Anda di halaman 1dari 14

Open

Acces

Volume 2 No.1, November 2021 ISSN 2747-0350


https://doi.org/10.35326/syattar.v1i2.1185 jurnal-umbuton.ac.id/index.php/syattar

PENYELENGGARAAN JENAZAH ADAT BUTON DITINJAU


DARI PERSPEKTIF SYARIAT ISLAM
(STUDI KOMPARASI)

Irma Purnamayanti,
Dosen Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Buton
Korespondensi: irmapurnamayanti89@gmail.com

ABSTRAK
Proses pengurusan jenazah yang terbaik adalah sesuai dengan tuntunan
syari’at Islam. Namun di tengah-tengah masyarakat masih terjadi penyimpangan
dalam penyelenggaraan jenazah. Pada masyarakat di Buton yang masih melakukan
kebiasaan yang tidak sesuai dengan tuntunan syari’at Islam. Dalam Hukum Islam jika
seorang muslim meninggal dunia maka, hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang
muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan,
mengkafani, mensholatkan dan menguburkan. Penelitian Ini merupakan penelitian
kualitatif deskriptif dengan subyek penelitiannya adalah Tokoh Agama sebagai
Pelaksana dalam penyelenggaraan Jenazah. Tehnik pengumpulan data yang
digunakan yakni: 1) Observasi (pengamatan), baik dilakukan dengan cara observasi
parsitifant maupun non parsitifant. 2). Wawancara. 3). Dokumentasi. Analisis data
dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan tehnik analisis data model Miles and
Hubermen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Proses pengurusan jenazah
menurut Hukum Adat pada Masyarakat Buton adalah masih mentaati aturan adat dan
budaya yang diwariskan leluhur mereka karena kesakralan aturan adat atau budaya
yang dilakukan secara turun temurun dan masih dilakukan sampai saat ini. 2)
Kesesuaian pengurusan jenazah di Masyarakat Buton adalah tidak sesuai bahwa
pengurusan jenazah dalam masyarakat Buton mempunyai banyak proses dan
sebagiannya yang bertentangan dengan syari’at Islam.
Kata kunci: Adat Buton; Jenazah; Syariat Islam

ABSTRACT
The best process for managing corpses is in accordance with the guidance of Islamic
law. However, in the midst of society there are still irregularities in the organization of
the corpse. For people in Buton who still practice habits that are not in accordance
with the guidance of Islamic law. In Islamic law, if a Muslim dies, the law is fard
kifayah for Muslims who are still alive to carry out 4 cases, namely bathing, shrouding,
praying and burying. This research is a descriptive qualitative research with the
subject of the research is Religious Leaders as Executors in Organizing the Body. The
data collection techniques used are: 1) Observation (observation), either done by
means of participatory or non-participant observation. 2). Interview. 3).
Documentation. Data analysis was carried out descriptively using the Miles and
Hubermen model of data analysis techniques. The results of this study indicate that:
1) The process of managing corpses according to customary law in the Buton
community is still obeying the customary and cultural rules inherited from their
ancestors because of the sacredness of traditional or cultural rules that have been
carried out from generation to generation and are still carried out today. 2) The

Irma Purnamayanti 27
Syattar Volume 2 No.1, November 2021 ISSN 2747-0350

suitability of the management of corpses in the Buton community is not appropriate


that the management of corpses in the Buton community has many processes and
some of them are contrary to Islamic law.

PENDAHULUAN Allah dan memintakan ampunan serta


Setiap makhluk yang Rahmat-Nya bagi yang meninggal,
bernyawa/hidup di dunia ini, semua termasuk memberi tuntunan dan
pasti akan mengalami kematian, bimbingan, bagaimana selayaknya
artinya peristiwa kematian adalah dan sebaiknya keluarga dan
ketetapan bagi setiap makhluk, tidak kerabatnya memperlakukan
ada yang kekal, tidak ada yang abadi jenazah/mayat.
kecuali Tuhan itu sendiri karena Sudah menjadi Hukum Alam
Dialah yang Maha Mencipta.[1] yang sering terjadi, Allah SWT
Orang yang sudah meninggal menciptakan makhluk-Nya ada yang
dunia disebut jenazah. Dalam kamus hidup dan ada yang mati, termasuk
al-Munawwir, kata jenazah diartikan didalamnya umat manusia ada yang
sebagai seorang yang telah lahir dan ada yang meninggal. Bila
meninggal dan diletakkan didalam ajal telah tiba waktunya tidak akan
usungan.[2] Asal Kata jenazah ada yang mampu memajukan dan
diambil dari bahasa arab ‫ ة َازَ نَج‬yang mengundurkannya walau sedetik.[6]
berarti tubuh mayat dan kata ‫ة َازَ نَج‬ Bagi seorang muslim yang beriman
yang berarti menutupi. Jadi, secara tentu kematian merupakan awal baru
umum kata jenazah memiliki arti dari kehidupan yang kekal nan abadi,
tubuh mayat yang tertutup.[3] Dalam sebagaimana dijelaskan dalam al
Syariat Islam mengajarkan bahwa Qur’an maupun hadis dari Rasulullah
semua manusia pasti mengalami Saw.
kematian yang tidak seorangpun Al Qur’an Allah Swt berfirman
mengetahui kapan waktunya. dalam (Q.S.:87:17) [7]
Manusia yang merupakan makhluk
sebaik-baik ciptaan Allah SWT, maka
‫ر َوأَ أبقَ ٓى‬ٞ ‫َو أٱۡلٓ ِخ َرة ُ خ أَي‬
Islam sangat menghormati orang Terjemahnya:
muslim yang telah meninggal dunia. “Padahal kehidupan akhirat itu lebih
Oleh sebab itu, selama proses baik dan lebih kekal”.
penyelenggaraan jenazahanya
mendapatkan perhatian khusus dari Hadist Rasulullah Saw
muslim lainnya yang masih hidup.[4] bersabda:
Rasulullah SAW dalam ٍُ ‫ٕة ْث‬ُ ُ‫َّللاِ َحذَّثََُب َي ْعق‬ َّ ‫ع ْج ِذ‬ َ ٍُ ‫ي ْث‬ ُّ ‫ع ِه‬َ ‫َحذَّثََُب‬
mencontohkan pelaksanaan cara
mengurus jenazah dengan ‫صب ِنحٍ َحذَّثََُب‬ َ ٍْ ‫ع‬ َ ‫يى َحذَّثََُب أ َ ِثي‬ َ ِْ ‫ِإث َْشا‬
memberikan petunjuk dan bimbingan ‫ع ُْ ُٓ ًَب‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ًَ َش َس‬ ُ ٍِْ ‫ع ٍْ اث‬ َ ‫ََبفِ ٌع‬
yang terbaik dan berbeda dengan
petunjuk umat-umat lainnya.[5] ‫سهَّ َى قَب َل‬ َ َٔ ِّ ‫عهَ ْي‬ َّ َّٗ‫صه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫ي‬ ّ ‫ع ٍْ انَُّ ِج‬َ
Bimbingan Rasul dalam mengurus
jenazah mencakup aturan yang
َ َُّ‫بس ان‬
‫بس‬ ِ َُّ‫يَذْ ُخ ُم أ َ ْْ ُم ْان َجَُّ ِة ْان َجَُّةَ َٔأ َ ْْ ُم ان‬
memperhatikan jenazah. Disamping ‫بس ََل‬ ِ َُّ‫ث ُ َّى َيقُٕ ُو ُي َؤ ِرّ ٌٌ َث ْيَُ ُٓ ْى َيب أ َ ْْ َم ان‬
itu, keluarga dan orang-orang yang
terdekat sang mayatpun turut
ٌ ‫ت ُخهُٕد‬ َ ْٕ ‫ت َٔ َيب أ َ ْْ َم ْان َجَُّ ِة ََل َي‬ َ ْٕ ‫َي‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada
menjadi perhatian besar Rasulullah,
kami 'Ali bin Abdullah telah
keluarga Almarhum disiapkan sebagai
menceritakan kepada kami Ya'qub bin
barisan orang-orang yang memuji

