Anda di halaman 1dari 21

SEJARAH SINGKAT &RAJA PURANANYA

PURA BESAKIH

Percetakan Offset &Toko Buku RIA


JR Plawa No, 43 Telp. (0361) 225219
otDENPASAR BALI
- 1 -

Sejarah Singkat & Raja Purananya


PURA BESAKIH

Kalau kita perhatikan halaman Pura Besakih yang


bertingkat - tingkat, mengingatkan kita kepada suatu bangunan
kuno di Pulau Jawa, yaitu Candi Sukuh dan Ceta di lereng
Gunung Lawu, susunan bertingkat - tingkat ini merupakan
pengaruh dari bangunan - bangunan pada jaman "megalith"
(jaman batu - batu besar), dengan demikian rupanya Pura
Besakih sudah sangat tua umurmya. Mithologie yang bersifat
tradisional tersebut tentang pendirian Pura Besakih adalah
Lontar "Markandeya Purana" yang menyebut tentang
datangnya rombongan transmigrasi dari Gunung Raung Jawa
Timur yang dipimpin oleh Rsi Maharkandeya, kemudian
menamai daerah tempat dimana rombongan transmigrasi itu
bertempat tinggal dan membuat perladangan dengan nama
"BASUKI". Perlu juga kami kemukakan, bahwa saat pertama
Rsi Maharkandeya datang di Besakih, rombongan beliau
ditimpa oleh bencana dimana banyak dari pengikut beliau
yang meninggal dunia, sehingga akhirnya beliau membuat
suatu upacara penanaman Pancadhatu (lima jenis logam
yaitu : emas, perak, tembaga, besi, permata atau timah) di
Pura Besakih. Adapun tujuan upacara itu untuk memohon
keselamatan, agar semua pengikut beliau terhindar dari
bencana, sejak itulah daerah ini dinamai BESUKI atau
BESAKIH, yang berarti SELAMAT.
Kemudian pada waktu Pemerintahan Raja Sri Wira
Dalem Keçari (Sri Keçari Warmadewa) yang memerintah
sekitar tahun 839 çaka (917 Masehi), menurut mythologie
beliau mengadakan perluasan dan perbaikan terhadap Pura
Besakih.
- 2 -

Di dalam prasasti yang oleh penduduk dinamai prasasti


Bradah yang disimpan di Pura Batu Madeg, salah satu bagian
dari Pura Besakih, ada dijumpai Candrasangkala "NAWA
SANGAPIT LAWANG", yaitu yang menunjukkan angka
tahun 929 çaka atau tahun 1007 Masehi. Jadi cocok sekali
dengan keadaan di Jawa Timur, yang waktu itu sedang
hancur, dan Raja Erlangga berada dalam pengasingan di
hutan, dan bertemu dengan seorarng pertama Mpu Beradah di
Lembah Citra. Mungkin Mpu Beradahlah yang diutus oleh
Prabu Erlangga sebagai kurir ke Bali menemui ayah beliau
Sri Udayana Warmadewa.

Dalam perjalanan Mpu Beradah ke Bali rupanya tidak


lupa beliau untuk bersembahyang di Besalkih, sehingga catatan
kedatangan beliau kita jumpai dalamn bentuk "PRASASTI
BERADAH" yang kamisebutkan diatas.
Dalam lontar "SRI JAYAKASUNU" menyebutkan,
bahwa Raja - Raja Bali yang mendahului beliau (Sri Jaya
kasunu) mengabaikan ibadat di Pura Besakih, sehingga
berakibat terjadi huru - hara dan bencana alam Kerajaan
dimana Raja - raja tidak bisa berumur panjang. Menginsyafi
adanya bencana - bencana yang luar biasa itu, maka Sri
Jayakasunu bersemadi di Pura Dalem (Dalem Puri diBesakih),
dimana beliau mendapatkan ilham dari alam niskala bahwa
raja yang memerintah di Bali harus ingat melakukan
ibadat di Besakih sebagai sthana lda Sang Hyang Pramesti
Guru, dan setiap GALUNGAN harus memenjor (memasang
penjor) sebagai tanda ucapan terima kasih kepada beliau
(Sanghyang). Barang siapa dari Raja raja di Bali yang
tidak mentaati bisama itu maka pemerintahannya tidak akan
aman / lama dan masyarakatnya akan kacau. Sejak itulah
Sri Jayakasunu (yang kira - kira tidak lain dari Sri Jayapangus)
yang memerintah tahun 1177 - 1181 (Masehi) selalu
3 -

