menurut
boleh menikahkan dirinya sendiri tanpa harus dengan Ahmad Hassan keterangan tersebut tertolak karena:
wali adalah perempuan yang sudah janda, alasan yang 1. Tertolak dengan keterangan yang menerangkan
digunakan oleh golongan ketiga ini adalah hadis yang bahwa wali tidak ada kekuasaan dan juga
dikemukakan oleh golongan yang berpendapat bahwa menerangkan bahwa perempuan itu berkuasa
sah nikah tanpa adanya wali. Adapun wanita yang terhadap dirinya sendiri.
masih perawan, menurut golongan ini tidak terlihat 2. Tertolak dengan keterangan yang menunjukkan
keterangan yang membolehkannya. terjadinya pernikahan yang tidak diketahui oleh
Keempat, Golongan ini menganggap bahwa perlu wali.
adanya wali dalam pernikahan, tetapi tidak sebagai 3. Tertolak dengan keterangan yang membenarkan
syarat sah nikah, lantaran berasan dengan keterangan seorang perempuan menikahkan dirinya.
yang menunjukkan Aisyah pernah menikahkan Pada keterangan yang menganggap perempuan
seorang anak perempuan tanpa wali, dan beralasan yang menikahkan dirinya sendiri sebagai perempuan
keterangan yang menunjukkan bahwa perempuan zina, menurut Ahmad Hassan tertolak dengan
berkuasa terhadap dirinya sendiri, dan wali tidak keterangan yang membolehkan perempuan
mempunyai kuasa apa-apa sebagaimana alasan yang menikahkan dirinya sendiri tanpa dengan adanya wali.
dikemukakan oleh golongan yang kedua. Setelah Ahmad Hassan mengemukakan
Setelah Ahmad Hassan memeriksa keterangan- bantahannya terhadap golongan pertama yang
keterangan yang menganggap perempuan tak boleh mengatakan bahwa perlunya wali dalam sebuah
mengawinkan dirinya, lalu kemudian Ahmad Hasan pernikahan, lalu kemudian Ahmad Hassan
menjelaskan tentang isi dari keterangan-keterangan menegaskan bahwa keterangan-keterangan itu tidak
tersebut. Keterangan yang dijadikan sebagai alasan dapat dijadikan sebagai alasan untuk mewajibkan
untuk wajib wali dari pihak perempuan di dalam adanya wali bagi perempuan yang hendak menikah,
urusan nikah, dan tidak sah nikah kalau tidak dengan lantaran berlawanan dengan beberapa keterangan
wali. Ahmad Hassan mengatakan bahwa anggapan ini dari Al-Qur’an dan hadis yang riwayatnya shahih dan
tidak benar, dan hadis-hadis yang demikian tidak kuat. Dengan tertolaknya keterangan-keterangan
boleh diartikan begitu, karena kalau dikatakan tidak tersebut, itu berarti bahwa wali tidak perlu dalam
sah nikah tanpa dengan wali, niscaya berlawanan sebuah pernikahan, sehingga setiap perempuan boleh
dengan beberapa keterangan yang telah disebut di menikahkan dirinya sendiri.
atas, yaitu: Selanjutnya, golongan yang ketiga setuju dengan
1. Berlawanan dengan keterangan Al-Qur’an surah golongan yang kedua tentang perlunya wali dalam
al-Baqarah ayat 230 yang membolehkan sebuah pernikahan bagi perempuan yang masih
perempuan menikahkan dirinya kepada seorang perawan, lantaran menurut golongan ini tidak terlihat
laki-laki. keterangan yang membolehkan perempuan yang
2. Berlawanan dengan keterangan Al-Qur’an surah masih perawan menikahkan dirinya sendiri. Pendapat
al-Baqarah ayat 232 yang menerangkan bahwa golongan ini pun dibantah oleh Ahmad Hassan, dengan
perempuan-perempuan yang di dalam penjagaan argumen bahwa setiap orang yang sudah baligh pada
wali-wali kalau sudah suka sama suka kepada asalnya mempunyai kemerdekaan yang cukup untuk
seorang laki-laki, maka janganlah wali melarang mengurus dirinya sendiri.