Irma Purnamayanti 28
Syattar Volume 2 No.1, November 2021 ISSN 2747-0350

Ibrahim telah menceritakan kepada


kami Ayahku dari Shalih telah
‫ت َٔيُ ْش ِس ُم ْاْل ُ ْخ َشٖ ِإنَٗ أ َ َج ٍم‬ َ ْٕ ًَ ‫عهَ ْي َٓب ْان‬
َ
menceritakan kepada kami Nafi' dari ٌٔ‫ت ِنّقَ ْٕ ٍو يَحَفَ َّك ُش‬
ٍ ‫س ًًّٗ ِإ ٌَّ فِي رَ ِن َك ََليَب‬ َ ‫ُي‬
Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma, dari Terjemahnya:
Nabi Shallallahu'alaihiwasallam, “Allah memegang jiwa (orang) ketika
beliau bersabda: "Ketika penghuni matinya dan memegang jiwa (orang)
surga telah memasuki surga, dan yang belum mati diwaktu tidurnya;
penghuni neraka telah memasuki maka Dia tahan jiwa yang telah Dia
neraka, seorang juru seru tetapkan kematiannya dan Dia
menyampaikan pengumuman; 'Hai melepaskan jiwa yang lain, sampai
penghuni neraka, sekarang tak ada waktu yang ditetapkan.
lagi kematian, wahai penghuni surga, Sesungguhnya pada yang demikian
sekarang tak ada lagi kematian, yang itu terdapat tanda-tanda kekuasaan
ada hanyalah kehidupan abadi." [8] Allah bagi kaum yang berpikir”
Ayat ini mengisyaratkan bahwa
Seorang mukmin menyadari saat terlelap, jiwa manusia
bahwa kematian adalah sesuatu yang digenggam oleh Allah dalam bayang-
pasti terjadi. Allah Swt berfirman bayang kematian. Ada dua
dalam (Q.S.:3:185) [7] kemungkinan yang dialami oleh
ِ ِۗ ‫ُك ُّل ن أَف ٖس ذَآئِقَةُ أٱل َم أو‬
َ‫ت َو ِإ َّن َما ت ُ َوفَّ أون‬ manusia setelah itu. diantara mereka
ada yang tertidur dan ruhnya tidak
‫ور ُك أم يَ أو َم أٱل ِقيَ َم ِِۖة فَ َمن ُز أح ِز َح‬ َ ‫أ ُ ُج‬ dikembalikan ke jasadnya, yaitu

‫ار َوأ ُ أد ِخ َل أٱل َجنَّةَ فَقَ أد فَ ِۗازَ َو َما‬


terjadi pada orang yang menemui
ِ َّ‫َع ِن ٱلن‬ kematian sesungguhnya. Dan adapula
ِِ ‫أٱل َح َيوة ُ ٱلد أُّن َيا ٓ ِإ ََّّل َمت َ ُع أٱلغُ ُرور‬ yang ruhnya dikembalikan
jasadnya dan diberi perpanjangan
ke

Terjemahnya: usia oleh Allah Swt.


“Tiap-tiap yang berjiwa akan Pelaksanaan kegiatan
merasakan mati. Dan sesungguhnya penyelenggaran merawat jenazah
pada hari kiamat sajalah dengan acara adat atau ritual budaya,
disempurnakan pahalamu. sering menimbulkan kesan
Barangsiapa dijauhkan dari neraka menyimpang atau berbeda mengenai
dan dimasukan disurga, maka tata cara pengurusan jenazah dengan
sungguh ia telah beruntung. konteks Syariat Islam[10], sebagai
Kehidupan didunia itu tidak lain contoh masyarakat di Buton yang
hanyalah kesenangan yang masih melakukan kebiasaan yang
memperdayakan.” tidak sesuai dengan tuntunan syari’at
islam seperti ketika seseorang
Manusia mengalami dua meninggal dunia, para tetua adat
kemungkinan kematian pada setiap akan hadir dan melakukan kegiatan-
harinya bahkan pada setiap kegiatan adat, penggalian kubur tidak
detiknya.[9] Kedua kemungkinan boleh dilakukan sebelum seorang
tersebut sangat dekat dengan kita, tokoh mengukur panjang tubuh
disaat kita lelap dalam tidur. Dalam Al jenazah, orang yang memandikan
Qur’an, Allah berfirman dalam jenazah (bagi laki-laki) harus melepas
(Q.S:39:42) baju ketika akan mengantar jenazah
‫س ِحيٍَ َي ْٕجِ َٓب َٔانَّحِي َن ْى‬ َ ُ‫َّللاُ َيح َ َٕفَّٗ ْاْلََف‬
َّ kekuburan (bagi perempuan) harus
memakai kain/sarung dan hanya
ٗ‫ض‬ َ َ‫َبي َٓب فَيُ ًْ ِسكُ انَّ ِحي ق‬
ِ ُ‫ث ِفي َي‬ ْ ًُ َ ‫ج‬ menutup bagian dada (bhobhong
keke) [11]. Setelah penguburan