menghadap ke Pura Besakih, dan tiap tahun melakukan


Upacara Piodalan di Pura tersebut. Perlu dijelaskan, bahwa
didalam Sejarah Bali memang betul sebelum Pemerintahan
Sri Jayapangus, terjadi masa lowong tidak ada prasasti
selama 22tahun, mungkin masa lowong ini merupakan masa
kekacauan dan umur Raja raja pendek sekali (mungkin
perang saudara atau lain - lain). Sejak Sri Jayakasunu dan
seterusnya Raja - raja di Bali tidak permah lagi melakukan
pengaci (upakara) di Besakih, yarng hingga kini disebut
"KARYA BETARA TURUN KABEH".
Pada pemerintahan Majapahit dimana di Bali
memerintah Sri Kresna Kepakisan, pengaturan upacara dan
waktu waktu Pura Besakih ditertibkan, dan sampai
sekarang masih dijadikan pegangan Prawartaka Pura Besakih
dalam melakukan upacara dan wakaf tersebut tercarntum
dalam "LONTAR RAJA PURANA BESAKIH".
Upacara "Karya Betara Turun Kabeh" yang dilakukan
tiap - tiap tahun sekali yakni jatuh Purnamaning Kedasa
(kira - kira pada bulan penuh di Bulan April) biasanya bukan
saja dihadiri seluruh umat di Bali, tetapi juga dari seluruh
tanah air Indonesia dimanapun mereka berada.
Tetapi disebabkan oleh soal - soal pembiayaan, maka yang
datang dari luar Bali hanya Pimpinan - Pimpinan Unit saja.
Juga orarng - orang yang sangat penting (The very
importance person) kalau berkunjung ke Bali sering kali
berkunjung ke Pura Besakih, antara lain :
1. Bapak Presiden R.I. (Bapak Jendral Suharto)
2. Almarhum Bapak Jendral Yani
3. Kaisar Heilesalasi dari Ethiopia
- 4 -

4. Ratu Yuliana dari Negeri Belanda


5. Pangeran Bernhard dari Negeri Belanda
6. Raja Nepal
7. Tokoh - tokoh Umat Hindu dan Budha dari seluruh
dunia.

Beliau - beliau yang pernah berkunjung di Pura Besakih


itu pada umumnya atas kesucian serta keheningan Pura
dan alam sekitarnya, dan juga merasa mendapat
ketentraman bathin setelah sampai di Pura Aqung
Besakih itu.

Sekian, sejarah singkat PURA BESAKIH.

(Bahan Prawartaka)

nyoka
1995
- 5

RAJAPURANA:
BESAKIH

De V a n bha vay a n t a n en a
ted e va bh a vay a ntu Va h

p ar as p ar a m bh a va y a ntah
Sre y ah pa r a m a v a p syathah.

(Bhagawad Gita).

Seyogyanyalah yadnya itu sungguh terpuji. Setiap


melakukan yadnya, setiap itu pula kita semakin menambah
kesadaran jiwa, kemantapan batin, kesemarakan rohani, dan
ketegaran jasmani dalam kehidupan beragama.
Seyogyanyalah yadnya itu kita perhatikan dan laksana
kan. Sebagai makna dalam petikan kitab Pancamaweda,
Bhagawadgita diatas, seyogyanyalah maknanya kita perhati
kan dan laksanakan. Artinya, dengan pengorbanan yang tulus
ini, engkau menyuguhkan hidangan kepada dewa dewa,
serta mohon kepada dewa - dewa itu memberi makna
kepadamu, jadi dengan saling memberikan itu engkau akan
mencapai kebaikan tertinggi.
Alangkah mulianya konsep dan makna yadnya
sebagai terpatri dalam Bhagawad Gita itu pada hidup dan
kehidupan ini. Begitu halnya yadnya besar yang segera
Kita songsong Pancawalikrama di Besakih. Karena itu pula
- 6 -

maksudkan,
tulisan ini diturunkan. Suatu hal penulis
terdorong pada rasa diri belum dan tiada mampu menghatur
embun
kan suatu yang bernilai materi, hanya sebagai setitik pa
bunga persembahan pengungkapan rasa bakti pada diberikan
Dewa dan Batara (Ida Sang Hyang Widhi) yang perbuatan
dan memberikan makna di Pura Besakih. Hal
sebuah "Catatan dari Raia Purana Besakih".

