Evaluasi adalah suatu proses yang menghasilkan informasi tentang sejauh mana suatu
kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan standar
tertentu untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara keduanya dan bagaimana manfaat
yang telah dikerjakan dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.
Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah
dicapai dengan rencana yang telah ditentukan. Evaluasi merupakan alat penting untuk
membantu pengambilan keputusan sejak tingkat perumusan kebijakan maupun pada tingkat
pelaksanaan program (Wijono, 1999).
Jenis-jenis evaluasi
1. Evaluasi formative, adalah evaluasi yang dilakukan pada tahap pelaksanaan program
dengan tujuan untuk mengubah atau memperbaki program. Evaluasi ini dilakukan untuk
memperbaiki program yang sedang berjalan dan didasarkan atas kegiatan sehari-hari,
minggu, bulan bahkan tahun, atau waktu yang relatif pendek.
Manfaat evaluasi formative terutama untuk memberikan umpan balik kepada manajer
program tentang hasil yang dicapai beserta hambatan-hambatan yang dihadapi. Evaluasi
formative sering disebut sebagai evaluasi proses atau monitoring.
2. Evaluasi summative, adalah evaluasi yang dilakukan untuk melihat hasil keseluruhan dari
suatu program yang telah selesai dilaksanakan. Evaluasi ini dilakukan pada akhir kegiatan
atau beberapa kurun waktu setelah program, guna menilai keberhasilan program.
Metode evaluasi
1. Metode 360 Derajat
Mendapatkan umpan balik (feeback) ganda, yakni selain dari pimpinan perusahaan/instansi,
juga berasal dari kolega hingga konsumen.
Prosesnya dilakukan setiap tahun, kepada seluruh elemen organisasi, dengan tujuan:
1.Memberikan umpan balik soal kelebihan dan kekurangan kinerja organisasi;
2. Mengenali arah strategis pengembangan organisasi;
3. Meningkatkan kolaborasi, saling pengertian antara unit organisasi;
4. Memberikan penghargaan dan insentif atas pencapaian prestasi; serta
5. Mengembangkan pembelajaran dalam hal keterbukaan menerima kritik.
Tujuan evaluasi
tujuan dari evaluasi program kesehatan adalah untuk memperbaiki program-program
kesehatan dan pelayanannya untuk mengantarkan dan mengarahkan alokasi tenaga dan
dana untuk program dan pelayanan yang sedang berjalan dan yang akan datang. Evaluasi
harus digunakan secara konstruktif dan bukan untuk membenarkan tindakan yang telah lalu
tau sekedar mencari kekurangan-kekurangan saja.Terdapat berbagai kesulitan dalam
melaksanakan evaluasi kesehatan, antara lain bahwa kebutuhan akan pelayanan kesehatan
melebihi dari yang diterapkan. Pendekatan sistematis dalam evaluasi dapat dilakukan untuk
menilai suatu program kesehatan. Penilaian secara menyeluruh terhadap program
kesehatan dapat dilakukan dengan menilai input, proses dan output. Pendekatan sistem
pada manajemen memandang organisasi sebagai suatu kesatuan, yang terdiri dari bagian
bagian (sumber daya, masukan, proses, keluaran, umpan balik, dampak dan
lingkungan).Dalam prakteknya, terdapat berbagai kendala dalam pelaksanan evaluasi,
Dalam melakukan evaluasi suatu perencanaan program dan implementasinya, terdapat
beberapa kendala, antara lain:
(a) Kendala psikologis, yaitu evaluasi dapat menjadi ancaman dan orang melihat bahwa
evaluasi itu merupakan sarana untuk mengkritik orang lair
(b) Kendala ekonomis, yaitu untuk melaksanakan evaluasi yang baik itu mahal dalam segi
waktu dan uang, serta tidak selalu sepadan antara ketersedian data dan
biaya;
(c) Kendala teknis, yaitu kendala yang berupa keterbatasan kemampuan sumberdaya
manusia dalam pengolahan data dan informasi yang tidak dapat disediakan tepat pada
waktu dibutuhkan. Kejadian in biasanya timbul ketika informasi dan data itu belum
dibutuhkan, maka biasanya hanya akan ditumpuk begitu saja tapa diolah;
(d) Kendala politis, yaitu hasil-hasil evaluasi mungkin bukan dirasakan sebagai ancaman
oleh para administrator saja, melankan secara politis juga memalukan jika diungkapkan.
Pisikologi komunikasi
Komunikasi sebagai ilmu yang multidisiplin mempunyai banyak pengertian dan makna
sesuai dengan latar belakang bidang ilmu yang memberi pengertian. Sehingga komunikasi
dapat diartikan dalam perspektif sosiologi, psikologi, psikologi sosial, antropologi, politik, dan
sebagainya.
Psikologi komunikasi mempunyai batasan makna yang sangat luas, meliputi segala
penyampaian energi, gelombang suara, tanda diantara tempat, sistem atau organisme. Kata
komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh atau
secara khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi.
Sehingga dapat dipahami bahwa komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan,
meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi.
Menurut Fisher peristiwa mental adalah internal mediation of stimuli sebagai akibat
berlangsungnya komunikasi. Sementara peristiwa behavioral adalah apa yang nampak
ketika orang berkomunikasi.
jika kita ingin dihargai ole orang lain kita juga harus menghargai orang lain, dengan
cara menjaga tutur kata kita agar tidak melukai serta menyinggung perasaan mereka.
Karena setiap kata yang kita ucapkan, bisa berdampak diri kita dan orang lain.
Seorang komunikator yang baik seharusya bisa untuk tidak membantah dan
meremehkan apa yang orang lain katakan terhadap perasaan dan juga pikirannya.
Bahkan hanya dengan mendengarkan perasaaan dan pemikiran yang di utarakan ole
mereka, kita sama saja sudah menghormati mereka. Memahami orang lain terlebih
dahulu yang bisa jadi orang it dari komunitas maupun budaya yang berbeda pada
masyarakat yang luas ini. Dari pahamnya kita tentang budaya maupun komunitas
yang berbeda, kita dapat mengetahui bagaimana dan apa yang sedan terjadi pada
budaya dan komunitas diluar sana. Menggunakan komunikasi dengan baik dan benar
juga dapat menjadikan kita sebagai orang yang tulus dalam berbicara juga berbahasa,
dan hal itulah yang akan berguna untuk masa depan kita.
Beragam manfaat tersebut akan dirasakan terutama ketika kita sedang berada di
wilayah dengan perbedaan kebudayaan yang kita miliki. Di mana bumi dipijak, di situ
langit dijunjung. Peribahasa tersebut akan menggambarkan bagaimana kita harus
mampu beradaptasi dengan cara berkomunikasi orang-orang yang berada di sekitar
kita. Menggunakan empati dalam berkomunikasi akan membuat kita lebih mudah
untuk emulai interaksi tersebut
Adanya kesetaraan akan membangun suasana yang akrab, karena masing-masing
dapat
berkomunikasi dengan nyaman. Adanya kesataraan dalam melakukan komunikasi
interpersonal dalam penikahan membuat perbedaan dapat dipahami dan tidak
dijadikan alasan untuk menjatuhkan pasangan.