Irma Purnamayanti 28
Syattar Volume 2 No.1, November 2021 ISSN 2747-0350

jenazah selesai para laki-laki dan Penyelenggaraan Jenazah Adat Buton


perempuan yang terlibat memandikan Ditinjau Dari Perspektif Syariat Islam
jenazah akan dimandikan kembali di (Studi Komparasi). Sedangkan
tempat penguburan jenazah. lingkup penelitian dalam penelitian ini
Beberapa hari proses akan dibatasi, yakni:
pemakaman selesai akan ada 1. Subyek penelitian adalah Kantor
kegiatan yang sering dilakukan Urusan Agama Kementrian Agama
masyarakat Buton seperti acara tiga Kota Baubau, imam masjid,
hari, tujuh hari, bahkan sampai kelompok Majelis taklim dan tokoh
seratus hari yang justru sangat agama.
membebani keluarga, karena setiap 2. Studi kasus pada penelitian ini
kegiatan hari tersebut wajib adalah Penyelenggaraan Jenazah
menyuguhkan hidangan dan makanan Adat Buton
kepada setiap yang datang. 3. Pengumpulan data penelitian
Rasulullah SAW menganjurkan dengan melakukan wawancara,
untuk tidak menyusahkan keluarga interview, pengamatan, analisis
Almarhum/Almarhumah, Rasulullah dokumen terkait pengalaman
berpesan agar meringankan beban pemangku kepentingan secara
keluarga yang ditimpa musibah kualitatif, purposive, subjective
kematian. Anjuran tersebut sampling untuk mendukung data
diantaranya, ta’ziyah sebagai penelitian dengan kompilasi hasil
silaturahmi dengan keluarga duka, akuisisi data survey di Baubau.
meringankan beban keluarga yang 4. Waktu penelitian yang diajukan 6
ditimpa musibah kematian dan bulan
menghibur keluarga yang tengah Teknik pengumpulan data yang
berduka[12] digunakan dalam penelitian ini adalah
Mencermati latar belakang di mengumpulkan data dengan
atas, maka penulis tertarik menggunakan instrumen, yakni:
membahas hal tersebut dengan Observasi (pengamatan), Wawancara
melakukan penelitian yang berjudul dan Dokumentasi (Teks Pemdukung).
“Penyelenggaraan Jenazah Adat Instrumen penelitian adalah
Buton Ditinjau Dari Perspektif Syariat peneliti sendiri sebagai key
Islam (Studi Komparasi)” dengan instrument, artinya peneliti sendiri
permasalahan sebagai berikut: sebagai instrumen kunci dan
1. Bagaimana proses penelitian disesuaikan dengan metode
penyelenggaraan Jenazah Adat yang digunakan. Pengujian
Buton? keabsahan data yang digunakan
2. Bagaimana Penyelenggaraan dalam penelitian ini ada tiga macam,
Jenazah dalam Perspektif Syariat yaitu triangulasi sumber, triangulasi
Islam? teknik, dan triangulasi waktu.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian kualitatif. Penelitian ini 1. Potret Masyarakat Buton
bersifat deskriptif kualitatif, karena Sulawesi Tenggara
peneliti menganalisis dan Wilayah kepulauan Masyarakat
menggambarkan penelitian secara Buton terletak di antara Kepulauan
obyektif dan mendetail untuk Maluku dan Pulau Sulawesi.
mendapatkan hasil yang akurat. Wilayah kekuasaan Buton meliputi
Dengan demikian, penelitian ini gugusan kepulauan di Kawasan
memberikan suatu gambaran tentang

Irma Purnamayanti 29
Syattar Volume 2 No.1, November 2021 ISSN 2747-0350

bagian Tenggara Jazirah Sulawesi disaat jenazah dikuburkan dan


Tenggara, yaitu: setelah dikuburkan.
a. Pulau Buton a. Sebelum dikuburkan
b. Pulau Muna atau Woena Sudah menjadi kebiasaan pada
c. Pulau kabaena masyarakat Buton ketika ada
d. Sejumlah pulau-pulau kecil di anggota keluarga meninggal
dekat pulau Buton dan Muna maka sanak saudara yang jauh
e. Pulau Wawonii dan dekat datang berta’ziah
dengan membawa uang
f. Beberapa gugusan pulau-pulau seikhlasnya. Para tokoh agama,
kecil pemuka adat dan para tokoh
Secara keseluruhan, wilayah yang lain akan mengambil
masyarakat Buton terletak pada tempat yang disediakan untuk
121,400 Bujur Timur dan 124,500 membicarakan hal-hal yang
Bujur Timur serta 4,20 Lintang perlu diurus oleh keluarga si
Selatan dan 6,200 Lintang Selatan. mayit. kemudian akan
(Susanto Zuhri et al.,1996) ditentukan siapa yang
Masyarakat Buton mayoritas memandikan, menshalati,
menganut Agama Islam sebagai mengukur kain kafan, dan hal-
pengarah pemerintah hal lain sampai proses
ekskesultanan atau masyarakat pemakaman selesai.
kraton yang dominan menganut
agama Islam. b. Memandikan jenazah
Melakukan mandi
2. Proses Pengurusan Jenazah jenazah/mayat ada dua hal yang
Menurut Hukum Adat Buton sangat perlu dilakukan sebagai
Kematian merupakan suatu persyaratan pokok dalam hal
peristiwa rahasia Allah dan atas kebersihan jenazah yaitu:
kedatangnya tidak seorang pun melakukan istinjah
bisa menolak ataupun mengulur (membersihkan pada bagian
waktunya. Semua daerah tentu rongga dibawah pusat) dan
memiliki ritual adat berbeda-beda membersihkan rongga bagian
terutama dalam proses pengurusan kepala (dengan istilah didhi).
jenazah. Perbedaan Dalam pelaksanaan
penyelenggaran jenazah dilihat dari penyelenggaran Jenazah/mayat
proses pengurusan mayat dan sesudah mandi pendahuluan,
dukungan kepada keluarga yang maka diteruskan dengan mandi
ditinggal (meninggal). Masyarakat utama. Air untuk mandi utama
buton hingga kini masih mentaati pada jenazah ada 4 (empat)
aturan adat dan budaya yang jenis yang sangat penting dan
diwariskan leluhur mereka. air uatam tersebut harus dapat
Kesakralan aturan adat dilakukan masing-masing 3
dilaksanakan secara turun temurun (tiga) cerek dan untuk
dan dilakukan sampai saat ini. melakukan mandi jenazah.
Berdasarkan penelitian yang Jenis-jenis air untuk mandi
telah dilakukan, dapat dijelaskan utama tersebut adalah sebagai
tentang rangkaian secara bertahap berikut:
proses pengurusan jenazah dalam 1) Air suci pertama (Uwe Lalo)
konteks masyarakat Buton dimulai 2) Air suci ke dua (Uwe Kawului)
sebelum penguburan dilakukan, 3) Air suci ketiga (Uwe Wajibu)