Raja Purana
Kenapa mesti naskah itu? Lontar
Pangandika Ring Gunung Agung atau sering juga disebut
memiliki arti tertentu
Raja Purana Puran Besakih, tahun sekali,
sehubungan dengan karya agung sepuluh Maret 1989.
Pancawalikrama yang segera terlaksana 8
Raja Purana Pangandika Ring Gunurig Agung yang ditulis
di Bali, berupa
pada masa kemuliaan Kerajaan Majapahit hukum secara
kewajiban
suratan piagam yang mengandungmasyarakat di Bali pada
jasmani dan rohani mengikat berbagai hal. Dari masalah
zamannya. Piagam itu mengatur
pura (pertegalan dan persawahan) milik pura, dan
laba pura pura
tata cara pengaturannya, pemeliharaankewajiban umat
khususnya di Besakih, sampai dengan tingkatannya di
menghaturkan puja wali dalam berbagai
Pura Besakih, beserta dengan maknanya.

sebagai
Lontar Raja Purana Pura Besakih ini boleh jadi
Peringatan'
sumber hukum masyarakat Bali atau "Tugu pertengahan,
masyarakat Bali zaman Kerajaan Bali di abad
khususnya dalam mengatur bangun banqun dan bentuk
dihaturkan di Pura
saji - sajian yang mesti dilakukan dan
Besakih (Gunung Agung). Hal ini sudah baku menjadi
"Piagam"/Awig - awig) Dalem (Raja). Isi teks lontar Raja
Purana Pangandika Ring Gunung Agung mengingatkan
- 7

kepada para petugas di Pura Besakih, seperti Anglurah


Kabayan di Besakih, Sedahan Ler di Selat (Baledan)
memelihara dan menegakkan isi piagam Dalem ini.
Iki cinarita Pangandika Ring Gunung Agung
munggwing prasasti Raja Purana Pamancangah Anglurah
Kabayan ring Gunung Agung. Rumaksa saturun ring sedahan
ing ler, masenetan ring gumi Baledan, saturun tunggal
pamongmong sapara pangandika.

Lontar Raja Purana Pura Besakih memberikan petunjuk


kepada masyarakat Bali khususnya, mengenai tata Cara
menentramkan dunia, agar selamat dari mara bahaya,
seperti kekeringan dan perang sehingga berpahala
Hal yang disebutnya dengan : Caritaning mulia.
palana amukti lama. pangenteg_ Bali,
Raja Purana Pura Besakih boleh jadi
merupakan
petunjuk dasar kita untuk mengetahui para leluhur
manifestasi Sanghyang Widhi yang disemayamkan pada dan
sekian banyak bangunan pelinggih sebagai tugu -
peringatan. Dan sudah sepantasnya umat tugu
dengan sebaik - baiknya. memeliharanya
Banyak sekali disebutkan dalarm Lontar Raja
Pangandika Ring Gunung Aqung ini, perihal para Purana dewa
yang disemayamkan pada suatu
dan jenis bangunannya. Dari meru pelinggih beserta bentuk
bertingkat satu bertiang
empat sampai bertingkat sebelas, Dari
nya Dewa Manik Mas sampai tempat bersemayam
Batara Pangubengan,
Umpama yang lainnya. Pelinggih Padmasana
Purana ini disebutkan sebagai dalam Raja
pelinggih yang utama,
- 8

