Anda di halaman 1dari 132

STRATEGI PEMASARAN

Baitul maal wa tamwil

~i~
~ ii ~
STRATEGI PEMASARAN
Baitul maal wa tamwil

Penulis:
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

~ iii ~
STRATEGI PEMASARAN
Baitul maal wa tamwil
Penulis
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Editor
AA. Miftah
Rafidah
As’ad Isma
Ambok Pangiuk

Desain Cover & Penata Isi


Tim Penerbit CV. Alliv Renteng Mandiri
Cetakan Pertama: Maret 2021

Diterbitkan Oleh:
CV. Alliv Renteng Mandiri
Jl. Kamp. Srigangga, Tiwugalih, Praya NTB.
Telp. : 082290737488
E-mail : hamdankaysa86@gmail.com

ISBN: 978-623-96773-1-2

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak


atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ke dalam
bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk
fotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa
izin tertulis dari Penerbit. Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2000 tentang Hak Cipta, Bab XII Ketentuan Pidana, Pasal 72,
Ayat (1), (2), dan (6).

~ iv ~
KATA PENGANTAR

Statistika Perbankan Syariah, Juni 2014 mencatat


bahwa seiring dengan perkembangan zaman, lembaga
perbankan mengalami kemajuan dan perkembangan yang
sangat pesat. Tidak hanya pada bank konvensional, akan
tetapi bank syariah juga berkembang dengan baik. Hal itu
ditandai dengan hadirnya bank-bank syariah baru di seluruh
wilayah Indonesia. Berdasarkan data statistik perbankan
syariah (SPS) yang dipublikasikan oleh otoritas jasa keuangan
(OJK), menyebutkan bahwa dalam jangka empat tahun
terakhir, yakni tahun 2011-2014 perkembangan perbankan
syariah di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat
signifikan dalam memperluas usaha dan jaringannya.
Tercatat sekitar 900 unit kantor perbankan syariah baru yang
tersebar di seluruh Indonesia. Pada tahun 2011 jumlah
kantor yang terdiri dari bank umum syariah (BUS), unit usaha
syariah (UUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS)
berjumlah 2.101 unit kantor hingga pada tahun 2014
mengalami pertumbuhan menjadi 3.004 unit kantor.
Saat ini tidak hanya lembaga keuangan syariah
berskala besar yang mampu berkembang seperti bank
syariah. Namun, lembaga keuangan syariah berskala kecil pun
mulai menunjukan perkembangan seperti halnya baitul mal
wat tamwil (BMT). Baitul mal wat tamwil (BMT) merupakan
lembaga keuangan mikro pendukung kegiatan ekonomi
masyarakat bawah dan kecil yang dijalankan berdasarkan
syariat Islam.
Dengan kehadiran BMT di masyarakat, sendi-sendi
ekonomi lokal seperti: pertanian, peternakan, perdagangan,
kerajinan masyarakat, dan sektor-sektor informal lainnya
berkembang lebih baik, sehingga bisa meningkatkan
~v~
kesejahteraan hidup lewat peningkatan perekonomian
masyarakat. Di samping melakukan kegiatan bisnis, BMT juga
melakukan kegiatan dakwah bil hal melalui pemberdayaan
masyarakat ekonomi lemah.
Hal inilah yang menjadi dasar pengkajian BMT ini guna
memberikan sumbangan untuk memperkaya khazanah
pengetahuan, khususnya yang bergerak dalam dunia
perbankan. Kehadiran buku ini, diharapkan bisa memberikan
alternatif rujukan bagi semua pihak dalam mengembangkan
keilmuan dan pengetahuan dalam perbankan syariah.

Jambi, Maret 2021

Muhamad Subhan

~ vi ~
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................. v


Daftar Isi ............................................................................ vii
BAB 1
KONSEP DASAR PEMASARAN
A. Konsep Dasar Pemasaran ............................................................ 1
B. Fungsi Pemasaran ........................................................................... 9
C. Tujuan Pemasaran .......................................................................... 12

BAB 2
STRATEGI PEMASARAN
A. Strategi Pemasaran ........................................................................ 19
B. Bauran Pemasaran .......................................................................... 27

BAB 3
SEJARAH PERBANKAN INDONESIA
A. Sejarah Berdirinya Perbankan ................................................. 39
B. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ......................... 47
C. Persamaan dan Perbedaan Bank Konvensional
dan Syariah ......................................................................................... 53

BAB 4
BAITUL MAAL WAT TAMWIL
A. Konsep Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)................................. 61
B. Badan Hukum Baitul Maal wa Tamwil (BMT) ................... 69
C. Strategi Pengembangan Baitul Mall Wa Tamwil ............ 72

~ vii ~
BAB 5
PRODUK PRODUK
BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT)
A. Produk BMT ....................................................................................... 77
B. Strategi Pengembangan Produk (BMT) ................................ 88

BAB 6
URGENSI STRATEGI PEMASARAN
BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT)
A. Strategi Pemasaran BMT.............................................................. 99
B. Strategi Pemasaran dalam Perspektif
Maqashid Syariah ............................................................................ 104
C. Manajemen Pemasaran Baitul Maal wa Tamwil (BMT) 109
Daftar Pustaka ......................................................................................... 115
Biodata Penulis ....................................................................................... 123

~ viii ~
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

BAB 1
KOSEP DASAR PEMASARAN

A. Konsep Dasar Pemasaran


Setiap perusahaan memiliki tantangan untuk tetap
mempertahankan usahanya antara lain bagaimana menjaga
kualitas pelayanan agar dapat bersaing dengan produk
serupa dan juga produk pengganti lainnya yang saat ini
semakin banyak bermunculan. Salah satu faktor yang harus
diperhatikan dalam menjaga kualitas pelayanan yaitu
dengan memberikan pelayanan yang memuaskan, sesuai
dengan atau melebihi harapan pelanggan. Sehingga
dirasakan sangat penting untuk mengetahui pelayanan yang
diharapkan oleh pelanggan.
Bila ditinjau dari sudut pandang perusahaan, salah
satu cara yang efektif dalam melakukan diferensiasi adalah
melalui jasa atau pelayanan yang diberikan. Hal ini
membawa perubahan yang cukup mendasar dalam bisnis
utama suatu perusahaan. Sebagai contoh, semakin
banyaknya bisnis utama restoran bergeser dari sekedar
menyediakan segala macam makanan untuk dijual, menjadi
usaha melayani dan memuaskan rasa lapar pelanggan
dengan disertai usaha menyediakan suasana yang kondusif
bagi pelanggan untuk menikmati hidangan. Bahkan tidak
jarang pula di restoran disajikan pula hiburan music.

1
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Mengenai tingkat kepuasan pelanggan ini nantinya


dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan strategi
dan program pemasaran yang relevan pada situasi dan
kondisi saat ini. Konsep strategi yang baik membutuhkan
perumusan masalah yang berlandaskan kepada wawasan
yang lebih luas. Manajemen pemasaran mengenal konsep
bauran pemasaran (Marketing Mix) sebagai variabel-
variabel keputusan yang dapat dikendalikan oleh
manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Stanton yang dikutip Dharmesta dan Irawan
mengemukakan pemasaran yaitu “suatu sistem keseluruhan
dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan
kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli
potensial.” Definisi pemasaran yang ada dapat dipahami
bahwa pemasaran adalah proses untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya melalui penciptaan,
penawaran, dan pertukaran nilai produk dengan pihak lain
dan dapat memberikan kepuasan pada konsumennya.1
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan dalam
perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai
ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga
barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai
tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi.
Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi
dan konsumsi. Manajemen pemasaran adalah proses yang

1
Basu Swastha dan Irawan,. Manajemen Pemasaran Modern.
Liberty, Yogyakarta, 2005), h. 5.

2
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan


pengendalian yang mencakup barang, jasa dan gagasan yang
tergantung pada pertukaran dengan tujuan menghasilkan
kepuasan bagi pihak-pihak yang terkait.
Pemasaran adalah kekuatan utama dalam bisnis dan
masyarakat yang bermula dari kebutuhan konsumen dan
berakhir pada kepuasan konsumen. Konsep dari pemasaran
adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang atau jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan konsumen. Pemasaran dalam pengertian sempit
adalah menjual dan mengiklankan.
Menurut Djaslim pemasaran adalah suatu sistem total
kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan,
menentukan, harga, promosi, mendistribusikan barang-
barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai
pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Dalam pengertian
modern dan globalisasi saat ini, definisi pemasaran lebih
luas lagi, dimana para pemasar sudah lebih berorientasi
pada pelanggan, pada kepuasan pelanggan dan kesetiaan
pelanggan terhadap produk dan merek.2
Menurut Kotler dan Amstrong pemasaran merupakan
proses dimana perusahaan menciptakan nilai untuk
pelanggan dan membangun hubungan pelanggan yang kuat
untuk mengambil niai dari pelanggan saat datang kembali.
Menurut Hair Jr pemasaran merupakan proses perencanaan
dan pelaksanaan konsep pemberian harga, promosi, dan

2
Nana Herdiana Abdurrahman, Manajemen Strategi Pemasaran,
(Bandung: Pustaka Setia, 2018), h. 2.

3
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

pendistribusian produk, pelayanan, dan ide yang ditujukan


untuk menciptakan kepuasan di antara perusahaan dan para
pelanggannya.3
Secara umum, pemasaran adalah suatu proses sosial
dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan
mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan
kelompok lainnya4 Secara definitif dapat dikatakan bahwa
konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang
menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen
merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan
hidup perusahaan. pemasaran selama ini tidak terlepas dari
unsur persaingan.5
Pemasaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah proses, cara, perbuatan memasarkan suatu
barang dagangan. Sedangkan secara istilah Pengertian
pemasaran menurut Kotler adalah “proses sosial dan
manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan,
penawaran dan pertukaran nilai dengan yang lain”.6
Pengertian lain dari pemasaran menyebutkan bahwa

3
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah,
(Bandung: Alfabeta, 2016), h. 340-341.
4
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan dan
Pengendalian, Jilid 1, terj. Jaka Wasana, Jakarta: Erlangga, 2006, h. 5.
5
Basu Swastha DH, Azas-azas Marketing, (Yogyakarta: Liberty,
2005), h. 17.
6
Philip Kotler & Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran,
Jakarta: Prenhallindo, 1997), h. 8.

4
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

“kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan


kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran”.7
Menurut William J. Stanton dalam buku Marius P.
Angipora mendefinisikan pemasaran dalam dua pengertian
dasar yaitu:
1. Dalam arti kemasyarakatan pemasaran adalah setiap
kegiatan tukar menukar yang bertujuan untuk
memuaskan keinginan manusia
2. Dalam arti bisnis pemasaran adalah sebuah system dari
kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan,
member harga, mempromosikan dan mendistribusikan
jasa serta barang-barang pemuas keinginan pasar.8
Konsep pemasaran adalah suatu falsafah manajemen
dalam bidang pemasaran yang berorientasi kepada
kebutuhan dan keinginan konsumen dengan didukung oleh
kegiatan pemasaran terpadu yang diarahkan untuk
memberikan kepuasan konsumen sebagai kunci
keberhasilan organisasi dalam usahanya mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.9
Menurut Carl McDaniel & Roger Gates konsep
pemasaran harus berdasarkan filosofi bisnis yang
berorientasi pada konsumen, berorientasi pada tujuan, dan

7
Murti Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank, (Yogyakarta:
Liberty,2002), h. 6.
8
Marius P. Angopora, Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002), h. 4-5.
9
Sofwan Assauri, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), h. 81.

5
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

berorientasi pada system.10 Penerapan konsep pemasaran


yang tepat bagi sebuah perusahaan dapat menunjang
berhasilnya bisnis yang dilakukan. Sebagai falsafah bisnis,
terciptanya konsep pemasaran yang berorientasi pada
kebutuhan konsumen diharapkan akan mempermudah
tercapainya tujuan-tujuan pemasaran yang salah satunya
adalah pemuasan keinginan konsumen. Dengan konsep
pemasaran yang berorientasi pada kepentingan konsumen,
berarti perusahaan tidak hanya mementingkan kepentingan
internal perusahaannya saja tetapi juga kepentingan
konsumen dan kesejahteraan sosialnya.
Konsep pemasaran yang sudah optimal selanjutnya
akan diimplementasikan pada kegiatan pemasaran
perusahaan. Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh para
pemasar harus dipahami bahwa tidak hanya sekedar
menjual produk atau jasanya tetapi juga sesuai dengan
konsep pemasaran yang menitikberatkan pada kepuasan
konsumen dan pemenuhan kebutuhannya. Kegiatan
pemasaran yang sesuai dengan konsep pemasaran ini tidak
hanya berdampak baik bagi citra perusahaan tetapi juga
akan berdampak pada pembelian ulang oleh pelanggan dan
pengembangan pangsa pasar. Dengan begitu, perusahaan
tidak hanya dapat terjaga keberlangsungan operasinya
tetapi juga diharapkan dapat berkembang dan tumbuh
sehingga dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan
pelanggan lebih luas lagi.

10
Carl McDaniel & Roger Gates, Marketing Research Essentials,
San Fransisco California USA: (Salemba Empat, 2001), h. 5.

6
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Konsep inti pemasaran berawal dari adanya


kebutuhan, keinginan dan permintaan dari pasar atau
konsumen. Kemudian produsen berusaha memenuhinya
dengan cara menciptakan produk melalui serangkaian
kegiatankegiatan produksi yang tentu saja berorientasi pada
pelanggan. Konsep produksi yang berorientasi pada
pelanggan tersebut kemudian dengan sendirinya
menciptakan nilai, biaya dan kepuasan yang sesuai dengan
keinginan pelanggan. Kemudian, pertukaran transaksi dan
hubungan yang dijalin para pemasar dengan pelanggan.
Setelah itu produk tersebut di pasarkan untuk selanjutnya
sampai ketangan konsumen.
1. Kebutuhan, keinginan dan permintaan.11
a. Kebutuhan (needs) merupakan bawaan dasar biologis
setiap manusia dan tidak dapat direkayasa oleh
pemasar. Jadi bersifat internal. Seperti kebutuhan
untuk makan-minum, pakaian, tempat tinggal, rasa
aman, penghargaan dan lain sebagainya.
b. Keinginan (wants) merupakan hasrat akan pemuas
tertentu dari kebutuhan yang lebih mendalam. Orang
Indonesia butuh makan dan ingin makan nasi atau
jagung. Juga orang mempunyai keinginan berpakaian
batik untuk berpesta , berpakaian santai untuk
berjalanjalan
c. Permintaan (demands) merupakan keinginan akan
produk spesifik yang didukung dengan kemampuan
dan kesediaan untuk membelinya. Misalnya banyak

11
Murti Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank, (Yogyakarta:
Liberty, 2002), h. 6-9.

7
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

orang yang berkeinginan membeli mobil tetapi hanya


sedikit yang mampu membelinya.
2. Produk
Merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Misalnya
sepatu, VCD player, komputer dan lain sebagainya.
Pengertian produk disini juga bukan hanya mencakup
barang saja melainkan jasa
3. Nilai, biaya dan kepuasan
Dalam pemilihan akan suatu produk/jasa seringkali
didasari oleh pertimbangan adanya tingkat kepuasan
yang akan diperolehnya dan biaya yang akan dikeluarkan.
Sedangkan konsep dasar yang berlaku adalah nilai
pelanggan (customer value). Dimana nilai merupakan
estimasi pelanggan mengenai kemampuan total suatu
produk untuk memuaskan kebutuhannya.
4. Pertukaran, transaksi dan hubungan
Pemasaran muncul saat pemenuhan kebutuhan
manusia dilakukan melalui pertukaran, yaitu cara untuk
memperoleh produk/jasa yang diinginkan dari seseorang
atau lembaga dengan menawarkan sesuatu sebagai
gantinya. Apabila kesepakatan telah ada maka disebut
transaksi. Dimana transaksi merupakan dasar dari
pertukaran, yaitu pertukaran nilai antara dua belah pihak.
5. Pasar
Pasar terdiri dari seluruh pelanggan potensial yang
memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu. Disitu juga
bersedia dan mampu turut serta di dalam proses
pertukaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan

8
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

tersebut. Dengan demikian, besarnya pasar tergantung


pada jumlah orang yang memiliki kebutuhan, mempunyai
sumber daya yang diminati pihak lain dan bersedia
menawarkan sumber daya tersebut untuk dipertukarkan
supaya dapat memenuhi keinginan.
6. Pemasaran dan pemasar
Pemasaran berarti bekerja dengan pasar untuk
mengaktualisasikan pertukaran potensial dalam rangka
memuaskan kebutuhan dan keinginan individu.
Sedangkan pemasar adalah orang yang mencari sumber
daya dari orang lain dan bersedia menawarkan sesuatu
yang bernilai untuk dipertukarkan.
Begitu juga dalam dunia perbankan, pemasaran
menempati posisi strategis guna mengenalkan produk-
produknya kepada masyarakat. Apalagi ketika berhadapan
dengan bank konvensional yang selama ini telah menjadi
ikon bagi perkembangan perekonomian di Indonesia.
Perbankan syariah harus mengedepankan produk-produk
yang akan dipasarkan sebagai ajang sosialisasi cerdas
kepada masyarakat luas. Hal ini dikarenakan pemasaran
merupakan fungsi khusus dalam dunia perbankan.

