Anda di halaman 1dari 3

Dang Hyang Astapaka

Pesraman Dang Hyang Astapaka dalam


Estetika Pura Dang Kahyangan Taman Sari,
Budakeling
Dang Hyang atau Mpu Astapaka adalah seorang pendeta siwa
buddha yang melakukan perjalanan suci "Dharma Yadnya" ke Bali
pada tahun 1530 M atas permohonan Raja Dalem Waturenggong
yang saat itu agar dapat melaksanakan Yadna Homa / Agnihotra
demi kesejahteraan rakyat di kerajaan Bali.

Dalam silsilah dan kisah bhagawanta, Dang Hyang Astapaka


merupakan,

Putra dari Dang Hyang Angsoka dan juga


Keponakan dari Dang Hyang Nirartha.

Beberapa Tempat Suci dan sarana upakara yadnya yang telah


dibangun dan dibuat oleh Dang Hyang Astapaka saat beliau di Bali
disebutkan :
Pura Tamansari di Budakeling sebagai pesraman, yang saat
ini keberadaan pura tersebut sebagai dang kahyangan di Bali
untuk mengenang kisah perjalanan suci beliau ke Bali.
Saat Dalem Waturenggong wafat, dibuatkanlah Naga Banda
yang mengiringi jenazah sang Raja menuju alam sunya.

Kisah Perjalalanan suci ke Bali.

Dalam kunjugannya, kisah perjalanan Dang Hyang Astapaka,


catatan Selwkumar (SriSaybaagawan) yaitu seorang wisatawan
yang berkunjung ke Bali menceritakan bahwa Dang Hyang
Astapaka awalnya tinggal di daerah keling jawa timur sebagai
tanah leluhur beliau.

Diceritakan sebelum Dang Hyang Astapaka melaksanakan


kewajibpan perjalana suci" Dharma Yadna" ke Bali, beliau terlebih
mengaturkan sembah suci (Lagura) kehadapan ayahnya yaitu
tahun 1530 M.

Tak terhitung lama dalam perjalanan, sampailah Dang Hyang


Astapaka di desa Mas Gianyar ditempat Pasraman Paman Beliau
yang bernama Dang Hyang Niratha.

Dengan sekma sera sujud Bakti, Dang Hyang Astapaka kehadapan


Dang Hyang Niratha, disertai Puja-Stuti serta penuh kedamaian.

Beliau menyambut kedatangan Sang Jina Putra di Pasraman Mas


Gianyar dan dengan senang hati Raja Dalem Waturengong segera
mengutus Bendesa untuk memohon agar Sang Maha Rsi Siwa
Budha itu datang bertemu raja Sri Aji Dalem Waturenggong di
Swecapura.

Keesokan harinya kedua Maha Rsi itu berangkat bersama para


mangala utusan Dalem mengadap Sri Aji Bali.

Demikian dituturkan kisah perjalanan suci Dang Hyang Astapaka


ke Bali oleh seorang wisatawan. Sehingga bagi wisatawan yang
baru tiba di Bali khususnya yang melewati Gilimanuk, saat ini
telah dibangun Candi Buddha Vihara Astapaka, Ikon Baru di Bali
yaitu dengan telapak tangan Buddha yang menghadap ke depan /
Abhaya Mudra merupakan simbol rekonsiliasai dan perdamaian,
simbol Bali sebagai Pulau Perdamaian.

Dalam Babad Karangasem juga disebutkan, Danghyang Astapaka


merupakan guru dari I Gusti Oka (raja ke II Karangasem), yang
mempunyai pesraman di Bukit Mangun, di desa Toya Anyar.
***

Anda mungkin juga menyukai