Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL SEMINAR PSIKOLOGI ISLAM

HUBUNGAN ANTARA HUSNUDZON TERHADAP KECEMASAN PADA


FRESH GRADUATED YANG MENGANGGUR DI PEKANBARU

DOSEN PENGAMPU: Syahri Ramadhan, S.Psi., M.S.I

DISUSUN OLEH

ALICIA EKA MAHARANI


218110011

PROGRAM STUDI ILMU PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Tak lupa shalawat juga tercurahkan bagi Nabi Muhammad SAW
karena telah menyampaikan ajaran-ajaran Islam dan petunjuk dari Allah SWT,
yaitu syariat agama Islam yang sempurna.
Penulisan proposal penelitian berjudul “Hubungan Antara Husnudzon
Terhadap Kecemasan Pada Fresh Graduated yang Menganggur di Pekanbaru”
berikut disusun guna menyelesaikan tugas dari dosen mata kuliah Seminar
Psikologi Islam. Harapannya, Proposal ini bertujuan untuk menambah wawasan
bagi pembaca dan juga penulis.

Dalam penyusunan Proposal yang masih jauh dari kata sempurna, saya
menyadari bahwa banyak kekurangan dan kelemahan dari proposal ini. Maka dari
itu, saya sangat berharap adanya perbaikan, kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun. Semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca.

Pekanbaru, 11 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................


B. Rumusan Masalah ....................................................................................
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................
D. Kegunaan Penelitian .................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi .....................................................................................................
B. hhhhhhh ....................................................................................................
C. hhhhhh ......................................................................................................
a) jjjjj ......................................................................................................
b) jjkktfcrga ............................................................................................
c) ojuftythbh ........................................................................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada gangguan kecemasan dalam kehidupan setiap orang yang
dialami hampir semua orang di dunia. Kehidupan yang penuh
ketidakpastian dan melebihi ekspektasi menimbulkan pola pikir yang tidak
menyenangkan pada diri seseorang, seperti memikirkan keraguan dan
ketakutan atau kecemasan. Setiap orang pasti pernah mengalami gangguan
kecemasan, baik masih tergolong normal maupun abnormal. Dikatakan
abnormal jika ganggaun kecemasan tersebut sering terjadi bahkan dengan
alasan yang tidak jelas, dan hal ini menimbulkan beberapa gejala seperti
berkerinagt berlebih, gemetaran, sesak nafas, sakit kepala, dan
mengganggu aktivitas sehari-hari.
Setiap mahasiswa tentunya mempunyai gambaran yang berbeda-
beda terhadap dunia kerja dan mempunyai keinginan untuk bekerja di
instansi dan pekerjaan yang berbeda-beda agar sukses di masa depan dan
tidak menjadi pengangguran. Mahasiswa sebagai generasi millenial harus
mampu memanfaatkan teknologi sebagai ruang keilmuan dan
mempersiapkan mental untuk menjadi individu yang terampil dalam
persiapan menghadapi dunia kerja. Teknologi yang canggih akan
membantu mahasiswa lebih mudah mempersiapkan karirnya dengan
mencari tahu informasi mengenai pekerjaan yang diinginkan dan
mengikuti kursus pelatihan soft skill untuk menunjang kompetensinya
sebelum memasuki dunia kerja.
Bagi mahasiswa, rasa cemas merupakan suatu hal yang cenderung
menyusup ke dalam kehidupan dan cukup sering dirasakan. Kecemasan ini
bisa disebabkan oleh berbagai peristiwa yang berhubungan dengan
kehidupan mahasiswa, seperti masalah akademik yang berkaitan dengan
tugas yang banyak atau nilai IPK yang kurang memuaskan, masalah