B. Fungsi Pemasaran
Pemasaran merupakan tugas akhir dari kegiatan
ekonomi dalam memuaskan kebutuhan hidup bagi manusia.
Dalam hal ini pemasaran memiliki fungsi-fungsi
sebagaimana yang disampaikan pleh Fuad, dkk yaitu
menentukan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh manusia
serta menjual barang dan jasa tersebut ke tempat konsumen

9
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

berada pada waktu yang diinginkan, dengan harga


terjangkau tetapi tetap menguntungkan bagi perusahaan
yang memasarkan.12
Berdasarkan fungsi diatas dapat dipahami bahwa
pemasaran memiliki posisi dan peran penting yang strategis
dalam memenuhi kebutuhan konsumen setiap saat dengan
memertimbangkan aspek kemudahan bagi pembeli untuk
mendapatkan barang tersebut, sehingga perusahaan dalam
hal ini akan mendapatkan keuntungan. Selain itu, ada
beberapa fungsi pemasaran lain menurut Basu Swastha,
diantaranya:13
1. Fungsi pertukaran, meliputi:
a. Fungsi pembelian
Sebagai fungsi untuk pemnuhan kebutuhan
barang yang tidak tersedia kemudian dibeli dengan
kebutuhan konsumen yang selanjutnya dijual ke pasar.
Fungsi ini dilakukan oleh pembeli untuk memilih jenis
barang yang akan dibeli, kualitas yang dinginkan,
kualitas yang memadai, dan penyedia yang sesuai.
b. Fungsi penjualan
Sebagai fungsi untuk pemenuhan kebutuhan
barang yang tidak tersedia kemudian dibeli sesuai
dengan kebutuhan konsumen yang selanjutnya dijual
ke pasar. Meliputi kegiatan-kagiatan untuk mencari
pasar dan mempengaruhi permintaan melalui personal
selling dan periklanan.

12
M, Fuad dkk, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2000), h. 119.
13
Basu Swastha, Azaz-Azaz Marketing, (Yogyakarta: Liberti
Yogyakarta, 2002), h. 29

10
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

2. Fungsi penyedia fisik, meliputi:


a. Fungsi pengangkutan.
Sebagai fungsi pemindahan barang dari tempat
barang yang dihasilkan ke tempat barang yang
dikonsumsikan. Fungsi pengangkutan dapat dilakukan
dengan mengunakan kereta api, truk, pesawat udara,
dan sebagainya. Selain itu, fungsi ini juga menjadi
sarana perluasan pasar karena menghubungkan
berbagai pihak.
b. Fungsi penyimpanan.
Sebagai fungsi menyimpan barang-barang pada
saat barang telah selesai di produksi hingga
dikonsumsikan. Fungsi ini dapat dilakukan oleh
produsen, pedagang besar, pengecer dan perusahaan-
perusahaan khusus yang melakukan penyimpanan,
seperti gudang umum (public warehouse).
c. Fungsi penunjang, meliputi:
1) Fungsi pembelanjaan
Sebagai fungsi untuk mendapatkan modal dari
sumber ekstern guna menyelengarakan kegiatan
pemasaran. Atau bertujuan menyediakan dana
untuk melayani penjual kredit ataupun untuk
melaksanakan fungsi pemasaran yang lain.
2) Fungsi penanggungan resiko
Sebagai fungsi menghindari dan mengurangi
resiko yang terjadi dengan berkaitan dengan
kegiatan pemasaran, seperti menanggung resiko
perusahaan, merupakan kegiatan yang selalu ada
didalam semua kegiatan bisnis.

11
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

3) Standarisasi barang dan grading


Standarisasi merupakan fungsi yang bertujuan
menyederhanakan keputusan-keputusan pembelian
dengan menciptakan golongan barang tertentu yang
didasarkan pada kriteria seperti ukuran, berat,
warna, dan rasa. Sedangkan grading mendefinisikan
golongan tersebut ke dalam berbagai tingkatan
kualitas. Standarisasi dan grading sebagai fungsi
tolak ukur serta filteratur terhadap barang hasil
produksi sebelum dikonsumsikan.
4) Pengumpulan informasi pasar
Sebagai fungsi untuk mengetahui kondisi
pasar serta kebutuhan konsumen yang selanjutnya
ditindak lanjuti oleh perusahaan dalam melakukan
aktivitas produksi. Pengumpulan informasi pasar,
bertujuan mengumpulkan berbagai macam
informasi pemasaran yang dapat di pakai oleh
manajer pemasaran untuk mengambil keputusan.
Dari keseluruhan fungsi di atas diharapkan mampu
mendorong kinerja perusahaan dalam meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi sehingga ketika dikonsumsi
oleh konsumen mereka menjadi puas dan tujuan perusahaan
pun tercapai.

C. Tujuan Pemasaran
Sebuah perusahaan yang didirikan mempunyai
tujuan utama, yaitu mencapai tingkat keuntungan tertentu,
pertumbuhan perusahaan atau peningkatan pangsa pasar. Di
dalam pandangan konsep pemasaran, tujuan perusahaan ini

12
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

dicapai melalui keputusan konsumen. Keputusan konsumen


diperoleh setelah kebutuhan dan keinginan konsumen
dipenuhi melalui kegiatan pemasaran yang terpadu.
Tujuan pemasaran adalah mengubah orientasi
falsafah manajemen pemasaran lain yang ternyata telah
terbukti tidak berhasil mengatasi berbagai persoalan, karena
adanya perubahan dalam ciri-ciri pasar dewasa ini yang
cenderung berkembang. Perubahan tersebut terjadi antara
lain karena pertambahan jumlah penduduk, pertambahan
daya beli, peningkatan dan meluasnya hubungan atau
komunikasi, perkembangan teknologi, dan perubahan faktor
lingkunganpasar lainnya. Kotler mengemukakan bahwa
pemasaran mempunyai tujuan membangun hubungan
jangka panjang yang saling memuaskan dengan pihak-pihak
yang memiliki kepentingan utama pelanggan, pemasok,
distributor dalam rangka mendapatkan serta
mempertahankan referensi dan kelangsungan bisnis jangka
panjang mereka.14
Buchari Alma mengemukakan tentang tujuan
pemasaran sebagai berikut:
1. Untuk mencari keseimbangan pasar, antara buyer's
market dan seller's market, mendistribusikan barang dan
jasa dari daerah surplus ke daerah minus, dan produsen
ke konsumen, dari pemilik barang dan jasa ke calon
konsumen
2. Tujuan pemasaran yang utama ialah memberi kepuasan
kepada konsumen. Tujuan pemasaran bukan komersial

14
Kotler Philip dan Keller K Lane, Manejemen Pemasaran. (New
jersey, Prentice Hall. 2007), h. 15

13
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

atau mencari laba. Tapi tujuan pertama ialah memberi


kepuasan kepada konsumen, Dengan adanya tujuan
memberi kepuasan ini, maka kegiatan marketing meliputi
berbagai lembaga produsen.15
Salah satu tujuan utama setiap pemasaran adalah
memperoleh laba semaksimal mungkin. Berhasil tidaknya
pemasaran dalam mencapai tujuan bukanlah semata-mata
tergantung kepada kemampuan memproduksi barang dan
jasa. Masalah distribusi merupakan salah satu persoalan
yang perlu diperhatikan di bidang pemasaran. Saluran
disitribusi mempunyai arti yang sangat penting unutk
mencapai sukses perusahaan dalam memasarkan
produknya. Agar suatu produk dikatakan ada dan berguna,
maka produk tersebut harus tersedia di pasar pada saat
dibutuhkan konsumen dan dapat dijangkau oleh konsumen.
Pemasaran dapat dikatakan berhasil apabila dapat
menghubungkan produsen dan konsumen. Saluran
distribusi tidak bermanfaat karena adanya kesenjangan
diantara sistem distribusi yang dimiliki produsen saat ini
dengan system ideal yang akan memuaskan kebutuhan dan
keinginan pelanggan sasaran. Perusahaan yang semakin
berkembang dengan volume produksi yang bertambah besar
akan menuntut pemanfaatan saluran distribusi yang lebih
besar.
Dalam tujuan pemasaran menurut Peter Drucker
yaitu bukan untuk memperluas hingga kemana-mana, tujuan
pemasaran adalah untuk mengetahui dan memahami

15
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa,
(Bandung: Alfabeta. 2004), h. 5

14
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu


cocok dengan pelanggan selanjutnya menjual dirinya
sendiri. Idealnya, pemasaran hendaknya menghasilkan
seorang pelanggan yang siap untuk membeli. Semua yang
dibutuhkan selanjutnya adalah menyediakan produk dan
jasa itu.16
Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa
orientasi yang dimiliki perusahaan hendaknya tidak hanya
terbatas pada sejauh mana produk bisa terjual dan
dikonsumsi serta memperoleh keuntungan besar melainkan
dibutuhkan upaya untuk mengetahui dan memahami
keinginan pelanggan dalam konsumsinya sehingga cocok
dan puas. Dengan demikian tentunya secara otomatis laba
perusahaan akan meningkat. Selain itu, ada beberapa tujuan
dari pemasaran lainya, di antaranya:
1. Memberi informasi (promosi), promosi adalah upaya
untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau
jasa dengan tujuan menarik calon konsumen untuk
membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya
promosi produsen atau distributor mengharapkan
kenaikan pada angka penjualan.
2. Menciptakan pembelian.
3. Menciptakan pembelian ulang, jika konsumen puas maka
akan tercipta pembelian ulang yang akan menjadikan
konsumen sebagai pelanggan setia.

16
Philip Kotler dan Kevin L. Keller, Manajemen Pemasaran,
(Indonesia: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), h. 7

15
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

4. Menciptakan tenaga kerja tidak langsung, dalam


memasarkan harga atau jasa secara tidak langsung pun
akan tercipta tenaga kerja.
5. Menciptakan produk megabrand, produk yang sudah
memiliki pelanggan setia akan
menciptakan megabrand sehingga tidak mungkin produk
tidak dilirik oleh konsumen.
Dari penjelasan di atas mengenai tujuan dan fungsi
pemasaran dapat dipahami bahwa perusahaan dalam
menjalankan bisnisnya perlu memahami dan mengetahui
kebutuhan, keinginan pasar, mampu membaca situasi pasar
serta menjalankan fungsi-fungsi pemasaran tersebut dengan
baik karena dengan demikian tujuan dari perusahaan untuk
mendapatkan laba dan memiliki konsumen yang loyal akan
dapat dipercayai.
Dalam dunia perbankan pemasaran merupakan
proses perencanaan dan pelakasanaan konsepsi, penetapan
harga, promosi, dan distribusi produk atau jasa yang
memiliki beberapa tujuan, mulai dari tujuan jangka pendek
dan jangka panjangnya. Secara umum tujuan dari pemasaran
adalah untuk.17
1. Memaksimumkan konsumsi atau dengan kata lain
memudahkan dan merangsang konsumsi, sehingga dapat
menarik nasabah untuk membeli produk yang ditawarkan
bank secara berulang-ulang.
2. Memaksimumkan kepuasan pelanggan melalui berbagai
pelayanan yang diinginkan nasabah. Nasabah yang puas

17
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT. Raja
GrafindoPersada, 2010), h. 177.

16
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

akan menjadi ujung tombak pemasaran selanjutnya,


karena kepuasan ini akan ditularkan kepada nasabah
lainnya melalui ceritanya.
3. Memaksimumkan pilihan (ragam produk) dan arti bank
menyediakan berbagai jenis produk bank sehingga
nasabah memiliki berbagai pilihan pula
4. Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan
berbagai kemudahan kepada nasabah dan menciptakan
iklim yang efisien.

17
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

18
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

BAB 2
STRATEGI PEMASARAN

A. Strategi Pemasaran
Suatu usaha didirikan bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan agar usaha tersebut dapat berkelanjutan. Untuk
mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan, suatu usaha
harus memiliki daya saing, dengan cara meningkatkan
volume penjualan, menjaga kualitas, dan meningkatkan
pelayanan. Perkembangan usaha dan laba yang dicapai
dapat digunakan sebagai alat ukur terhadap keberhasilan
suatu usaha dalam menjalankan aktivitas yang berkenaan
dengan operasinya. Dalam hal ini untuk meningkatkan
volume penjualan, suatu usaha harus bersaing untuk
mendapatkan konsumen sebanyak-banyaknya dan menjaga
loyalitas konsumennya sehingga kelangsungan suatu usaha
dapat berkelanjutan sehingga mampu bersaing.18
Untuk meningkatkan penjualan, suatu usaha harus
menetapkan strategi pemasaran yang tepat. Strategi
Pemasaran adalah suatu proses yang menghantarkan
organisasi pada peluang pasar yang besar untuk
meningkatkan penjualan dan meraih keunggulan yang di
harapkan, strategi pemasaran juga merupakan alat yang

Albertus Wijaya Kurniawan,dkk, Skripsi yang berjudul” Strategi


18

Pemasaran dan Rencana Pengembangan Omah Roso di Cabang Pemuda


Semarang”, Universitas Pandanaran Semarang

19
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

penting agar perusahaan mampu menenangkan


persaingan. 19

Disamping itu, pemasaran berfungsi untuk


mendekatkan jarak antara produsen dan konsumen. Dengan
memproduksi barang dan jasa, perusahaan berusaha untuk
meningkatkan penjualan dengan cara dan strategi yang
tepat. Untuk merebut pelanggan sebanyak mungkin, setiap
perusahaan memiliki cara dan strategi yang berbeda.
Penggunaan cara metode tersebut dalam ilmu pemasaran di
sebut strategi pemasaran. Apabila perusahaan tidak
menetapkan strategi pemasaran yang tepat maka
perusahaan tidak dapat hidup dan berkembang karena itu
hendaklah setiap perusahaan harus dapat menetapkan cara
dan strategi yang tepat sehingga akhirnya dapat bersaing
dan merebut pasar yang ada.20
1. Pengertian pemasaran
Strategi berasal dari kata Yunani strategia (stratos=
militer dan ag= memimpin). Strategi juga bisa diartikan
sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan
kekuatan militer dan material pada daerah-daerah
tertentu untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut
Chandler menyebutkan bahwa “Strategi adalah tujuan
jangka panjang dari suatu Perusahaan, serta
pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang

19
Suryadi Prawirosentono, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu
Terpadu Total Quality Management abad 21 Studi kasus & Analisis, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2004), h. 152.
20
Sarim, “Strategi Pemasaran Dalam Rangka Meningkatkan Volume
Penjualan DIi Restoran Bali QUI (Jakarta”. Jurnal Sains Terapan Pariwisata,
Vol.4, No. 1, Februari 2019), h. 144- 159.

20
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

penting untuk mencapai tujuan tersebut.21 Pemasaran


adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor social, budaya, politik, ekonomi, dan
manajerial.22 Menurut Sofjan Assauri berpendapat bahwa,
Strategi pemasaran adalah rencana yang menyeluruh,
terpadu dan menyatu di bidang pemasaran, yang
memberikan panduan tentang kegiatan yang akan
dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran
suatu perusahaan.
Dengan kata lain, Strategi pemasaran adalah
serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan
yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran
perusahaan dari waktu ke waktu, pada masing-masing
tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan
dan keadaan persaingan yang selalu berubah.23
2. Pengertian Strategi Pemasaran
Menurut Craven dikutip dari Purwanto, Strategi
pemasaran didefinisikan sebagai analisis strategi
pengembangan dan pelaksanaan kegiatan dalam strategi
penentuan pasar sasaran bagi produk pada tiap unit
bisnis, penetapan tujuan pemasaran, dan pengembangan,
pelaksanaan, serta pengelolaan strategi program
pemasaran, penentuan posisi pasar yang dirancang untuk

21
Freddy Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis
SWOT, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 4.
22
Ibid., h. 101
23
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran Dasar Konsep dan Strategi,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 168-169.

21
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

memenuhi keinginan konsumen pasar sasaran.24 Menurut


Stanton pemasaran adalah “Suatu sistem total dari
kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan
keinginan dan jasa baik kepada konsumen saat ini
maupun konsumen potensial.
Menurut Dedi Mulyadi yang dikutip dalam jurnal
manajemen yang mengemukakan bahwa, Strategi adalah
hal yang menetapkan arah kepada manajemen dalam arti
orang tentang sumber daya didalam bisnis dan tentang
untuk membantu menenangkan persaingan didalam
pasar.25 Pemasaran menurut Philip dan Duncan meliputi
semua langkah yang digunakan atau dipergunakan untuk
menempatkan barang-barang nyata ke tangan konsumen.
Sedangkan pemasaran menurut P.H. Nystrom adalah
segala kegiatan mengenai penyaluran barang atau jasa
dari tangan produsen ke tangan konsumen.26
Menurut Indra Wijaya yang dikutip dalam jurnal
ilmu manajemen yang mengemukakan bahwa, strategi
pemasaran adalah himpunan asas yang secara tepat,
konsisten, dan layak dilaksanakan oleh perusahaan guna
mencapai sasaran pasar yang dituju (target market).
dalam jangka panjang dan tujuan perusahaan jangka

24
Dedi Mulyadi, dkk, “Analisis Strategi Pemasaran jasa Lembaga
Non Bank Pada PT Oto Multiartha Karawang”, Jurnal Manajemen, Vol. 09
No. 2 Januari 2012, h. 590-591
25
M.Mursid, Manajemen Pemasaran, (Jakarta:Bumi Aksara,2015),
h. 26
26
Indra Wijaya dan Sri Setyo Iriani, Pengaruh Citra Merek Terhadap
Loyalitas Konsumen, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1 No.3 Mei 2013, h. 911.

