Anda di halaman 1dari 50

TUGAS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

Nama : Intan Nurul Fajriany

Nim : 12114057

Kelas : Psikologi Islam 4C

LAMPIRAN 1
1. TEORI PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

Struktur Dalam Psikoanalisis oleh Sigmund Freud menyajikan struktur kepribadian


dalam teori yang disebut "teori struktur kepribadian" atau "model
topografi". Freud,mengungkapkan kepribadian terdiri dari tiga komponen
utama yang saling berinteraksi yaitu : id, ego, dan superego. Berikut
adalah penjelasan singkat tentang setiap komponen:
1) Ide = Id adalah komponen kepribadian yang berkaitan dengan naluri
dan dorongan dasar. Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan,
yang berarti mencari kesenangan segera dan menghindari rasa sakit. Id
tidak terkendali dan tidak sadar, mengikuti prinsip "saya ingin apa
yang saya inginkan, sekarang juga." Id mencari pemenuhan kebutuhan
dasar seperti makanan, seks, dan rasa aman.
2) Ego = Ego adalah komponen yang berkaitan dengan realitas dan
berfungsi untuk menyeimbangkan keinginan-keinginan id dengan
kenyataan dunia luar. Ego beroperasi berdasarkan prinsip realitas,
yaitu mempertimbangkan konsekuensi dan menyesuaikan perilaku
dengan tuntutan realitas. Ego bertindak sebagai mediator antara id dan
super ego.
3) Super ego = Super ego adalah komponen kepribadian yang berkaitan
dengan nilai-nilai moral dan etika yang internal. Super ego
berkembang melalui identifikasi dengan orang tua dan masyarakat,
mengadopsi aturan dan standar moral yang diajarkan. Super ego
mencoba menekan keinginan- keinginan primitif id dan menghasilkan
rasa bersalah ketika seseorang melanggar nilai-nilai internal tersebut.
Dalam struktur kepribadian ini, id dan super ego seringkali bertentangan
satu
1
sama lain, sedangkan ego berusaha untuk menengahi konflik dan
mencapai keseimbangan.

Dinamika/Prose Proses atau Dinamika kepribadian menurut Freud melibatkan


s pertempuran
internal antara id, ego, dan superego. Ketegangan antara keinginan id
dan

2
tuntutan moral super ego dapat menciptakan konflik psikologis. Ego
yang berfungsi sebagai mediator untuk mencoba mempertahankan
keseimbangan antara kedua komponen ini, mengurangi konflik, dan
memenuhi kebutuhan id dalam cara yang diterima secara sosial. Freud
juga mengemukakan konsep pertahanan diri, yang merupakan
mekanisme yang digunakan oleh ego untuk melindungi diri dari konflik
dan kecemasan psikologis. Contoh pertahanan diri
termasuk reaksi formasi, proyeksi, penyangkalan, represi, dan banyak lagi.
Perkembangan Dalam perkembangan kepribadian, bahwasanya Freud mengemukakan
bahwa terdapat tiga tahap perkembangan psikoseksual utama: tahap oral,
tahap anal, dan tahap genital. Setiap tahap ini melibatkan fokus energi
seksual pada area tubuh tertentu dan memiliki tantangan khusus yang
harus diatasi oleh individu. kontribusi Freud terhadap psikoanalisis baik
signifikan dalam pemahaman tentang dinamika kepribadian dan
hubungan antara pikiran sadar dan bawah
sadar.
Pribadi Sehat Menurut teori psikoanalisis Sigmund Freud, sehatnya pribadi
dipengaruhi oleh keseimbangan yang baik antara tiga struktur
kepribadian, yaitu id, ego, dan superego. Dalam konteks pribadi yang
sehat, Freud juga menggambarkan pentingnya konsep "kesenangan
sehat" (healthy pleasure). Ini berarti mampu menemukan keseimbangan
antara memenuhi kebutuhan pribadi dan berfungsi secara efektif dalam
hubungan sosial. Individu yang sehat mampu menikmati kehidupan
dengan kemampuan untuk bekerja, mencintai, dan menikmati hobi
atau kegiatan lainnya.
Pribadi Menurut teori psikoanalisis Sigmund Freud, pribadi yang sakit atau
Sakit gangguan mental sering kali dipahami sebagai hasil dari konflik internal
(Patologhy yang tak terselesaikan antara berbagai aspek kepribadian. Freud
) berpendapat bahwa terdapat tiga komponen utama kepribadian manusia,
yaitu id, ego, dan superego. Freud berpendapat bahwa konflik antara id,
ego, dan superego dapat menghasilkan berbagai bentuk gangguan mental.
Misalnya, ketika ego tidak dapat memenuhi keinginan-keinginan id
dengan cara yang dapat diterima oleh superego, dapat terjadi konflik
internal yang disebut sebagai konflik ketidakserasian. Konflik ini dapat
menyebabkan berbagai gejala psikologis,

3
seperti kecemasan, depresi, atau gangguan obsesif-kompulsif.

Perubahan Dengan Seiring berjalannya waktu, pada teori psikoanalisis Sigmund


Freud telah
mengalami beberapa perubahan dan pengembangan oleh para ahli
psikologi

4
dan psikoanalisis lainnya. Beberapa perubahan yang signifikan termasuk
penyesuaian terhadap asumsi-asumsi Freud yang awalnya dianggap
kontroversial atau terbatas. Berikut adalah beberapa perubahan penting
yang telah terjadi dalam teori psikoanalisis sejak kontribusi awal Freud:
 Pengembangan teori ego
 Teori objek-relasi
 Perkembangan teori kohesi self (Teori kohesi self mengacu pada
pengembangan identitas dan keutuhan diri yang sehat)
 Pemikiran tentang gender: Freud memiliki pandangan yang
kontroversial tentang gender, termasuk teori kompleks Oedipus dan
Elektra. Namun, pemikiran tentang gender dalam psikoanalisis telah
berkembang dan berubah sejak itu. Kontributor penting seperti Nancy
Chodorow dan Jessica Benjamin telah membahas peran gender dalam
psikologi dan hubungan manusia dengan cara yang lebih luas dan
inklusif.
 Pendekatan terapi yang berbeda
Kritik Terdapat beberapa kekurangan teori psikoanalisis Sigmund Freud yang
telah dikritik oleh beberapa ahli. Berikut adalah beberapa kritik umum
terhadap teori Freud:
1. Kurangnya bukti empiris: Salah satu kritik terbesar terhadap teori
psikoanalisis Freud adalah kurangnya bukti empiris yang
mendukung banyak konsepnya. karena banyak konsep
psikoanalisis yang berhubungan dengan proses mental yang tidak
dapat diamati secara langsung.
2. Determinisme biologis yang berlebihan: Beberapa ahli
mengkritik pandangan Freud yang terlalu menekankan
determinisme biologis dalam perkembangan individu. Freud
berpendapat bahwa perkembangan kepribadian dikendalikan oleh
dorongan-dorongan biologis dan konflik-konflik internal,
sementara pengaruh lingkungan kurang ditekankan.
3. Seksisme dan bias gender: Beberapa ahli mengkritik Freud
karena pandangannya yang seksis dan bias gender. Beberapa
konsep Freud, seperti kompleks Oedipus dan teori perkembangan
psikoseksual, memiliki asumsi-asumsi yang menekankan peran

5
seksualitas dan
perkembangan pada gender secara khusus.