4
percintaan seperti putus dengan pacar, masalah keluarga atau masalah
masa depan seperti keraguan. dan kebingungan tentang karier atau
pernikahan. Pada saat setelah kelulusan, mahasiswa yang disebut sebagai
fresh graduated cenderung merasa cemas akan masa depan mereka, Ketika
perkuliahan selesai mereka tidak lagi memiliki tugas wajib yang biasanya
mereka lakukan sebagai rutinitas. Muncul rasa cemas dalam diri
mahasiswa fresh graduated terkait pekerjaan yang akan mereka dapatkan.
Tidak jarang mahasiswa terlalu memikirkan masalah yang dihadapinya.
Hal ini dikarenakan lapangan pekerjaan yang semakin sempit, kurangnya
skill yang mumpuni pada fresh graduated saat ini, menyebabkan mereka
kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan sehingga mereka menjadi
pengangguran. Mahasiswa akan mecemaskan mengenai bagaimana
nasibnya dimasa depan, bagaimana mereka akan menghasilkan uang,
bagaimana mereka akan membahagiakan orang tua dan keluarga, terlebih
lagi ketakutan akan ucapan Masyarakat dikarenakan masih belum
mendapat pekerjaan.
Berdasarkan kejadian-kejadian yang telah disebutkan sebelumnya,
mahasiswa dapat mengembangkan pemikiran tentang kegagalan,
kecemasan dan pemikiran negatif lainnya. Faktor lainnya penyebab rasa
cemas ketika mahasiswa fresh graduated menganggur adalah tidak bisa
bekerja dan tidak mencapai cita-cita. Sebab, lulusannya kurang memiliki
soft skill, baik itu public speaking, kemampuan bekerja sama, maupun
pengalaman berorganisasi. dan ketakutan untuk memulai sesuatu.
Mahasiswa fresh graduated saat ini harus bersaing dengan teknologi yang
semakin canggih hingga dapat menggantikan posisi manusia dalam
melakukan pekerjaan.
Teknologi digital saat ini merupakan hal yang paling mempengaruhi
sistem pendidikan di dunia. Hal ini disebabkan oleh aspek kinerja,
efisiensi, dan keterlibatan yang ditawarkan pembelajaran berbasis digital.
Teknologi digital menawarkan visualisasi yang marak digunakan sebagai
alat bantu yang lebih efektif, efisien, interaktif, dan atraktif. Hal ini

5
menjadi tantangan terbesar mahasiswa fresh graduated saat ini. Mereka
harus dapat membuktikan diri mereka mampu bersaing dan menjadi lebih
baik daripada teknologi yang ada dengan soft skill yang dimiliki. Namun
pada kenyataannya, mahasiswa fresh graduated saat ini tidak mampu
menyaingi teknologi dan malah terlena dengan kenyamanan dan
kemudahan oleh teknologi.
Husnudzon merupakan salah satu bentuk model berpikir positif yang
berlandaskan nilai-nilai Islam. Dalam hal ini husnudzon tidak hanya
menekankan pada hubungan interpersonal dan intrapersonal tetapi juga
menyangkut hubungan transenden dengan Allah. Individu yang
menerapkan husnudzon dalam segala sesuatu yang terjadi akan merasa
lebih tenang, karena yakin bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa
kendali Tuhan, dan pada akhirnya akan memetik banyak hikmah.
Terdapat hadits riwayat Muslim mengenai husnudzon, Rasulullah
bersabda “Sesungguhnya Allah berkata,’Aku sesuai prasangka hambaku
padauk. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila
prasangka itu buruk, maka keburukan baginya” (H.R Muslim).
Husnudzon kepada Allah SWT itu wajib bagi setiap muslim, dalam hadits
riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda “Berdoalah kepada Allah
dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak
mengabulkan doa dari hati yang lalai”.
Husnudzon merupakan perilaku terpuji yang harus dimiliki oleh
setiap muslim, tidak hanya kepada Allah saja tetapi dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berprasangka baik, Allah akan
memberikan kemudahan dan kebaikan kepada umatnya. Dengan memiliki
pemikiran positif, individu terutama mahasiswa dapat mengembangkan
pola pikir optimis dan selanjutnya akan memunculkan semangat dalam
beraktvitas, memiliki kepercayaan diri, pantang menyerah dalam
menghadapi permasalahan dalam kehidupannya
Dari beberapa penjelasan yang telah disebutkan dan juga dalam
menjalankan salah satu tugas dari fakultas, maka penulis tertarik untuk

6
meneliti lebih dalam mengenai subjek fresh graduated yang merasa cemas
akibat pengangguran yang diakibatkan oleh sulitnya mendapat pekerjaan
yang sesuai dengan kualifikasi yang diminta dan juga kemampuan soft
skill yang kurang mumpuni “Hubungan Antara Husnudzon Terhadap
Kecemasan pada Fresh Graduated yang Menganggur di Perkanbaru”.
Dengan demikian penulis dapat meneliti apakah ada pengaruh Husnudzon
terhadap kecemasan dalam diri manusia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan, agar
penelitian ini lebih tersusun dan mendalam dalam melakukan kajiannya,
maka terdapat pertanyaan-pertanyaan mendasar yang akan dijawab dalam
penelitian nanti. Adapun pokok rumusan masalahnya yaitu:
1. Apa definisi dari husnudzon dan kecemasan?
2. Apa manfaat dari husnudzon dalam kehidupan sehari-hari?
3. Bagaimana husnudzon dapat mempengaruhi kecemasan pada Fresh
Graduated yang pengangguran?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka
tujuan dari penelitian ini ialah :
1. Untuk mengetahui definisi dari husnudzon dan kecemasan
2. Untuk mengetahui manfaat dari husnudzon dalam kehidupan sehari-
hari
3. Untuk mengetahui bagaimana husnudzon dapat mempengaruhi
kecemasan pada Fresh Graduated yang pengangguran