Irma Purnamayanti 30
Syattar Volume 2 No.1, November 2021 ISSN 2747-0350

4) Air suci Keempat (Uwe dubur dengan air yang sudah


Karakaji) diberi bacaan oleh Perangkat
Ada pun cara penanganan Masjid atau Perangkat adat.
mayit yang dilakukan 4) Air mandi yang digunakan
masyarakat di Masyarakat Buton untuk mayit harus dicampur
dari mulai si mayit meninggal dengan daun jeruk nipis, daun
hingga proses pemakaman bunga cempaka, dan kawengo
selesai antara lain sebagai (bahasa cia-cia).
berikut: 5) Perangkat Masjid atau
Berdasarkan hasil wawancara perangkat adat memandikan
dengan perangkat adat proses mayit dengan menggunakan
memandikan jenazah di cerek ukuran sedang dengan
Masyarakat Buton yaitu: menyiram mulai dari bagian
1) Yang paling berhak kepala sampai kaki
memandikan jenazah adalah diutamakan mulai dari
Perangkat Adat dan perangkat sebelah kanan.
masjid. Adapun yang 6) Penyiraman dalam
meninggal laki-laki, maka memandikan jenazah
Perangkat Masjid dan dilakukan dengan mengikuti
perangkat adatnya dari laki- lafaz ‫( انى‬alif lam) dan lafaz
laki dan jika yang meninggal Allah.
perempuan maka Perangkat 7) Pada permandian pertama
Masjid dan perangkat adatnya takaran air yang digunakan
perempuan dan juga tidak dibatasi sampai jenazah
disertakan dari keluarga dekat dipastikan benar-benar bersih
si mayit. dan pada permandian kedua
2) Saat jenazah dimandikan, takaran air dibatasi hanya 8
pihak keluarga harus cerek termasuk untuk air
menunjuk 4 orang dari wudhu.
kerabat si mayit untuk 8) Setelah jenazah dipastikan
membaringkan jenazah saat sudah bersih pada tahap
dimandikan. Kemudian mayit mandi pertama, pihak
dibaringkan di atas betis 4 keluarga diminta untuk
orang yang ditunjuk dan mengambilkan salah satu
sekaligus memandikan pakaian simayit kemudian
jenazah. bagi pihak keluarga diletakan diatas tubuh
yang melakukan proses simayit.
memandikan jenazah, maka 9) Setelah itu jenazah diberi
diharuskan bagi laki-laki “dupa” oleh Perangkat Masjid
melepas baju dan bagi atau perangkat adat.
perempuan disediakan kain Proses memandikan jenazah
untuk menutup bagian dada tersebut merupakan bagian yang
dengan rambut diurai saat juga memiliki ritual khusus
jenazah diantar ke tempat dengan bacaan–bacaan atau
pemakaman. do’a khusus yang memiliki
3) Dari 4 orang pihak keluarga tujuan tertentu. Ketika si mayit
tersebut, 2 orang memiliki dibersihkan qubul dan duburnya
tugas untuk mencuci muka si maka air yang diberikan sudah
mayit dan untuk diberi bacaan dengan kalimat
membersihkan qubul dan tertentu. Tujuannya agar tubuh

Irma Purnamayanti 31
Syattar Volume 2 No.1, November 2021 ISSN 2747-0350

jenazah tetap dalam keadaan diletakan sama di depan imam.


segar (tidak mengeluarkan Bahu Jenazah sejajar dengan
aroma tidak sedap). Mengenai imam baik itu jenazah laki-laki
air yang diberi bacaan dipercaya maupun jenazah perempuan.
mampu membersihkan jenazah Saat jenazah disholatkan
dengan sebersih-bersihnya biasanya hanya terdiri dari 1
dalam istilah bahasa cia cia orang makmum atau lebih tapi
disebut kangkilo. Pemberian jarang dilakukan dan proses
dupa oleh Perangkat Masjid mensholatkan jenazah dilakukan
kepada si mayit yaitu dengan setelah zuhur dan dilakukan
menaruh gula pasir ke bara api dirumah keluarga yang berduka.
yang sudah disediakan sehingga Adapun cara shalat mayit yang
asap yang keluar dibara api disampaikan tokoh adat yaitu:
tersebut diusapkan kesuluruh 1) Berdiri tegak menghadap
tubuh si mayit tujuannya kiblat
dipercaya mulut dan mata 2) Niat, yaitu bagi mayit laki-laki
simayit tertutup rapat – rapat. dengan menggunakan (haza
c. Mengkafani jenazah mayiti) dan bagi mayit
Setelah jenazah dimandikan perempun dengan
oleh Perangkat Masjid atau menggunakan (hazihi
perangkat ada dan 4 orang mayitati)
pihak keluarga yang terlibat 3) Bertakbir serta mengangkat
tersebut, selanjutnya jenazah kedua tangan
dikafani oleh mereka yang 4) Membaca al-fatihah hingga
terlibat dalam memandikan akhir, setelah selesai
jenazah. Adapun kain putih yang bertakbir lagi mengucapkan
disediakan untuk Jenazah laki- “Allaahu Akbar”
laki dan perempuan adalah 1 5) Membaca shalawat
lembar kain putih ditambah 6) Membaca do’a
dengan kain lain sebanyak 3 7) Salam
lembar yang disebut dengan e. Menguburkan jenazah
“kawarande” (kain yang sudah Dalam menguburkan jenazah
dibentuk dengan dijahit untuk pihak keluarga yang
dipakaikan kepada si mayit memandikan mayit, mereka
sebagai baju, sarung, jilbab bagi harus ikut mangantar jenazah
perempuan, dan kampurui bagi sampai kekuburan dengan
laki-laki). melepas baju bagi laki-laki dan
Mengkafani jenazah pasa satu bagi perempuan disediakan kain
lapis awal agar diberikan dengan untuk menutup bagian dada
daun bidara/patirangga dan dengan rambut diurai. Saat
setelah selesai dikafani agar jenazah diantar biasanya dari
diberikan wangi-wangian karena kerabat si mayit akan
hal ini disayangi oleh Allah SWT melemparkan beras yang sudah
dan Rasullulah SAW, dan setelah dicampur dengan kunyit hingga
dikafani, jenazah dapat jenazah tiba ketempat
ditempatkan pada ruangan yang pemakaman.
siap untuk disholatkan. Setelah jenazah tiba
d. Mensholatkan jenazah kepemakaman maka 3 orang
Dalam menyolatkan jenazah, ditugaskan untuk turun keliang
jenazah laki-laki dan perempuan kubur dengan dipandu oleh