6
2. TEORI HUMANISTIK MENURUT ABRAHAM MASLOW

Struktur Selanjutnya Abraham Maslow adalah seorang psikolog humanistik


terkenal yang dikenal karena teorinya tentang hierarki kebutuhan
manusia. Dalam teori kepribadiannya, Maslow mengusulkan bahwa
setiap individu memiliki kebutuhan hierarkis yang harus dipenuhi untuk
mencapai potensi penuh mereka. Menurut Maslow, struktur kepribadian
terdiri dari lima tingkat kebutuhan yang disusun secara hierarkis. Ini
dikenal sebagai "Hierarki Kebutuhan Maslow" atau "Piramida
Kebutuhan Maslow". Berikut adalah penjelasan tentang setiap tingkat
kebutuhan:
1. Kebutuhan Fisiologis: Ini adalah kebutuhan dasar untuk kelangsungan
hidup, seperti makanan, air, tempat tinggal, tidur, dan reproduksi.
2. Kebutuhan Keamanan: Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi,
individu mencari rasa keamanan dan stabilitas dalam kehidupan
mereka. Ini meliputi kebutuhan akan perlindungan dari bahaya fisik
dan emosional, keamanan finansial, kesehatan, dan stabilitas
pekerjaan.
3. Kebutuhan Sosial: Kebutuhan sosial melibatkan keinginan untuk
mencari afiliasi dan hubungan sosial yang positif. Ini termasuk
kebutuhan akan persahabatan, cinta, afeksi, keluarga, dan keintiman.
4. Kebutuhan Penghargaan: Setelah memenuhi kebutuhan sosial,
individu merasa perlu untuk mendapatkan penghargaan dan
pengakuan dari orang lain. Ini termasuk kebutuhan akan penghargaan,
prestise, pengakuan, dan rasa hormat dari orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri: Ini adalah kebutuhan puncak dalam
hierarki Maslow. Setelah semua kebutuhan sebelumnya terpenuhi,
individu berusaha mencapai potensi penuh mereka dan menjadi versi
terbaik dari diri mereka sendiri. Kebutuhan aktualisasi diri melibatkan
pencarian makna hidup, pemenuhan potensi pribadi, dan
pengembangan diri secara kreatif.
Menurut Maslow, ketika kebutuhan pada satu tingkat terpenuhi, individu
akan maju ke tingkat berikutnya dalam hierarki kebutuhan. Tujuan
akhirnya adalah mencapai kebutuhan aktualisasi diri, di mana individu
7
merasa puas, hidup
dengan maksud, dan mencapai potensi pribadi yang tertinggi.

Dinamika/Prose Dinamika atau proses kepribadian pada teori humanistik Abraham


s Maslow
melibatkan perkembangan individu dalam mencapai aktualisasi diri.
Berikut

8
adalah penjelasan tentang dinamika atau proses kepribadian dalam teori
Maslow:
1. Kebutuhan dan Motivasi: Menurut Maslow, individu didorong oleh
serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi.
2. Pemenuhan Kebutuhan: Proses kepribadian dalam teori Maslow
melibatkan usaha individu untuk memenuhi kebutuhan pada setiap
tingkat hierarki. Misalnya, setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi,
individu akan mencari keamanan, hingga dipuncaknya.
3. Pertumbuhan Pribadi: Dalam teori Maslow, pertumbuhan pribadi
adalah tujuan utama individu. Ini melibatkan eksplorasi diri,
penemuan tujuan hidup, pengembangan keterampilan, dan pencapaian
pribadi.
4. Self-Actualization (Aktualisasi Diri): Proses kepribadian mencapai
puncaknya ketika individu mencapai aktualisasi diri. Aktualisasi diri
mengacu pada mencapai potensi pribadi yang tertinggi, menjadi versi
terbaik dari diri sendiri, dan hidup dengan maksud.
5. Self-Reflection and Self-Awareness (Refleksi Diri dan Kesadaran
Diri): Proses kepribadian dalam teori Maslow juga melibatkan refleksi
diri dan kesadaran diri yang mendalam. Individu perlu memahami
motivasi, kebutuhan, nilai- nilai, dan tujuan mereka sendiri secara
mendalam untuk mencapai pertumbuhan pribadi dan aktualisasi diri.
Dalam dinamika atau proses kepribadian teori humanistik Abraham
Maslow, individu terus berkembang melalui pemenuhan kebutuhan
yang hierarkis. Setiap tingkat kebutuhan harus dipenuhi sebelum
individu dapat maju ke tingkat berikutnya. Dengan mencapai
aktualisasi diri, individu dapat mencapai potensi pribadi yang paling
tinggi dan hidup dengan maksud dan
kepuasan yang mendalam.
Perkembangan Pada perkembangan Teori humanistik Abraham Maslow sejak pertama
kali diperkenalkan. Beberapa penulis Indonesia telah menyumbangkan
pemikiran dan penelitian mereka terkait teori ini. Berikut perkembangan
teori humanistik Maslow
Pengembangan Teori: Teori hierarki kebutuhan Maslow telah menjadi
landasan bagi perkembangan bidang psikologi humanistik. Peneliti dan

9
praktisi psikologi
lainnya telah memperluas dan mengembangkan konsep

10
Pribadi Sehat Menurut Abraham Maslow dalam teori humanistik, pribadi yang sehat
adalah individu yang mencapai aktualisasi diri atau pemenuhan potensi
pribadi yang tertinggi. Individu yang sehat secara psikologis dapat
memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti kebutuhan fisiologis,
keamanan, sosial, dan penghargaan. Mereka memiliki akses yang
memadai terhadap makanan, tempat tinggal, rasa aman, hubungan sosial
yang bermakna, dan rasa dihargai oleh orang lain. Pribadi yang sehat
dalam pandangan Maslow memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi.
Mereka memiliki pemahaman yang mendalam tentang diri mereka
sendiri, kekuatan dan kelemahan mereka, nilai-nilai dan keyakinan
mereka,
serta tujuan hidup mereka.
Pribadi Dalam teori Abraham Maslow teori humanistik, konsep pribadi yang
Sakit "sakit" atau mengalami masalah psikologis tidak dijelaskan secara
(Patologhy spesifik atau terperinci. Maslow lebih berfokus pada aspek-aspek positif
) dan perkembangan individu menuju aktualisasi diri.
Namun, dapat diasumsikan bahwa dalam konteks teori humanistik, pribadi
yang mengalami kesulitan atau masalah psikologis mungkin mengalami
hambatan dalam mencapai aktualisasi diri atau pemenuhan potensi
pribadi mereka. Beberapa kemungkinan karakteristik pribadi yang
mengalami masalah dapat meliputi:
 Individu yang mengalami masalah psikologis mungkin kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti kebutuhan
fisiologis, keamanan, sosial, atau penghargaan. Mereka mungkin
menghadapi ketidakseimbangan atau kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan ini, yang dapat mempengaruhi kesejahteraan mereka secara
keseluruhan.
 Individu yang mengalami masalah psikologis mungkin cenderung
menjadi tergantung pada orang lain atau situasi eksternal untuk
merasa puas atau bahagia. Mereka mungkin tidak mampu atau enggan
mengambil tanggung jawab pribadi atas hidup mereka sendiri,
membuat keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan mereka,
atau mengatasi tantangan secara mandiri.
 Individu yang mengalami masalah psikologis mungkin mengalami

11
kesulitan dalam membentuk hubungan yang sehat atau bermakna.
Mereka mungkin
mengalami konflik interpersonal, kesulitan membangun
atau

12
mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan, atau
merasakan
ketidakpuasan dalam hubungan sosial mereka.
Perubahan Perubahan pada teori humanistik.Sebagai seorang psikolog, Abraham
Maslow terus mengembangkan pemikiran dan teori kepribadiannya
sepanjang karirnya. Meskipun Maslow tidak secara eksplisit mengubah
atau merevisi teori kepribadiannya secara drastis, ada beberapa perubahan
dan pengembangan yang dapat dicatat dalam pemikiran dan
penelitiannya. Berikut adalah beberapa perubahan yang terjadi dalam teori
kepribadian humanistik Abraham Maslow:
1. Dari psikologi motivasi ke psikologi transpersonal: Awalnya,
Maslow fokus pada psikologi motivasi dan mengembangkan teori
hierarki kebutuhan, yang menekankan bahwa individu didorong oleh
hierarki kebutuhan yang berbeda. Namun, seiring berjalannya waktu,
Maslow mulai menjelajahi konsep-konsep psikologi transpersonal,
yang melibatkan pengalaman spiritual, transendensi, dan potensi
manusia yang lebih tinggi
2. Pemahaman yang lebih mendalam tentang aktualisasi diri: Maslow
terus mengembangkan pemahamannya tentang konsep aktualisasi
diri. Awalnya, ia menggambarkannya sebagai mencapai potensi
pribadi yang tertinggi dan memenuhi kebutuhan pribadi yang penting.
Namun, kemudian Maslow memperluas konsep aktualisasi diri untuk
mencakup aspek-aspek seperti kreativitas, makna hidup, kontribusi
sosial, dan perasaan koneksi dengan sesuatu yang lebih besar dari
diri sendiri.
3. Integrasi dengan pendekatan lain: Selama perkembangan teori
kepribadiannya, Maslow mulai mengintegrasikan pemikiran dan
pendekatan lain ke dalam kerangka teorinya. Misalnya, ia
menggabungkan konsep dari psikologi eksistensial dan transpersonal,
serta pendekatan psikoterapi humanistik seperti terapi Gestalt dan
terapi eksistensial- humanistik.
4. Fokus pada kebahagiaan dan kualitas hidup: Maslow awalnya lebih
fokus pada pemahaman tentang motivasi dan pemenuhan kebutuhan,
tetapi seiring waktu, ia semakin menyoroti pentingnya kebahagiaan
dan kualitas hidup. Dalam penelitian dan tulisannya yang lebih
13
lanjut, Maslow menekankan bahwa mencapai kebahagiaan dan
merasakan hidup dengan kualitas yang baik adalah tujuan yang
penting dalam perkembangan
kepribadian.