D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini ialah

7
1. Secara teori, tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
para pembaca mengenai pengaruh husnudzon terhadap mengatasi
kecemasan.
2. Secara praktis, tulisan ini diharapkan dapat memberikan solusi dalam
proses recovery diri akibat kecemasan melalui husnudzon.
3. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi referens bagi para peniliti
selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh husnudzon terhadap kecemasan.
4. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas dari matakuliah
Seminar Psikologi Islam.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Husnudzon
Secara etimologis husnudzon berasal dari dua kata, yaitu ‫ َحَس ن‬yang berarti
baik dan dan ‫ ﱠ َظن‬yang berarti menyangka sesuatu, persangkaan, perkiraan atau
cara berpikir dalam istilah Bahasa Indonesia, term husnudzon sering
diterjemahkan sebagai berbaik sangka, jadi husnudzon dapat bermakna
prasangka yang baik (Fairuzzahra, 2018). Islam mengajarkan umatnya untuk
selalu bersikap baik terhadap apa yang ditemuinya, baik ketika berinteraksi
dengan sesama manusia maupun ketika menghadapi takdir Allah SWT
(Rohmah, 2022). Pada dasarnya manusia menyukai hal-hal yang menurut
sudut pandangnya baik dan tidak menyukai hal-hal yang tidak menyenangkan
menurut sudut pandangnya. Seperti digambarkan Al Qur’an Surat Al-Baqarah:
216: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan
bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik
bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik
bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-
Baqarah: 216).
Husnudzon disebut juga berfikir positif adalah cara berpikir yang bebas
dari kerumitan, kebencian, prasangka dan banyak emosi negatif lainnya.
Husnudzon dalam berbagai ayat Al-Quran mengacu pada tiga unsur yang
berbeda, yaitu husnudzon terhadap Allah, terhadap alam semesta, dan terhadap
manusia lainnya. Hal ini mengacu pada model yang menyatakan bahwa
seluruh keberadaan di alam semesta merupakan manifestasi dari keberadaan
Tuhan sendiri (Gusniarti, 2017). Dalam surah Fushilat ayat 23, menyatakan
bahwa husnudzon kepada Allah SWT merupakan indikasi orang yang
beriman, sementara pola sikap dan perilaku yang sebaliknya menunjukkan
indikasi golongan yang ingkar dan munafik (Hasanah, 2021).
Selain itu, firman Allah dalam surat Ad-Dhuha ayat ketiga yang memiliki
arti “Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.”

9
Hal ini dapat dipahami karena Allah melarang makhluk-Nya mempunyai
prasangka buruk. Ayat ini juga dijadikan landasan bahwa ketika menghadapi
kesulitan, hendaknya memahami secara positif dan yakin bahwa Allah selalu
bersama hamba-Nya dan akan membantu siapa pun. Selain dua ayat di atas,
argumen teks Al Quran yang juga dijadikan sebagai basis keutamaan
husnudzon antara lain: Saba’(34) : 14; Ali Imron (3) : 191; As Sajdah (32) : 7;
Al Baqarah (2) : 216; Al Maidah (5) : 90; AL Hujurat (49) : 12; An Nahl (16) :
36; Al Hajj (22) : 30.
Al-Qushairi dalam (Gusniarti, 2017) menyatakan bahwa bersikap baik
kepada Allah SWT. dalam berbagai kejadian yang menimpa kita dapat
meningkatkan rasa cinta rohani kita kepada Allah SWT. Ibnu 'Arabi dalam
(Gusniarti, 2017) mengatakan bahwa merenungkan proses penciptaan yang
dilakukan Allah SWT merupakan mekanisme untuk merasakan kebesaran
Allah. Hal ini juga akan mendorong bias positif (husnudzon) terhadap Allah
SWT. Haqqi dalam (Gusniarti, 2017) mengatakan bahwa ungkapan husnudzan
terhadap Allah adalah melalui dzikir seseorang. Hal ini dipahami sebagai
bentuk mengingat Allah dalam setiap perbuatan yang dilakukan, tidak terbatas
pada dzikir.
Dalam beberapa hadits mengenai husnudzon yang disabdakan oleh
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi “Aku adalah sebagaimana
prasangka hamba-Ku atas-Ku. Maka Aku akan menyertainya selama ia
mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan
mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia banyak mengingat-Ku, maka aku akan
banyak mengingatnya. Jika ia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku
mendekatinya sehasta. Jika ia mendekati-Ku sehasta, maka Aku mendekatinya
sedepa. Jika ia berjalan kepada-Ku, maka Aku berlari kepadanya” (H.R.
Tirmidzi). Dalam hadits lain yang berbunyi “Janganlah pernah diantara
kalian mati kecuali dia telah berhusnudzon kepada Allah”. Hadits di atas
merupakan dorongan nilai yang kuat bagi setiap individu muslim untuk
mengembangkan sikap husnudzon terhadap Allah SWT. Artinya individu
harus mengembangkan pola pikir positif terhadap berbagai pedoman hidup