Irma Purnamayanti 32
Syattar Volume 2 No.1, November 2021 ISSN 2747-0350

Perangkat Masjid atau imam. pembacaan Al Qur’an, maka


Saat posisi jenazah sudah sesuai pihak keluarga akan melakukan
dengan yang diharapkan, imam persiapan dari awal jenazah
atau Perangkat Masjid akan dikuburkan sampai tujuh hari.
turun sendiri keliang kubur Adapun proses kebiasaan
dengan mengenggam segumpal Masyarakat Buton dalam kematian
tanah untuk diberikan kepada si yaitu masa berkabung 3 hari,7
mayit dengan memasukan tanah hari,40 hari dan 100 hari.
tersebut kemulut simayit. a. Acara 3 hari masa berkabung
Setelah itu imam melonggarkan Proses ini sudah menjadi tradisi
ikatan kain kafan dibagian turun temurun hingga sekarang.
pinggang jenazah dan membuka Pihak keluarga dan masyarakat
ikatan kain kafan jenazah yang tanpa harus diundang sudah
ada dibagian kaki dan dibagian menyadari mengenai tradisi ini.
kepala. Kemudian dua ikatan Mereka akan datang dengan
yang dibuka tersebut diambil membawa kebutuhan yang
dan diikat di nisan kuburan dibutuhkan dalam masa
simayit. berkabung ini seperti membawa
Setelah jenazah selesai gula pasir, kayu bakar, minyak
dikuburkan, Perangkat Masjid dan kebutuhan lainnya. Dalam
atau imam membacakan surah acara tersebut seorang
yasin dan bacaan bacaan lainnya Perangkat Masjid akan
dengan ditambahkan dupa yang memimpin kegiatan tahlilan
sudah disediakan. Kemudian yang disertai dengan makanan-
orang-orang yang terlibat makanan yang sudah disediakan
memandikan jenazah akan dimana itu adalah makanan-
dimandikan kembali oleh makanan kesukaan simayit
Perangkat Masjid. Mereka ketika masih hidup serta
kemudian akan disuruh untuk makanan-makanan tambahan
duduk berjejer di dekat kuburan lainnya. Kemudian Perangkat
si mayit untuk dimandikan. Masjid (imam) akan
f. Setelah dikuburkan membacakan doa-doa seperti al-
Setelah si mayit selesai fatiha, surah-surah pendek dan
dikuburkan, pihak keluarga yang bacaan tambahan lainnya
tidak ikut kekuburan mereka setelah itu para tetua adat akan
harus menyediakan makanan mengikuti bacaan Perangkat
kesukaan si mayit dengan Masjid tersebut.
bacaan tertentu. Kemudian b. Acara 7 hari masa berkabung
makanan tersebut disambut oleh Dalam acara 7 hari hampir
pihak keluarga dengan sama dengan acara 3 hari
mencicipinya sesuai arahan adapun yang membedakannya
Perangkat Masjid. Kemudian dalam acara 7 hari bagi keluarga
pihak keluarga akan berdikusi yang mampu akan mengadakan
mengenai hal-hal yang harus qur’ban dengan menyembelih
dipersiapkan seperti qurban, dan satu ekor kambing jantan. Pada
pembacaan Al Qur’an. Qurban saat sebelum penyembelihan,
dan pembacaan Al Qur’an tidak kambing tersebut wajib diberi
wajib dilakukan tergantung makan dengan makanan yang
kondisi pihak keluarga si mayit. biasa dimakan oleh manusia.
Jika disetujui harus ada Dan makanan yang paling

Irma Purnamayanti 33
Syattar Volume 2 No.1, November 2021 ISSN 2747-0350

diutamakan adalah makanan oleh Perangkat Masjid dan pihak


yang paling disukai oleh simayit keluarga dekat saja.
ketika masih hidup. Proses 3. Pengurusan Jenazah Menurut
selanjutnya pihak keluarga akan Hukum Islam
mengalih tanah yang berbentuk a. Sebelum Dikuburkan
seperti lubang dengan ukuran Ketika berita kematian mayit
panjang 1 M tujuannya untuk sampai kepada sanak kerabat,
menampung darah dari kambing maka mereka diwajibkan
yang akan disembelih. Setelah melakukan beberapa hal berikut;
penyembelihan selesai maka Pertama, bersabar dan ridha
darah yang ada dilubang serta menerima takdir maupun
tersebut disimpankan satu buah ketentuan tersebut. Berdasarkan
koin oleh Perangkat Masjid dan firman Allah Swt dalam
setelah itu Perangkat Masjid (Q.S.:2:155-157)
akan mengarahkan dari pihak
keluarga simayit untuk mencari
‫َٕف‬ْ ‫ش ْيءٍ ِ ّيٍَ ْانخ‬ َ ِ‫َٔنََُ ْجهُ َََّٕ ُك ْى ث‬
koin tersebut. ‫ص ِ ّيٍَ اْل َ َي َٕا ِل‬ ٍ ‫َٔ ْان ُجٕعِ َََٔ ْق‬
Pencarian koin dilakukan
secara berururtan oleh pihak
ِ ‫َٔاْلَفُ ِس َٔانث َّ ًَ َشا‬
ّ َ‫ت َٔث‬
‫ش ِِش‬
keluarga sampai koin tersebut ‫ انَّزِيٍَ ِإرَا‬-٥١١- ٍَ‫صب ِث ِشي‬ َّ ‫ان‬
‫صي َجةٌ قَبنُٕاْ ِإََّب ِ ّلِلِ َٔ ِإََّـب‬ َ َ‫أ‬
sudah benar-benar ditemukan.
Dan bagi yang sudah berhasil ِ ‫صب َثحْ ُٓى ُّي‬
menemukan koin tersebut maka ‫ أُٔنَـئِ َك‬-٥١١- ٌَٕ‫اجع‬ ِ ‫إِنَ ْي ِّ َس‬
dia dianggap sebagai orang yang ٌ‫ات ِ ّيٍ َّسثِّ ِٓ ْى َٔ َسحْ ًَة‬
beruntung karna koin tersebut ٌ َٕ َ‫صه‬ َ ‫عهَ ْي ِٓ ْى‬ َ
akan dijadiakan jimat dan ٥١١- ٌَُٔ ‫ َٔأُٔنَـئِ َك ُْ ُى ْان ًُ ْٓحَذ‬-
diyakini akan mempermudah
Terjemahnya:
dalam mencari rezeki.
“Dan sesungguhnya Kami benar-
Setelah proses 7 hari selesai
benar memberikan cobaan kepada
maka orang yang berdatangan
kalian, dengan sedikit ketakutan,
di acara tersebut diharuskan
kelaparan, kekurangan harta, jiwa
menyerahkan uang sebanyak Rp
dan buah-buahan.dan berikanlah
20.000 yang sudah menjadi
berita gembira kepada orang-orang
kesepakatan bersama.
yang sabar (yaitu) orang-orang
c. Acara 40 hari dan 100 hari
yang apabila ditimpa musiabah,
masa berkabung
mereka mengucapkan:
Proses ini sama dengan acara 3
“sesungguhnya kami adalah milik
hari dan 7 hari. Hanya dalam 40
Allah dan kepada-Nyalah kami
hari dan 100 hari masyarakat
kembali). Mereka adalah orang-
tidak diharuskan untuk datang
orang yang mendapat salawat dan
dalam acara ini. Bagi
rahmat dari Rabb mereka dan
masyarakat yang datang dalam
mereka itulah orang-orang yang
acara 40 hari dan 100 hari maka
mendapat petunjuk dan hidayah”.
pihak keluarga akan menyiapkan
Kedua, Wajib bagi sanak kerabat
persiapan sebagaimana dalam
untuk melakukan istirja’ yaitu
acara 3 hari dan 7 hari.
dengan mengucapkan (Q.S.:2:156)
Berdasarkan kebiasaan yang
selama ini dilakukan, acara 100 ِ ‫ِإََّب ِ ّلِلِ َٔ ِإََّـب إِنَ ْي ِّ َس‬
ٌَٕ‫اجع‬
hari dan 40 hari hanya dihadiri