85
Ijtihad, Volume 36, No. 1 Tahun 2020
87
Ijtihad, Volume 36, No. 1 Tahun 2020
maksud itu termasuk dalam kategori musyrik atau ahli Menjatuhkan Talak Tiga Sekaligus
kitab. Namun, menurut dalil yang ia digunakan dalam Dalam masalah ini, Ahmad Hassan dalam
menetapkan hukum bolehnya menikahi wanita Yahudi bukunya Soal - Jawab tentang Berbagai Masalah
atau Kristen tersebut, dapat dipahami bahwa yang ia Agama mengemukakan pendapatnya tentang
maksud di sini adalah wanita ahli kitab, karena Al- perasalahan menjatuhkan talak tiga sekaligus. Dalam
Qur’an surah al-Maidah ayat 5 memang menjelaskan buku tersebut ada sebuah pertanyaan yang berbunyi:
tentang ahli kitab. “seorang laki-laki yang menjatuhkan tiga talak
Pada pembahasan yang lain, penulis juga terhadap istrinya dengan satu kali ucapan, jatuhkah
menemukan pertanyaan yang membahas tentang tiga talak?”. Ahmad Hassan menjawab: “masalah yang
kawin dengan perempuan kitabi, yang berbunyi, tersebut, ulama-ulama ahli fikih telah
”Dalam Soal Jawab saya baca bolehnya seseorang laki- membicarakannya dari mulai zaman dahulu, dengan
laki Islam kawin dengan perempuan kafir kitabi, yaitu berlainan pendapat dan berlawan faham, sehingga
Yahudi dan Kristen. Apakah Yahudi dan Kristen zaman mereka itu terbagi menjadi empat kelompok.”
ini juga boleh? Kalau boleh, bagaimana kalau Sebelum Ahmad Hassan mengemukan pendapatnya
perempuan itu makan babi dan minum arak?” Lalu tentang masalah talak tiga sekaligus ini, Ahmad
Ahmad Hassan menjawab: “Menurut hadis-hadis Hassan terlebih dahulu menjelaskan keterangan-
bahwa kafir kitabi zaman dahulu ada juga memakan keterangan dari keempat kelompok tersebut sebagai
babi dan meminum arak. Dengan itu tidak hilang nama berikut:
kitabinya. Menurut kitab agama mereka, babi dan arak Kelompok pertama, berpendapat bahwa talak
itu haram, tetapi ketua-ketua agama mereka tiga sekaligus dalam satu ucapan hukumnya adalah
melanggar hukum-hukum itu, bahkan ada juga yang bid’ah muharramah, dan setiap perkara yang bid’ah
membolehkan.” dalam agama adalah tertolak atau pun tidak sah.
Dari pertanyaan dan jawaban Ahmad Hassan di Kalangan ini menetapkan hukumnya berdasarkan
atas, menurut penulis ada kaitannya dengan hadis Nabi yang berbunyi:
pembahasan sebelumnya, yaitu tentang bolehnya ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻣﻦ:ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮭﺎ ﻗﺎﻟﺖ
menikahi perempuan Yahudi atau Kristen. Dengan ( )رواه اﺑﻮ داود.اﺣﺪث ﻓﻲ اﻣﺮﻧﺎ ھﺬا ﻣﺎﻟﯿﺲ ﻣﻨﮫ ﻓﮭﻮ رد
demikian, dapat dipahami bahwa yang dimaksud Artinya: “Dari Aisyah berkata, Rasulullah saw, telah
Ahmad Hassan tentang bolehnya menikahi bersabda: barang siapa mengada-ngadakan
perempuan Yahudi atau Kristen tersebut adalah boleh dalam urusan agama kami, sesuatu yang
menikahi perempuan kafir kitabi. Sehingga dalam bukan bagian darinya, maka ia tertolak.”