melambangkan kebahagiaan, ketentraman dan kebebasan


pikiran : lilajnana ngaraning padmasana. Padma
nglayang adalah lambang Gunung Agung. Gunung Batur
adalah lambang Gunung Indra Kila.
Raja Purana Pura Besakih ini merupakan piagam
yang harus ditaati isinya. Piagam ini adalah anugrah dari
Dewata Nawa Sanga kepada masyarakat Bali dalam koordinasi
penguasa dan stapnya. Rakyat Bali wajib memelihara
bangunan - bangunan suci di Bali khuSusnya Besakih dengan
biaya pelaba pura boleh jadi semua tanah ladang dan sawah
di Bali pada masanya, menurut Raja Purana ini adalah pelaba
pura, hasilnya diutamakan untuk berbagai keperluan di Pura.
Suatu hal yang memang diberikan kekuatan mitologi, sebagai
peringatan yang disabdakan oleh Dewata Nawa Sanga.
"Uduh kita manusa pada, aja kita langgana ring
aku. Tatan kita amungu kahyangan ring Gunung
Aqung, linggih sadewa - dewa, Yan hana rug tan kita
anangun, tan kakten wastu kita masuduk ring pun
kita, wastu kit tan hurip. Tumpur kita pada tan kita
pada anienganrahavu :

Hai kamu manusia di mayapada jangan engkau durhaka


kepadaku, jika engkau tidak memelihara pur pura di
Besakih persemayaman para dewa masing - masing dan
kalau ada yang rusak tidak engkau perbaiki atau tidak bakti :
semoga kamu saling tikam dengan keluargamu dan semoga
engkau binasa, martabatmu akan surut dan menderita serta
jauh dari keselamatan. "Demikian bisama atau amanat
Dewa Nawa Sanga kepada para penganut Siwa dan Buda
atau masyarakat luas pada zamannya. Hal yarng dimaksudkan
agar masyarakat tetap memelihara, termasuk melakukan
KORBAN SUCI, YADNYA di Pura Besakih. Ling Nawa
- 9 -

Sanga kamreccopada, Boddha Siwa catur wong.


Rugata ring kahyangan Gunung Agung.
Dalam hal wali atau yadnya yang patut dilakukan
beragam jenis dan tingkatannya. Raja Purana Pura Besakih
ini memang menonjol menyebutkan saji - sajian, yang harus
dihaturkan untuk Pura Besakih. Dari haturan prayascitta
salwiring durmanggala, amanc Bali Krama, sampai
Eka Dasa Ludra disebutkan.

Dalam rangka menyambut karya Agung Panca


walikrama, Besakih 8 Maret 1989 ada baiknya tata cara
upacara dan upakara menurut Raja Purana Pangandika Ring
Gunung Agung dipetik teksnya. Sebagai berikut :
Nihan amanca Bali Krama. Druwya Dalem, rawuh
anemu salin tenggek, ring panataran, ring Gunung Agung ;
husan ring Gunung Agung ring bancingah agung ; nora
sahika, ring Pasar Agung. Wus ring desa -desa, nista madhya
uttama, caru ring sor. Lodaksaka, mateyan, kelala, wancira,
bagukan, hirengan, kebo bang, kebo hireng, wedus, angsa,
undhan, ayam ; natar mrajah "Yama Raja". Utama sukupat
belang kalung, mahurip anut rupa mawatek huriping bhumi.
Sami inebat binayang bayang, wittamasan 2, tamas,
maulam - ulam hebat - hebatan genep karangan 1jejatah calon
pada 45. Kambing jajatah 40, jajatah calon. Bebek, ayam,
jajatah calon, saro, 20 galah, anuta kadi dumun. Pusadhi
9 tungguh, anut upa mwang hurip. Makumaligi, jangan
sakawali, balung gagendhing, jajatah sahayung, ring paneyan.
Tumpeng 2 papanggang ayam wiring, tekaning sekar. Petu,
sega tamasan, injin, Caru ring sor, daging tukad, daging
sawah, hurip. Ayam hireng sumalulung, tunangun (winangun),
hurip, harcbang, putih, jajatah calon, sasalah anut rupa,
- 10