14
Kritik Kemudian,Kritik terkait Teori kepribadian humanistik Abraham Maslow
dari beberapa ahli. Beberapa kekurangan yang sering dikritik terhadap
teori kepribadian humanistik Maslow adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya validitas empiris yang kuat: Teori kepribadian
humanistik Maslow kurang memiliki dasar penelitian empiris yang
kuat.
2. Kurangnya perhatian pada aspek negatif atau konflik dalam
kepribadian: Teori kepribadian humanistik Maslow cenderung fokus
pada aspek positif dan perkembangan pribadi yang optimal. Namun,
teori ini kurang memperhatikan aspek negatif atau konflik dalam
kepribadian, seperti ketegangan psikologis, kesulitan emosional, dan
pengalaman trauma.
3. Fokus pada individu yang ideal dan terlalu optimistik: teori
kepribadian humanistik Maslow karena terlalu fokus pada individu
yang ideal atau "manusia sempurna." Teori ini tidak
memperhitungkan bahwa individu dapat mengalami kesulitan atau
kegagalan dalam memenuhi kebutuhan mereka, dan kadang-kadang
menghadapi hambatan dalam mencapai aktualisasi diri.
4. Tidak mempertimbangkan konteks sosial dan budaya: bahwa teori
kepribadian humanistik Maslow cenderung kurang
mempertimbangkan
peran konteks sosial dan budaya dalam perkembangan kepribadian

3. LEARNING APPROACH

15
Struktur Pendekatan pembelajaran oleh B.F. Skinner adalah seorang psikolog
yang dikenal dengan konsep-konsep terkait pembelajaran dan perilaku.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dikembangkannya adalah
pendekatan pembelajaran berdasarkan teori operant. Dalam pendekatan
ini, terdapat beberapa struktur atau prinsip yang dikemukakan oleh
Skinner. Berikut adalah beberapa struktur pendekatan pembelajaran B.F.
Skinner:
1. Stimulus: Stimulus adalah rangsangan atau peristiwa dari lingkungan
eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Skinner
berpendapat bahwa perilaku manusia dapat dikendalikan melalui
manipulasi stimulus.
2. Respons: Respons adalah tindakan atau perilaku yang ditampilkan
oleh individu sebagai tanggapan terhadap stimulus. Skinner
berfokus pada
respons yang dapat diamati dan diukur secara objektif.

16
3. Penguatan (reinforcement): Skinner percaya bahwa penguatan atau
reinforcement adalah faktor kunci dalam pembelajaran. Penguatan
adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku
tertentu akan diulangi atau dipertahankan. Ada dua jenis penguatan:
penguatan positif (memberikan sesuatu yang diinginkan setelah
perilaku) dan penguatan negatif (menghilangkan sesuatu yang tidak
diinginkan setelah perilaku).
4. Penghukuman (punishment): Penghukuman adalah stimulus yang
digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku yang
tidak diinginkan. Dalam pendekatan Skinner, penghukuman
bukanlah fokus utama, tetapi kadang-kadang dapat digunakan
sebagai strategi untuk mengubah perilaku.
5. Penjadwalan penguatan (reinforcement schedules): Skinner
menekankan pentingnya penjadwalan penguatan yang tepat untuk
memperkuat perilaku yang diinginkan. Terdapat beberapa jenis
penjadwalan penguatan, seperti penjadwalan penguatan tetap (fixed
ratio), penjadwalan penguatan interval (interval schedule),
penjadwalan penguatan tetap (fixed interval), dan penjadwalan
penguatan acak (variable ratio).
6. Shaping: Shaping atau pembentukan adalah proses di mana perilaku
kompleks diajarkan atau dikembangkan melalui penguatan bertahap
terhadap perilaku yang semakin mendekati perilaku yang diinginkan.
Skinner mengemukakan bahwa pembentukan secara bertahap adalah
cara
efektif untuk mengajarkan perilaku baru.
Dinamika/Prose Adapun Dinamika atau proses pendekatan pembelajaran BF Skinner
s
didasarkan pada konsep teori operant yang melibatkan stimulus, respons,
penguatan, dan penghukuman. Proses pendekatan pembelajaran Skinner
ini melibatkan interaksi antara stimulus, respons, penguatan, dan
penghukuman. Dengan menggunakan penguatan yang tepat dan
memanipulasi stimulus yang efektif,
individu dapat belajar dan mengembangkan perilaku yang diinginkan.

17
Perkembangan Pada Pendekatan pembelajaran BF Skinner, yang juga dikenal sebagai
Analisis Perilaku, telah mengalami beberapa perkembangan sejak
diperkenalkan oleh
B.F. Skinner. Berikut adalah beberapa perkembangan utama dalam
pendekatan pembelajaran Skinner:
1. Aplikasi dalam Pendidikan: Pendekatan pembelajaran Skinner
telah
diterapkan secara luas dalam konteks pendidikan. Prinsip-prinsip
operant

18
conditioning (pembelajaran melalui penguatan) digunakan dalam
desain instruksional, pengaturan kelas, manajemen perilaku, dan
pengajaran individual
2. Teknologi dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Skinner memiliki
minat yang besar pada penggunaan teknologi dalam pendidikan.
Perkembangan teknologi komputer dan internet telah membuka
peluang baru untuk menerapkan pendekatan Skinner dalam
pembelajaran berbasis komputer.
3. Analisis Perilaku Organisasi: Prinsip-prinsip pendekatan
pembelajaran Skinner juga telah diterapkan dalam konteks organisasi
dan manajemen. Analisis perilaku organisasi menggunakan prinsip-
prinsip penguatan dan penghukuman untuk mengubah perilaku
individu dan kelompok dalam lingkungan kerja.
4. Kritik dan Perkembangan Alternatif: Meskipun pendekatan
pembelajaran Skinner memiliki pengaruh yang signifikan, itu juga
mendapatkan kritik. Kritik terhadap pendekatan ini termasuk
ketidaktertarikan terhadap aspek kognitif dalam pembelajaran,
kurangnya perhatian pada faktor internal dalam individu, dan
kontroversi seputar penggunaan penghukuman. Seiring waktu,
pendekatan alternatif seperti pendekatan kognitif dan pendekatan
konstruktivis telah berkembang untuk melengkapi atau menggantikan
pendekatan pembelajaran Skinner.
Perkembangan dan aplikasi pendekatan pembelajaran BF Skinner tetap
berlanjut hingga saat ini. Meskipun pendekatan ini telah mengalami
perkembangan dan kritik, prinsip-prinsip dasarnya masih digunakan dan
relevan
dalam banyak konteks pembelajaran dan perilaku manusia.