masalah ini, menurut penulis pendapat Ahmad Hassan (H.R. Abu Daud)
tidak berbeda dengan jumhur yang membolehkan Oleh karena menurut pendapat mereka bahwa
laki-laki muslim menikah dengan wanita ahli kitab. tolak tiga ssekaligus itu tidak pernah terjadi di masa
Terlepas dari Yahudi atau Kristen yang dimaksud Nabi dan tidak pula dibenarkan oleh Allah dan Rasul-
Ahmad Hassan apakah termasuk dalam kategori Nya, maka siapa yang menjatuhkan talak tiga sekaligus
musyrik atau ahli kitab sebagaimana yang telah dalam satu ucapan, talaknya itu tidak sah. Dengan
dijelaskan di atas, dalam penelitian ini penulis hanya demikian menurut pendapat ini, talak satu maupun
berfokus pada pembahasan tentang metode ijtihad talak tiga sekaligus tidak jatuh talak. Pendapat ini
Ahmad Hassan dalam menetapkan hukum, dalam hal adalah pendapat mazhab bangsa Rafidhah.
ini adalah hukum tentang menikahi wanita non Kelompok kedua, berpendapat bahwa talak tiga
Muslim. sekaligus apabila dijatuhkan kepada istri yang sudah
Menurut penulis, Ahmad Hassan menetapkannya dicampuri, maka talaknya jatuh hanya satu saja, dan
langsung berdasarkan pada nash dengan apabila dijatuhkan kepada istri yang belum dicampuri,
menggunakan metode ijtihād bayānī, yaitu maka talaknya jatuh kepada talak tiga, pendapat ini
menetapkan hukum berdasarkan lafaz khās yang berdasarkan kepada hadis Nabi yang berbunyi:
terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Al-Qur’an , ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﻤﺎد ﺑﻦ زﯾﺪ: ﺣﺪﺛﻨﺎ اﺑﻮ اﻟﻨﻌﻤﺎن:ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻤﻠﻚ ﺑﻦ ﻣﺮوان
yang digunakan Ahmad Hassan dalam kasus ini adalah اﻣﺎ ﻋﻠﻤﺖ ان اﻟﺮﺟﻞ ﻛﺎن اذا طﻠﻖ: ﻗﺎل اﺑﻮ اﻟﺼﮭﺒﺎء ﻻﺑﻦ ﻋﺒﺎس:ﻋﻦ أﯾﻮب
surat al-Maidah ayat 5, sedangkan Sunnah yang واﺑﻲ.اﻣﺮأﺗﮫ ﺛﻼﺛﺎ ﻗﺒﻞ ان ﯾﺪﺧﻞ ﺑﮭﺎ ﺟﻌﻠﻮھﺎ واﺣﺪة ﻋﻠﻰ ﻋﮭﺪ رﺳﻮل ﷲ ص
digunakannya sebagai penguat pendapatnya adalah ﺑﻠﻰ ﻛﺎن اﻟﺮﺟﻞ اذا طﻠﻖ اﻣﺮأﺗﮫ:ﺑﻜﺮ وﺻﺪرا ﻣﻦ اﻣﺎرة ﻋﻤﺮ؟ ﻗﺎل اﺑﻦ ﻋﺒﺎس
peristiwa sahabat Huzaifah bin Yaman yang pernah واﺑﻲ ﺑﻜﺮ.ﺛﻼﺛﺎ ﻗﺒﻞ ان ﯾﺪﺧﻞ ﺑﮭﺎ ﺟﻌﻠﻮھﺎ واﺣﺪة ﻋﻠﻰ ﻋﮭﺪ رﺳﻮل ﷲ ص
menikahi perempuan Yahudi, dan pada saat itu tidak . أﺟﯿﺰھﻦ ﻋﻠﯿﮭﻢ:وﺻﺪرا ﻣﻦ اﻣﺎرة ﻋﻤﺮ ﻓﻠﻤﺎ راى اﻟﻨﺎس ﺗﺘﺎﺑﻌﻮا ﻓﯿﮭﺎ ﻗﺎل
ada seorangpun dari sahabat yang menyangkalnya. Artinya: “Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Abdul Malik bin Marwan:
telah menceritakan kepada kami Abu
Nu’man: telah ,menceritakan kepada kami
89
Ijtihad, Volume 36, No. 1 Tahun 2020
hidup diantara kamu, sehingga berdiri Washafi. Orang ini telah dilemahkan oleh
seorang laki-laki dan bertanya: ya beberapa ulama ahlul hadis, seperti imam
Rasulullah bolehkah aku membunuh dia? Ahmad, Daruquthni, Ibnu Hibban, Abu
(An-Nasai, 1995) Zar’ah, Nasa’I, Fallas dan lainnya. Ketiga,
Menurut Ahmad Hassan dapat dipahami dari Ibrahim bin Ubaidillah. Seseorang yang
hadis di atas bahwa kemarahan Rasulullah terhadap tidak dikenal sebagai periwayat hadis.