sangkowi, kiwa tengen 2, macan, jaja, 127, manjangan 111,


banten ring sor yamaraja, pabangkit hapa apajeg manca

Mapanjeneng anut rupa : ayam 5, buda, mapagu 5,


madaging tumpeng, mahulam jajatahcalon pada 1, masampyan
naga sari, jinah 25 sowang. Macawu renteng, madaging
rupa, hurab bang putih tan mari, dinuluran sasantun, anuta
hurip, bayang - bayang kebo bang, cemeng. Winangun hurip.
masangkowi 2, nasi tumpeng injin, taledarn daun byah. Sega
warna talujungan. Panggungan marawis anut rupa. Jawung
jawung mapinda senjata, sanggah cucuk 5, mahubag - habig.
anut rupa. Andhudu, peji, pisang woh utuh, hisepan, woh
sahijeng, sedah gulungan. Sajeng sabarerong. Arak berukan
makadi berem, tegen - tegenan, phala bungkah phala gantung,
gigitik canging. Sami pagungan maka lalima m.adaging
pabangkit pada madandangan, genep magelar sanga anut
bhawana, sasalah artha, 1700. Saparadeg sowang - sowang
pras,benang atukel, jinah 227, daging kumaligi, beras 11 desa
mahadan toya 11, swahan madan ji 100, benang atukel.
Masanggar tawang rong tiga, masuci, macatur, malingga,
munggah ring sanggar tawang petang dandanan, guling
bebek 1, lada mwangcatur 3, ukud, saput catur 4 ukud.
Ring panggungan ajeng sang amuja : ring purini dewa
dewa, sama katuran banten suci - sucyan pada madandanan
kabeh. Makadi pada masasantun. Maprasiddha ginamalan,
sababali saregep, sang pararyyanga bhakti ring Bhatara Nawa
Sanga. Bhalanya landuh gumi Bali, nora halanya. Iki caru
ning bhumi.
Sang amuja Siwa Boddha, Sengguhu, Dukuh, Rsi Sewa
Soghata sami angayuni gawa amuja, paryuk anar alit, 25.
Ginarantim wenang, dutta rupa, paryuk pangendhangan 5,
- 11 -

pane gede anar 5, alit 10. Kuskusan anar 5 cobek alit,


niyu15, hilir 6, beras tapisan 5 tapis, jinah 500. Ring tengah
sekar ura, kawanghi, genep, unen - unen pepek, telas.
Caru tangguning desa : banteng, cacayang, talujungan
gedang 3. Masangkowi 11. Sega tamasan 2. Ulam karangan
5 karang. Sega sokan 5. Sajeng sahumbeh, sasalah artha
2000. Saparadeg. Sona leba bungkem. ianguna hurip. Cacaya
9, tanding. Sajeng sabrerong ayam badeng sumalulung
2ukud, tumpeng barng hireng 2 bungkul. Sega sawakul,
ahulam pepecel wijung, sajeng saberuk. Artinya : Ini kurban
Mancawalikrama. Mernjadi kewajiban dan tanggung jawab
penguasa (Raja). Dilaksanakan setiap pergantian bilangan
puluhan tahun çaka di Penataran Aqung Besakih, di Bancingah
Agung, kalau tidak demikian di Pasar Agung. Setelah di
laksanakan terlebih dahulu di desa - desa dengan kurban yang
kecil (nista), sedang (madya) dan besar (utama). Kurban utama
dihalaman terdiri dari : harimau, menjangan, banteng, kidang,
bagukan, kera hitam, kerbau merah, kerbau hitam, kambing,
angsa, belibis (itik liar), ayam. Pada halaman dibuat gambar
YAMA RAJA. Yang utama binatang berkaki empat belang
pada lehernya disesuaikan dengan nilai penjuru bumi.
Semua itu dagingnya dicencang dijadikan lauk-pauk, dan
kulitnya direntangkan dijadikan dua tamas berisi lauk
daging yang dicencang, lauk karangan yang lengkap, sate calon
masing - masing 45, sate kambing 40, sate dan adonan itik
ayam masing - masing 20 sesuai dengan yang sudah - sudah.
Posadi sebanyak 9 buah, sesuai dengan warna dan neptu
(nilai). Kumaligi, jangan sakawali, balung gegending (tulang
lutut kaki belakan), sate sahuyung, calon sahuyung dalam
panai, tumpeng 2 buah, ayam wiring (berbulu merah) di
panggang, bunga, kera hitam, nasi tamasan injin (dari beras
hitam). Kurban/caru dibawah (sor), ikan sungai, binatang
sawah yang masih hidup, ayam hitam sumalulung winangun
- 12 -