19
Pribadi Sehat Menurut B.F. Skinner tidak secara spesifik membahas tentang "pribadi
yang sehat" dalam teorinya. Pendekatan pembelajaran Skinner, yang
berfokus pada perilaku dan pembelajaran, lebih berorientasi pada
perubahan perilaku dan pengaruh lingkungan dalam membentuk perilaku
individu.
Namun, dalam tulisannya, Skinner menyatakan bahwa perilaku manusia
dapat diubah melalui penguatan yang tepat. Dia percaya bahwa dengan
menggunakan penguatan yang efektif, individu dapat mengembangkan
perilaku yang lebih adaptif dan mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan. Dalam konteks ini, dapat
diasumsikan bahwa "pribadi yang sehat" menurut Skinner adalah individu
yang

20
mampu menampilkan perilaku yang adaptif dan efektif dalam
berinteraksi
dengan lingkungannya.
Pribadi Kemudian, B.F. Skinner tidak secara khusus membahas tentang "pribadi
Sakit yang sakit" dalam teorinya. Pendekatan pembelajaran Skinner, yang
(Patologhy berfokus pada perilaku dan pembelajaran, lebih berorientasi pada
) perubahan perilaku dan pengaruh lingkungan dalam membentuk perilaku
individu.
Namun, dalam konteks psikologi, istilah "pribadi yang sakit" sering
mengacu pada individu yang mengalami masalah kesehatan mental atau
gangguan psikologis. Dalam hal ini, pendekatan Skinner tidak secara
eksplisit membahas gangguan psikologis atau kesehatan mental.
Teorinya lebih berfokus pada prinsip-prinsip pembelajaran dan
perubahan perilaku yang dihasilkan melalui
penguatan atau penghukuman.
Perubahan Perubahan B.F. Skinner membuat kontribusi signifikan dalam bidang
pendekatan pembelajaran melalui pengembangan teori operant
conditioning dan prinsip-prinsip penguatan. Namun, seiring berjalannya
waktu, ada beberapa perubahan dan pengembangan dalam pendekatan
pembelajaran yang diilhami oleh Skinner. Berikut adalah beberapa
perubahan yang terjadi dalam pendekatan pembelajaran yang dipengaruhi
oleh Skinner:
1. Pergeseran dari penguatan eksternal ke penguatan internal: Awalnya,
pendekatan pembelajaran Skinner sangat berfokus pada penggunaan
penguatan eksternal untuk mengubah perilaku. Namun, seiring
dengan perkembangan psikologi kognitif, perhatian mulai dialihkan
ke peran penguatan internal, seperti motivasi intrinsik dan kepuasan
psikologis, dalam pembelajaran dan motivasi individu. Ini berarti
pengakuan bahwa individu memiliki motivasi dan kebutuhan internal
yang memengaruhi perilaku mereka.
2. Pengenalan aspek kognitif: Meskipun Skinner lebih berfokus pada
perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif,
perkembangan psikologi kognitif dan penelitian tentang pemrosesan
informasi telah memperkenalkan aspek kognitif dalam pemahaman
pembelajaran. Pendekatan modern yang dipengaruhi oleh Skinner

21
cenderung mengakui peran proses kognitif, seperti perhatian,
memori, pemecahan masalah, dan
pemahaman, dalam pembelajaran.

22
3. Perkembangan pendekatan berbasis penyelesaian masalah: Salah
satu perubahan dalam pendekatan pembelajaran yang terinspirasi
oleh Skinner adalah pergeseran dari penguatan yang dipusatkan pada
perilaku ke penekanan pada penyelesaian masalah. Ini mencakup
pembelajaran melalui eksplorasi, pemecahan masalah, dan
kreativitas.
4. Penerapan dalam konteks sosial dan budaya: Pendekatan
pembelajaran yang terinspirasi oleh Skinner telah meluas ke konteks
sosial dan budaya. Pendekatan ini memperhatikan pengaruh
lingkungan sosial, norma, dan nilai-nilai budaya dalam pembelajaran
dan perilaku individu.
5. Integrasi dengan pendekatan lain: Lebih lanjut, pendekatan
pembelajaran Skinner telah diintegrasikan dengan pendekatan lain,
seperti teori kognitif, teori konstruktivis, dan teori sistem. Integrasi
ini bertujuan untuk menggabungkan pemahaman yang lebih holistik
tentang pembelajaran dan perilaku manusia dengan
mempertimbangkan faktor-faktor kognitif, sosial, dan kontekstual.
Perubahan dan pengembangan ini mencerminkan evolusi dalam
pemahaman tentang pembelajaran dan perilaku manusia, serta upaya
untuk mengintegrasikan berbagai pendekatan dan teori dalam
memahami proses
pembelajaran yang kompleks.

23
Kritik Pada Pendekatan pembelajaran BF Skinner, meskipun memiliki
kontribusi yang signifikan dalam psikologi dan pendidikan, juga telah
menerima kritik dari beberapa ahli. Berikut adalah beberapa kekurangan
yang sering dikritik dalam pendekatan pembelajaran Skinner:
1. Fokus yang Terlalu Luas pada Perilaku Teramati: Kritik utama
terhadap pendekatan Skinner adalah fokus yang terlalu sempit pada
perilaku yang teramati secara eksternal. Skinner lebih berorientasi
pada perubahan perilaku yang dapat diukur dan diamati, sementara
aspek internal seperti pikiran, kognisi, dan pengalaman subjektif
diabaikan.
2. Pengabaian Faktor Internal dan Motivasi Intrinsik: Pendekatan
Skinner mengabaikan peran faktor internal, seperti motivasi intrinsik,
kebutuhan psikologis, dan tujuan individu. Penguatan eksternal
dianggap sebagai satu- satunya faktor yang penting dalam
membentuk perilaku, sedangkan motivasi intrinsik dan kepuasan
psikologis tidak diperhitungkan secara
signifikan

24
3. Kurangnya Perhatian pada Konteks dan Lingkungan Sosial:
Pendekatan Skinner kurang memperhatikan peran konteks dan
lingkungan sosial dalam pembelajaran dan perilaku individu. Kritikus
berpendapat bahwa faktor- faktor sosial, seperti norma budaya, nilai-
nilai, dan interaksi sosial, memiliki pengaruh yang signifikan dalam
pembentukan perilaku. Kurangnya perhatian pada faktor-faktor
sosial dan kontekstual dapat menyederhanakan pemahaman tentang
bagaimana individu belajar dan berperilaku.
4. Keterbatasan dalam Menerapkan pada Masalah Kesehatan Mental:
Pendekatan Skinner, yang lebih berfokus pada perubahan perilaku
yang teramati, memiliki keterbatasan dalam menerapkan pada
masalah kesehatan mental atau gangguan psikologis. Pendekatan ini
mungkin tidak memberikan wawasan yang memadai tentang
kompleksitas masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan,
atau gangguan psikotik, yang melibatkan aspek kognitif, emosional,
dan psikodinamik yang lebih
dalam.

4. TRAIT THEORY

Struktur Trait theori, Hans Eysenck mengembangkan pendekatan trait dalam


kepribadian manusia dengan mengusulkan tiga dimensi utama, yang
dikenal sebagai "Teori Tiga Faktor" (The Three Factor Theory). Berikut
adalah tiga dimensi utama dalam pendekatan trait Hans Eysenck:
1. Ekstroversi-Introversi (Extraversion-Introversion): Dimensi ini
mencerminkan perbedaan dalam tingkat keaktifan dan stimulasi sosial
yang diinginkan oleh individu. Orang yang ekstrovert cenderung
mencari stimulasi sosial, suka berinteraksi dengan orang lain, berani,
aktif, dan energik. Sedangkan orang yang introvert cenderung lebih
tertutup, cenderung menyukai kegiatan yang lebih tenang, dan lebih
memilih waktu sendiri untuk memulihkan energi.
2. Neurotisisme (Neuroticism): Dimensi ini mencerminkan tingkat
kestabilan emosional individu. Orang yang tinggi neurotisisme
cenderung lebih rentan terhadap gangguan emosional seperti
kecemasan, ketegangan, dan
perasaan negatif. Sementara orang yang rendah neurotisisme
25
cenderung

26
lebih stabil secara emosional, lebih tenang, dan kurang rentan
terhadap gangguan emosional.
3. Psikotisme (Psychoticism): Dimensi ini mencerminkan perbedaan
dalam tingkat kecenderungan individu terhadap perilaku antisosial,
agresif, dan kurangnya empati. Orang yang tinggi psikotisme
cenderung memiliki ciri- ciri seperti ketidakpedulian terhadap aturan
sosial, kecenderungan agresif, kurangnya empati, dan kurangnya
kontrol diri. Sementara orang yang rendah psikotisme cenderung
lebih mengikuti aturan sosial, lebih empatik, dan lebih mampu
mengendalikan diri.
Pendekatan trait oleh Hans Eysenck mengedepankan perbedaan
individual dalam kepribadian manusia melalui tiga dimensi utama
yang mencakup
ekstroversi-introversi, neurotisisme, dan psikotisme.