10
yang telah ditetapkan Allah SWT. Ini termasuk perintah, larangan dan banyak
hikmah lainnya yang dialami manusia dalam hidup.
Dalam surah Al-Hujurat [49]: 12, yang berbunyi “Wahai orang-orang
yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya Sebagian
prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain
dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing Sebagian yang lain.
Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
telah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang.” Ayat ini
menjelaskan bahwa Allah SWT selalu memerintahkan makhluk-Nya untuk
selalu menjauhi prasangka jahat, mencari aib dan gosip tentang makhluk lain.
Karena itu adalah dosa dan kekejian yang tidak bisa diampuni oleh Allah SWT
kecuali kamu bertaubat. Belakangan ditegaskan kembali bahwa tindakan
fitnah dan prasangka sama saja dengan memakan daging saudara yang sudah
meninggal. Untuk itu sebagai makhluk yang diciptakan-Nya kita harus selalu
berprasangka baik dan berperilaku baik terhadap apapun yang diberikan oleh
Allah SWT.
Ibnul Qayyim al-Jauziyah mengartikan husnudzon dengan sikap yang
mampu menjadikan manusia taat dan tunduk kepada Allah SWT, diiringi
dengan usaha dan kegigihan dengan tetap setia pada perintah dan larangannya
agar tetap husnudzon mereka mempunyai harapan yang nyata dan kuat, dan
menjadikan husnudzon itu sebagai cara untuk mencapai hal-hal yang
bermanfaat dan menghindari hal-hal yang menjadi hambatan (Rahmah, 2021).
Melalui husnudzon akan mengubah pandangan hidup seseorang sesuai dengan
arah hidupnya. Ketika suatu bencana terjadi dianggap sebagai peristiwa
terburuk dalam hidup, padahal itu merupakan nikmat Allah SWT, dan
merupakan ciptaan Tuhan untuk menambah keimanan masyarakat kepada
Sang Pencipta. Melalui husnudzon juga akan sangat mempengaruhi pikiran.
Jika apa yang dipikirkan seseorang bermanfaat baginya, maka dalam segala
urusan yang berhubungan dengan dunia dan ukrawi dalam kehidupan, ia akan

11
mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan. Namun jika tidak, maka hidup akan
terasa sengsara dan membosankan akibat pola pikir sendiri.
Dengan ber-husnudzon, seseorang hanya akan menyadari bahwa hidup
adalah sesuatu yang indah dan menyenangkan dan harus dijalani dengan emosi
yang positif serta dibangun di atas landasan cinta kepada Allah dan seluruh
ciptaan-Nya. Dengan husnudzon, manusia akan menyadari bahwa segala
sesuatu di alam semesta ini berjalan sesuai aturan dan hukum yang ditetapkan
oleh Allah SWT. Dengan selalu bertaqwa kepada Allah, hidup akan lebih
tenang dan produktif. Karena akan terhindar dari rasa meragukan orang lain
yang justru bisa menguras energi (Rahmah, 2021).

B. Kecemasan
Anxiety atau kecemasan merupakan keadaan hidup, artinya kecemasan ada
pada setiap orang. Kecemasan berkaitan dengan persepsi diri atau kepribadian,
sifat atau sifat ini mengacu pada kecenderungan untuk bertindak dengan minat
dengan konsistensi tertentu dalam waktu atau situasi (Jannah, 2020).
Kecemasan adalah pengalaman yang menyakitkan dan tidak menyenangkan.
Timbul dari respon stres internal atau internal dalam tubuh, stres ini
merupakan akibat dari dorongan internal atau eksternal dan dikendalikan oleh
sistem saraf otonom. Misalnya seseorang dihadapkan pada situasi yang
berbahaya dan menakutkan, maka jantungnya akan berdetak lebih cepat,
napasnya menjadi pendek, mulutnya kering, dan telapak tangannya
berkeringat. Reaksi seperti ini akan menghasilkan reaksi respon kecemasan
(Agustinus, 1985 dalam Hayat, 2017).
Dalam buku Psikologi Abnormal Klinis Dewasa (Fausiah, 2008), menurut
Kaplan, Saddock, dan Grebb (1994), kecejmasan adalah respon terhadap
situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi
menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum
pernah dilakukan. Menurut Barlow (dalam Hayat, 2017), kecemasan
merupakan keadaan hidup, artinya kecemasan ada pada setiap orang.
Kecemasan berkaitan dengan persepsi diri atau kepribadian, sifat atau sifat ini