hurip (anak ayan), nasi merah dan putih, sate calon ditempat
kan sesuai dengan warma, sengkOwi di kiri kanan 2, macan
beserta sate 27, menjangan beserta sate 111, sajen dibawah
Yama Raja pebangkit banyaknya 1, pajeg manca warna
(lüma warna). Mapanyeneng sesuai dengan warna, ayam 5,
buda, mapagu, berisi tumperng dengan lauk sate calon masing -
masing 1, berisi sampian naga sari, sirih, uang 25 kepeng,
masing - masing 1, berisi sampian naga sari, sirih, uang
kepeng. masing - masing 1 berisi cau renteng sesuai dengan
warna, terutama urab bang dan urab putih beserta sesantun
esuai dengan neptu, bayang - bayang kerbau merah, hitam
yang dipolakan seperti hidup, berisi sengkowi 2, nasi
tumpeng dari beras hitam (injin), beralaskan daun biah (sejenis
talas), nasi berwarna beralaskan daun telujungan, panggungan
5 berumbai - rumbai sesuai denyan warna, jawung berbentuk
senjata, sanggah cucuk banyaknya 5, berubag - abig, sesuai
dengan warna. Andudu, peji, pohon pisang yang berbuah
beserta jantungnya tebu, pinang setandang sirih segulung
nira sebrerong, arak berem masing - masing setempurung
kelapa, tegen - tegenan, umbi - umbian dan buah - buahan,
tongkat/pemukul dari kayu canging. Kelima panggungan itu
masing - masing pebangkit satu dandanan dan gelar sanga
sesuai dengan tempat /bumi diisidengan uang 1700 kepeng
dan perlengkapannya, peras benang setukel, uang 227, daging
kumaligi, beras terkenal disebelah desa, 11 macam air, uang
100, bernang setukel.
Bersanggar tawang berpetak tiga, bersenta suci, catur
berisi lingga diternpatkan diSanggar Tawang empat dandanan,
quling itik 4, lada beserta catur 3 buah, saput catur sebanyak
4 kuub.
- 13 -

Di panggunan di depan pendeta memuja pada sta


para dewa masing - masing dipersembahkan sajen suci
sedandanan terutama sesantun. Diiringi gambelan dan tari -
tarian sakral selengkapnya. Semua para arya bersembahyang
ke hadapan Betara Nawa Sarnga. Ini kurban/caru bumi.
Yang memimpin mengatur upacara : Pendeta Siwa
Buda Sengquhu, Dukuh, Resi Sewa Soghata di dalam memuja
mengantar upacara menghadapi : periuk kecil yang belum
pernah dipakai 25, dikat dengan benang sesuai dengan
warma, periuk besar/pengedangan 5, panai besar yang baru 5,
yang kecil 10, kukusan yang baru 5, panai kecil 5, nyiru 15.
kipas 6, beras tapisan 5 kantung, uang 500 kepeng, di
tengah - tengah sekarura, kawangen secukupnya, tabuh
tabuhan dan tarian sakral.

Sele s a i.
Kurban caru diperbatasan desa : daging barnteng yang
dicencang ditaruh dengan teratur diatas helai daun pepaya,
sengkowi 11, nasi tamasan 2 tamas, ulam karangan 5 karang,
nasibakulan 5 bakul, nira 1 umbah dan uang kepeng 2000, kain
secukupnya, anjing bang bungkem dipolakan seperti hidup,
cacahan 9 tanding, nira 1 umben/brerong, ayam hitam
sumalunglung 2 ekor, tumpeng merah dan hitam 2 buah, nasi
berlauk daging pecel babi hitam, tuak setempurung kelapa.
Demikianlah upacara dan upakara dalam karya
Pancawalikrama menurut lontar Raja Purana Pangandika
Ring Gunung Aqung atau Raja Purana Pura Besakih. Dan
harapan atau tujuan dari yadnya itu mohon kebahagiaan dan
selalu berniat baik. Kurban caru itu mesti dilaksanakan,
terlebih lagi bila bumi mengalami kegoncangan atau tidak
tentram. Dan itu mesti ditaati oleh semua masyarakat.
- 14 -

Suatu hal yang dijelaskan dalarm Raja Purana ini sebagai :


phalanya suka karep hayu. Iki kramaning caru gumi kambhang.
Patuh wong sajagat.