22
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

panjang (objectives), dalam situasi persaingan tertentu.27


Untuk itu kegiatan dalam pemasaran industri bisnis harus
direncanakan sesuai strategi yang optimal.
Berdasarkan teori mengenai strategi pemasaran
yang telah dikemukakan peneliti diatas, peneliti
menyimpulkan bahwa strategi pemasaran adalah
penetapan kebijakan pemasaran dengan mengendalikan
faktor yang dapat dikuasai, serta faktor diluar kekuatan
perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan melalui
pemuasan konsumen (marketing strategy). Dengan kata
lain, strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan
sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada
usaha-usaha pemasaran perusahaan dengan rencana,
pelaksanaan dan evaluasi yang menyeluruh, terpadu dan
menyatu di bidang pemasaran, yang memberikan
panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk
dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan.
Dengan adanya strategi pemasaran maka implementasi
pogram dalam menciptakan tujuan organisasi dapat
dilakukan secara aktif, sadar, dan rasional.
3. Tujuan strategi pemasaran
Tujuan pemasaran adalah membuat penjualan tidak
diperlakukan lagi. Penjualan dan iklan hanyalah bagian
dari bauran pemasaran yang lebih besar seperangkat
sarana pemasaran yang bekerja sama untuk memuaskan
kebutuhan pelanggan dan menciptakan hubungan dengan
pelanggan. Perusahaan yang sudah mulai mengenal dan
memahami bahwa pemasaran merupakan faktor penting

27
Ibid., h. 191

23
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

dalam mencapai kesuksesan perusahaan konsep


pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap
keinginan dan kebutuhan konsumen. Pemasaran adalah
suatu orientasi terhadap kebutuhan dan keinginan
pelanggan, didukung oleh suatu pemasaran secara
terpadu yang ditujukan untuk membangkitkan kepuasan
pelanggan sebagai kunci untuk memenuhi tujuan-tujuan
organisasi.
Tujuan Strategi Pemasaran menurut Abdul Manap
dalam bukunya Revolusi Manajemen Pemasaran adalah:
a. Untuk mencari keseimbangan pasar, mendistribusikan
barang dan jasa dari daerah surplus kedaerah minus,
dari produsen ke konsumen, dari pemilik barang dan
jasa ke calon konsumen.
b. Untuk memberi kepuasan kepada konsumen.28
Kemudian Tujuan Pemasaran menurut Philip Kotler
adalah:
a. Dapat mengungguli pasar pesaing
b. Mampu membaca dan menginterpretasikan gejala-
gejala dalam arena yang terlewatkan oleh pesaing
c. Dapat memusat perhatian pada sasaran yang paling
menguntungkan.29
d. Mencapai total pendapatan penjualan
e. Meningkatkan pengenalan konsumen
f. Memperluas jumlah toko
g. Mencapai harga rata-rata yang nyata

28
Abdul Manap, Revolusi Manajemen Pemasaran, (Jakarta:Mitra
Wacana Media, 2016), h. 16
29
Muti Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank, (Yogyakarta:
Liberty, 2002), h. 144.

24
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

4. Unsur-unsur strategi pemasaran


Strategi pemasaran terdiri atas lima unsur yang
saling terkait yaitu sebagai berikut:
a. Pilihan pasar yaitu memilih pasar yang akan dilayani.
Keputusan ini berdasarkan pada faktor persepsi
terhadap fungsi produk dan pengelompokan teknologi
yang dapat diproteksi dan di dominasi, keterbatasan
sumber daya internal yang mendorong perlunya
pemusatan yang lebih sempit. Pengalaman komulatif
yang di dasarkan pada trial dan error di dalam
menanggapi peluang dan tantangan dan kemampuan
khusus yang berasal dari akses terhadap sumber daya
langka atau pasar yang terproteksi.
b. Perencanaan produk, meliputi produk spesifik yang
dijual pembentukan lini produk, dan penawaran
individual pada masing lini
c. Penetapan harga yaitu menentukan harga yang dapat
mencerminkan nilai kuantitatif dari produk kepada
pelanggan.
d. Sistem distribusi yaitu perdagangan grosir dan eceran
yang melalui produk hingga konsumen akhir yang
membeli dan menggunakanya
e. Komunikasi pemasaran (promosi) yang meliputi
periklanan, personal selling, promosi penjualan, direct
marketing, dan public relation.30

30
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,
Pengendalian, (Jakarta: Erlangga, 1981), h. 104

25
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

5. Macam-macam strategi pemasaran


Demi mengetahui strategi pemasaran mana yang
bermanfaat, organisasi pertama-tama harus mngetahui
apa jenis kebutuhan yang ingin dipengaruhinya.
Kebutuhan primer adalah kebutuhan akan bentuk atau
kelas produk atau jasa dasar. Kebutuhan selektif
merupakan kebutuhan akan produk atau merek
perusahaan tertentu. Strategi kebutuhan primer
dirancang terutama untuk menaikkan tingkat permintaan
akan bentuk atau kelas produk dan bukan pemakai yang
sekarang dan dari pemakaian yang sekarang.
1) Strategi menarik penggguna baru (bukan pengguna)
Dalam strategi ini, perusahaan harus mampu
meningkatkan kesediaan (willingness) atau
kemampuan (ability) konsumen untuk membeli
produk. Dengan demikian, jumlah pengguna dapat
meningkatkan kesdeiaan untuk membeli dan
meningkatkan kemampuan untuk membeli.
2) Strategi menaikkan tingkat pembelian dari pengguna
saat ini.
Dalam rangka menaikkan tingkat pembelian,
perusahaan harus mengarahkan strategi
pemasarannya pada kesediaan konsumen untuk
membeli lebih sering (more often) atau dalam volume
pembelian yang lebih banyak (more volume).31

31
Fandy Tjiptono, dkk, Pemasaran Strategik, (Yogyakarta: Andi,
2008), h.285-287

26
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

3) Strategi kebutuhan selektif yaitu dengan cara:


a) Strategi mempertahankan konsumen (Retention
Strategies) ada beberapa bentuk strategi
mempertahankan konsumen yaitu, dengan
memelihara kepuasan pelanggan terhadap prestasi
produk. Menyederhanakan proses pembelian para
pembeli dan mengurangi daya Tarik atau peluang
untuk beralih ke pesaing.
b) Strategi menjaring pelanggan (Acquisition
Strategies) yaitu dengan cara posisi berhadapan
(head to heas positioning) dan posisi berbeda
(Differentiated positioning).32

B. Bauran dalam Pemasaran


Dalam bentuk situasi strategi pemasaran ini terdapat
strategi acuan pemasaran, yang menetapkan komposisi yang
terbaik dari beberapa hal komponen pemasaran, untuk
dapat mencapai sasaran pasar yang dituju, dan sekaligus
mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Bentuk strategi
pemasaran juga dapat dikatakan dengan Bauran Pemasaran.
Bauran Pemasaran (marketing mix) adalah kombinasi dari
empat variable atau kegiatan yang merupakan inti dari
sistem pemasaran perusahaan yaitu produk, struktur harga,
kegiatan promosi dan sistem distribusi. Atau dengan kata
lain Marketing Mix merupakan kombinasi variabel atau inti

32
Joseph P Guiltinl, dkk, Strategi dan Program Manajemen
Pemasaran, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1990), h. 164.

27
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

dari sistem pemasaran, variable yang dapat dikendalikan


oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli
atau konsumen.33 Adapun bentuk strategi pemasaran yaitu,
Strategi Produk, strategi harga, strategi penyaluran atau
distribusi, strategi promosi.34
1. Strategi produk
Bahwa produk adalah barang atau jasa yang
dihasilkan untuk digunakan oleh konsumen untuk
memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasannya.
Segala sesuatu yang bisa ditawarkan kepada pasar untuk
mendapatkan perhatian, dimiliki, digunakan atau
dikonsumsi, yang meliputi barang secara fisik, jasa,
kepribadian, tempat, organisasi dan buah fikiran. Jadi,
produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan
kepada seseorang untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan mereka. Produk disini meliputi barang fisik dan
jasa. Orang tidak membeli produk hanya karena tetapi
manfaat yang diberikan oleh produk tersebut. Dalam
menciptakan produk harus jelas manfaat dan perananya
dengan benar dan baik. Bahkan fakta data dari produk itu
sendiri sangat penting di bandingkan dengan Cuma
penjelasanya saja
a. Kualitas atau mutu produk
Kualitas produk merupakan hal yang perlu
mendapat perhatian utama dari perusahaan atau
produsen, mengingat suatu produk berkaitan erat

33
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran Dasar,Konsep, dan
Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2017), h. 198
34
Ibid., h. 181

28
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

dengan kepuasan konsumen yang merupakan tujuan


dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan. setiap perusahaan atau produsen harus
memilih tingkat kualitas yang akan membantu atau
menunjang usaha untuk meningkatkan atau
mempertahankan posisi produk itu di dalam pasar
sasarannya. Kualitas merupakan suatu alat utama
untuk mencapai posisi produk. Kualitas menyatakan
tingkat kemampuan dari suatu merek atau produk
tertentu dalam melaksanakan fungsi tertentu.35
Dari segi pandangan pemasaran, kualitas di ukur
dalam persepsi pembeli tentang mutu atau kualitas
produk tersebut. Kebanyakan produk yang disediakan
atau diadakan mulanya berawal pada satu diantara
empat tingkat kualitas yaitu kualitas rendah, kualitas
ratarata, kualitas baik (tinggi), dan kualitas sangat
baik. Dilihat dari produk Yang dihasilkan ternyata
terdapat keuntungan dari pengadaan produk pada
kualitas tertentu.
Kualitas yang tingggi biasanya diikuti dengan
pembebanan harga yang relative tinggi kepada
konsumen oleh perusahaan produsen, tetapi tidak
berarti bahwa biaya yang timbul dalam pembebanan
harga yang berlebih-lebihan.
Hal ini karena kualitas yang sangat baik,
bagaimanapun tidak menambah banyak keuntungan
bagi perusahaan. sedangkan pengadaan produk

35
Deliyanti Oentoro, Manajemen Pemasaran Modern,
(Yogyakarta:Laksbangpresindo, 2012), h. 127.

29
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

dengan kualitas yang rendah tidaklah berarti


keuntungan yang diperoleh kecil. Walaupun per-unit
produk yang dihasilkan kecil. Umumnya produk
dengan kualitas rendah dihasilkan dalam jumlah yang
relative besar untuk mencapai masyarakat konsumen
yang luas karena harganya relative rendah sehingga
dapat terjangkau oleh para konsumen tersebut.
Dengan jumlah penjualan yang relative besar,
diharapkan jumlah keuntungan yang diperoleh akan
mencapai jumlah yang cukup besar.36
b. Pengembangan produk
Pengembangan produk merupakan aktivitas yang
dilakukan dalam menghadapi kemungkinan perubahan
suatu produk ke arah yang lebih baik, sehingga dapat
memberikan daya guna maupun daya pemuas yang
lebih. Jadi, kegiatan pengembangan produk ini
merupakan suatu usaha yang direncanakan dan
dilakukan secara sadar untuk memperbaiki produk
yang ada atau menambah banyaknya ragam produk
yang dihasilkan dan dipasrakan. Pengembangan
produk dilakukan secara terus-menerus, dimulai dari
produk apa yang dihasilkan perusahaan dan yang perlu
diadakan, sampai kepada keputusan untuk
menghilangkan atau mengeliminir suatu produk
tertentu.

36
Ibid., h. 127

30
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Adapun faktor yang mendorong pengembangan


produk adalah sebagai berikut:
1) Terjadi kelebihan kapasitas dalam perusahaan yang
perlu diperhatikan, sehingga untuk menghindarinya
perlu dilakukan penganalisaan sebab dan berusaha
mencari penyelesaiannya dengan pengembangan
produk
2) Adanya hasil sampingan yang mungkin masih dapat
dibuat dalam suatu jenis produk lain
3) Adanya usaha untuk menggunakan bahan yang
sudah ada dalam memproduksi suatu produk yang
mempunyai nilai yang tinggi.
Dalam pengembangan produk baru pada
dasarnya bahwa proses pengembangan produk baru
harus berasal dari penetapan seleksi strategi produk
baru secara jelas. Penetapan strategi ini penting karena
akan digunakan sebagai pedoman dasar produk baru.
Seleksi dilakukan untuk mengidentifikasikan peranan
strategi produk baru di dalam usaha mencapai tujuan
pemasaran dan perusahan secara keseluruhan. Produk
bermanfaat apabila proses produksinya benar dan
baik.
2. Strategi harga
Harga yaitu jumlah yang harus dibayar pelanggan
untuk produk itu. Harganya harus sesuai dengan
pandangan tentang nilainya, supaya pembeli tidak beralih
ke pesaingnya. Dalam penetapan harga perlu
diperhatikan factor yang mempengaruhinya, baik
langsung maupun tidak langsung. Faktor yang

31
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

mempengaruhi secara langsung yaitu harga bahan baku,


biaya produksi, biaya pemasaran, adanya peraturan
pemerintah dan faktor lainya. Faktor yang tidak langsung,
yaitu produk sejenis, potongan (discount) untuk para
penyalur dan konsumen. Salah satu keputusan yang sulit
dihadapi suatu perusahaan adalah menetapkan harga.
Meskipun cara penetapan harga yang dipakai sama bagi
setiap perusahaan yaitu berdasarkan biaya, persaingan,
permintaan, dan laba, tetapi kombinasi optimal dari
factor-faktor tersebut berbeda dengan sifat produk
pasarnya dan tujuan perusahaan. Menurut Ricky W dan
Roald J.Elbert mengemukakan bahwa “penetapan harga
jual adalah proses penentuan apa yang akan diterima
suatu perusahaan dalam penjualan produknya
perusahaan melakukan penetapan harga dengan berbagai
cara. Pada perusahaan-perusahaan kecil harga biasannya
ditetapkan oleh manajemen puncak bukannya oleh
bagian pemasaran”.
Dalam strategi penetapan harga, disamping faktor
tersebut di atas, perlu pula diperhatikan tujuan
penetapan harga dan prosedur penetapan harga itu.
Adapun beberapa tujuan penetapan harga yang diambil
yaitu:
a. Memperoleh laba yang maksimum
b. Mendapatkan share pasar tertentu
c. Memerah pasar (market skimming)
d. Mencapai tingkat hasil penerimaan penjualan
maksimum pada waktu itu. Mencapai keuntungan yang
ditargetkan

32
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

e. Mempromosikan produk.
3. Strategi Saluran (Distribusi/place)
Saluran distribusi merupakan saluran yang
digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk
dari produsen ke konsumen atau industry pemakai.
Pemillihan tempat distribusi yang tepat sangat penting
dilakukan untuk memperluas pasar dalam mencapai
keuntungan yang diinginkan. Oleh karena itu kebijakan
penyaluran merupakan salah satu kebijakan pemasaran
terpadu, yang mencakup penentuan saluran pemasaran
(marketing channels) dan distribusi fisik (phisycal
distribution). Kedua faktor tersebut mempunyai
hubungan yang sangat erat dalam keberhasilan
penyaluran dan sekaligus keberhasilan pemasaran
produk perusahaan.
4. Strategi Promosi
Suatu produk berapapun bermanfaat akan tetapi
jika tidak dikenal konsumen, maka produk tersebut tidak
akan diketahui manfaatnya oleh konsumen dan mungkin
tidak dibeli oleh konsumen, oleh karena itu perusahan
tersebut harus berusaha mempengaruhi para konsumen,
untuk menciptakan permintaan atas itu, usaha tersebut
dapat dilakukan dengan kegiatan promosi.37
Promosi adalah cara mengkomunikasikan barang
dan jasa yang ditawarkan supaya konsumen mengenal
dan membeli. Tujuan promosi adalah untuk
memperkenalkan barang dan jasa agar diketahui,
dibutuhkan, dan di minta oleh konsumen, maka

37
Ibid., h. 204

33
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

wirausahawan harus segera melakukan usaha-usaha


sebagai berikut, menginformasikan barang/jasa yang di
hasilkan pada konsumen, dan mempengaruhi konsumen
supaya tertarik terhadap barang/jasa yang di hasilkan
kegiatankegiatan tersebut dapat dilakukan dengan
periklanan dan promosi. Ada beberapa jenis promosi,
yaitu sebagai berikut:
a. Iklan, misalnya melalui media cetak (majalah, surat
kabar) atau elektronik (radio, tv, internet, dan lain-
lain).
b. Promosi penjualan, misalnya melalui pameran dagang,
kuis berhadiah, hiburan, dan lain sebagainya.
c. Wiraniaga, mempromosikan langsung barang ke
konsumen sasaran dengan membawa produk contoh
d. Pemasaran langsung, langsung menghubungi
konsumen.
e. Humas, yaitu memublikasikan barang melalui
billboard, pamflet, dan lain sebagainya.
Semua strategi tersebut bergantung pada elastisitas,
permintaan, biaya barang dan harga yang dimiliki
pesaing. Setelah barang dan jasa yang diproduksi dikenal
dan dibutuhkan konsumen, tugas wirausahawan adalah
sebagai berikut yaitu dengan mempertahankan pangsa
pasar dan volume penjualan dan mengembangkan pangsa
pasar dan volume penjualan.
5. Jenis jenis strategi pemasaran
Banyak organisasi menjalankan dua strategi atau
lebih secara bersamaan, namun strategi kombinasi dapat
sangat beresiko jika dijalankan terlalu jauh. Di