27
Dinamika/Prose Dinamika atau proses Dalam pendekatan trait Hans Eysenck, dinamika
s
atau proses terkait dengan interaksi antara tiga dimensi utama
kepribadian: ekstroversi-introversi, neurotisisme, dan psikotisme. Proses
ini melibatkan hubungan antara dimensi-dimensi tersebut dalam
membentuk perilaku dan respons individu. Berikut adalah beberapa
aspek dinamika atau proses dalam pendekatan trait Eysenck:
1. Interaksi antara dimensi kepribadian: Ketiga dimensi kepribadian
(ekstroversi-introversi, neurotisisme, dan psikotisme) saling
berinteraksi dan dapat mempengaruhi satu sama lain. Misalnya,
tingkat ekstroversi individu dapat mempengaruhi tingkat
neurotisisme mereka. Individu yang lebih ekstrovert cenderung
memiliki tingkat neurotisisme yang lebih rendah.
2. Peran biologis: Eysenck percaya bahwa dimensi-dimensi kepribadian
ini memiliki dasar biologis dan dipengaruhi oleh faktor genetik.
Menurutnya, perbedaan dalam tingkat aktivitas dan reaktivitas
sistem saraf sentral memainkan peran penting dalam membentuk
kepribadian. Misalnya, individu yang cenderung memiliki sistem
saraf sentral yang lebih reaktif dapat lebih rentan terhadap tingkat
neurotisisme yang tinggi.
3. Respons terhadap stimulasi: Pendekatan trait Eysenck juga
menekankan respons individu terhadap stimulasi eksternal. Individu
yang lebih ekstrovert cenderung mencari stimulasi sosial yang
tinggi dan
berpartisipasi dalam kegiatan yang menarik dan bersemangat.
Sementara

28
itu, individu yang lebih introvert lebih memilih stimulasi yang lebih
tenang dan lebih cenderung menghindari situasi sosial yang
berlebihan.
Dinamika atau proses ini melibatkan interaksi antara dimensi-dimensi
tersebut,
pengaruh faktor biologis, respons terhadap stimulasi, serta kemungkinan
perubahan kepribadian seiring waktu.
Perkembangan Kemudian, Perkembangan teori trait Hans Eysenck melalui waktu
mengalami penambahan dan penyempurnaan konsep yang digunakannya.
Berikut adalah beberapa tahap perkembangan teori trait Eysenck:
1. Teori Dua Faktor: Pada awalnya, Eysenck mengusulkan "Teori Dua
Faktor" yang terdiri dari dimensi ekstroversi-introversi dan
neurotisisme. Teori ini dikembangkan pada tahun 1960-an dan
merupakan dasar dari teori kepribadian Eysenck yang pertama.
Eysenck berpendapat bahwa kedua faktor tersebut memiliki dasar
biologis dan dipengaruhi oleh faktor genetik.
2. Penambahan Dimensi Psikotisme: Pada perkembangan selanjutnya,
Eysenck menambahkan dimensi psikotisme sebagai faktor ketiga
dalam teorinya. Dimensi ini mencerminkan ciri-ciri antisosial,
agresif, dan kurangnya empati. Penambahan dimensi psikotisme ini
terjadi pada tahun 1970-an, dan teorinya menjadi dikenal sebagai
"Teori Tiga Faktor" (The Three Factor Theory).
3. Penelitian Empiris dan Validasi: Eysenck melakukan banyak
penelitian empiris untuk mendukung dan menguji teorinya. Ia
menggunakan metode pengukuran dan penelitian kuantitatif untuk
mengumpulkan bukti empiris tentang dimensi-dimensi kepribadian
yang diusulkannya.
4. Konsep Stabilitas dan Perubahan Kepribadian: Dalam perkembangan
teorinya, Eysenck juga menyadari pentingnya perkembangan dan
perubahan kepribadian. Ia mengakui bahwa faktor lingkungan dan
pengalaman individu dapat mempengaruhi dimensi-dimensi
kepribadian.

29
Pribadi Sehat Selanjutnya, Menurut pendekatan trait Hans Eysenck, pribadi yang sehat
dicirikan oleh tingkat kepribadian yang seimbang dan adaptif pada tiga
dimensi utama: ekstroversi-introversi, neurotisisme, dan psikotisme.
Berikut adalah beberapa karakteristik pribadi yang sehat berdasarkan
pendekatan trait Eysenck:
1. Ekstroversi yang moderat: Pribadi yang sehat dalam dimensi
ekstroversi
menunjukkan tingkat aktivitas sosial yang seimbang.

30
2. Neurotisisme yang rendah: Pribadi yang sehat dalam dimensi
neurotisisme memiliki tingkat kestabilan emosional yang baik.
3. Psikotisme yang rendah: Pribadi yang sehat dalam dimensi
psikotisme menunjukkan kontrol diri yang baik dan memiliki ciri-ciri
sosial yang positif. Pendekatan trait Eysenck menggambarkan bahwa
pribadi yang sehat adalah mereka yang memiliki tingkat ekstroversi
yang moderat, neurotisisme yang rendah, dan psikotisme yang rendah.
Namun, penting untuk diingat bahwa kepribadian adalah konsep yang
kompleks dan dapat memiliki variasi yang luas
di antara individu yang dianggap sehat.
Pribadi Adapun Menurut teori trait Eysenck, individu yang mengalami gangguan
Sakit mental atau masalah kesehatan mental dapat menunjukkan profil
(Patologhy kepribadian yang berbeda. Beberapa contoh pribadi yang sakit
) berdasarkan perspektif Eysenck adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Kepribadian Borderline: Individu dengan gangguan
kepribadian borderline dapat menunjukkan tingkat neurotisisme yang
tinggi. Mereka cenderung memiliki emosi yang tidak stabil.
2. Gangguan Kepribadian Antisosial: Gangguan kepribadian antisosial
cenderung terkait dengan tingkat psikotisme yang tinggi. Individu
dengan gangguan ini cenderung memiliki kecenderungan antisosial,
kurangnya empati, dan perilaku agresif.
3. Gangguan Kepribadian Paranoid: Gangguan kepribadian paranoid
dapat dikaitkan dengan tingkat neurotisisme yang tinggi. Individu
dengan gangguan ini cenderung memiliki kecurigaan yang
berlebihan, kepekaan terhadap ancaman yang tak berdasar, dan
kesulitan dalam mempercayai
orang lain.
Perubahan Perubahan Selama perkembangan teori trait Hans Eysenck, beberapa
perubahan dan pergeseran telah terjadi. Berikut adalah beberapa
perubahan penting dalam teori trait Eysenck:
1. Penambahan Dimensi Kepribadian: Awalnya, Eysenck hanya
mengusulkan dua dimensi utama dalam teorinya, yaitu ekstroversi-
introversi dan neurotisisme. Namun, kemudian ia menambahkan
dimensi ketiga, yaitu psikotisme. Penambahan dimensi ini
memperkaya teori dan memberikan
31
dimensi baru untuk memahami variasi dalam kepribadian.

32
2. Teori Biologis dan Genetik yang Dikembangkan: Eysenck terus
mengembangkan aspek biologis dan genetik dalam teorinya. Ia
mengemukakan bahwa perbedaan dalam dimensi kepribadian yang
diusulkannya memiliki dasar biologis dan dipengaruhi oleh faktor
genetik. Eysenck menekankan peran sistem saraf dan kerentanan
genetik dalam membentuk kepribadian individu.
3. Pemahaman tentang Stabilitas dan Perubahan Kepribadian: Eysenck
awalnya menganggap dimensi-dimensi kepribadian relatif stabil dan
tidak mudah berubah. Namun, seiring berjalannya waktu, ia
mengakui bahwa pengalaman dan perkembangan individu dapat
mempengaruhi perubahan kepribadian. Ia mengakui bahwa
pengalaman dan lingkungan juga memiliki peran penting dalam
membentuk dan mengubah kepribadian.
Perkembangan teori trait Eysenck melibatkan penambahan dimensi
kepribadian, pemisahan dimensi neurotisisme dan psikotisme,
pengembangan aspek biologis dan genetik, pemahaman tentang
stabilitas dan perubahan
kepribadian, serta kritik dan kontroversi yang berkembang.