(oleh : Drs. I. B. Rai Putra)

s**** NYOKA
- 15 -

TAMBAHAN :dengan

PURA SAMUAN TIGA

Setelah upacara wali di Pura Besakih maka kemudian


ang akan teringat dengan Pura Samuan Tiga Pura Sad
Kahyangan yang terletak di desa Bedahulu Gianyar. Kini
walaupun tidak ada upacara wali di Pura tersebut kini kian
hari makin ramai dikunjungi orang karena sekarang di depan
Pura Samuan Tiga ini didirikan sebuah stage Information
tourist atau yang sekarang disebut dengan Sabha Budhaya
untuk menjaga kemurnian dan keutuhan kebudayaan Bali
dari unsur -unsur yang bertentangan dengan kebudayaan itu
sendiri. Maka didalam derap era pembangunan dua puluh
lima tahun ini Pemerintah berusaha menyediakan sarana
sarana untuk membina nilai nilai kebudayaan Bali yang
berkembang dan tumbuh pada masyarakat bawah. Dengan
adanya cover/open stage di muka Pura Samuan Tiga ini
posisi dan situasi Pura seolah - olah berkaitan dengan stage
atau sabha budhaya ini.

a. Letaknya
Pura ini terletak disebelah timur Desa Bedahulu
Kecamatan Blahtbatuh Kabupaten Gianyar. Pada
pertigaan jalan sebelah timur Gua Gajah, yang
akan menuju ke Tampaksiring ada jalan ke timur
itulah jalan ke Pura Samuan Tiga kurang lebih hanya
dua ratus meter dari jalan raya tersebut. Sekarang
kendaraan tidak bisa langsung sampai ke pintu
gerbang Pura (pemedal) karena kendaraan harus
- 16 -

sudah parkir di ujung barat dari stage tersebut kira


kira hanya lima puluh meter dari pertigaan, kemudian
tamu atau orang harus berjalan kaki ke timur
sampai didepan Pura tersebut. Dalam berjalan kaki
inidisuguhkan suatu situasi yangmenyebabkan orang
akan terus memperhatikannya. Inilah keunikan dari
Information Stagedi Samuan Tiga ini.

b. Keadaan / Pembagian Pura :


Seperti halnya Pura - pura lainnya di Bali Pura
Samuan Tiga ini terbagi atas tiga bagian yaitu
jaba sisi, jaba tengah, dan jaba jeroan. Antara jeroan
dan jaba tengah terpisah dengan tembok dan tempat
yang ketinggian teratur mererdah seperti teras.
Pura Samuan Tiga merupakan suatu komplek, Pura
Samuan Tiga pura induknya dengan pura
pesanakannya yaitu : Pura Bukit, Pura Melanting,
Pura Delangu, Pura Dalem Puri, Pura Marga
Bingung, Pura Santrian. Dalam Pura Samuan Tiga
ini disamping arca - arca Çiwa seperti Ganeça yang
terletak di Pura Telangu terdapat pula arca - arca
Budha, yang menandakan adanya sincreteisme pada
komplek Pura ini. Menurut ceritra seorang pengem
pon Pura itu ketika kami berkunjung kesana beliau
mengatakan sampai sekarang belum terungkapkan
secara pasti bagaimana sejarah Pura ini. Hanya ia
mengetalhuinya bahwa disini katanya tempatnya
BERUNDING (sarnua tempat PESAMUAN) Bhatara
Tri Sakti untuk memperbaiki kembali keadaan
masyarakat yang telah dikacau balaukan karena
kelaliman Sang Mayadanawa yang bersemayam di
Bedahulu Gianyar. Tentu ceritra ini cukup menarik
- 17 -