34
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

perusahaan yang besar dan terdiversifikasi, strategi


kombinasi biasanya digunakan ketika divisi-divisi yang
berlainan menjalankan strategi yang berbeda. Juga,
organisasi yang berjuang untuk tetap hidup mungkin
menggunakan gabungan dari sejumlah strategi defensif,
seperti divestasi, likuidasi, dan rasionalisasi biaya secara
bersamaan. Jenis-jenis strategi adalah sebagai berikut:
a. Strategi Integrasi ke depan, integrasi ke belakang,
integrasi horizontal kadang semuanya disebut sebagai
integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal
memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para
distributor, pemasok atau pesaing.
b. Strategi intensif penetrasi pasar dan pengembangan
produk kadang disebut sebagai strategi intensif karena
semuanya memerlukan usaha-usaha intensif jika posisi
persaingan perusahaan dengan produk yang ada
hendak ditingkatkan.
c. Strategi Diversifikasi terdapat tiga jenis strategi
diversifikasi, yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal,
dan konglomerat. Menambah produk atau jasa baru,
namun masih terkait biasanya disebut diversifikasi
konsentrik. Menambah produk atau jasa baru yang
tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada disebut
diversifikasi horizontal. Menambah produk atau jasa
baru yang tidak disebut diversifikasi konglomerat.
d. Strategi defensif disamping strategi integrative,
intensif, dan diversifikasi, organisasi juga dapat
menjalankan strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau
likuidasi. Rasionalisasi biaya, terjadi ketika suatu

35
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

organisasi melakukan restrukturisasi melalui


penghematan biaya dana untuk meningkatkan kembali
penjualan dan laba yang sedang menurun. Kadang
disebut sebagai strategi berbalik (turnaround) atau
reorganisasi, rasionalisasi biaya dirancang untuk
memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi.
Selama proses rasionalisasi biaya, perencana strategi
bekerja dengan sumber daya terbatas dan menghadapi
tekanan dari para pemegang saham,karyawan dan
media. Divestasi adalah menjual suatu divisi atau
bagian dari organisasi. Divestasi sering digunakan
untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan
digunakan untuk akusisi atau investasi strategis lebih
lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari strategi
rasionalisasi biaya menyeluruh untuk melepaskan
organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang
memerlukan modal terlalu besar, atau tidak cocok
dengan aktivitas lainnya dalam perusahaan. Likuidasi
adalah menjual semua aset sebuah perusahaan secara
bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Likuidasi
merupakan pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa
merupakan strategi yang secara emosional sulit
dilakukan. Namun, barangkali lebih baik berhenti
beroperasi daripada terus menderita kerugian dalam
jumlah besar.
e. Strategi umum menurut Porter, ada tiga landasan
strategi yang dapat membantu organisasi memperoleh
keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya,
diferensiasi, dan fokus. Keunggulan biaya menekankan

36
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

pada pembuatan produk standar dengan biaya per unit


sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap
perubahan harga. Diferensiasi adalah strategi dengan
tujuan membuat produk dan menyediakan jasa yang
dianggap unik di seluruh industri dan ditujukan
kepada konsumen yang relatif tidak terlalu peduli
terhadap perubahan harga. Fokus berarti membuat
produk dan menyediakan jasa yang memenuhi
keperluan sejumlah kelompok kecil konsumen38

38
David, F.R.”Manajemen Strategis: Konsep. Edisi ketujuh”.
(Jakarta. PT. Prenhallindo, 2004). h. 231.

37
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

38
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

BAB 3
SEJARAH PERBANKAN INDONESIA

A. Sejarah Berdirinya Perbankan


Pengetahuan akan sistem hukum perbankan tidak
terlepas dari sejarah perbankan tersebut, mazhab sejarah
sendiri menyebutkan bahwa aturan-aturan hukum yang ada
saat ini merupakan bentuk aturan hukum yang tidak dapat
dipisahkan dengan sejarah suatu bangsa ataupun kegiatan-
kegiatan masa yang lalu. Demikian juga keberadaan hukum
perbankan tidak terlepas dari sejarah perbankan tersebut.
Berikut adalah beberapa gambaran singkat sejarah
perbankan di dunia dari awal kebangkitan sistem
penyimpanan benda berharga, transaksi keuangan sampai
terciptanya bank-bank nasional di setiap negara.
Kata Bank berasal dari bahasa Italia banque atau
banca yang berarti bangku. Para bankir di Florence pada
masa Renessains melakukan transaksi mereka dengan
duduk di meja penukaran uang, berbeda dengan pekerjaan
kebanyakan orang yang tidak memungkinkan mereka untuk
duduk sambil bekerja. Usaha perbankan itu sendiri baru
dimulai dari zaman Babylonia kemudian dilanjutkan ke
zaman Yunani kuno dan Romawi. Namun, pada saat itu tugas
utama bank hanyalah sebagai tempat tukar menukar uang.
Sejarah perbankan syariah pertama kali muncul di
mesir pada tahun 1963. Sedangkan di Indonesia sendiri
perbankan syariah baru lahir pada tahun 1991 dan secara

39
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

resmi dioperasikan tahun 1992. Bank syariah kini telah


marak di kalangan masyarakat Indonesia. Berbeda halnya
dengan bank konvensional yang berbasiskan ekonomi
sekuler, bank syariah hadir berlandaskan prinsip ekonomi
Islam. Namun begitu bukan berarti semua nasabah pada
bank syariah, mempertimbangkan faktor-faktor dalam
memilih suatu bank syariah hanya menilai dari sisi
syariahnya saja.39 Berbagai prinsip perbankan syariah telah
diterapkan dengan aturan perjanjian berdasarkan hukum
Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana
dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang sesuai dengan syariah.
Perbankan syariah merupakan suatu sistem
perbankan yang pelaksanaannya sesuai dengan hukum
Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan
dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut
pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta
larangan untuk berinvestasi pada usahausaha berkategori
terlarang (haram). Perkembangan perbankan syariah di
Indonesia saat ini ditandai dengan peningkatan jumlah
kantor cabang dan jenis serta pengembangan asset.
Pertumbuhan jumlah kantor cabang dan jenisnya pada
tahun 1999, telah mencapai 3 Bank umum syariah dan 43
unit kantor cabang, pada tahu 2001 terdapat 5 jenis umum
Bank syariah plus unit usaha syariah dri 5 menjadi 8, dan
jumlah kantor dari 96 menjadi 138 kantor cabang. Pada
tahun 2003 terdapat 10 jenis Bank umum syariah plus unit

39
Antonio, muhammad Syafi’i.. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik.
(Jakarta: Gema Insani Press., 2001), h. 65.

40
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

usaha syariah dari 5 menjadi 8, dan jumlah kantor dari 96


menjadi 138 kantor cabang.
Pada tahun 2004 terjadi peningkatan jumlah Bank
umum syariah plus unit usaha syariah dari 10 menjadi 18,
dan jumlah kantor meningkat dari 234 menjadi 337. Pada
tahun 2005 terdapat 22 jenis Bank umum sayriah plus unit
usaha syariah dan 436 kantor cabang. Pada tahun 2006
terjadi jumlah peningkatan bank umum syariah plus unit
usaha syariah dari 22 menjadi 23 unit, dan jumlah kantor
dari 436 menjadi 509 kantor cabang yang tersebar di
seluruh Indonesia. Hingga tahun 2010 jumlah Bank Umum
Syariah 8 bank, 25 Unit Usaha Syariah, dan 143 Bank
Perkreditan Rakyat Syariah.
Sementara itu pertumbuhan asset bank syariahjuga
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2001 total asset bank umum syariah plus unit usaha syariah
yakni sebesar Rp 2,728 triliun. Pada tahun 2002 meningkat
menjadi Rp 4,087 triliun. Pada tahun 2003 total asset
sebesar 7,944 triliun. Pada tahun 2004 juga terjadi
peningkatan yang signifikan dari Rp 7,994 pada tahun 2003
menjadi Rp 15,210 triliun. Pada tahun 2005 total asset
sebesar Rp 20,880 triliun 2006 sebasar 26,722,pada tahun
2008 49,83 triliun, pada tahun 2009 Bank umum syariah
dan unit usaha syariah memiliki aset sebesar Rp55,61 triliun
atau tumbuh sebesar Rp5,68 triliun dari posisi akhir 2008.
Sedangkan tahun lalu, dalam enam bulan pertumbuhan aset
perbankan syariah mencapai Rp 6,5 triliun.hingga tahun
2010 Total aset bank syariah menjadi Rp 68,739 triliun.

41
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang


beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan
alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan
bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek
keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan
dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif
dalam bertransaksi keuangan. Paradigma yang harus
dipegang dalam pengembangan produk adalah bahwa
berbeda dengan yang ada dalam bank konvensional, yang
memakai satu jenis transaksi yaitu pinjaman, dalam bank
syariah produk-produk harus dikembangkan mengikuti
karakter dan sifat produk syariah yang berbeda satu sama
lain.40
Dalam perbankan syariah dikenal istilah profit
sharing (bagi hasil), sebetulnya sangat bagus sekali dari
sudut pandang syariat. Karena sistem ini lebih adil daripada
sistem bunga. Bahkan sistem bunga bisa digolongkan
kedalam kategori riba yang sudah jelas hukumnya haram.41
Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa
perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang
lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif
sistem perbankan yang kredibel dan dapat diminati oleh
seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

40
Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS (Semarang: Universitas Diponogoro, 2007), h. 31.
41
Ibid., h. 32.

42
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Sejarah perkembangan dalam perbankan syariah di


Indonesia sebagai sebuah Negara berpenduduk Muslim
terbesar di dunia baru pada akhir-akhir abad ke-20 ini
memiliki bank-bank yang mendasarkan pengelolaannya
pada prinsip syariah. Pada awal-awal berdirinya Negara
Indonesia perbankan masih berpegang pada sistem
konvesional atau sistem bunga bank (interst system). Pada
tahun 1983 dikeluarkan paket kebijakan berkaitan dengan
pemberian keleluasaan penentuan tingkat suku bunga,
termasuk bunga nol persen (zero interst). Hal ini terus
berlangsung paling tidak hingga dikeluarkannya paket
kebijakan Oktober 1988 sebagai kebijakan deregulasi di
bidang perbankan yang memperkenankan berdirinya bank-
bank baru.42
Bank Islam atau Bank Syariah adalah Bank yang
beroperasi dengan tidak menggunakan bunga. Bank Islam
atau biasa di sebut dengan Bank tanpa bunga adalah
lembaga keuangan atau perbankan yang operasionalnya dan
produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan
Hadist Nabi Muhammad SAW atau dengan kata lain, Bank
Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam.
Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan
masalah uang yang merupakan barang dagangan utama.
Bank Islam ada tiga fungsi pokok dalam kaitan dengan

42
Khotibul Umam, Perbankan Syariah: Dasar-dasar dan Dinamika
Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2016 Cet ke 1, h. 26

43
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

kegiatan perekonomian masyarakat yaitu: fungsi


pengumpulan dana (funding), fungsi penyaluran dana
(financing) dan pelayanan jasa.43

Perbankan syariah bagian dari entitas syariah yang


berfungsi sebagai lembaga intermediary keuangan di
harapkan dapat menampilkan secara baik dengan
perbankan dalam sistem yang lain yaitu perbankan dengan
basis bunga.44 Pengembangan perbankan yang didasarkan
kepada konsep dan prinsip ekonomi Islam merupakan suatu
inovasi dalam sistem perbankan internasional. Meskipun
telah menjadi wacana pada kalangan publik dan para ilmuan
muslim maupun nonmuslim, namun pendirian industri bank
Islam secara komersial dan formal belum lama terwujud
Perbankan syariah di Indonesia diawali dari aspirasi
masyarakat untuk memiliki sebuah alternatif sistem
perbankan yang Islami. Perkembangan dunia terus
mengalami kemajuan yang signifikan.
Diawali berdirinya PT. Bank Muamalat Indonesia
tahun 1992, yang dalam kurun waktu hanya 7 tahun mampu
memiliki lebih dari 45 outlet yang terbesar di Jakarta,
Bandung, Balikpapan, Semarang dan Makassar. UU No. 7
Tahun 1992 akhirnya tergerus akan kemajuan bank syariah

43
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Keuangan Bank Syariah,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 38.
44
Dwi Suwiknyo, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 21.

44
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

yang semakin pesat.45 Perkembangan perbankan syariah


pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya UU No. 10
Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur rinci
tentang landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.
Undang undang tersebut juga memberikan arahan bagi
bank-bank konvesional untuk membuka cabang syariah atau
bahkan mengkonversikan diri secara total menjadi bank
syariah.46
Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu bank
yang berkonsep syariah Indonesia. Bank Syariah mandiri
juga merupakan salah satu pelopor berdirinya bank-bank
berkonsep syariah di Indonesia dan merupakan salah satu
bentuk bank syariah terbesar di Indonesia saat ini. Bank
Syariah Mandiri di dirikan pada tanggal 25 Oktober 1999
dan mulai beroperasi pada tanggal 1 November. Saat ini
Bank Syariah Mandiri telah memliki total kantor cabang
mencapai 1.171 dikantor, diluar cabang unit binis mikro.
Dalam mengembangkan bisnisnya Bank Syariah Mandiri
selalu menjaga komitmen, bank syariah yang terbaik dan
paling maju dengan terus berinovasi baik dari sisi produk,
pelayanan, dan tekhnologi serta sumberdaya manusia yang
profesional dengan akhlak mulia di dalam perkembangan
Bank Mandiri Syariah.47

45
Amir Machmud Rukmana, Bank Syariah, (Jakarta: Erlangga,
2012), h. 52.
46
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik,
(Jakarta: Gema Insani, 2001), cet ke 1, h. 25-26.
47
Harinudin, ErwinPerilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Jurnal
Ilmu Administrasi dan Organisasi, (Jakarta . 2009), h. 65.

45
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Di dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki


kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan,
primer, sekunder maupun tersier. Adakalanya masyarakat
tidak memiliki cukup dana untuk kehidupan. Oleh karena
itu, dalam perkembangan perekonomian di masyarakat yang
semakin meningkat munculah jasa pembiayaan yang
ditawarkan oleh lembaga keuangan bank maupun lembaga
keuangan non bank. Dengan itu Bank Syariah Mandiri
memberikan pembiayaan bagi pengusaha kecil dan
menengah yaitu melalui produk pembiayaan mikro yang
ditawarkan kepada nasabah yang telah mempunyai usaha
dan ingin mengembangkan usahanya.
Diperuntukkan bagi Nasabah Golongan
Berpenghasilan Tetap (Golbertap) seperti para karyawan
dan Nasabah Golongan Berpenghasilan Tidak Tetap (Non-
Golbertap) seperti wiraswasta. Dalam produk Warung Mikro
di Bank Syariah Mandiri menggunakan akad pembiayaan.
Produk pembiayaan Warung Mikro yang di tawarkan di
Bank Syariah Mandiri yaitu pembiayaan Usaha Mikro Tunas,
pembiayaan Usaha Mikro Madya, pembiayaan Usaha Mikro
Utama. Dengan adanya produk pembiayaan Warung Mikro
di BSM proses pembiayaan cepat, angsuran ringan dan tetap
hingga jatuh tempo dan tentunya sesuai syariah.
Didalam sejarah perekonomian umat Islam,
pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai
syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak
zaman Rasulullah SAW. Dengan demikian, fungsi-fungsi
utama perbankan modern, yaitu menerima deposit,
menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah

46
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat


Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah SAW. Bank Syariah
Mandiri mengeluarkan jasa pembiayaan seperti di Warung
Mikro. Pembiayaan mikro merupakan pembiayaan bank
kepada nasabah yang telah mempunyai akad jual beli
(murabahah), yang diperuntukkan kepada nasabah yang
telah mempunyai usaha mikro dan membutuhkan
pengembangan usahanya.

B. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia


Kegiatan ekonomi ini sudah ada sejak jaman
Rasulullah Saw. Oleh karena itu banyak pro kontra ekonomi
yang dihadapi manusia, maka ahli pikir mulai memikirkan
bagaimana mengubah seni ekonomi menjadi ilmu ekonomi
seperti yang ada sekarang ini. Ilmu ekonoomi ini akan terus
berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban
manusia. Pada masa sekarang ini banyak bermunculan
perbankan syariah dengan banyaknya perkembangan
syariah. Ekonomi konvensional memang masih lebih diatas
ekonomi syariah. Para ekonom mempridiksi tahun-tahun
yang akan datang ekonomi syariah akan berkembang lebih
pesat dari ekonomi konvensional.
Di zaman Nabi Saw belum ada institusi bank, tetapi
ajaran Islam sudah memberikan prinsip prinsip dan filosofi
dasar yang harus dijadikan pedoman dalam aktifitas
perdagangan dan perekonomian. Karena itu, dalam
menghadapi masalah muamalah kontemporer yang harus
dilakukan hanyalah mengidentifikasi prinsip-prinsip dan
filosofi dasar ajaran Islam dalam bidang ekonomi, dan

47
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

kemudian mengidentifkasi semua hal yang dilarang. Setelah


kedua hal ini dilakukan, maka kita dapat melakukan inovasi
dan kreativitas (ijtihad) seluas-luasnya untuk memecahkan
segala persoalan muamalah kontemporer, termasuk
persoalan perbankan.
Perbankan pada saat ini, khususnya Bank umum
merupakan inti sistem keuangan setiap negara. Bank
memiliki usaha pokok berupa menghimpun dana dari pihak
yang berlebihan dana untuk kemudian menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat yang kekurangan dana
dalam jangka waktu tertentu. Fungsi untuk mencari dan
selanjutnya menghimpun dana dalam dalam bentuk
simpanan sangat menentukan pertumbuhan suatu bank,
sebab volume dana yang berhasil dihimpun atau disimpan
tentunya akan menentukan pula volume dana yang dapat
dikembangkan oleh bank tersebut dalam bentuk penanaman
dana yang menghasilkan.
Kehadiran dan fungsi perbankan di Indonesia baik
untuk masyarakat, industri besar, menengah atau bawah
mempunyai peranan dan pengaruh yang sangat signifikan.
Hal ini terjadi karena kebutuhan akan bank baik untuk
penguatan modal atau penyimpanan uang oleh masyarakat
sudah menjadi hal yang biasa. Dalam mengantisipasi
kebutuhan masyarakat serta memberikan rasa aman,
nyaman dalam transaksi perbankan, kehadiran Bank Syariah
merupakan salah satu solusi untuk menambah kepercayaan
masyarakat terhadap kegiatan perbankan khususnya di
Indonesia.