Irma Purnamayanti 34
Syattar Volume 2 No.1, November 2021 ISSN 2747-0350

Terjemahnya: adalah hadits gharib, yang tidak kami


“Sesungguhnya kami adalah milik ketahui diriwayatkan secara marfu'
Allah dan hanya kepada-Nya kami kecuali melalui hadits Ali bin 'Ashim
akan kembali.” dan sebagian Ahli Hadits
meriwayatkannya dari Muhammad bin
Ketiga, bertakziah yaitu ucapan Suqah dengan sanad ini secara
atau perbuatan untuk menghibur mauquf juga dan tidak
keluarga yang ditinggal mati. memarfu'kannya. Dan Ahli Hadits
Banyak cara takziah yang bisa lebih banyak mencela Ali bin 'Ashim
dilakukan, di antaranya dengan disebabkan oleh hadits ini (TIRMIDZI
mengucapkan kata-kata - 993)".
menghibur, menyebut kebaikan b. Memandikan Jenazah
dan jasa orang yang meninggal, Adapun tata cara memandikan
atau mendoakan agar mereka jenazah adalah sebagi berikut:
diberi pahala atas musibah yang 1) Jenazah laki-laki, dimandikan
menimpa, dan mengingatkan oleh laki-laki juga atau
pentingnya sifat sabar dan ridha istrinya. Dan jenazah wanita,
atas musibah tersebut dimandikan oleh para wanita
Rasulullah Saw bersabda: atau suaminya. Diutamakan
‫ي‬ُّ ‫ع ِه‬ َ ‫سٗ َحذَّثََُب‬ َ ‫ف ث ٍُْ ِعي‬ ُ ‫س‬ُ ُٕ‫َحذَّثََُب ي‬ dari keluarganya.
2) Menutup tempat memandikan
ٍُ ‫َّللاِ ُي َح ًَّذ ُ ْث‬ َّ َٔ ‫بص ٍى قَب َل َحذَّثََُب‬ ِ ‫ع‬ َ ٍُْ ‫ث‬ jenazah agar terjaga dari
َ ‫ع ٍْ ْاْلَس َْٕ ِد‬
ٍْ ‫ع‬ َ ‫يى‬ َ ِْ ‫ع ٍْ إِث َْشا‬ َ َ‫سٕقَة‬ ُ pandangan orang.
3) Membuka pakaian si mayat
ِ َّ ‫ع ْج ِذ‬
‫َّللا‬ َ dan mengganti dengan kain
ٍْ ‫سهَّ َى قَب َل َي‬ َ َٔ ِّ ‫عهَ ْي‬ َّ َّٗ‫صه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫ي‬ ّ ‫ع ٍْ انَُّ ِج‬ َ
untuk
(antara
menutup
pusar
auratnya
sampai
ِِ ‫صبثًب فَهَُّ ِيثْ ُم أَج ِْش‬ َ ‫ع َّزٖ ُي‬ َ lututnya).
َ 4) Melemaskan sendi-sendi si
‫يت ََل‬ ٌ ‫ِيث غ َِش‬ ٌ ‫سٗ َْزَا َحذ‬ َ ‫قَب َل أثُٕ ِعي‬ mayat untuk memudahkan
ٍِْ ‫ي ِ ث‬ ّ ‫ع ِه‬َ ‫ث‬ ِ ‫عب إِ ََّل ِي ٍْ َحذِي‬ ً ُٕ‫ََ ْع ِشفُُّ َي ْشف‬ proses memandikan
5) Memotong kuku dan
ٍِْ ‫ع ٍْ ُي َح ًَّ ِذ ث‬ َ ‫ض ُٓ ْى‬ ُ ‫بص ٍى َٔ َس َٖٔ ثَ ْع‬ ِ ‫ع‬ َ memendekkan kumis si mayat
‫اْل ْسَُب ِد ِيثْهَّ ُ َي ْٕقُٕفًب َٔنَ ْى‬ ِ ْ ‫سٕقَةَ ِث َٓزَا‬ ُ jika dalam keadaan panjang.
6) Mengangkat punggung si
ٍُْ ‫ي ث‬ ُّ ‫ع ِه‬ َ ِّ ‫ي ِث‬ َ ‫يَ ْشفَ ْعُّ َٔيُقَب ُل أ َ ْكث َ ُش َيب ا ْثح ُ ِه‬ mayat seperti posisi hampir
ِّ ‫عهَ ْي‬ َ ‫ث ََقَ ًُٕا‬ ِ ‫بص ٍى ِث َٓزَا ْان َحذِي‬ ِ ‫ع‬ َ duduk, kemudian menekan
perut agar keluar sisa kotoran
Artinya: Telah bercerita kepada kami
yang ada dalam perut,
Yusuf bin Isa, telah bercerita kepada
kemudian menyiram bagian
kami Ali bin 'Ashim berkata; Telah
bawah perut agar kotorannya
bercerita kepada kami, -Demi Allah, -
jatuh.
Muhammad bin Suqah dari Ibrahim
7) Dianjurkan agar yang
dari Al Aswad dari Abdullah dari Nabi
memandikan si mayat
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
mengunakan sarung tangan.
"Barangsiapa yang berta'ziyah kepada
8) Melafazkan bismillah dan
orang yang tertimpa musibah, dia
berniat untuk mewudhukan
akan mendapatkan pahala yang
dan memandikannya.
semisal (orang yang terkena
9) Sebelum dimandikan
musibah)." Abu 'Isa berkata; "Ini
didahului dengan mengambil