12
mengacu pada kecenderungan untuk bertindak dengan minat dengan
konsistensi tertentu dalam waktu atau situasi.
Pendekatan eksistensial (Corey, 1996:178) melihat ada dua jenis
kecemasan, yaitu kecemasan biasa (normal anxiety) dan kecemasan neurotik
(neurotic anxiety).
a. Kecemasan biasa (normal anxiety), merupakan tanggapan yang cukup
wajar terhadap peristiwa yang sedang dihadapi, kecemasan ini tidak perlu
dihilangkan sebab ini sebagai motivasi ke arah perubahan.
b. Kecemasan neurotik (neurotic anxiety), adalah kecemasan yang keluar dari
proporsi yang ada, ia terjadi di luar kesadaran dan cenderung untuk
menjadikan orang tidak memiliki keseimbangan.

Sigmund Freud (dalam Corey, 1996: 95) mengemukakan, bahwa


kecemasan adalah keadaan tegang yang memaksa untuk berbuat sesuatu. Ada
tiga jenis kecemasan, yaitu;kecemasan realita (reality anxiety), kecemasan
neurotik (neurotic anxiety), dan kecemasan moral (moral anxiety).

a. Kecemasan realita (reality anxiety), adalah rasa takut akan bahaya yang
datang dari dunialuar, dan derajat kecemasan semacam itu sesuai dengan
tingkat ancaman yang nya.
b. Kecemasan neurotik (neurotic anxiety), adalah rasa takut kalau-kalau
insting akan keluar jalur dan menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang
akan menyebabkan ia dihukum.
c. Kecemasan moral (moral anxiety), adalah rasa takut terhadap hati
nuraninya sendiri. Orang dengan hati nuraninya yang cukup berkembang
cenderung untuk merasa bersalah apabila mereka berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan kode moral mereka atau dengan introyeksi orang tua
mereka.

Kecemasan memiliki aspek sadar seperti perasaan takut, gugup, khawatir,


depresi, gelisah, atau terancam. Greenberger dan Padesky (dalam Mustikasari,
2019) menjabarkan bahwa ada empat aspek kecemasan yaitu:

13
a. Physical symptoms atau reaksi fisik yang terjadi pada orang yang cemas,
seperti telapak tangan yang berkeringat, otot tegang, jantung berdebar, sulit
bernafas, pusing ketika individu menghadapi kecemasan.
b. Thought, yaitu pemikiran negatif dan irasional individu berupa perasaan
tidak mampu, tidak siap, dan merasa tidak memiliki keahlian, seperti tidak
siap dalam menghadapi wawancara kerja, tidak yakin dengan
kemampuannya sendiri. Pemikiran ini cenderung akan menetap pada
individu, jika individu tidak merubah pemikiran menjadi sesuatu yang lebih
positif.
c. Behavior, individu dengan kecemasan akan cenderung menghindari situasi
penyebab kecemasan tersebut dikarenakan individu merasa dirinya
terganggu dan tidak nyaman seperti keringat dingin, mual, sakit kepala,
leher kaku, dan juga gangguan tidur saat memikirkan dunia kerja kelak.
Perilaku yang muncul seperti kesulitan tidur saat memikirkan pekerjaan.
d. Feelings, yaitu susana hati individu dengan kecemasan cenderung meliputi
perasaan marah, panik, gugup yang dapat memunculkan kesulitan untuk
memutuskan sesuatu seperti perasaan gugup saat ada perbincangan dunia
kerja.

Kecemasan juga memiliki aspek-aspek yang berada di luar kesadaran dan


tidak terlihat jelas, seperti rasa takut tanpa mengetahui penyebabnya dan tidak
mampu menghindari perasaan tidak menyenangkan tersebut (Solehah, 2012).
kecemasan juga sering kali disertai dengan gejala fisik seperti sakit kepala,
jantung berdebar cepat, dada terasa sesak, sakit perut, atau tidak tenang atau
tidak dapat duduk diam, dll. Gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda-
beda pada setiap orang.

C. Mahasiswa Fresh Graduate


Mahasiswa merupakan kelompok intelektual yang memiliki dua ciri
menonjol yaitu generasi muda dan calon intelektual. Menurut Siswoyo (dalam
Papilaya, 2016), mahasiswa dapat diartikan sebagai individu yang belajar pada
jenjang yang lebih tinggi, pada lembaga negeri atau swasta, atau pada lembaga