48
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Bank Syariah merupakan salah satu produk


perbankan yang berlandaskan sistem perekonomian Islam,
Sistem Ekonomi Islam atau syariah sekarang ini sedang
banyak diperbincangkan di Indonesia. Banyak kalangan
masyarakat yang mendesak agar Pemerintah Indonesia
segera mengimplementasikan sistem Ekonomi Islam dalam
sistem Perekonomian Indonesia seiring dengan hancurnya
sistem Ekonomi Kapitalisme. Bank Syariah pada awalnya
dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonomi
dan praktisi perbankan muslim yang berupaya
mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang
menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuagnan yang
dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsip
syariah Islam. Umat Islam diharapkan dapat memahami
perkembangan bank syariah dan mengembangkannya
apabila dalam posisi sebagai pengelola bank syariah yang
perlu secara cermat mengenali dan mengidentifikasi semua
mitra kerja yang sudah ada maupun yang potensial untuk
pengembangan bank syariah.
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang
memiliki peranan penting sebagai perantara keuangan di
dalam perekonomian suatu negara. Selain sebagai tempat
penyimpanan deposito, tabungan, giro dan sebagai tempat
meminjam dana, saat ini bank menjadi sebuah lembaga yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat hamper
diseluruh dunia. Diantara fungsi lain bank dalam dunia
modern adalah sebagai penyedia layanan pembayaran
belanja elektronik, tagihan telepon, tagihan listrik, dan

49
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

pembayaran lainnya yang belum pernah terbayangkan


sebelumnya.
Menurut UU RI no. 10 Tahun 1998 tanggal 10 1998
tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah
“Badan usaha yang menghimpun dana dari mesarakat dalam
bentuk kredit atau bentukbentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari pengertian
diatas, dapat dipahami bahwa bank merupakan perusahaan
yang bergerak dibidang keuangan dan segala aktivitasnya
selalu berkaitan dengan keuangan. Adapun dalam
menjalankan kegiatan usahanya, bank di Indonesia
dibedakan menjadi dua yaitu bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdarkan prinsip konvensional, dan
berdasarkan prinsip syariah.
Bank Konvensional merupakan bank yang telah
berdiri lebih awal dibandingkan Nank Syariah di Indonesia
dan memiliki fasilitas yang sudah tersebar luas di Indonesia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konvensional berarti
“menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan”. Dari
pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Bank
Konvensional merupakan bank yang menjalankan kegiatan
usahanya dengan menerapkan metode bunga yang sudah
ada terlebih dahulu dan sudah menjadi kebiasaan bankbank
pada masa lalu dalam meraih keuntungan dari aktivitas
bisnisnya. Dalam hal ini masayrakat di Indonesia sudah
cukup terbiasa dengan pembiayaan metode bunga.
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang
mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu
negara sebagai lembaga perantara keuangan. Bank dalam

50
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan


UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lain dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Sedangkan Bank Syariah merupakan bank yang
mengikuti sistem ekonomi Islam. Adapun ekonomi Islam
menurut Fazlurrahman dalam Farida (2011:53), “ekonomi
Islam menurut para pembangun dan pendukungnya
dibangun di atas atau setidaknya diwarnai oleh prinsip-
prinsip religious, berorientasi dunia dan akhirat.” Pada
tahun 1992 Bank Muamalat Indonesia berdiri sebagai tanda
dimulainya dual Definisi bank, bank umum dan Bank
Perkreditan Rakyat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 Pasal 1 tentang perbankan yakni:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Sedangkan pengertian bank umum adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau “berdasar prinsip syariah” yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Pengertian bak perkreditan rakyat (BPR-
Syariah) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran”

51
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat


13 tentang perbankan menyatakan apa yang dimaksud
dengan prinsip syariah yakni: “Prinsip syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hokum islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan penyertaan
modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (mudharabah), atau pembiayaan
barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan
(ijarah). Atau dengan adanya pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah
wa iqtina)”.
Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun
2008 pasal 1 ayat 12 tentang Perbankan Syariah
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan prinsip syariah
adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbannkan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang
syariah. Dari pengertian bank tersebut diatas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa Bank Syariah adalah badan
usaha yang menjalankan fungsi intermediasinya
berdasarkan prinsip syariah atau dengan kata lain bank yang
dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun
penyaluran dana memberikan imbalan atas dasar prinsip
syariah.

52
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

C. Persamaan dan Perbedaan Bank Konvensional dan


Syariah
Bank konvensional dan Bank syariah memiliki
beberapa persamaan, terutama dalam sisi teknis
penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer
yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh
pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan
keuangan, dan sebagainya. Perbedaan mendasar diantara
keduanya yaitu menyangkut aspek legal, stuktur organisasi,
usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja. Hal mendasar
yang membedakan antara lembaga keuangan konvensional
dengan syariah terletak pada pengembalian dan pembagian
keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga
keuangan atau yang diberikan oleh lembaga keuangan
kepada nasabah. Kegiatan operasional Bank syariah
menggunakan prinsip bagi hasil (Mudharabah). Bank
syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk
memperoleh keuntungan maupun membebankan bunga atas
pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan.48
Pola bagi hasil ini memungkinkan nasabah untuk
mengawasi langsung kinerja Bank syariah dengan
memantau jumlah bagi hasil yang diperoleh. Jika jumlah
keuntungan bank semakin besar maka semakin besar pula
bagi hasil yang diterima nasabah, demikian juga sebaliknya.
Jumlah bagi hasil yang kecil atau mengecil dalam waktu
cukup lama menjadi patokan bahwa pengelolaan bank

48Sparta, 2008. Mengenal Keunggulan Praktek Perbankan Syariah


di Indonesia. Jurnal Ekonomi, h. 347

53
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

merosot. Keadaan itu merupakan peringatan dini yang


transparan dan mudah bagi nasabah. Berbeda dari
perbankan konvensional, nasabah tidak dapat menilai
kinerja hanya berpatokan pada bunga yang diperoleh.
Perbedaan tujuan dari bank konvensional dengan
bank syariah; Bank konvensional didirikan untuk
mendapatkan keuntungan material sebesar-besarnya,
sedangkan bank syariah didirikan untuk memberikan
kesejahteraan material dan spiritual. Kesejahteraan material
dan spiritual tersebut didapat melalui usaha pengumpulan
dan penyaluran dana yang halal. Artinya, bank syariah tidak
akan menyalurkan dana untuk usaha pabrik minuman keras
atau usaha lain yang tidak bisa dijamin bahwa hasilnya
berasal dari kegiatan yang halal. Karena itu dapat dikatakan
bahwa konsep keuntungan pada bank konvensional lebih
cenderung, berfokus pada sudut keuntungan materi,
sedangkan konsep keuntungan pada bank syariah harus
memperhatikan keuntungan dari sudut duniawi dan
ukhrawi (akhirat).49
Jika memang tujuan nasabah sesuai dengan tujuan
bank syariah, maka secara prinsip tidak ada kekurangan dari
menabung di bank syariah karena adanya keseimbangan
antara duniawi dan ukhrawi. Namun apabila tujuan nasabah
lebih ke aspek-aspek material, maka bisa jadi keuntungan
yang diperoleh akan kurang sesuai dengan harapan. Bank
Syariah memiliki misi dan metodologi yang ekslusif, misi
yang bukan sekedar ada pada jumlah nominal investasi tapi

49
Ridwan, A. H., Manajemen Baitul Mal wa Tamwil. (Bandung:
Pustaka Setia, 2012), h. 89.

54
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

juga mencakup pada jenis, objek dan tujuannya itu sendiri.


Adapun metodologinya adalah kerangka syariat dan kaidah-
kaidahnya yang bersumber dari etika dan nilai-nilai syariat
Islam yang universal. Berdasarkan hal tersebut, Bank
syariah berfungsi sebagai sarana untuk mengumpulkan
tabungan masyarakat dan mengembangkannya. Intinya
bahwa Bank syariah adalah lembaga yang berfungsi untuk
menginvestasikan dana masyarakat sesuai dengan anjuran
Islam dengan efektif, produktif dan untuk kepentingan umat
Islam. Tujuan utama dari Bank Syariah, yaitu menyatukan
umat Islam, mengembalikan kekuatan, peran, dan
kedudukan Islam di muka bumi ini bisa tercapai.50
1. Keunggulan dan Kelemahan Bank Syariah
a. Keunggulan dan Kelebihan Bank Syariah
Menurut Antonio (2008) menjelaskan tentang:
1) Kelebihan Bank Syariah terutama pada kuatnya
ikatan emosional keagamaan antara pemegang
saham, pengelola bank, dan nasabahnya. Dari ikatan
emosional inilah dapat dikembangkan kebersamaan
dalam menghadapi risiko usaha dan membagi
keuntungan secara jujur dan adil.
2) Dengan adanya keterikatan secara religi, maka
semua pihak yang terlibat dalam Bank Islam adalah
berusaha sebaik-baiknya dengan pengalaman ajaran
agamanya sehingga berapa pun hasil yang diperoleh
diyakini membawa berkah.

50
Strategi Persaingan Bank Syariah Terhadap Bank Konvensional
2010, h. 1-3

55
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

3) Adanya Fasilitas pembiayaan (Al-Mudharabah dan


Al-Musyarakah) yang tidak membebani nasabah
sejak awal dengan kewajiban membayar biaya
secara tetap. Hai ini adalah memberikan
kelonggaran psikologis yang diperlukan nasabah
untuk dapat berusaha secara tenang dan sungguh-
sungguh
4) Dengan adanya sistem bagi hasil untuk penyimpan
dana setelah tersedia peringatan dini tentang
keadaan bank yang bisa diketahui sewaktu-waktu
dari naik turunnya jumlah bagi hasil yang diterima
5) Penerapan sistem bagi hasil dan ditinggalkannya
sistem bunga menjadikan Bank Islam lebih mandiri
dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam
maupun dari luar negeri.
b. Kelemahan Bank Syariah
John L. Eposito mengkritisi Ekonomi Islam dalam
Farida (2011:54-55) bahwa: Secara keseluruhan,
Ekonomi Islam lebih berhasil menjelaskan apa yang
bukan Ekonomi Islam, daripada menentukan apa yang
membuat Ekonomi Islam juga lebih banyak
mengungkap kelemahan system lain dari pada
menunjukan (bahwa Ekonomi Islamsecara substansial
memang lebih baik. Menurut Adiwarman dalam
Sulistiyawan (2015:1), menyatakan bahwa ada enam
kelemahan Bank Syariah yang menyebabkan masih
sedikitnya masyarakat menjadi nasabah Bank Syariah.
Adapun kelemahan itu meliputi

56
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

1) Promosi bank syariah kurang menyeluruh ke


berbagai msyarakat
2) Kantor yang dimiliki sedikit
3) Ketidaktahuan masyarakat
4) Fasilitas anjungan tunai mandiri (ATM) jumlahnya
sedikit
5) Produk-produknya tidak diketahui masyarakat
tidak diketahui masyarakat
6) Kurangnya fasilitas.
c. Pencapaian Bank Syariah
Perbankan di Indonesia kini semakin
diramaikan adanya Bank Syariah yang menawarkan
produk keuangan dan investasi dengan cara yang
berbeda dibanding Bank Konvensioal yang sudah lama
ada. Meskipun masih dianggap pendatang baru,
Perbankan Syariah berkembang cukup pesat. Hal itu
dapat dimaklumi dengan status Indonesi sebagai
negara muslim terbesar di dunia sehingga perbankan
yang menggunakan hukum dan asas Islam akan
lebih diminati. Seolah tidak mau kehilangan
momentum, saat ini bank-bank konvensional di
Indonesia ikut mendirikan institusi syariah ataau unit
usaha syariah sendiri. Hal ini dilakukan untuk
menggaet lebih banyak nasabah yang tertarik dengan
keunggulan Bank Syariah.
Mayoritas masyarakat Indonesia adalah
muslim, maka hadirnya bank syariah telah menjadi
kebutuhan masyarakat bahkan sebelum Indonesia
merdeka. Sejarah mencatat K.H Mas mansyur, ketua

57
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

pengurus besar Muhammadiyah periode 1937-1944


pernah menyatakan bahwa umat islam di Indonesia
terpaksa menggunakan jasa bank konvensional karena
belum memiliki lembaga yang bebas riba saat itu.
Tahun 1983 pemerintah Indonesia pernah
berencana menerapkan “sistem bagi hasil” dalam
perkreditan yang merupakan konsep dari perbankan
syariah. Kondisi perbankan Indonesia saat itu sedang
tidak stabil karena Bank Indonesia tidak bisa
mengendalikan tingkat suku bunga di bankbank yang
membungbung tinggi. Sehingga pemerintah
mengeluarkan deregulasi tanggal 1 juni 1993 yang
menimbulkan kemungkinan bank mengambil untuk
dari bagi hasil sistem kredit. Lima tahun
kemudian, pemerintah menganggap bisnis perbankan
harus dibuka seluas-luasnya untuk menunjang
pembangunan. Akhirnya pada tanggal 27 oktober
1988, pemerintah pun mengeluarkan paket
Kebijaksanaan Pemerintah Bukan Oktober (PAKTO)
untuk meliberalisasi perbankan.
Meskipun lebih banyak bank konvensional
yang berdiri, beberapa bank daerah yang berasaskan
syariah juga mulai bermunculan. Tahun 1990, MUI
membentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank
Islam di Indonesia. Ini meruakam cikal bakal lahirnya
perbankan syariah di Indonesia. Pada tahun 1992,
bank syariah pertama di Indonesia yaitu Bank
Muamalat pun lahir. Berdasarkan data statistika
perbankan syariah yang dipublikasikan oleh bank

58
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Indonesia, pada tahun 1998 terdapat satu bank umum


syariah dan 76 bank perkreditan rakyat syariah.51
Menurut Hadad dalam “Per maret 2015,
industri perbankan syariah terdiri dari 12 Bank Umum
Syariah, 22 unit usaha syariah yang dimiliki bank
umum konvensional, dan 163 Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS) dengan total aset sebesar Rp 264,81
trilius dengan pangsa pasar (market share) 4,88%.
Sementara itu, jumlah pelaku industry keuangan non-
bank (IKNB) syariah 98 lembaga di luar LKM, yang
terdiri atas usaha jasa takaful atau asuransi syariah
yang mengelola aset senilai Rp 23,80 trilliun, usaha
pembiayaan syariah yang mengelola aset senilai Rp 19,
63 trilliun, dan lembaga keuangan syariah lainnya
dengan aset senilai Rp 12,86 triliun”. Namun, terlepas
dari pencapaian tersebut, Bank Syariah masih belim
mampu mencapai target market share yang pernah
ditargetkan mampu dicapai pada tahun 2008 yaitu
sebebar 5%.52

51
Sari, N.N. Sururi, R.M. & Pharmawati, K.,. Efek Perlakuan pH
Pada Ozinisasi Pada Mata Air. Jurnal institut teknoligi nasional. Vol. 1. Pp.1-
2013, 12.
52
Yunita, M. Hendrawan, Y. & Yulianingsih, R., 2015. Analisis
Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan (Aerofood ACS)
Garuda Indonesia Berdasarkan TPC (Total Plate Count) Dengan Metode
Pour Plate. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. Vol. 3. 3. pp
237-248.

59
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

60
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

BAB 4
BAITUL MAAL WA TAMWIL

A. Konsep Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)


Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah salah satu
bentuk lembaga keuangan Syariah non bank. Sebuah
lembaga keuangan Islam yang hadir di tengah-tengah carut
marutnya perekonomian kapitalis yang diterapkan di negeri
ini, kini hadir dengan menawarkan sistem baru sistem yang
bebas dari riba, bebas dari praktek ketidakadilan,
mengedepankan amanah dan juga mengemban misi sosial.
Baitul Mal Wat Tamwil adalah lembaga keuangan
mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil,
menumbuh kembangangkan bisnis usaha mikro dan kecil
dalam rangka mengangkat martabat dan serta membela
kepentingan kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT
memiliki dua fungsi Baitul Tamwil (bait=rumah, at
tamwil=pengembangan harta). Jadi BMT adalah balai usaha
mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-
tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha
proktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegitan
ekonomi pengusaha bawah dan kecil dengan antara lain
mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
kegiatan.53

53
Abdul Aziz dan Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam
Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 115.