seseorang yang telah menceraikan istrinya dengan 2) Hadis yang menerangkan bahwa Ibnu Umar
tiga talak sekaligus merupakan sebagai bukti bahwa bertanya kepada Nabi, seumpama ia
talak yang seperti itu keluar dari pada garis agama. mentalak tiga istrinya dalam satu majlis,
Setelah mengemukakan pendapatnya tentang talak bolehkah ditarik kembali? Kemudian Nabi
tiga tersebut sebagaimana yang telah dijelaskan di menjawab “tidak boleh”. Hadis ini tidak sah
atas, kemudian Ahmad Hassan mulai membantah karena terdapat pada sanadnya dua orang
alasan-alasan tiga kelompok yang berbeda pendapat yang tidak boleh dipercaya, yaitu Syu’aib bin
dengannya sebagai berikut: Zuraiq dan Atha’ Al-Qurasani. Orang yang
a. Kelompok pertama yang berpendapat bahwa pernah dikatakan tukang dusta oleh imam
menjatuhkan talak tiga dalam satu ucapan Sa’id Ibnu Musayyab dan dilemahkan oleh
tersebut hukumnya bid’ah dan tidak menjadi imam Bukhari, Aqili, Ibnu Hibban dan
talak. Menurut Ahmad Hassan, pendapat ini tidak lainnya.
disetujui oleh setiap ulama ahlus sunnah wal- 3) Hadis yang menjelaskan bahwa talak battah
jama’ah. apabila dijatuhkan dengan niat talak satu,
b. Kelompok kedua yang berpendapat bahwa talak maka jatuh talak satu, dan pabila diniatkan
tiga apabila dijatuhkan kepada perempuan yang dengan talak tiga, maka jatuh talak tiga,
belum dicampuri hanya jatuh satu talak saja. tidak sah karena terdapat pada sanadnya
Menurut Ahmad Hassan, alasan atau dalil yang seseorang yang bernama Nafi’ bin Ujair,
digunakan oleh pendapat ini tertolak karena padahal Ibnu Qayyim telah berkata bahwa
terdapat dalam sanad hadis yang digunakan itu orang tersebut tidak dikenal sebagai
seseorang yang bernama Abdul Malik bin periwayat hadis dan hadis itu tidak
Marwan, sedangkan orang tersebut sebagaimana dianggap sah oleh imam Bukhari lantaran
dikatakan oleh imam Abu Daud adalah orang ( ) ﻣﻀﻄﺮبgoyang, dan tidak sesuai dengan
yang akalnya kurang sehat, dan lebih-lebih lagi hadis Rukanah sebagaimana yang telah
terdapat pada sanad tersebut orang-orang yang dijelaskan di atas.