tetapi dasar yang kuat masih perlu diungkapkan


mengingat kinidi depan Pura itu ada Stage Information
Tourist dan bagaimanapun akan menjadi sasaran
pertanyaan para tamu yang mengunjungi Stage ini.
Tamu -tamu itu pasti akan menanyakan akan Pura
ini karena posisi didepan gapura Pura inilah terletak
Cover / Open Stage yang menjadi tempat per
tunjukan. Karenanya sangat perlu diungkapkan
sejarah Pura ini apalagi di Pura ini tidak ada ter
simpan prasasti. Dan salah satu hal yang sangat
menarik dari keunikan Pura iniyalah cara pembagian
dan melakukan pekerjaan pada waktu upacara wali.
Adanya spesialisasi pekerjaan yang merupakan
keturunan dan diperkuat oleh keyakinan seperti
misalnya PERMAS spesial menghhusus, tukang
membuat banten dan memutus upacara, jamabangari
para pengayah yang melakukan pekerjaan,
menyediakan ebat - ebat banter dan yang ber
hubungan dengan itu, RQBAN - pengayah dalam
melaksanakan upacara dan PAREKAN - semacam
pemaksan (anggauta) yang mengempon Pura dan
pada waktu upacara wali selalu berpakaian putih -
putih selama Batara nyejer, selama 11 hari pada
Purnamaning kedasa.

Dan pada waktu upacara wali ada suatu tarian yang


khas hanya ditarikan di Pura ini saja yaitu tarian masiat
sampiyan ( peperangan dengan sesajen ), disamping tari
perejangan yang ditarikan oleh para peramas tadi.
Hal inilah yang sangat ramai dilakukan oleh para parekan.
Tentunya hal ini akan sangat menarik hati para Tourist
yang mengunjungi Pura Samuan Tiga ini, lebih - lebih kini
dengan adanya Stage of Information Tourist di depan Pura ini.
- 18 -

Keadaan Pelinggih :

Seperti apa yang kami coba uraikan tadi Pura Samuan


Tiga ini adalah merupakan sebuah komplek Pura dengan Pura
pesanakannya yang berada di sekitar Pura Induk dan
malahan dalam Pura Induk sendiri terdapat Pura - Pura
fungsional sepertidi Pura Besakih, yang keadaan pelinggihnya
perlu mendapat perbaikan. Banyak pelinggih yang perlu
segera diperbaiki ada yang retak karena gempa dsb.nya
Namun kalau kita bandingkan jumlah pelinggih dengan
kemampuan pengemponnya dan jumlah laba Pura tidak begitu
luas hal ini perlu mendapat perhatian karena di komplek
Pura ini banyak terdapat arca arca Purbakala yang
mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Di samping itu dengan
adanya Stage di depan Pura ini perlu diserasikan keadaan
Stage dengan keadaan Pura, agar jangan Pura itu begitu
rusak keadaannya akan terus berdampingan dengan Stage
yang unik, artistik dan menarik.

Demikianlah sekilas kami sampaikan sedikit tentang


PuraSamuan Tiga yang berdampingan dengan Sabha Budaya
Samuan Tiga atau Stage Information of Tourist di Samuan Tiga
yang makin ramai dikunjungi orang dan sejarah Pura belum
begitu banyak terungkapkan orang - orang hanya mewarisi,
memang begitu keadaannya dari semenjak dulu. Dan kini hal
semacam itu tidak bisa dipertalhankan lagi bagaimanapun
nantinya para tamu itu mesti akan menanyakan tentang
keadaan dan sejarah Pura Samuan Tiga ini karena persis
berada di depan Cover dan Open Stage akan dipakai tempat
pergelaran Kesenian Bali.
Apakah kira - kira kemudiannya Pemerintah Daerah bisa
mengangkat sejarah Pura ini secara lengkap dan dituangkan
- 19 -

pada folder yang memuat tentang tempat - ternpat menarik


untuk dikunjungi diseluruh Kabupaten Gianyar ini sehingga
para Tourist mendapat gambaran yang pasti akan tempat
yang dikunjungi.

(oleh : Nyoman Manda )

OM, Ksamaswamam.

toe ### artha


1997

Anda mungkin juga menyukai