61
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Baitul Maal wat Tamwil adalah sekelompok orang


yang menyatukan diri untuk saling membantu dan bekerja
sama membangun sumber pelayanan keuangan guna
mendorong dan mengembangkan usaha produktif dan
peningkatan taraf hidup anggota keluarganya. 54
Beragamnya praktek transaksi ekonomi yang
dilakukan masyarakat modern, baik yang terjadi antara
sesama umat Islam maupun antara Islam dengan umat
pemeluk agama lain dalam bentuk dan pola yang sama
sekali baru, yakni praktek transaksi ekonomi yang
sebelumnya tidak pernah dijumpai dalam tatanan
masyarakat tradisional kita, dalam perkembangannya
telah berhasil menempati ruang tersendiri dalam wacana
hukum Islam kontemporer. Salah satu persoalan aktual
yang terus diperdebatkan para ahli sampai sekarang
adalah mengenai status hukum bunga bank dalam Islam.
Dalam arti, apakah bunga yang dipungut perbankan
konvensional termasuk riba yang dilarang Al Qur’an atau
bukan.55
Sebagian besar umat Islam yang hati-hati dalam
menjalankan perintah dan ajaran agamanya menolak
menjalin hubungan bisnis dengan perbankan konvensional
yang beroperasi dengan sistem bunga, kendati mereka tahu
bahwa lembaga ini berperan besar dalam perjalanan

54
Ismail Nawawi, Ekonomi Kelembagaan Syariah: Dalam Pusaran
Perekonomian Global sebuah Tuntutan dan Realitas, (Surabaya: Putra Media
Nusantara, 2009), h. 101.
55
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2010), h. 290

62
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

panjang pembangunan ekonomi bangsa. Dalam hal ini umat


Islam hanya sedikit saja yang mau memanfaatkan fasilitas
kredit berbunga dari bank konvensional, sebaliknya mereka
lebih suka mencari jalan lain di luar lembaga perbankan
untuk segala keperluan bisnisnya. Baitul Maal wat Tamwil
(BMT) dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai balai usaha
terpadu. BMT merupakan gabungan dari baitul Maal dan
Baitul Tamwil. Secara etimologi Baitul Mall berarti rumah
uang, sedangkan Baitul Tamwil adalah rumah pembiayaan.56
Mannan menyebut kan bahwa Baitul Maal berasal
dari dua kata yakni, Bait yang berarti rumah, dan Maal yang
berarti harta. Jika kedua kata itu digabungkan mempunyai
arti yang tidak jauh berbeda dari penggalan kata-katanya,
yaitu rumah harta atau perbendaharaan harta. Menurut
Mannan, banyak ahli berbeda pendapat tentang fungsi dari
Bait al Mall serta siapa yang pertama kali mendirikannya.
Baitul maal berperan sebagai lembaga sosial atau tidak
bersifat profit oriented.57 Sedangkan Bait at Tamwil adalah
lembaga keuangan islam informal dengan orientasi
keuntungan (Profit oriented). Kegiatan utama dari lembaga
ini adalah menghimpun dana dan mendistribusikannya
kepada anggota dengan imbalan bagi hasil atau margin yang
sesuai ketentuan syariah.58

56
Pusat Pengkajian dan Pembangunan Usaha Kecil (P3UK),
Pendidikan dan Pelatihan Baitul maal wat Tamwil. h.1.
57
MA Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Terjemahan,
terjemahan Drs. M. Nastangin, (Jakarta:Dana Bhakti Wakaf, 1993), h. 179.
58
Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sual, Amanah bagi bangsa:
Konsep system Ekonomi syariah, ( Jakarta: MES, tanpa tahun), h. 199.

63
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Beberapa latar belakang pembentukan dan ciri-ciri


BMT dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Sebagian masyarakat dianggap tidak bankable, sehinggah
sulit mendapatkan pendanaan, kalaupun ada sumber
dananyaa mahal
2. Untuk pemberdayaan dan pembinaan usaha masyarakat
muslim melalui masjid dan masyarakat sekitarnya.
3. Berbadan hukum koperasi
4. Bertujuan untuk menyediakan dana murah dan cepat
guna pengembangan usaha bagi anggota
5. Prinsip dan mekanismenya hamper sama dengan
perbankan syariah, hanya skala produk dan jumlah
pembayarannya terbatas.59
Selain dari ciri-ciri di atas ada juga ciri-ciri BMT
menurut Djazuli diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan
pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan
lingkungannya
2. Bukan lembaga sosial tetapi dimanfaatkan untuk
mengefektifkan penggunaan zakat, infaq dan shodaqoh
bagi kesejahteraan orang banyak
3. Ditumbuhkan orang banyak berlandaskan peran serta
masyarakat di sekitarnya
4. Milik bersama masyarakat kecil menengah kebawah dari
lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik orang-seorang
atau orang dari luar masyarakat itu.60

59
Ibid., 201

64
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Dalam menjalankan usahanya BMT menggunakan


tiga prinsip:
1. Prinsip bagi hasil Dalam prinsip bagi hasil ini terjadi bagi
hasil antara BMT dengan nasabah
2. Sistem jual beli sistem ini merupakan suatu tata cara jual
beli dimana dalam pelaksanaannya BMT mengangkat
nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan
pembelian barang atas nama BMT dan kemudian
bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang
telah dibelinya tersebut dengan ditambah markup.
Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia
dana.
3. Sistem non-profit. Sistem ini merupakan pembiayaan
kebajikan atau qardhul hasan. Dengan system ini nasabah
hanya mengembalikkan pokok pinjamannya saja
Dalam melaksanakan usahanya, BMT berpegang
teguh pada prinsip utamanya sebagai berikut:61
1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan
mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip syari‟ah
dan muamalah islam ke dalam kehidupan nyata.
2. Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral
menggerakkan dan mengarahkan etika bisnis yang
dinamis, proaktif, adil, dan berakhlaq mulia
3. Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersma
diatas kepentingan pribadi. Semua pengelola pada setiap
tingkatan, pengurus dengan semua anggota, dibangun

60
Djazuli, Janwari. Lembaga-lembaga Ummat sebuah pengenalan.
(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2002), h. 184
61
Muhammad Ridwan, manajemen Baitul Maal Wa Tamwil,
(Yogyakarta: UII Press, 2004), h. 130

65
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

rasa kekeluargaan, sehingga akan tumbuh rasa saling


melindungi dan menanggung.
4. Kebersamaan, yakni kesatuan pola piker, sikap, dan cita-
cita antar semua elemen BMT. Antara pengelola dengan
pengurus harus memiliki satu visi bersama-sama anggota
untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial
5. Kemandirian, yaitu mandiri diatas semua golongan
politik. Mandiri juga tidak tergantung dengan dana-dana
pinjaman dan „bantuan‟ tetapi senantiasa proaktif untuk
menggalang dana masyarakat sebanyak-banyaknya.
6. Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi
(amalus sholih atau ahsanu amala) yakni dilandasi dengan
dasar keimanan. Kerja yang tidak hanya berorientasi pada
kehidupan dunia saja, tetapi juga kenikmatan dan
kepuasan rohani dan akhirat. Kerja keras dan cerdas yang
dilandasi dengan pengetahuan yang cukup, ketrampilan
yang cukup ditingkatkan, serta niat dan gairah yang kuat.
Semua itu dikenal dengan kecerdasan emosional,
spiritual, dan intelektual. Sikap profesionalisme dibangun
dengan semangat untuk terus belajar demi mencapai
tingkat standar kerja yang tertinggi.
7. Istiqomah, yakni konsisten, konsekuen, kontinuitas atau
berkelanjutan tan henti dan tanpa pernah putus asa.
Setelah mencapai suatu tahap berikutnya dan hanya
kepada Allah Swt kita berharap
Jenis usaha pembiayaan BMT lebih diarahkan pada
pembiayaan usaha mikro, kecil bawah diantaranya:
1. Mudharabah;
2. Musyarakah

66
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

3. Murabahah
4. Al bai’ Bithaman Ajil
5. Al Qardhul Hasan
Peran BMT hanya menjangkau pada kalangan
ekonomi mikro. Karena disebabkan pihak Bank sangat
minim untuk menjangkau kepada kalangan ekonomi mikro.
Tujuan BMT dapat berperan melakukan pihaknya memiliki
dua system memberdayakan masyarakat di level mikro.
Adapun dua strategi itu ialah62
1. Menyiapkan skim khusus untuk pembiayaan setiap sector
dan pendekatan emosional maksudnya BMT memiliki
skim pola pembiayaan pertanian, skim pola pembiayaan
peternakan dan lain-lain
2. Pihaknya melakukan intraksi emosional yang intens
terhadap debitur atiya hubungan yang dijalin tidak
hannya bersifat financial, dalam hlm ini pihak BMT juga
menjalin komunikasi dan menanyakan permasalahan
yang dihadapi debitur baik dalam persoalan keluarga
hingga pendidikan anak.
Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi utama,
yaitu berkaitan dengan baitul maal dan baitul tamwil. Baitul
Maal secara harfiah, bait adalah rumah sedangkan maal
adalah harta. Kegiatan baitul maal menyangkut kegiatan
dalam menerima titipan dana zakat, infak, dan sedekah,
serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan
peraturan dan amanahnya. Baitul tamwil, secara harfiah bait
adalah rumah dan at-Tamwil adalah pengembangan harta.

62
Neni Sri Imaniyati, Aspek-Aspek Hukum BMT,(Bandung, Citra
Adtya Bakti, 2010), h. 76.

67
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Baitul tamwil melakukan kegiatan pengembangan usaha-


usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kesejahteraan pengusaha mikro dan kecil melalui kegiatan
pembiayaan dan menabung (berinvestasi).63
Pada masa khalifah, Baitul Maal dikontrol oleh pejabat
keuangan atau disimpan dalam penyimpanan (seperti zakat
dan ushr), mereka tidak memiliki wewenang untuk
membuat keputusan. Kekayaan negara itu ditujukan untuk
kelas-kelas tertentu dalam masyarakat dan harus
dibelanjakan sesuai dengan prinsip-prinsip Quran.64
1. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi non-
syariah. Aktif melakukan sosialisasi di tengah
masyarakat tentang arti pentingnya sistem ekonomi
Islami. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-
pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang Islami,
misalnya supaya bukti dalam transaksi, dilarang curang
dalam menimbang barang, jujur terhadap konsumen
dan sebagainya
2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT
harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai
lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan
pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan
pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau
masyarakat umum.

63
Buchari Alma & Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis
Syariah: Menanamkan Nilai dan Praktik Syariah dalam Bisnis
Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 23.
64
Nur Chamid, Jejak Langkah & Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 77.

68
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat


yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir
mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam
memenuhi dana dengan segera, maka BMT harus
mampu melayani masyarakat lebih baik lagi, misalnya
selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang
sederhana dan lain sebagainya
4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan
distribusi yang merata. Fungsi BMT langsung
berhadapan dengan masyarakat yang kompleks
dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu
langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam
rangka pemetaan skala prioritas yang harus
diperhatikan, misalnya dalam masalah pembiayaan,
BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah dalam
hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan.

B. Badan Hukum Baitul Maal wat Tamwil (BMT)


BMT dapat didirikan dalam bentuk KSM (Kelompok
Swadaya Masyarakat). Sebelum menjalankan usahanya,
kelompok swadaya masyarakat harus mendapatkan
sertifikat operasi dari penilik (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha
Kecil). Sementara PINBUK itu sendiri harus mendapat
pengakuan dari Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga
pengembang swadaya masyarakat (LPSM) yang mendukung
program proyek hubungan bank dengan kelompok swadaya
masyarakat yang dikelola oleh Bank Indonesia (PHBK-BI).
Selain dengan badan hukum kelompok swadaya masyarakat,
BMT juga dapat didirikan dengan menggunakan badan

69
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

hukum koperasi, baik koperasi serba usaha di perkotaan,


koperasi unit desa di pedesaan, maupun koperasi pondok
pesantren (kopontren) di lingkungan pesantren.
Penggunaan badan hukum KSM dan koperasi untuk
BMT itu disebabkan karena BMT tidak termasuk pada
lembaga keuangan formal yang dijelaskan UU Nomor 7
Tahun 1992 dan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perbankan, yang dapat dioperasikan untuk menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat adalah bank umum dan
bank perkreditan rakyat, baik dioperasikan dengan cara
konvensional maupun dengan prinsip bagi hasil. Namun
demikian, jika BMT dengan badan hukum KSM atau koperasi
itu telah berkembang dan telah memenuhi syaratsyarat BPR,
maka pihak manajemen dapat mengusulkan diri kepada
pemrintah agar BMT itu dijadikan sebagai BPRS (Bank
Perkreditan Rakyat Syari’ah) dengan badan hukum koperasi
atau perseroan terbatas.65
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa ketata-
BMT-an harus dirumuskan secara sederhana sehingga
mudah untuk didirikan. Artinya, lembaga non keuangan
perbankan ini harus dirumuskan secara sederhana agar
dapat ditangani dan dimengerti oleh para nasabah yang
sebagian besar berpendidikan rendah. Aturan-aturan dan
mekanisme kerja di BMT dibuat dengan lentur, efisien dan
efektif sehingga memudahkan nasabah untuk memanfaatkan
fasilitasnya. Selain itu, kebijakan yang diambil BMT
hendaknya terkait dengan kepentingan mendasar dari para

65
Djazuli, Janwari. Lembaga-lembaga Ummat sebuah pengenalan.
(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2002) , h. 187

70
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

anggota. Hal ini perlu dilakukan agar pihak-pihak yang


terlibat dapat termotivasi untuk membina dan
mengembangkan lebih lanjut.
Menurut Rivai BMT dapat didirikan dalam bentuk
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau berbentuk
koperasi.
1. Dalam bentuk KSM
Bila BMT didirikan dalam bentuk KSM, maka BMT
akan mendapat sertifikasi operasi dari Pusat Inkubasi
Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) yang mendapat pengakuan
dari Bank Indonesia (BI) sebagai pengembangan lembaga
swadaya masyarakat yang mendukung program
hubungan bank dengan KSM. KSM juga dapat berfungsi
sebagai prakoperasi dengan tujuan mempersiapkan
segala sesuatu supaya BMT bisa menjadi koperasi BMT.
Bila para pengurus siap untuk mengelola BMT dengan
baik dengan badan hukum koperasi, maka BMT dapat
dikembangkan dengan badan hukum koperasi
2. Dalam bentuk Koperasi
Bila pada awal pendirian telah ada kesiapan, maka
BMT langsung didirikan dengan badan hukum Koperasi.
Dalam hal ini ada beberapa alternatif (pilihan) yang bisa
di ambil:
a. Sebagai koperasi serba usaha untuk perkotaan
b. Sebagai koperasi unit desa (KUD), dengan ketentuan
yang diatur oleh menteri koperasi dan pengusaha kecil
tanggal 20 maret 1995, dimana:
1) Bila disuatu wilayah telah ada KUD dan berjalan
dengan baik, maka BMT dapat menjadi Unit Usaha

71
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Otonom (U2O) atau Tempat Pelayanan Koperasi


(TPK). Bila KUD tersebut belum berfungsi dengan
baik, maka KUD tersebut dapat difunsikan sebagai
BMT. Dan pengurus dipilih dalam suatu rapat
anggota
2) Bila mana di daerah tersebut belum ada KUD, maka
dapat didirikan KUD BMT. Dalam pendirian KUD
diperlukan minimal 20 anggota
3) Sebagai Koperasi Pondok Pasantren (KOPONTREN)
BMT juga dapat menjadi U2O dan TPK dari
Kopontren dan juga dapat didirikan Kopontren
BMT. Dalam hal ini panitia pendirian BMT dapat
berkonsultasi dengan Departemen Agama dan
Departemen Koperasi Kabupaten/kota setempat.