Irma Purnamayanti 35
Syattar Volume 2 No.1, November 2021 ISSN 2747-0350

wudhu untuk si mayat, 14) Jika seorang meninggal dunia


mengambil kain lalu dibasahi dimedan perang (syahid)
dengan air, kemudian maka tidak dimandikan.
menyela-nyela jari tangan dan 15) Jika seorang meninggal dunia
kaki, serta mengusap bibir dalam keadaan berihram,
dan membersihkan gigi maka airnya tidak dicampur
dengan kain tersebut, dengan wangi-wangian
memasukkan kain kehidung
untuk membersikan, c. Mengafani Jenazah
hukumnya seperti berkumur Adapun tata caranya sebagai
dan membersihkan hidung. berikut:
Setelah itu membasuh 1) Hendaknya biaya kain kafan
anggota wudhu yang lain. diambil dari harta si mayit,
10) Rendam daun bidara kedalam namun boleh juga jika ada
air yang akan dipakai seseorang yang membantu
memandikan, dan mulai biayanya.
mencuci kepalanya dimulai 2) Orang yang paling berhak
dari sebelah kanan kemudian mengafani adalah orang yang
sebelah kiri, dan melakukan paling berhak
ini tiga kali. memandikannya maka di
11) Mengguyur seluruh badannya utamakan keluarga terdekat si
dengan air, dimulai dengan mayat.
sisi kanan dari tangan hingga 3) Orang yang meninggal dunia
kaki. Kemudian dalam keadaan berihram,
membaringkannya diatas maka dikafani dengan kain
pinggang kiri dan mulai yang ia pakai ketika
membasuh punggung sebelah menginggal, tidak ditutup
dan sekitarnya. Setelah itu kepala dan wajahnya, serta
dibaringkan diatas tidak diberi wewangian.
punggunngnya lagi, baru 4) Orang yang meninggal dunia
mulai membasuh badan di medan perang (syahid)
sebelah kiri sebagaimana hendaknya dikafani dengan
badan sebelah kanan. Proses pakaian yang ia pakai ketika
ini diulang sebanyak tiga kali meninggal, dan disunahkan
atau lima kali atau lebih untuk ditambah dengan satu
sesuai kebutuhan si mayat, kain atau lebih diatas
dan untuk guyuran terakhir, pakaiannya.
air yang di pakai memandikan 5) Hendaknya kain kafan
dicampur dengan kafur (kapur mencukupi dan menutupi
barus). seluruh tubuhnya.
12) Merapikan rambut si mayat 6) Disunahkan kain kafannya
dengan menyisir, jika jenazah berwarna putih.
itu wanita, maka rambutnya 7) Hendaknya kualitas kain
dikuncir menjadi tiga. kafannya pertengahan (tidak
13) Setelah selesai dimandikan, bagus sekali dan tidak pula
badan jenazah dikeringkan buruk sekali).
dengan handuk, dan diganti 8) Disunahkan jenazah laki-laki
kain basah yang menutup dikafani dengan tiga kain dan
auratnya dengan kain kering. tidak lebih dari jumlah
tersebut. Dan jenazah wanita

Irma Purnamayanti 36
Syattar Volume 2 No.1, November 2021 ISSN 2747-0350

dikafani dengan lima kain matahari hendak terbenam


sebagai sarung, kerudung, sampai terbenam.
penutup badan bagian atas, 8) Rukun shalat jenazah adalah:
dan dua lembar kain untuk 1. Niat. 2. Takbir (empat
seluruh tubuh. kali). 3. Membaca surat al-
d. Menshalatkan Jenazah fatihah. 4. Bershalawat
Adapun tatacaranya adalah kepada Nabi. 5. Berdo’a untuk
sebagai berikut: si mayit. 6. Salam. 7. Tertib.
1) Orang yang meninggal dunia 9) Adapun syarat-syaratnya: 1.
di medan perang (syahid) Suci dari hadats dan najis. 2.
tidak dishalati. Menghadap kiblat. 3. Menutup
2) Imam shalat jenazah berdiri aurat. 4. Islam (baik yang
sejajar dengan kepala jenazah menshalati atau yang
laki-laki, dan berdiri sejajar dishalati).
dengan bagian tengah e. Menguburkan Jenazah
jenazah perempuan. 1) Hendaknya jenazah di
3) Jika ada banyak jenazah kuburkan di waktu-waktu baik
untuk dishalati, maka jenazah dan menghindari pemakaman
laki-laki (baik besar maupun jenazah pada waktu-waktu
kecil) di depan imam, terlarang kecuali karena
kemudian jenazah perempuan kebutuhan (darurat).
dan diupayakan letak bagian 2) Hendaknya jenazah jika
pertengahannya sejajar beragama islam dipisahkan
dengan kepala jenazah laki- antara pekuburan kaum
laki. muslimin dan perkuburan
4) Disunahkan menyalatkan orang kafir.
jenazah di luar masjid, namun 3) Hendaknya orang syahid di
diperbolehkan juga makamkan di tempat dia
melaksanakannya didalam meninggal ketika perang, dan
masjid. tidak di makamkan di
5) Disunahkan untuk perkuburan biasa.
menghadirkan banyak orang 4) Hendaknya kedalaman liang
untuk melaksanakan shalat kubur dibuat sebatas dada,
jenazah, semakin banyak dan luasnya disesuaikan
yang hadir untuk menyalatkan dengan tubuh jenazah.
jenazah semakin baik, 5) Ada dua bentuk liang dalam
sebagaimana disunahkan juga kuburan:
untuk memperbanyak shaf. a) Bentuk lahad: yaitu
Hendaknya shaf di belakang menggali lubang di dinding
imam dibagi menjadi 3 shaf liang kuburan yang di arah
atau lebih. kiblat sesuai dengan badan
6) Diharamkan menshalatkan mayit. Ini yang afdhal,
jenazah orang kafir dan orang Rasulullah Saw bersabda,
munafik. “Lahad untuk kita dan syaq
7) Tiga waktu yang dilarang untuk selain kita.” (HR. Abu
untuk menshalatkan jenazah: Daud, shahih).
1. Ketika matahari hendak b) Bentuk syaq: yaitu
terbit sampai meninggi. 2. menggali lubang
Ketika matahari berada memanjang di tengah liang
ditengah-tengah. 3. Ketika kuburan seperti parit untuk