33
Kritik Kritik atau Kekurangan teori trait Eysenck telah menjadi subjek kritik
oleh beberapa ahli dalam bidang kepribadian. Beberapa kritik tersebut
mencakup hal-hal berikut:
1. Generalisasi Budaya: Salah satu kritik terhadap teori trait Eysenck
adalah bahwa ia mengabaikan perbedaan budaya dalam kepribadian.
Teori ini dikembangkan dengan dasar penelitian di Inggris dan sering
kali tidak dapat diterapkan secara langsung pada budaya lain.
2. Teori trait Eysenck pengabaian terhadap dimensi kepribadian lain
yang dapat menjadi faktor penting dalam memahami variasi
kepribadian. Teori Eysenck hanya menggunakan tiga dimensi utama
(ekstroversi-introversi, neurotisisme, dan psikotisme), sementara ada
aspek-aspek lain seperti kecerdasan emosional,
3. Pengukuran Kepribadian yang Sederhana: Pengukuran kepribadian
dalam teori Eysenck didasarkan pada skala pengukuran yang relatif
sederhana dan sering kali tidak memberikan gambaran yang lengkap
tentang kompleksitas individu.
4. Penekanan pada Faktor Biologis: Kritikus juga menyatakan bahwa
teori
Eysenck terlalu menekankan faktor biologis dan genetik dalam
menjelaskan

34
kepribadian, sementara faktor-faktor lingkungan dan pengalaman
juga
memiliki peran yang signifikan dalam perkembangan kepribadian.

5. SOCIAL COGNITIVE THEORY

Struktur Selanjutnya, Dalam pendekatan sosial kognitif yang dikembangkan oleh


Albert Bandura, struktur kepribadian mencakup beberapa komponen
yang saling berinteraksi. Berikut adalah beberapa struktur kepribadian
yang relevan dalam pendekatan sosial kognitif:
 Konsep Diri (Self-Concept): Konsep diri mengacu pada persepsi
individu tentang diri mereka sendiri, termasuk penilaian, keyakinan,
dan gambaran tentang siapa mereka sebagai individu. Konsep diri
dapat dipengaruhi oleh pengamatan dan penilaian dari orang lain
serta pengalaman pribadi.
 Efikasi Diri (Self-Efficacy): Efikasi diri adalah keyakinan individu
terhadap kemampuannya untuk berhasil menyelesaikan tugas atau
mencapai tujuan tertentu. Ini mencerminkan keyakinan individu
dalam kemampuan mereka untuk mengatur dan mengeksekusi
tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
 Tujuan Diri (Self-Goals): Tujuan diri mencerminkan harapan dan
niat individu terkait dengan pencapaian dan keberhasilan. Tujuan diri
dapat mencakup tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang
mengarahkan perilaku dan usaha individu.
 Atribusi: Atribusi adalah cara individu memberikan makna dan
menafsirkan penyebab perilaku, keberhasilan, dan kegagalan.
Atribusi dapat mempengaruhi persepsi individu tentang kemampuan
mereka sendiri dan faktor-faktor eksternal yang berkontribusi
terhadap hasil.
 Norma Sosial: Norma sosial adalah aturan dan harapan yang ada
dalam masyarakat yang mengatur perilaku individu. Norma sosial
dapat mempengaruhi perilaku dan pengambilan keputusan individu
dalam berbagai situasi sosial.
Dalam pendekatan sosial kognitif, Albert Bandura menekankan bahwa
struktur kepribadian ini saling berinteraksi dan saling mempengaruhi
dalam membentuk perilaku dan kepribadian seseorang. Faktor-faktor ini
35
berperan dalam proses belajar dan pengembangan individu melalui
pengamatan, pemodelan, dan
pengaruh lingkungan sosial.

36
Dinamika/Prose Selain itu, Dalam pendekatan sosial kognitif yang dikembangkan oleh
s
Albert Bandura, terdapat beberapa dinamika atau proses yang terjadi.
Berikut adalah beberapa contoh dinamika atau proses yang terjadi dalam
pendekatan sosial kognitif:
1. Pemodelan: Proses pemodelan melibatkan pengamatan dan imitasi
perilaku orang lain. Individu belajar melalui mengamati dan meniru
perilaku yang mereka lihat dari pemodel yang relevan bagi mereka.
Pemodelan merupakan salah satu cara utama di mana individu
memperoleh pengetahuan dan mengembangkan keterampilan baru.
2. Atribusi: Atribusi melibatkan cara individu memberikan makna dan
menginterpretasikan perilaku, baik perilaku mereka sendiri maupun
orang lain. Atribusi dapat mempengaruhi motivasi dan sikap individu
terhadap belajar dan pencapaian tujuan.
3. Konsep Diri: Konsep diri adalah persepsi individu tentang diri
mereka sendiri, termasuk kepercayaan, nilai-nilai, dan pandangan
mereka terhadap diri sendiri. Konsep diri juga dapat mempengaruhi
motivasi dan perilaku individu.
4. Efikasi Diri: Efikasi diri adalah keyakinan individu terhadap
kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas atau mencapai
tujuan tertentu. Keyakinan ini dapat mempengaruhi motivasi, usaha,
dan ketekunan individu dalam menghadapi tantangan dan mencapai
keberhasilan.
5. Regulasi Diri: Regulasi diri melibatkan kemampuan individu untuk
mengatur dan mengendalikan perilaku mereka sendiri, termasuk
pengaturan tujuan, perencanaan, monitoring diri, dan penyesuaian
perilaku sesuai dengan situasi.
Perkembangan Pada, Pendekatan sosial kognitif yang dikembangkan oleh Albert
Bandura mengalami perkembangan seiring waktu. Berikut adalah
beberapa tahapan perkembangan pendekatan sosial kognitif Albert
Bandura:
1) Perkembangan awal: Pada awalnya, Albert Bandura mengembangkan
teori belajar sosial atau teori kognitif sosial pada tahun 1960-an.
Teori ini menggabungkan aspek-aspek kognitif, sosial, dan belajar
dalam menjelaskan bagaimana individu memperoleh pengetahuan

37
dan
mengembangkan keterampilan melalui interaksi sosial.

38
2) Fokus pada pemodelan: Salah satu konsep utama yang dikembangkan
oleh Bandura adalah pemodelan. Bandura menekankan bahwa
individu belajar melalui pengamatan dan imitasi perilaku orang lain.
Pemodelan merupakan proses penting dalam memperoleh
pengetahuan dan mengembangkan keterampilan baru.
3) Konsep diri dan efikasi diri: Bandura kemudian memperluas teorinya
dengan memasukkan konsep diri dan efikasi diri. Konsep diri
mengacu pada persepsi individu tentang diri mereka sendiri,
sementara efikasi diri adalah keyakinan individu terhadap
kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas atau mencapai
tujuan. Konsep ini memberikan pemahaman yang lebih dalam
tentang bagaimana individu memandang dan memahami diri mereka
sendiri dalam konteks belajar dan pengembangan.
Perkembangan pendekatan sosial kognitif Albert Bandura telah
memberikan wawasan yang luas dalam memahami bagaimana individu
belajar, mengembangkan kepribadian, dan mengatasi tantangan melalui
interaksi
dengan lingkungan sosial mereka.
Pribadi Sehat Kemudian,Menurut pendekatan sosial kognitif Albert Bandura, pribadi
yang sehat memiliki beberapa karakteristik. Berikut adalah beberapa hal
yang dikaitkan dengan pribadi yang sehat dalam perspektif sosial
kognitif:
 Efikasi diri yang tinggi: Pribadi yang sehat cenderung memiliki
keyakinan yang kuat terhadap kemampuan mereka sendiri (efikasi
diri). Mereka percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk
mengatasi tantangan, mencapai tujuan, dan menghasilkan perubahan
positif dalam hidup mereka.
 Kemampuan beradaptasi: Pribadi yang sehat mampu beradaptasi
dengan perubahan dan menghadapi situasi yang menantang. Mereka
memiliki fleksibilitas kognitif dan emosional untuk mengatasi stres,
menghadapi hambatan, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang berubah.
 Kemampuan sosial: Pribadi yang sehat memiliki kemampuan untuk
berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Mereka mampu

39
membentuk hubungan yang positif, memahami perspektif orang lain,
dan bekerja sama
dalam lingkungan sosial.