C. Strategi Pengembangan Baitul Mall Wat Tamwil


(BMT)
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan suatu
lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul Maal dan
Baitul Tamwil. Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-
usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit,
seperti: zakat, infaq, dan sedekah. Adapun Baitul Tamwil
sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.
Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan
ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan Islam.
Strategi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu strategos yang artinya jenderal. Strategi pada mulanya
berasal dari peristiwa peperangan yaitu sebagai suatu siasat

72
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

untuk mengalahkan musuh. Strategi berkembang untuk


semua kegiatan operasional termasuk keperluan ekonomi,
sosial, dan agama. Strategi dalam bahasa Yunani kuno dapat
pula diartikan sebagai seni perang. Suatu strategi
mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai
sasaran yang dituju. Pada dasarnya strategi merupakan alat
untuk mencapat tujuan.
Strategi merupakan langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Terkadang langkah yang harus dihadapi
penuh terjal dan beliku-liku, namun demikian ada pula
langkah yang relative rendah. Selain itu, banyak rintangan
yang dihadapi oleh suatu perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Oleh karena itu, setiap langkah harus dijalankan
secara hati-hati dan terarah sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai dan memberikan kemenangan
Berdasarkan beberapa definisi diatas mengenai strategi,
dapat dipahami bahwa strategi merupakan langkah-langkah
yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan untuk
mencapai tujuan. Strategi juga sebagai alat yang digunakan
suatu perusahaan untuk mencapai tujuan.
Semakin berkembangnya masalah ekonomi
masyarakat, maka berbagai kendala tidak mungkin
dilepaskan dari keberadaan BMT. Oleh karena itu, perlu
strategi yang jitu guna mempertahankan eksistensi BMT
tersebut. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:66

66
Heri Sudarsono. Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi
dan Ilustrasi, (Yogyakarta: EKONISIA, 2004), h. 108-109

73
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

1. Sumber daya manusia yang kurang memadai kebanyakan


berkorelasi dari tingkat pendidikan dan pengetahuan.
BMT dituntut meningkatkan sumber daya melalui
pendidikan formal ataupun non-formal, oleh karena
kerjasama dengan lembaga pendidikan yang mempunyai
relevavansi dengan hal ini tidak bisa diabaikan, misalnya
kerjasama BMT dengan lembaga-lembaga pendidikan
atau bisnis Islami
2. Strategi pemasaran yang local oriented berdampak pada
lemahnya upaya BMT untuk mensosialisasikan
produkproduk BMT di luar masyarakat di mana BMT itu
berada. Guna mengembangkan BMT maka upaya-upaya
meningkatkan teknik pemasaran perlu dilakukan, guna
memperkenalkan eksistensi BMT ditengah-tengah
masyarakat.
3. Perlunya inovasi. Produk yang ditawarkan kepada
masyarakat relatif tetap, dan kadangkala BMT tidak
mampu menangkap gejala-gejala ekonomi dan bisnis yang
ada di masyarakat. Hal ini timbul dari berbagai sebab;
pertama, timbulnya kekhawatiran tidak sesuai dengan
syariah; kedua, memahami produk BMT hanya seperti
yang ada. Kebebasan dalam melakukan inovasi produk
yang sesuai dengan syariah diperlukan supaya BMT
mampu tetap eksis di tengah-tengah masyarakat.
4. Untuk meningkatkan kualitas layanan BMT diperlukan
pengetahuan strategi dalam bisnis. Hal ini diperlukan
untuk meningkatkan profesionalisme BMT dalam bidang
pelayanan. Isu-isu yang berkembang dalam bidang ini

74
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

biasanya adalah pelayanan tepat waktu, pelayanan siap


sedia, dan pelayanan siap dana.
5. Pengembangan aspek paradigmatik, diperlukan
pengetahuan mengenai aspek bisnis Islami sekaligus
meningkatkan muatan-muatan Islam dalam setiap
perilaku pengelola dan karyawan BMT dengan
masyarakat pada umumnya dan nasabah pada khususnya.
6. Sesama BMT sebagai partner dalam rangka mengetaskan
ekonomi masyarakat, demikian antar BMT dengan BPR
syariah ataupun bank syariah merupakan satu kesatuan
yang berkesinambungan yang antara satu dengan lainnya
mempunyai tujuan untuk menegakkan syariat Islam di
dalam bidang ekonomi
7. Perlu adanya evaluasi bersama guna memberikan
peluang bagi BMT untuk lebih kompetitif. Evaluasi ini bisa
dilakukan dengan cara mwndirikan lembaga valuasi BMT
atau lembaga sertifikasi BMT. Lembaga ini bertujuan
khusus untuk memberikan laporan peringkat kinerja
kwartalan atau tahunan BMT di seluruh Indonesia
Strategi BMT adalah strategi yang lebih bersifat
teknis yang merupakan rumusan arahan, pedoman dan
operasional. Strategi terdiri dari 6 jenis, yaitu:67
1. Strategi produksi, strategi ini untuk menetapkan apa yang
menjadi produk unggulan, produk kompetitif, produk
baru sesuai dengan kompetensi pokok yang dimiliki

67
Hamali, Arif Yusuf, Pemahaman Strategi Bisnis dan
Kewirausahaan, (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama 2016), h. 71.

75
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

2. Strategi pemasaran, strategi ini untuk menetapkan pasar


mana yang akan digarap, kondisi pasar yang bagaimana
yang akan diinginkan, dan lain sebagainya
3. Strategi promosi, strategi ini merupakan kelanjutan dari
pemasaran dan produksi, yaitu promosi apa yang ingin
diluncurkan, media apa yang akan digunakan untuk
promosi dan sebagainya
4. Strategi keuangan, dimana berkaitan dengan pendanaan
serta ketersediaan dana baik untuk produksi, pemasaran
dan bagian fungsional lainnya, dari mana dana tersebut
didapat dan bagaimana penggunaannya
5. Strategi sumber daya manusia (SDM) merupakan strategi
penting dan harus mencakup seluruh fungsi manajemen.
Pemilihan SDM yang tepat dan berkompeten pada bidang
yang tepat sangatlah diperlukan
6. Strategi fungsional lainnya, ini berkaitan dengan pihak
luar seperti suplier, konsultan, agen dan lain sebagainya
dengan memperhatikan transparansi, kejujuran dan
keterbukaan.

76
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

BAB 5
PRODUK
BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT)

A. Produk BMT
Islam telah mengajarkan kebaikan dalam segala hal
baik itu urusan kecil maupun urusan yang besar. Tentu
dalam hal ini Islam juga mengatur dalam hal keuangan pada
mebahasan ini salah satunya yaitu Baitul Maal Wat Tamwil
(BMT) sebagai lembaga keuangan syariah. Pengertian Baitul
Maal Wat Tamwil (BMT) Istilah BMT sebenarnya dapat
dipilah sebagai Baitul Maal (BM) dan Baitul Tamwil (BT).
Menurut fungsinya, BM bertugas menghimpun, mengelola
dan menyalurkan dana ZIS (Zakat, Infak, Sedekah) sebagai
bagian yang menitikberatkan pada aspek sosial. Sementara,
BT merupakan lembaga komersial dengan pendanaan dari
pihak ke tiga, bisa berupa pinjaman atau investasi.68
Arti kata Baitul Tamwil (BT) dari sudut etimologi
adalah tempat pengembangan harta/kekayaan. Dari sudut
ekonomi Baitul Tamwil (BT) adalah Lembaga Keuangan
Syariah Islam yang usaha pokoknya menghimpun dana dari
pihak lain (anggota/deposan) dan menyalurkannya kepada
yang memerlukan melalui pembiayaan (kredit/pinjaman)
untuk usaha produktif dan investasi dengan sistem syariah.

68
Hertanto, Widodo,. Panduan Praktis Operasional BMT, Mizan,
Jakarta, 1999), h 36.

77
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Produk-produk Lembaga Keuangan Syariah Baitul Maal Wat


Tamwil (BMT) pembiayaan Mudharabah
1. Pembiayaan mudharabah
Mudharabah adalah salah satu jenis pembiayaan
untuk usaha atau proyek (dapat disejajarkan dengan
instrumen pembiayaan obligasi atau quasi equity seperti
obligasi konversi). Pengusaha proyek adalah pemegang
amanah terhadap modal yang diterima dari pemilik
modal (venture capital company) di mana modal
merupakan titipan/amanah dalam konsep wadiah yang
dapat dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan.
Pengusaha saat melakukan proyek yang berkaitan dengan
Al Mudharabah adalah wakil pemilik modal, dan jika
pengusaha memperoleh keuntungan maka pengusaha
bertindak sebagai rekan pemilik modal, sehingga
keuntungan tersebut harus dibagikan sesuai dengan
prinsip musyarakah yang mengharuskan adanya bagi
hasil yang adil antara rekan perkongsian. Bagi hasil
keuntungan ini dengan Nisbah (profit sharing ratio atau
perbandingan, misalnya 66%: 33% untuk pemilik modal:
pengusaha) ditentukan pada kesepakatan atau perjanjian
awal. Modal disediakan seluruhnya oleh pemilik modal
sampai suatu masa tertentu di mana modal tersebut
dikembalikan secara utuh.
Al Mudharabah ini sering disebut trust financing
yang hanya diberikan kepada pengusaha yang sudah
teruji memegang amanah dengan baik, sehingga jika
terjadi satu dan lain hal yang merugikan kedua belah
pihak, hal itu tidak disebabkan oleh kesalahan

78
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

pengelolaan si pengusaha sehingga risiko dapat


ditanggung bersama secara adil. Dalam pembiayaan
syariah, mudharabah mempunyai implementasi spesifik
dalam bentuk quasi equity seperti obligasi konversi.
Obligasi atau Quasi equity dalam pasar modal syariah
adalah suatu kontrak hutang yang tertulis, berjangka
panjang, untuk membayar kembali seluruh nilai hutang
pada tanggal tertentu dan membayar sejumlah
keuntungan secara periodik menurut aqad atau suatu
bukti penyertaan dana dalam jangka panjang (seperti
modal) tetapi dapat ditarik kembali sesuai aqad.69
Mudharabah adalah akad yang dilakukan antara
pemilik modal dengan mudharib (pengelola), dimana
keuntungan disepakati diawal untuk dibagi bersama dan
kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Mudharabah
muqayyadah adalah jika shahibul maal memberikan
batasan kepada mudharib mengenai tempat, cara, dan
objek investasi. Mudharib dapat diperintahkan untuk:
tidak mencampurkan dana shahibul maal dengan dana
lainnya, tidak menginvestasikan dananya pada transaksi
penjualan cicilan, tanpa jaminan atau mengharuskan
mudharib untuk melakukan investasi sendiri tanpa
melalui pihak ketiga.70
Contoh Perhitungan Praktis Pembiayaan
Mudharabah: Seorang pedagang yang memerlukan modal
untuk berdagang dapat mengajukan permohonan untuk

69
Gunawan, D dan Mulyadi, S.. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi)
Jilid I. (Jakarta. Penebar Swadaya, 2004), h. 35.
70
Ibd., h. 89

79
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

pembiayaan bagi hasil seperti mudharabah, di mana bank


bertindak selaku shahibul maal (penyandang dana) dan
nasabah selaku mudharib (pengelola). Caranya adalah
dengan menghitung dulu perkiraan pendapatan yang
akan diperoleh nasabah dari proyek yang bersangkutan.
Misalnya, dari modal Rp30.000.000,00 diperoleh
pendapatan Rp5.000.000,00 per bulan. Dari pendapatan
ini harus disisihkan dahulu untuk tabungan
pengembalian modal, misalnya Rp2.000.000,00.
Selebihnya dibagi antara bank dengan nasabah dengan
kesepakatan di muka, misalnya 60% untuk nasabah dan
40% untuk bank.71
2. Pembiayaan Murabahah atau Bai’ Bitsaman Ajil
Al Murabahah atau BBA adalah pembiayaan untuk
jual beli barang investasi atau bahan baku dimodal kerja
(merupakan konsep penyederhanaan instrumen bagi
hasil ke jual beli dengan risiko penangguhan pembayaran
dan fluktuasi harga). Al Murabahah yaitu kontrak jual beli
dimana barang yang diperjualbelikan tersebut diserahkan
segera, sedang harga (pokok dan margin keuntungan
yang disepakati bersama) atas barang tersebut dibayar
dikemudian hari secara sekaligus (lump sum deferred
payment).
Bai’ Bitsaman Ajil yaitu kontrak murabahah dimana
barang yang diper-jualbelikan tersebut diserahkan
dengan segera, sedangkan harga barang tesebut dibayar
dikemudian hari secara angsuran (Installment Defered
Payment). Murabahah atau BBA adalah jual beli barang

71
Ibid., h. 36

80
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang


disepakati. Karakteristiknya adalah penjual harus
memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan
suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
Misalkan pihak venture capital company
bernegosiasi dengan entitas usaha yang ingin membeli
barang investasi dalam bentuk mesin, maka entitas usaha
tersebut memesan kepada venture capital company untuk
membeli mesin tersebut dari suatu produsen dengan
kesepakatan atau perjanjian bahwa entitas usaha akan
membeli mesin tersebut dari venture capital company
setelah mesin tersebut dimiliki oleh venture capital
company dengan harga dan keuntungan yang pantas bagi
venture capital company setelah memperhitungkan risiko
penangguhan pembayaran dan fluktuasi harga.
Perhitungan risiko penangguhan pembayaran dan
fluktuasi harga dilakukan karena adanya tenggang waktu
antara pengadaan dan pelunasan mesin yang dibiayai
venture capital company. Instrumen pembiayaan ini, jika
dibuat revolving, bisa juga diaplikasikan untuk pengadaan
pupuk bagi pertanian ataupun bahan baku tertentu bagi
pabrikan.
Murabahah atau BBA As-Salam adalah pembiayaan
untuk jual beli dibayar di depan produk-produk pertanian
teridentifikasi dengan jelas bentuk, ukuran, kualitas dan
kuantitasnya (merupakan konsep penyederhanaan
instrumen bagi hasil ke jual beli dengan risiko
penangguhan pembayaran dan fluktuasi harga).

81
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Salam adalah proses jual beli di mana pembayaran


dilakukan secara advance manakala penyerahan barang
dilakukan kemudian. Yang harus ditekankan adalah
bahwa pembayaran di muka ini harus diikuti dengan
spesifikasi produk pertanian yang mutu (grade) serta
jumlah (berat) sesuai dengan kesepakatan atau
perjanjian, bukan seperti ijon yang spesifikasinya bukan
terkait langsung dengan produk tapi luas lahan produk di
mana produk ditanam. Venture capital company dapat
melakukan parallel salam untuk memperoleh keuntungan
jual beli produk-produk pertanian.
Misalkan venture capital company memberi
permodalan kepada petani coklat sejumlah 2 M dengan
kesepakatan atau perjanjian bahwa petani coklat akan
menyerahkan hasil coklatnya dengan mutu tertentu dan
berat tertentu pada saat panen dan venture capital
company juga melakukan kesepakatan atau perjanjian
menjual kepada satu pemakai produk coklat dengan
harga yang menguntungkan. Petani coklat wajib
menyerahkan produk coklat dengan spesifikasi produk
dan waktu sesuai kesepakatan atau perjanjian awal.72
Murabahah atau BBA As-Salam adalah pembiayaan
untuk jual beli dibayar di depan produk-produk pertanian
teridentifikasi dengan jelas bentuk, ukuran, kualitas dan
kuantitasnya (merupakan konsep penyederhanaan
instrumen bagi hasil ke jual beli dengan risiko
penangguhan pembayaran dan fluktuasi harga). Aplikasi
dalam Lembaga Keuangan Syariah: Lembaga Keuangan

72
Ibid., h. 37

82
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Syariah bertindak sebagai penjual (mustashni ke-1)


kepada bahir (pemilik proyek, pembeli) dan
mensubkannya kepada kontraktor (mustashni ke-2).73
Murabahah adalah jual beli suatu barang dengan
pembayaran ditangguhkan. Maksudnya, pembeli baru
membayar pada waktu jatuh tempo dengan harga jual
sebesar keuntungan yang disepakati. Bai’ Bitsaman Ajil
adalah jual beli barang dengan pembayaran cicilan. Harga
jual adalah harga pokok ditambah keuntungan yang
disepakati.74 Murabahah adalah akad jual beli barang
dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli. Harga yang disepakati adalah harga jual, sedang
harga beli harus diberitahukan. Potongan dari pemasok
merupakan hak pembeli.75 Salam adalah akad jual beli
muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan
pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan
pelunasannya dilakukan segera sebelum muslam fiih
diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu.76
Istishna adalah setiap proses pembuatan barang,
contoh : membuat rumah, kapal, jalan dan lain-lain.
Merupakan kontrak penjualan antara al-mustashni’
(pembeli akhir) dan as-shani’ (pemasok). Pembeli

73
Arifin, Zainul. Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang,
Tantangan dan Prospek. (Jakarta : Alvabet, 1999). h. 200.
74
Widodo, MA Firman panduan praktis operasional Baitul Mal Wat
Tamwil (BMT), (Penerbit Mizan, 1999), h. 49.
75
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank
Syariah, Jakarta : (Gramedia Widiasarana, 2005), h. 53.
76
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank
Syari’ah, (Jakarta: PT Grasindo 2005), h. 73.