Irma Purnamayanti 37
Syattar Volume 2 No.1, November 2021 ISSN 2747-0350

tempat jenazah. Ini oleh Rasulullah Saw. Namun


diperbolehkan jika minimnya perhatian umat terhadap
dibutuhkan ilmu, menjadikan masyarakat
6) Hendaknya yang menurunkan mengambil acuan sesuai dengan
jenazah ke dalam liang yang diwariskan oleh nenek
kuburan adalah laki-laki, moyang mereka. Hal ini juga
karena ini yang dilakukan terjadi di Masyarakat Buton dalam
sejak zaman Rasulullah Saw. penanganan pengurusan jenazah
7) Yang paling berhak acuan dari leluhur harus
menurunkan jenazah adalah dipertahankan dan dilestarikan
para wali dan kerabatnya. meskipun hal tersebut
8) Diutamakan yang turun bertentangan dengan syari’at.
keliang lahad adalah orang Meskipun demikian praktek yang
yang tidak berhubungan terjadi, namun ada beberapa hal
suami istri (jima’) pada hari yang sejalan dengan syari’at Islam
sebelumnya. seperti menshalatkan jenazah dan
9) Ketika menurunkan jenazah berwudhu.
hendaknya mengucapkan;
“Bismillah wa’ala millati KESIMPULAN
Rasulullah atau Bismillah Berdasarkan pada pembahasan
wa’ala sunnati Rasulullah”. dan hasil penelitian skripsi ini, penulis
10) Hendaknya diletakkan memberikan beberapa kesimpulan
dalam posisi tidur sebagai berikut :
menyamping di atas tubuh Proses pengurusan jenazah
bagian kanan menghadap menurut Hukum Adat pada
kiblat, kepala di sebelah Masyarakat Buton masih mentaati
kanan kiblat dan kaki di aturan adat dan budaya yang
sebelah kiri kiblat. diwariskan leluhur mereka karena
11) Hendaknya ikatan-ikatan yang kesakralan aturan adat yang
ada di kafan dilepas ketika diwariskan sehingga masih dilakukan
sudah di dalam liang kuburan. hingga saat ini.
12) Hendaknya di bagian atas Proses pengurusan jenazah
jenazah di buatkan menurut hukum Islam adalah
penghalang atau pelindung pelaksanaanya sebagaimana
dari kayu, agar terhindar dari berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan
tanah secara langsung. sunah Rasul
13) Hendaknya tanah kuburan Perbandingan dalam
ditinggikan sejengkal sebagai pengurusan jenazah adat Buton
tanda dan tidak boleh dengan penyelenggaran jenazah
membangun bangunan di menurut syariat islam terdepat
atasnya atau menghiasinya beberapa hal yang berbeda
4. Kesesuaian Antara Hukum pelaksananya meskipun dalam
Islam & Hukum Adat Dalam penyelengaraan jenazah keduanya
Penanganan Jenazah Pada tetap memenuhi rukun
Masyarakat Buton penyelenggaraan jenazah. Beberapa
Dalam penanganan jenazah hal tidak sesuai bahwa pengurusan
pada kaum muslimin dan muslimat jenazah dalam adat Buton
yang sudah meninggal dunia, pada mempunyai banyak proses dan
umumnya tidak terlepas dari acuan sebagiannya tidak dilakukan dalam
syari’at sebagaimana yang dibawa syari’at Islam.

Irma Purnamayanti 38
Syattar Volume 2 No.1, November 2021 ISSN 2747-0350

UCAPAN TERIMA KASIH Ditinjau dari Perspektif Mazhab


Tulisan terselesaikan dengan Syafi’i,” BUSTANUL FUQAHA J.
baik, tentu karena adanya bantuan, Bid. Huk. Islam, 2020, doi:
bimbingan, nasehat, serta motivasi 10.36701/bustanul.v1i2.149.
dari berbagai pihak baik dari segi [10] Y. Yasnel, “REFLEKSI SOSIAL
moril maupun materil. Oleh karena PELATIHAN PENYELENGGARAAN
itu, ucapan dan rasa terima kasih JENAZAH BAGI MAHASISWA
penulis sampaikan kepada semua PENDIDIKAN GURU MADRASAH
komponen yang telah membantu IBTIDAIYAH UIN SUSKA RIAU,”
dengan ikhlas. el-IbtidaiyJournal Prim. Educ.,
2018, doi:
DAFTAR PUSTAKA 10.24014/ejpe.v1i1.5036.
[1] M. Sobirin, “Perawatan Jenazah [11] A. Kurniati, I. Kudus, M.
menurut Islam dan Hindu,” FAI Marwah, and H. Hartati,
Univ. Muhammadiah Surabaya, “Pembelajaran Kearifan Lokal
2019. Pakaian Adat Suku Buton bagi
[2] W. . Munawwir, “Kamus al- Anak Usia Dini,” J. Obs. J.
Munawwir,” in Kamus al- Pendidik. Anak Usia Dini, 2020,
Munawwir, 1984. doi: 10.31004/obsesi.v5i2.737.
[3] A. Adynata, “STUDI HADIS- [12] S. Maimunah, “BIMBINGAN
HADIS MUKHTALIF TENTANG PERAWATAN JENAZAH DENGAN
MENGUMUMKAN KEMATIAN PENYAKIT HIV/AIDS BAGI
(AL-NA’Y),” J. Ushuluddin, SANTRI PONDOK PESANTREN
2017, doi: LUBBUL LABIB KEDUNGSARI
10.24014/jush.v23i1.1083. MARON PROBOLINGGO,” J. Ilm.
[4] Al-Imam Taqiyuddin Abubakar Keperawatan (Scientific J.
Alhusaini, “Kifayatul Akhyar,” Nursing), 2019, doi:
Fiqih Islam, 2011. 10.33023/jikep.v5i2.525.
[5] H. Abdurrahman and M. A. Drs, [13] Z. Nurdin, “Peraturan Adat:
“Ulumul Quran Praktis,” Bogor: Studi Analisis Teori Receptio in
Pustaka Utama, 2003. Complexu dan Teori Receptio a
[6] S. A. M. Basmeih and Disemak, Contrario,” J. Ilm. Syi'ar;
“Panduan Pengurusan Jenazah,” Vol 16, No 2 Agustus 2016DO -
Jab. Kemajuan Islam Malaysia, 10.29300/syr.v16i2.2780 ,
2015. 2016.
[7] R. Kementerian Agama, Al- [14] M. W. P. I. Kristianto Ali;
Qur’an Terjemahan. 2007. Ekwandari, Yustina Sri, “MAKNA
[8] M. M. Khan, “Sahih Bukhari,” UBORAMPE UPACARA
Sahih Bukhari, 1985. KEMATIAN PADA MASYARAKAT
[9] Ayyub Subandi and Saifullah bin JAWA,” PESAGI (Jurnal
Anshor, “Fatwa MUI Tentang Pendidik. dan Penelit. Sejarah),
Pengurusan Jenazah Muslim 2013.
yang Terinfeksi Covid-19

Irma Purnamayanti 39

Anda mungkin juga menyukai