14
lain yang setingkat dengan lembaga pendidikan tinggi. Mahasiswa dinilai
memiliki tingkat kecerdasan tinggi, kecerdasan berpikir, dan perencanaan
tindakan. Berpikir kritis dan tindakan cepat dan tepat merupakan ciri yang
melekat pada setiap mahasiswa, sehingga tercipta prinsip saling melengkapi.
Mahasiswa umumnya mengikuti proses Pendidikan di universitas selama 4
hingga 7 tahun. Ketika telah menyelesaikan Pendidikan, mahasiswa akan di
wisuda dan biasanya dikenal sebagai Fresh Graduate yang berarti “baru saja
lulus”. Fresh Graduate berada pada masa dimana karir menjadi fokus utama.
Fresh graduate perlu mencari bidang karir yang sesuai dengan keterampilan
dan pengetahuan yang diperoleh selama studi (Ramadani, 2022). Hal ini juga
dikarenakan mahasiswa fresh graduate termasuk dalam kategori dewasa awal.
Hurlock (dalam Ramadani, 2022) mengemukakan bahwa masa dewasa awal
merupakan proses adaptasi terhadap gaya hidup dan harapan baru yang
memerlukan pencapaian beberapa aspek kemandirian ekonomi.
Setiap mahasiswa fresh graduate tentunya mempunyai gambaran yang
berbeda-beda terhadap dunia kerja dan mempunyai keinginan untuk bekerja di
instansi dan pekerjaan yang berbeda-beda agar sukses di masa depan dan tidak
menjadi pengangguran. Mustikasari (2019) berpendapat bahwa harapan fresh
graduate untuk memiliki pekerjaan dan dapat berkarir setelah lulus perguruan
tinggi tidak sesuai dengan kenyataan, karena persaingan dan pilihan pekerjaan
yang cukup ketat. Fresh graduate juga secara tidak langsung dituntut untuk
mendapatkan bidang karir yang sesuai berdasarkan keterampilan dan
pengetahuan yang diperoleh selama kuliah, hal ini menimbulkan berbagai
kekhawatiran fresh graduate seperti ketatnya persaingan antar pencari kerja
dan kurangnya pengalaman lulusan baru miliki dengan pencari kerja lainnya
(Ramadani, 2022).
Berdasarkan penelitian pendahuluan terhadap sejumlah lulusan baru
menunjukkan bahwa fresh graduate yang belum mempunyai pekerjaan
sehingga membuat mereka khawatir, minder, depresi, bingung harus berbuat
apa, fresh graduate akan merasa lelah karena sudah berkali-kali mencari
pekerjaan namun tetap bertahan, tidak diterima oleh siapapun, dan tidak puas

15
dengan kehidupannya karena tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya
seperti; tidak dapat membantu keuangan keluarga memenuhi kebutuhan
sehari-hari (Sari, 2021).
Pengangguran (tidak bekerja) dapat menyebabkan lulusan baru mengalami
penurunan kesehatan psikis, karena tidak puas dengan kehidupannya,
kesehatan obyektifnya menurun, tidak dapat menerima imbalannya, tidak
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mewujudkan segala sesuatunya,
dan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari lingkungan atau
masyarakat sekitar (Mustikasari, 2019).
Dari penelitian terdahulu mengenai variable yang diambil, dapat dipahami
bahwa mahasiswa fresh graduate cenderung lebih khawatir terhadap proses
lamaran kerja dibandingkan pengangguran. Hal ini disebabkan oleh banyak
hal, antara lain kurangnya soft skill siswa, kurangnya informasi mengenai
pekerjaan, dan kurangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan diri.
Terdapat hubungan antara husnudzhon terhadap kecemasan dimana semakin
tinggi Husnudzon yang dimiliki mahasiswa maka semakin rendah
tingkat kecemasan yang dimiliki mahasiswa.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang berkaitan dengan
pemaparan peneliti terhadap masalah. Selanjutnya dapat dipahami sebagai
jawaban sementara, sehingga harus diuji kebenarannya (Siregar, 2012).
Peneliti mengajukan hipotesis yang berbunyi: “Ada hubungan positif antara
husnudzon terhadap kecemasan pada mahasiswa fresh graduate yang
menganggur di Pekanbaru”

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian


Variabel penelitian merupakan suatu atribut dan objek yang
memiliki variasi tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan
kemudian di ambil kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Berdasarkan judul
penelitian sehingga variable-variabel penelitian dirumuskan sebagai
berikut:
1. Variabel bebas (X) : Husnudzhon
2. Variabel terikat (Y) : Kecemasan

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Definisi operasional merupakan pernyataan yang bisa di observasi
dan dibuktikan sehingga tidak adanya kesalahpahaman dalam penafsiran
(Widoyoko, 2015).
1. Definisi Operasional Husnudzhon
Husnudzon merupakan berprasangka baik, dalam hal ini
Husnudzon adalah sebuah konsep dalam Islam yang mengacu pada
sikap berprasangka baik atau berpikir positif terhadap orang lain.
Definisi operasional dari husnudzon dapat diartikan sebagai suatu
tindakan atau sikap konkret yang menggambarkan keyakinan positif
terhadap niat dan perilaku orang lain, bahkan ketika tidak ada bukti
konkret yang mendukung keyakinan tersebut. Dalam prakteknya,
husnudzon mengharuskan seseorang untuk memberikan keuntungan
dari keraguan daripada kecurigaan terhadap orang lain. Ini
mengajarkan agar seseorang tidak terlalu cepat mengambil
kesimpulan negatif atau berprasangka buruk terhadap niat dan
perilaku orang lain tanpa bukti yang kuat. Dengan kata lain, orang
yang menerapkan husnudzon berusaha untuk memberikan orang lain
"manfaat keraguan" dan menganggap baik niat mereka hingga ada