tidak tersebut namanya. Oleh karena itu menurut 4) Hadis yang menjelaskan tentang perceraian
Ahmad Hassan, riwayatnya tidak boleh Umair di hadapan Nabi dengan tiga talak
dipercaya, dan walaupun diketahui namanya, dalam satu ucapan, sedangkan Nabi pada
akan tetapi tidak terkenal sebagai tukang waktu itu diam dan tidak menegornya. Hadis
meriwayatkan hadis, yang demikian itu belum ini memang shahih, tetapi menurut Ahmad
boleh juga riwayatnya diterima. Hasan tidak boleh dignakan sebagai dalil
c. Kelompok ketiga yang berpendapat bahwa talak untuk sahnya talak tiga, dikarenakan orang
tiga yang dijatuhkan dalam satu majlis itu jatuh yang sudah ( )ﻣﻼﻋﻨﮫtuduh-tuduhan dengan
tiga talak. Menurut Ahmad Hassan, beberapa istrinya sangat sia-sia apabila menjatuhkan
alasan selain dari hadis yang telah disebutkan di talak kepadanya sebelum hakim
atas yang digunakan oleh pendapat ini tidak menceraikan keduanya, karena talak itu
boleh dijadikan sebagai dalil. Alasannya adalah: disyari’atkan oleh agama hanya untuk
1) Hadis yang menerangkan bahwa Nabi perempuan yang masih boleh dirujuk oleh
pernah menjadikan seseorang yang bekas suaminya. Sedangkan perceraian
menjatuhkan talak seribu itu jatuh talak tiga lantaran ( )ﻓﺮﻗﺔ اﻟﻠﻌﺎنtidak diperkenankan
sebagaimana keterangan dari hadis di atas, oleh agama untuk merujuk selama
tidak sah lantaran terdapat pada sanadnya hidupnya. Maka untuk itu Ahmad Hassan
tiga orang yang tidak boleh dipercaya. Tiga mengatakan bahwa diamnya Nabi pada saat
orang itu adalah: Pertama, Yahya Ibnu ‘Alaa. Umair menjatuhkan talak tiga pada istrinya
Seorang tukang dusta dan tukang pemalsu di hadapan beliau tidaklah menjadi bukti
hadis, demikianlah menurut imam Ahmad bahwa talak tiga dalam satu majlis itu jatuh
dan telah dilemahkan pula oleh imam Abu talak tiga, akan tetapi diamnya beliau itu
Hatim, Ibnu Ma’in, Daruquthni dan lain- malahan menjadi bukti kalau talak yang
lainnya. Kedua, Ubadillah Ibnul Walid Al-
91
Ijtihad, Volume 36, No. 1 Tahun 2020
sehatnya seperti orang mabuk. Akan tetapi bila dalam pernikahan, menikahi wanita non muslim,
seorang suami dalam keadaan marah yang masih menjatuhkan talak tiga sekaligus, menjatuhkan talak
mengetahui apa yang diucapkannya, maka talaknya dalam keadaan marah dan memadu istri dengan
sah, karena dianggap sebagai orang sadar. bibinya. Ahmad Hassan mendasarkan pendapatnya
Sedangkan Ahmad Hassan tidak menjelaskan pada sumber hukum Islam yang paling pokok dan
marah seperti apa yang menyebabkan tidak sahnya utama yaitu Al-Qur’an dan hadis, sedangkan ijma’ dan
talak tersebut. Ia hanya mengatakan talak itu harus qiyas menurut Ahmad Hassan tetap tidak bisa
dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan talak dalam independen, tetapi harus tetap berdasarkan pada Al-
keadaan marah itu tidaklah dengan sengaja dan Qur’an dan Sunnah.
kehendak (niat). Ini terbukti bahwa kebanyakan dari Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ahmad
orang yang mentalak istrinya dalam keadaan marah, Hassan tidak menggunakan metode ijtihad yang lain
setelah itu mereka menyesalinya. Padahal kalau seperti istihsān, maslahah mursalah, istishāb, ‘urf, qaul
dikatakan seseorang menyesali perbuatannya pasti sahābi, syar’u man qablana dan sadd al-zarī’ah. Dengan
apa yang ia lakukan adalah dengan kesadaran. demikian jelaslah bahwa Ahmad Hassan dalam
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa Ahmad metapkan suatu hukum dengan menggunakan metode
Hassan dalam menetapkan hukum tidak sahnya talak ijtihād bayānī, yakni metode penalaran hukum yang
seseorang kepada istrinya dalam keadaan marah pada dasarnya bertumpu pada kaidah-kaidah
dengan berdasarkan pada Al-Qur’an surat al-Baqarah kebahasaan nash.