40
 Resiliensi: Pribadi yang sehat memiliki ketahanan mental dan
emosional yang tinggi. Mereka mampu pulih dari kesulitan dan
mengatasi rintangan dengan optimisme dan ketekunan.
Pendekatan sosial kognitif Albert Bandura menekankan pentingnya
faktor- faktor kognitif, sosial, dan pengalaman belajar dalam membentuk
kepribadian yang sehat. Pribadi yang sehat dalam konteks ini mengacu
pada individu yang memiliki keyakinan diri yang kuat, kemampuan
mengatur diri, adaptabilitas,
kemampuan sosial, dan resiliensi dalam menghadapi tantangan hidup.
Pribadi Pada Pendekatan sosial kognitif Albert Bandura tidak secara khusus
Sakit membahas pribadi yang sakit atau mengalami masalah kesehatan mental.
(Patologhy Namun, dalam konteks pendekatan ini, beberapa faktor atau karakteristik
) yang mungkin terkait dengan pribadi yang mengalami kesulitan atau
masalah kesehatan mental dapat dipertimbangkan. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi pribadi yang mengalami kesulitan meliputi:
 Efikasi diri rendah: Individu yang mengalami kesulitan mental
mungkin memiliki efikasi diri yang rendah, yaitu kurangnya
keyakinan dalam kemampuan mereka untuk mengatasi tantangan
atau mencapai tujuan tertentu.
 Penyesuaian diri yang buruk: Pribadi yang mengalami masalah
kesehatan mental mungkin memiliki kesulitan dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan sosial atau situasi tertentu. Mereka mungkin
menghadapi hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain atau
mengatasi stres.
 Pola pemikiran negatif: Pribadi yang mengalami kesulitan mental
cenderung memiliki pola pemikiran negatif, seperti persepsi yang
bias terhadap diri sendiri, orang lain, atau dunia sekitar. Pola pikir
negatif ini dapat mempengaruhi emosi dan perilaku mereka.
 Ketidakmampuan mengatur emosi: Individu dengan masalah
kesehatan mental mungkin menghadapi kesulitan dalam mengatur
emosi mereka. Mereka mungkin mengalami perubahan mood yang
tiba-tiba, kesulitan mengelola stres, atau masalah dalam mengontrol
impuls.
Penting untuk diingat bahwa pandangan mengenai pribadi yang sakit

41
atau mengalami masalah kesehatan mental dapat sangat kompleks dan
bervariasi tergantung pada konteks dan kondisi individu tersebut. Oleh
karena itu, untuk
memahami lebih lanjut tentang bagaimana pendekatan sosial kognitif
dapat

42
diterapkan dalam konteks pribadi yang mengalami kesulitan mental,
disarankan untuk mengacu pada penelitian dan literatur yang lebih khusus
tentang masalah
kesehatan mental.
Perubahan Dengan Seiring perkembangan waktu, pendekatan sosial kognitif Albert
Bandura telah mengalami beberapa perubahan dan pengembangan.
Berikut adalah beberapa perubahan yang terjadi dalam pendekatan sosial
kognitif:
 Perkembangan teori agensi
 Penekanan pada regulasi diri
 Penerapan dalam berbagai bidang
Kritik Adapun Pendekatan sosial kognitif Albert Bandura telah menjadi subjek
kritik dan tinjauan oleh beberapa ahli. Berikut adalah beberapa
kekurangan yang mungkin dikritik dalam pendekatan sosial kognitif:
 Determinisme lingkungan yang kurang ditekankan
 Kurangnya penekanan pada emosi
 Kurangnya perhatian terhadap faktor genetik dan biologis
 Kurangnya generalisabilitas

43
Lampiran 2
Upaya Mengatasi Kasus 2

Saya Khairunnisa Siregar, seorang psikolog yang akan menangani kasus klien saya, yang
bernama stan.

Klien : Saya ingin merasa setaraf dengan orang lain dan tidak selalu merasa menyesal atas
kehidupan saya. Saya tidak ingin menderita karena kecemasan dan perasaan bersalah ini. Saya
benar-benar ingin menjadi konselor yang baik bagi anak-anak, dan untuk melakukannya saya
tahu saya harus berubah. Saya tidak tahu bagaimana saya akan berubah, bahkan apa
perubahan-perubahan yang saya inginkan itu. Saya memang tahu bahwa saya ingin
membebaskan diri dari kecenderungan-kecenderungan ruang merusak diri dan belajar lebih
mempercayai orang lain. Barang kali apabila saya mulai lebih menyukai diri sendiri, maka
saya akan dapat mempercayai orang lain sehingga mereka akan menemukan dalam diri saya
sesuatu yang pantas disukai.

Saya (Khairunnisa Siregar) : "Terima kasih telah berbagi permasalahan Anda dengan saya.
Saya ingin memberikan beberapa pandangan dan saran untuk membantu Anda mengatasi
situasi ini. Pertama, penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki keunikan dan
perjalanan pribadi dalam menghadapi masalah.

saya menggunakan pendekatan teori Abraham Maslow karena merasa saya lebih tertarik
dan lumayan sering membaca teori pendekatan Abraham Maslow.

Kepribadian stan pada pendekatan teori Abraham Maslow >> Stan adalah seseorang
yang telah memasuki dewasa awal yaitu usia 25 tahun. ciri kepribadian Stan seorang yang
telah memasuki dewasa awal usia 25 tahun pendekatan teori kepribadian Abraham Maslow:

Aktualisasi diri: Pada tahap dewasa awal, individu cenderung lebih fokus pada
pertumbuhan diri, pengembangan potensi, dan mencapai tujuan pribadi. Stan
bertujuan untuk menjadi seorang konselor bagi anak-anaknya.
Pencarian makna: Individu pada usia 25 tahun seringkali mulai mencari arti dan
tujuan hidup yang lebih mendalam. Mereka berpikir tentang visi jangka panjang,
mencari passion dan pemenuhan dalam pekerjaan, hubungan, dan pencapaian pribadi.
Kreativitas dan ekspresi diri: Kepribadian dewasa awal sering ditandai oleh dorongan
untuk mengekspresikan diri secara kreatif. Individu pada usia ini mungkin mengejar
minat dan hobi pribadi, mengeksplorasi bakat mereka, atau berpartisipasi dalam
kegiatan seni atau kreatif lainnya sebagai bentuk ekspresi diri yang penting bagi
mereka.
44
Membangun hubungan yang mendalam: Meskipun kebutuhan cinta dan rasa memiliki
Maslow dianggap telah terpenuhi pada tahap sebelumnya, pada usia 25 tahun,
individu

45
dewasa awal masih mengembangkan hubungan yang mendalam dengan orang lain.
Mereka mungkin mencari keterhubungan emosional yang mendalam, kemitraan yang
berarti, dan ikatan sosial yang kuat.
Kesadaran diri: Pada tahap dewasa awal, individu cenderung memiliki tingkat
kesadaran diri yang lebih tinggi. Mereka mulai mengenali kekuatan, kelemahan, nilai-
nilai, dan tujuan hidup mereka sendiri. Kesadaran diri ini membantu mereka
mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi pribadi.

Itulah kepribadian stan yang terjadi pada tahap dewasa awal, kemudian latar belakang stan
yang mempengaruhi kepribadian satan. Permasalahan latar belakang stan cukup kompleks
dan rumit sehingga memungkinkan terjadinya rasa ketidaknyamanan dalam perkembangan
kepribadian stan.