17
alasan yang jelas untuk tidak melakukannya. Prinsip husnudzon
merupakan salah satu nilai penting dalam etika Islam dan dianggap
sebagai cara untuk menciptakan hubungan yang lebih harmonis,
saling percaya, dan meminimalkan konflik di antara individu dan
komunitas Muslim.
2. Definisi Operasional Kecemasan
Kecemasan adalah suatu kondisi emosi yang mencakup perasaan
khawatir, gelisah, atau ketakutan yang berlebihan terhadap situasi
atau peristiwa tertentu. Ini adalah respon alami manusia terhadap
ketidakpastian atau ancaman yang dapat muncul dalam berbagai
bentuk, seperti kecemasan sosial, kecemasan kesehatan, atau
kecemasan umum. Kecemasan dapat mempengaruhi perilaku,
pikiran, dan tubuh seseorang. Kecemasan dapat menjadi masalah jika
itu berlebihan, kronis, atau mengganggu fungsi sehari-hari seseorang.
Dalam kasus seperti itu, mungkin perlu dicari bantuan dari
profesional kesehatan mental, seperti seorang psikolog atau psikiater,
untuk mengevaluasi dan mengelola kecemasan tersebut. Ada
berbagai bentuk pengobatan dan terapi yang tersedia untuk
membantu individu mengatasi masalah kecemasan.

C. Subjek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah objek dari seluruh penelitian yang
meliputi manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan serta bisa dijadikan
sebagai sumber dari data penelitian yang dilakukan (Bungin, 2005).
Penelitian ini memiliki populasi yaitu seluruh fresh graduate yang
menganggur di kota Pekanbaru yang berjumlah 7.000 orang

2. Sampel Penelitian

18
Sampel adalah Sebagian jumlah dari populasi (Sugiyono, 2008).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu menggunakan
rumus slovin , sehingga didapati sampel berjumlah 99.

D. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah suatu proses pengambilan data
secara primer dan sekunder dalam penelitian. Data yang telah diperoleh
dan dikumpulkan kemudian digunakan sebagai pemecahan masalah untuk
peneliti dan merumuskan uji hipotesis (Siregar, 2012). Adapun penelitian
ini menggunakan metode pengumpulan data berupa skala, yaitu
sekumpulan pernyataan yang disusun agar dapat mengungkapkan suatu
atribut tertentu melalui respon terhadap pertanyaan dan pernyataan. Skala
penelitian yang digunakan adalah skala husnudzhon dan skala kecemasan
Depression Anxiety Stress Scale (DASS).
1. Skala Husnudzon
Skala ini diadaptasi berdasarkan Siddik (2017) dan pada aspek
Husnudzon Rusydi (2012) yaitu berprasangka baik terhadap Allah
SWT dan berprasangka baik terhadap sesama, dengan nilai 0,206-
0,688 dan reliabilitas alpha 0,829.
2. Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang digunakan diadaptasi dari Depression
Anxiety Stress Scale (DASS), dengan nilai 0,405-0,736 dan
reliabilitas alpha 0,928.

E. Validitas dan Reliabilitas


1. Validitas
Validitas adalah sejauh mana suatu alat ukur sesuai dengan
keakuratan alat tes pada saat melakukan proses pengukuran. Alat ukur
dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila diperoleh
data yang akurat memberikan gambaran variabel yang akan diukur
sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2013). Adapun pengujian

19
validitas isi dalam skala husnudzhon dan skala kecemasan telah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang meneliti alat ukur tersebut,
keduanya menunjukkan validitas yang baik sehingga dapat digunakan
untuk alat pengukuran data dalam penelitian ini.
2. Reliabilitas
Menurut Siregar (2017), pengujian reliabilitas bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten jika
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan menggunakan alat ukur yang sama, artinya suatu pengukuran
dikatakan reliabel. Jika pengukuran dilakukan sebanyak kali namun
hasilnya tetap sama. Koefisien reliabilitasnya bervariasi antara 0,0
hingga 0,1 dimana jika angka reliabilitasnya mendekati 1,0 berarti
pengukuran tersebut dianggap lebih reliabel.