ayat 227 dan hadis Nabi SAW sebagaimana yang
digunakan oleh para fuqaha, serta ia menganggap DAFTAR BACAAN
bahwa setiap talak yang dilakukan dalam keadaan
marah tidak bisa diterima karena kemarahan itu Al-Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqh Lima Mazhab,
bukanlah merupakan kesengajaan dan bukan pula Jakarta: Lentera, 1992
sebuah kehendak. Penetapan hukum yang dilakukan Al-Bukhari al-Ja’fi, Shahih Bukhārī, Beirut: Darul
oleh Ahmad Hassan dalam masalah ini adalah dengan Kitabul Alamiah, 2007
menggunakan metode ijtihād bayānī, yaitu Al-Turmudzi, Sunan at-Turmudzī, ttp: al-Qudus, 2009
menetapkan hukum berdasarkan lafaz zhāhiriyah Al-Qazwaini, Sunan Ibnu Mājah, Beirut: Darul Fikr,
yaang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis 2008
tersebut. Al-Kandahlaw, Muhammad Zakaryah, Awjaz al-
Masālik ilā Muwatta’ Malik, Beirut: Darul Fikr,
SIMPULAN 1980
Dari penjelasan di atas, penulis memahami Al-Nawawi, Syarah Sahih Muslim, Jakarta Timur: Darus
bahwa Ahmad Hassan dalam menetapkan hukum Sunnah, 2013
keluarga (kedudukan wali dalam pernikahan, hukum Al-Thabari, Abi Ja’far Muhammad bin Jarir, Tafsīr al-
menikahi wanita non muslim, menjatuhkan talak tiga Thabārī Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl al-Qur’an,
sekaligus, menjatuhkan talak dalam keadaan marah ttp.: Maktabah Ibnu Taimiyyah, 2001
dan memadu istri dengan bibinya) dengan Al-Qozwaini, Abi Abdullah Muhammad bin Yazid,
menggunakan metode ijtihād bayānī. Yaitu ijtihad Sunan Ibnu Mājah, Beirut: Darul Kitabul
untuk menjelaskan hukum-hukum syara’ yang Amaliyah, 2004
terkandung dalam nash, namun sifatnya masih zhonni Al-Nasai, Imam Al-Hafiz Abi Abdul Rahman Ahmad bin
baik dari segi penetapannya maupun dari segi Syu’aib bin Ali Al-Kharasani, Sunan Nasā’i,
penunjukannya (Umar Shihab,2013). Ijtihād bayānī Beirut; Darul Kitabul Ilmiah, 1995
adalah penjelasan ulama terhadap teks Al-Quran dan Al-San’ani, Al-Khalani, Subul al-Salām, Kairo: Dar Ihya’
Sunnah. Dalam kajian ini, ijtihad cenderung dipandang Al-Turast al-‘Araby, 1379 H, 1960
sama dengan tafsir (Jaih Mubarok, 2002). Dengan kata Abu Isa, Muhammad Bin Saurah, Jami’ al-Shahīh Sunan
lain, ijtihād bayānī adalah ijtihad yang berhubungan al- Tirmīdzī, Mesir: Isa Baby al Halaby, t.th
dengan penjelasan kebahasaan yang terdapat dalam Amien, Shiddiq, dkk, Panduan Hidup Berjama’ah
Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam Jam’iyyah Persis, Bandung, 2007
Kemudian, apa yang disebut sebagai sumber Ayyub, Hasan, Fikih Keluarga, Jakarta: Pustaka Al-
hukum Islam sebagaimana yang telah dijelaskan pada Kautsar, 2001
bab terdahulu, nampaknya merupakan bagian dari Ghazaly, Abdul Rahman, Fikih Munakahat, Jakarta:
metode ijtihad yang digunakan oleh Ahmad Hassan Kencana, 2008
dalam menetapkan suatu hukum. Hal ini dapat Hassan, Ahmad, Soal – Jawab Tentang Berbagai
diketahui dalam beberapa ijtihad Ahmad Hassan Masalah Agama, Bandung: CV. Penerbit
khususnya pada pembahasan tentang kedudukan wali Diponegoro, 2007
93
Ijtihad, Volume 36, No. 1 Tahun 2020