Menurut teori kepribadian Abraham Maslow, latar belakang hidup yang buruk dapat
mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang. Maslow mengemukakan bahwa
kebutuhan dasar yang lebih rendah, seperti kebutuhan fisik dan keamanan, harus terpenuhi
sebelum individu dapat mencapai kebutuhan aktualisasi diri yang lebih tinggi.

Jika seseorang tumbuh dalam latar belakang hidup yang buruk, di mana kebutuhan dasar
tidak terpenuhi secara konsisten atau memadai, ini dapat memiliki dampak negatif pada
perkembangan kepribadian mereka. Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain:

Ketidakstabilan emosional: Ketidakstabilan dalam latar belakang hidup dapat


menyebabkan ketidakstabilan emosional pada individu. Mereka mungkin mengalami
kecemasan, stres, atau depresi yang berkelanjutan, yang dapat memengaruhi cara
mereka berinteraksi dengan dunia dan orang lain.
Kurangnya rasa aman: Kebutuhan dasar akan rasa aman dan stabilitas sangat penting
dalam teori Maslow. Jika individu tidak merasa aman dalam latar belakang hidup
mereka, baik secara fisik maupun emosional, hal ini dapat menghambat perkembangan
kepribadian mereka. Mereka mungkin memiliki kecenderungan untuk menjadi
waspada atau defensif dalam hubungan dengan orang lain.
Rendahnya harga diri: Jika individu sering mengalami penolakan, perlakuan kasar,
atau kegagalan dalam latar belakang hidup mereka, harga diri mereka bisa rendah.
Rendahnya harga diri dapat menghambat kemampuan mereka untuk mencapai potensi
penuh dan merasa puas dengan diri sendiri.
Keterbatasan pengembangan diri: Dalam latar belakang hidup yang buruk, individu
mungkin memiliki keterbatasan akses terhadap peluang pendidikan, pengembangan
46
keterampilan,

47
atau pengalaman positif lainnya. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka
untuk mengembangkan potensi dan mencapai aktualisasi diri.

“Meskipun latar belakang hidup yang buruk dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian
Stan, Stan masih memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang menuju potensi
penuhnya. Dukungan sosial, akses ke sumber daya, dan kesempatan untuk mengatasi trauma
dan kesulitan masa lalu dapat membantu Stan keluar dari kebingungan dan masalahnya.”

Selanjutnya Saran, Dukungan Dan Solusi Pada Stan.

Sebagai Seorang Psikolog Stan, Saya Memberi Upaya Untuk Membantu Stan Dengan
Pendekatan Teori Abraham Maslow.

Dalam pendekatan teori Abraham Maslow, ada beberapa upaya yang dapat membantu Stan
keluar dari kondisi yang terjebak dalam mengingat masa lalu yang suram dan buruk. Berikut
adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan:

Membangun rasa aman: Penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan
mendukung bagi Stan. Hal ini melibatkan menciptakan hubungan terapeutik yang
empatik dan mendukung, di mana klien (Stan) merasa diterima dan didengarkan
dengan tanpa penilaian. Keamanan emosional dan fisik adalah langkah pertama dalam
membantu klien melangkah maju.
Pemenuhan kebutuhan dasar: Pastikan bahwa klien (Stan) memiliki pemenuhan
kebutuhan dasar yang cukup, seperti kebutuhan fisik, keamanan, cinta, dan
penghargaan diri. Jika kebutuhan dasar ini masih tidak terpenuhi, upaya pemenuhan
kebutuhan tersebut harus menjadi prioritas, karena kebutuhan dasar yang tidak
terpenuhi dapat menghambat pertumbuhan dan pengembangan kepribadian.
Fokus pada aktualisasi diri: Dorong klien (Stan) untuk mengembangkan visi dan
tujuan yang bermakna dalam hidup mereka. Bantu mereka mengidentifikasi minat,
bakat, dan potensi yang ingin mereka kejar. Dukung mereka dalam mengeksplorasi
dan mengembangkan aspek- aspek diri yang positif dan membangun kepercayaan diri.
Reframing pengalaman masa lalu: Bantu klien (Stan) untuk melihat ulang
pengalaman masa lalu mereka dengan cara yang lebih positif atau konstruktif.
Ajarkan mereka untuk mengidentifikasi pembelajaran dan pertumbuhan yang
mungkin terjadi akibat pengalaman yang sulit. Mengubah perspektif dapat membantu
klien mengubah cara mereka melihat masa lalu dan membuka jalan untuk pemulihan.

48
Meningkatkan kesadaran diri: Dukung klien (Stan) dalam mengembangkan kesadaran
diri yang lebih tinggi tentang pola pikir, emosi, dan perilaku mereka. Bantu mereka
mengidentifikasi pola-pola yang tidak sehat atau negatif yang mungkin terkait dengan
masa lalu mereka. Dengan meningkatkan kesadaran diri, klien dapat mengubah pola-
pola tersebut dan mengambil langkah-langkah yang lebih adaptif untuk perkembangan
diri.
Mendorong dukungan sosial: Dukung (Stan)klien untuk mencari dukungan sosial
yang positif. Hal ini dapat melibatkan mengidentifikasi orang-orang yang mendukung
dan menciptakan jaringan sosial yang sehat. Mendapatkan dukungan dari orang-orang
yang peduli dan memahami dapat membantu klien merasa didukung dalam proses
pemulihan dan pengembangan diri.
Fokus pada pertumbuhan positif: Mendorong klien (Stan) untuk mengidentifikasi
kekuatan, sumber daya, dan prestasi positif dalam hidup mereka. Bantu mereka
melihat potensi dan kemajuan yang telah mereka capai, serta mengembangkan
kekuatan dan keterampilan yang mereka miliki. Fokus pada pertumbuhan positif dapat
membantu membangun rasa harapan dan motivasi untuk mengubah masa depan.
Setiap klien adalah unik, dan pendekatan terapeutik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik individu. Dalam pendekatan Maslow, penting untuk mengakui bahwa individu
memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, meskipun latar belakang masa lalu yang
sulit. Dukungan terapeutik yang empatik dan pemenuhan kebutuhan dasar yang adekuat dapat
membantu klien dalam mengatasi masa lalu yang suram dan menuju pertumbuhan dan
aktualisasi diri yang lebih baik.

49
DAFTAR PUSTAKA

Masri Singarimbun. 2008. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.


Zainudin A., dkk. 2011. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. Ketut Juliawati ni Dkk. 2016. Teori Belajar. Singaraja.
Effendi, A. S. 2013. Psikologi sosial. Prenada Media Group.
Sumintono, B., & Widhiarso, W. 2015. Aplikasi Penelitian dalam Bidang Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Andayani, dkk. 2017. Psikologi Sosial: Perspektif Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.
Dr. I Nyoman Puja. Psikologi Humanistik: Teori dan Praktik dalam Konteks Indonesia,
"Menemukan Makna Hidup: Perspektif Humanistik”.
Effendi, A. S. 2013. Psikologi sosial. Prenada Media Group.
Yuliana, Asnah. 2018. TEORI ABRAHAM MASLOW DALAM ANALISA KEBUTUHAN
PEMUSTAKA. Jurnal
Libraria, 6 (2), 349-376.
Dr. Ali Mustofa, dkk. 2023. FILSAFAT KESEHARIAN Praktik Pendidikan, Bahasa dan
Sastra. Indonesia: Giri Prapanca Loka.
Dr. Erna Nuraliyah. Mencari Makna Hidup: Pendekatan Humanistik-Transpersonal.
Zainuddin & Prof. Dr. Muhammad. Psikologi Humanistik Islam: Konstruksi Teoritis dan
Praktik dan Terapi Humanistik-Islam.
Bandura, A. 1997. Self-efficacy: The exercise of control. Waspada.
Bandura, A. 2001. Social cognitive theory: An agentic perspective. In Annual Review of
Psychology, Vol. 52, 1-26.
Bandura, A. 2005. The evolution of social cognitive theory. In R. Hassin, J. Uleman, & J. A.
Bargh (Eds.), The new unconscious (pp. 34-56). Oxford University Press.

50

Anda mungkin juga menyukai