F. Metode Analisis Data


1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu populasi
data berdistribusi normal. Jika data berdistribusi normal (sig > 0,05)
maka dapat digunakan uji statistik parametrik, namun apabila data
tidak berdistribusi normal (sig < 0,5) maka dapat digunakan uji
statistik non parametrik (Siregar, 2012).
2. Uji Linearitas
Uji linieritas membantu mengetahui apakah terdapat hubungan
linier antara variabel bebas (Y) dengan variabel terikat (X). Uji
linearitas sering kali digunakan sebagai syarat penerapan regresi linier
(Siregar, 2012). Apabila nilai signifikansi (p) nilai F (linearitas) < 0 >
0,05 maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
dikatakan tidak linier.

3. Uji Hipotesis

20
Pengujian hipotesis atau pengujian prasyarat meliputi pengujian
normalitas dan pengujian linearitas, selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pearson product moment jika data berdistribusi normal atau uji orde
Spearman jika data tidak berdistribusi normal.

21
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenadamedia.


Fairuzzahra, D. A., Aryandari, D., & Purwadi, M. (2018). Hubungan antara
husnudzon dan kecemasan pada mahasiswa. Jurnal psikologi islam, 5(2), 69-
74.
Fausiah, F., Widury, J. (2008). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Hal 73-74.
Gusniarti, U., Wibisono, S., & Nurtjahjo, F. E. (2017). Validasi islamic positive
thinking scale (IPTS) berbasis kriteria eksternal. Jurnal Psikologi Islam, 4(1),
53-69.
Hasanah, F. U. (2021). Hubungan antara Husnudzon dan Kecemasan pada
Mahasiswa di Masa Pandemi Covid-19.
Hayat, A. (2017). Kecemasan dan metode pengendaliannya. Khazanah: Jurnal Studi
Islam Dan Humaniora, 12(1).
Isnaini, N. S. N., & Lestari, R. (2016). Kecemasan pada pengangguran terdidik
lulusan universitas. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 13(1).
Jannah, R. J., Jatimi, A., Azizah, M. J., Munir, Z., & Rahman, H. F. (2020).
Kecemasan pasien Covid-19: A systematic review. Jurnal Penelitian Kesehatan
Suara Forikes, 11(2), 33-37.
Mustikasari, R., & Raihana, P. A. (2019). Efektivitas Expressive Writing Untuk
Menurunkan Kecemasan Pada Mahasiswa Fresh Graduate yang sedang
Mencari Kerja (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Nurjanah, A. S. (2018). Kecemasan mahasiswa fresh graduate dalam melamar
pekerjaan. Al-Ittizaan: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 1(2), 35-38.
Papilaya, J. O., & Huliselan, N. (2016). Identifikasi gaya belajar mahasiswa. Jurnal
Psikologi Undip, 15(1), 56-63.
Putrawangsa, S., & Hasanah, U. (2018). Integrasi teknologi digital dalam
pembelajaran di era industri 4.0: Kajian dari perspektif pembelajaran
matematika. Jurnal Tatsqif, 16(1), 42-54.

22
Rahmah, M. (2021). HUSNUZAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN SERTA
IMPLEMENTASINYA DALAM MEMAKNAI HIDUP. Academic Journal of
Islamic Principles and Philosophy, 2(2), 191-213.
Ramadani, D. N., & Muhid, A. (2022). Efektivitas pelatihan perencanaan karier
untuk meningkatkan career decision self-efficacy pada fresh graduate:
literature review. Jurnal Psikologi Tabularasa, 17(1), 56-63.
Rohmah, M., & Asror, A. (2022). Pengaruh Husnudzon terhadap Quarter Life
Crisis Dewasa Dini pada Mahasiswa Psikologi Islam Universitas Islam Negeri
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember. Psychospiritual: Journal of Trends in Islamic
Psychological Research, 1(2), 92-110.
Rusydi, A. (2012). Husn al-zhann: konsep berpikir positif dalam perspektif
psikologi islam dan manfaatnya bagi kesehatan mental. Proyeksi, 7(1), 1-31.
Sari, A. T., & Eva, N. (2021, June). Hubungan Optimisme dan Kesejahteraan
Psikologis Pada Mahasiswa Fresh Graduate yang sedang Mencari Pekerjaan:
Sebuah Literature Review. In Seminar Nasional Psikologi dan Ilmu Humaniora
(SENAPIH) (Vol. 1, No. 1, pp. 143-148).
Siddik, IN. & Uyun, Q. (2017). Khusnudzon dan psychological well-being pada
orang dengan hiv/aids. Psikis-Jurnal Psikologi Islami, 3(2), 86-93.
Siregar, Syofian. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Prenadamedia Group.
Solehah, L. F. N. (2012). Faktor-faktor penyebab kecemasan siswa dalam
menghadapi ujian nasional. Perspektif Ilmu Pendidikan, 25(XVI), 16-32.
Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta

23

Anda mungkin juga menyukai