83
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

menugasi produsen untuk menyediakan as-mashnu


(barang pesanan), sesuai spesifkasi yang disyaratkan
pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati.
Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka,
cicilan atau ditangguhkan selama jangka waktu
tertentu.77 Contoh Perhitungan Praktis Pembiayaan
Murabahah.
a. Al-Murabahah
Misalkan seorang nasabah ingin memiliki sebuah
motor. Ia dapat datang ke bank syariah dan memohon
agar bank membelikannya. Setelah diteliti dan
dinyatakan dapat diberikan, bank membelikan motor
tersebut dan diberikan kepada nasabah. Jika harga
motor tersebut 4 juta rupiah dan bank ingin mendapat
keuntungan Rp800.000,00 selama satu tahun, harga
yang ditetapkan kepada nasabah seharga
Rp4.800.000,00. Nasabah akan membayar pada saat
jatuh tempo secara sekaligus sebesar Rp4.800.000,00.
b. Bai’ Bitsaman Ajil
Misalkan seorang nasabah ingin memiliki sebuah
motor. Ia dapat datang ke bank syariah dan memohon
agar bank membelikannya. Setelah diteliti dan
dinyatakan dapat diberikan, bank membelikan motor
tersebut dan diberikan kepada nasabah. Jika harga
motor tersebut 4 juta rupiah dan bank ingin mendapat
keuntungan Rp800.000,00 selama dua tahun, harga
yang ditetapkan kepada nasabah seharga

77
Ibid., h. 144.

84
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Rp4.800.000,00. Nasabah dapat mencicil pembayaran


tersebut Rp200.000,00 per bulan.
c. Bai’ as-Salam
Seorang petani memerlukan dana sekitar 2 juta
rupiah untuk mengolah sawahnya seluas satu hektar.
Ia datang ke bank dan mengajukan permohonan dana
untuk keperluan itu. Setelah diteliti dan dinyatakan
dapat diberikan, bank melakukan akad bai’ as-salam
dengan petani, di mana bank akan membeli gabah,
misalnya, jenis IR dari petani untuk jangka waktu
empat bulan sebanyak 2 ton dengan harga
Rp2.000.000,00. Pada saat jatuh tempo, petani harus
menyetorkan gabah yang dimaksud kepada bank. Jika
bank tidak membutuhkan gabah untuk “keperluannya
sendiri”, bank dapat menjualnya kepada pihak lain
atau meminta petani mencarikan pembelinya dengan
harga yang lebih tinggi, misalnya Rp1.200,00 per
kilogram. Dengan demikian, keuntungan bank dalam
hal ini adalah Rp400.000 atau (Rp 200 x 2000 kg).
d. Bai’ al-Istishna’
Seseorang yang ingin membangun atau
merenovasi rumah dapat mengajukan permohonan
dana untuk keperluan itu dengan cara bai’ al-istishna’.
Dalam akad bai’ al-istishna’, bank berlaku sebagai
penjual yang menawarkan pembangunan renovasi
rumah. Bank lalu membeli atau memberikan dana,
misalnya Rp30.000.000,00 secara bertahap. Setelah
rumah itu jadi, secara hukum Islam rumah atau hasil
renovasi rumah itu masih menjadi milik bank dan

85
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

sampai tahap ini akad istishna’ sebenarnya telah


selesai. Karena bank tidak ingin memiliki rumah
tersebut, bank menjualnya kepada nasabah dengan
harga dan waktu yang disepakati, misalnya
Rp39.000.000,00 dengan jangka waktu pembayaran 3
tahun. Dengan demikian, bank mendapat keuntungan
Rp9.000.000,00.
e. Tabungan Wadiah
Bank menerima simpanan dari nasabah yang
memerlukan jasa titipan dana dengan tingkat
keleluasaan tertentu untuk menariknya kembali,
berikut kemungkinan memperoleh keuntungan
berdasarkan prinsip Wadiah. Bank memperoleh izin
dari nasabah untuk mempergunakan dana tersebut
selama mengendap di bank. Nasabah dapat menarik
sebagian atau seluruh saldo simpanannya sewaktu-
waktu, dan bank menjamin pembayaran kembali
simpanan mereka. Semua keuntungan atas
pemanfaatan dana tersebut adalah milik bank, tetapi
bank dapat memberikan imbalan keuntungan yang
berasal dari sebagian keuntungan bank yang
dihasilkan dari penggunaan dana tersebut dari waktu
ke waktu.78 Wadi’ah adalah perjanjian antara pemilik
barang dengan pihak yang akan menyimpan barang
dengan tujuan menjaga keselamatan barang itu dari
kehilangan, kemusnahan, kecurian dan sebagainya.
Barang dimaksudkan bisa berupa uang, harta,

78
Arifin, Zainul.. Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang,
Tantangan dan Prospek. (Jakarta : Alvabet, 1999), h. 33.

86
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

dokumen, surat berharga dan lainnya. Barang tersebut


harus dikembalikan kapan saja si penyimpan (pemilik)
menghendakinya.
Wadi’ah yad al-amanah adalah titipan murni.
Maksudnya pihak yang dititipi tidak boleh
memanfaatkan barang yang dititipkan. Sebagai
imbalan atas pemeliharaan barang titipan tersebut,
pihak yang menerima titipan dapat meminta biaya
penitipan
Wadi’ah yad al-dhamanah adalah titipan yang
mengandung pengertian bahwa penerima titipan
diperbolehkan memanfaatkan dan berhak
mendapatkan keuntungan dari barang titipan tersebut.
Keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan barang
titipan itu dapat diberikan sebagian kepada pihak yang
menitipkan, dengan syarat tidak diperjanjikan
sebelumnya. Namun demikian, penerima titipan harus
bertanggung jawab atas barang titipan bila terjadi
kerusakan atau kehilangan.79
Wadia’ah adalah titipan nasabah yang harus
dijaga dan dikembalikan setiap saat nasabah yang
bersangkutan menghendaki. Bank bertanggung jawab
atas pegembalian dana titipan. Giro Wadi’ah atau
Tabungan Wadi’ah adalah bersifat simpanan yang bisa
diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan
kesepakatan, tidak ada imbalan yang diisyaratkan,
kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang
bersifat sukarela dari pihak bank.

79
Ibid., h. 146.

87
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

B. Strategi Pengembangan Produk (BMT)


Produk dalam lembaga keuangan syariah khusunya
BMT mempunyai dua jenis produk utama yakni produk
penghimpunan dan penyaluran dana yang secara teknis-
financial dapat dikembangkan BMT untuk menjalankan
usahanya, seperti penghimpunan dana syariah. Menurut
Alma tujuan pengembangan produk adalah untuk memenuhi
konsumen yang belum puas, untuk menambah omzet
penjualan, untuk memenangkan persaingan, untuk
mendayagunakan sumber-sumber produksi, untuk
meningkatkan keuntungan dengan pemakaian bahan yang
sama, untuk mendayagunakan sisa-sisa bahan, untuk
mencegah kebosanan konsumen. Menurut Mawardi, Skema
pengembangan produk keuangan islam haruslah ada unsur
kebutuhan pasar, pemenuhan kebutuhan syariah dan
memenuhi Maqashid syariah.80 Menurut Al-Suwailem “the
next step in Islamic financial engineering is to examine
strategies and techniques for developing financial products.
There are generally three strategies, depending on the
starting point of the development process: to start from
conventional product, to start from Islamic product, to start
from the real needs of customers.”81

80
Alma, B.. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Jakarta:
Alfabeta, 2002) h. 101.
81
Al-Suwailem, A.K., A.S. Al-Tamimi, M.A. Al-Omar & M.S. Al-
Suhibani. 2006. Safety and mechanism of action of orlistat
(tetrahydrolipstatin) as the first local antiobesity drug. JASR, 2, h. 104.

88
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Dalam bukunya Suwailem menjelaskan bahwa ada 3


strategi dalam mengembangkan produk-produk keuangan
yakni dimulai dari produk konvesional, dimulai dari produk
syariah dan dari kebutuhan rill konsumen. The first strategy
is to have a conventional (but Islamically questionable)
product as a reference, and then use Islamic contract to
construct an equivalent product with almost identical
properties.82
Strategi pertama dengan memiliki produk
konvesional (namun yang secara syariah dipertanyakan)
sebagai referensi, dan kemudian menggunakan cara kerja
syariah untuk membangun produk yang hampir sama.
Strategi ini disebut strategi imitasi. The second strategy is to
start from acceptable Islamic products, and try different
variations and modifications on them, and see how the
resulting products could be used. Using the jargon of genetic
algorithms (GA), existing product will be subjected to
mutations and cross-over, then using a selection criterion
based on degree of integration.83
Strategi kedua ini memulai dari produk syariah yang
sudah diterima di masyarakat kemudian membuat berbagai
variasi baru dan memodifikasi pada produk tersebut, dan
melihat bagaimana produk yang dihasilkan dapat digunakan
kemudian menggunakan kriteria seleksi berdasarkan tingkat
integrasi. Strategi bisa menghasilkan jumlah produk yang
efektif dan tidak terbatas, mengingat bahwa titik awal
produk sudah diterima dan sesuai syariah. The third strategy

82
Ibid.,h. 105.
83
Ibid., h. 107.

89
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

starts from actual needs costumers, then go back and see


which products or design could serve these needs. The strategy
works in the opposite direction of the previous strategy, and
therefore teh two complement each other.84
Strategi ketiga dimulai dari melihat kebutuhan
pelanggan atau masyarakat yang sebenarnya kemudian
kembali melihat produk atau mendesain produk sesuai
kebutuhan masyarakat/ pelanggan. Strategi ini bekerja
dalam arah yang berlawanan dari strategi sebelumnya, dan
karena itu keduanya saling melengkapi. Pada pandangan
Islam tugas manusia adalah melakukan usaha semaksimal
mungkin untuk mendapatkan rezeki dengan cara yang
sebaik-baiknya. Salah satunya dengan jalan berbisnis dan
terus menerus berusaha, Ia tidak akan takut kekurangan
rezeki atau kehilangan rezeki hanya karena anggapan rezeki
itu di ambil pesaing. Namun tetap berikhtiyar untuk
mencapai yang terbaik.
Keyakinan bahwa rezeki semata-mata datang dari
Allah Swt akan menjadi kekuatan ruhiyah bagi seorang
pembisnis muslim untuk terus berikhtiyar dalam
memasarkan produk terbaiknya untuk mencapai
keunggulan bersaing pada dengan lembaga keuangan
syariah lainnya. Keyakinan ini menjadi landasan sikap
tawakal yang kokoh dalam berbisnis. Selama berbisnis, Ia
sandarkan segala sesuatunya kepada Allah. Manakala
bisnisnya memenangkan persaingan, Ia bersyukur.
Sebaliknya, ketika terpuruk dalam bersaing, Ia bersabar.
Intinya segala keadaan ia hadapi dengan sikap positif tanpa

84
Ibid., h. 108

90
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

meninggalkan hal-hal prinsip yang telah Allah perintahkan


kepadanya.
1. Pengembangan produk
Sasaran dalam strategi pengembangan produk
mencakup 3 jenis kegiatan yaitu mengembangkan dan
meluncurkan produk baru, mengembangkan variasi mutu
produk lama, dan mengembangkan model dan bentuk-
bentuk tambahan terhadap produk lama. Dalam hal ini
produk menurut Philip Kotler adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan kepasar untuk mendapat perhatian,
dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat
memuaskan keinginan dan kebutuhan. Pengembangan
produk adalah suatu proses penemuan ide untuk barang
dan jasa termasuk merubah, menambah, atau
merumuskan kembali sebagian dari sifat-sifat pokok yang
sudah ada dalam segi corak, merk, dan kuantitas.
Pengembangan produk dilaksanakan dengan tujuan
untuk melayani pasar yang telah ada sekarang dengan
lebih meningkatkn penjualan, memenuhi usaha
menemukan barang baru yang lebih baik.85
Dalam hal ini pengertian pengembangan produk
menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Sondang P. Siagian mengatakan bahwa, pengembangan
produk adalah upaya menarik minat pelanggan untuk
membeli dan menggunakan produk baru yang
dihasilkan oleh perusahaan tersebut karena mereka
merasa puas terhadap produk yang selama ini sudah

85
Rini, S., & Kumala, F. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based
(Practice. Deepublish, 2016), h. 32-32.

91
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

diluncurkan, dipromosikan dan dijual diperusahaan


yang bersangkutan.
b. Menurut Hart dalam kamus marketing terdapat, arti
dari istilah pengembangan produk yang berarti
kegiatan yang mengarah ke dimilikinya ciri khas yang
baru atau berbeda dari sebuah produk atau manfaat
konsumen. Pengembangan tersebut membentang dari
konsep yang sama sekali baru untuk memenuhi
“keinginan” konsumen yang ditetapkan secara baru
hingga modifikasi dari sebuah produk yang telah ada,
penyajian dan kemasannya.
c. Menurut Moekijat pengembangan produk adalah suatu
usaha yang direncanakan dan dilakukan secara sadar
untuk memperbaiki produk yang ada, atau untuk
menambah banyaknya ragam produk yang dihasilkan
dan dipasarkan. Pengembangan produk ini terdiri dari
penjualan yang bertambah yang diusahakan oleh
perusahaan-perusahaan dengan mengembangkan yang
diperbaharui untuk pasar-pasarnya yang sekarang.
d. Sedangkan menurut Kotler pengembangan produk
adalah tiap perusahaan harus mengembangkan produk
baru. Pengembangan produk baru membentuk masa
depan perusahaan. Produk pengganti harus diciptakan
untuk mempertahankan atau membangun penjualan.86
Jadi dapat dipahami bahwa pengembangan produk
adalah suatu usaha yang dilakukan oleh perusahaan
mengembangkan produk yang sudah ada atau
86
Muchlisin, Z.A., A. Damhoeri, R. Fauziah, Muhammadar, M.
Musman. 2003. Pengaruh beberapa jenis pakan alami terhadap pertumbuhan
dan kelulushidupan larva ikan lele dumbo (Clarias gariepinus), h. 63.

92
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

menghasilkan produk baru, serta melakukan pendekatan


strategis untuk meraih keberhasilan dan terhindar dari
risiko, dan menyajikan produk-produk yang menarik,
kompetitif dan memberikan kemudahan dalam
pengembangan produk
2. Tujuan pengembangan produk
Setiap perusahaan biasanya dituntut untuk memiliki
produk baru atau lebih banyak, sehingga suatu
perusahaan perlu melakukan pengembangan produk agar
dapat menarik minat pelanggan dan meningkatkan
keuntungan. Dengan demikian perusahaan harus
memiliki tujuan yang tepat. Menurut Buchaari tujuan
pengembangan produk ialah:
a. Untuk memenuhi keinginan konsumen yang belum
puas
b. Untuk memenuhi omzet penjualan
c. Untuk memenangkan persaingan
d. Untuk meningkatkan keuntungan dengan pemakaian
bahan yang sama
e. Untuk mencegah kebosanan konsumen
f. Untuk menyederhanakan produk
g. Untuk mendayagunakan sumber sumber produksi
Menurut Kotler & Amstrong terdapat 5 karakteristik
yang sangat penting dalam mempengaruhi
pengembangan produk (inovasi): 87

87
Kotler dan Amstrong.. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1 dan
2.Edisi 12. (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 185.

93
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

a. Keuntungan relative, yaitu tingkat yang menunjukan


keunggulan inovasi terhadap produk yang telah ada
b. Kompabilitas yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan
nilai dan pengalaman calon konsumen
c. Kompleksitas yaitu tingkat kesulitan inovasi untuk
dimengerti atau digunakan
d. Divisibilitas yaitu tingkat inovasi dapat dicoba sedikit
demi sedikit.
e. Komunikabilitas yaitu tingkat kemampuan hasil
penggunaan inovasi dapat diobservasikan atau
dijelaskan kepada orang lain.
3. Tahap-tahap Pengembangan Produk
Menurut Kotler proses pengembangan produk yang
terstruktur sangat diperlukan bagi suatu perusahaan
dalam merancang prouk-produk yang akan dijual
kepasar. Agar pelaksanaan pengembangan produk dapat
berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan,
perlu diperhatikan tahap-tahap dalam melaksanakan
pengembangan produk. Berikut ini merupakan tahap-
tahap pengembangan produk:88
a. Pemunculan gagasan
Pengembangan produk berawal dari adanya
pencarian gagasan. Gagasan produk biasanya berasal
dari berbagai sumber, diantaranya yaitu manajer
pengembangan dan penelitian, pelanggan, ilmuan,
pesaing, pegawai, saluran pemasaran dan manajemen
puncak.

88
Kotler dan Keller. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13.
Jakarta: Erlangga, 2009), h. 162..

94
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

b. Penyaringan Gagasan
Gagasan yang disimpulkan oleh pihak-pihak
diatas disortir menjadi tiga kelompok yaitu gagasan
yang menjanjikan, gagasan yang pas-pasan, dan
gagasan yang ditolak. Dalam menyaring gagasan,
perusahaan harus memperhatikan dan menghindari
dua kesalahan.
c. Pengembangan dan Penyajian Konsep
Gagasan yang menarik harus disempurnakan
menjadi konsep yang dapat diuji, gagasan produk
adalah hal yang mungkin dapat ditawarkan oleh
perusahaan kepasar. Konsep produk adalah versi
terinci dari suatu gagasan yang dinayatakan dalam
istilahistilah yang berarti konsumen.
d. Pengembangan Strategi Pemasaran
Perusahaan yang mengembangkan produk
dengan melalui strategi pemasarannya perlu
memperkenalkan produknya kepada pasar
e. Analisis bisnis
Setelah manajemen mengembangka konsep
produk dan strategi pemasaran, manajemen dapat
mengevaluasi daya tarik bisinis, manajemen perlu
melakukan persiapan proyeksi penjualan, biaya, dan
laba untuk menentukan apakah semua itu memenuhi
tujuan perusahaan. Apabila memenuhi maka konsep
tersebut dapat dilanjutkan ketahap pengembangan
produk.

95
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

f. Pengembangan produk
Apabila konsep produk dapat melewati pengujian
bisnis, konsep itu akan berlanjut ke bagian litbang atau
rekayasa untuk dikembangkan menjadi produk fisik.
g. Pengujian pasar
Tahap dimana produk diberi merk, kemasan dan
program atas tanggapan konsumen dan penyaluran
terhadap masalah perlakuan, penggunaan, pembelian
barang ulang produk atas seberapa luas pasar
sesungguhnya.
Strategi pengembangan produk merupakan salah
satu bagian dari strategi korporasi (corporate strategy).
Pengembangan produk dimulai dari adanya penciptaan ide
yang berasal dari berbagai sumber, misalnya memlilih ide
dari karyawan, mengadakan tukar pikiran dalam rapat
eksekutif, mengadakan survei dan kelompok fokus
menganalisis pertanyaan dan keluhan pelanggan sehingga
perusahaan dapat menghasilkan ide produk baru yang dapat
memenuhi kebutuhan konsumen menurut Muhammad
strategi pengembangan produk menyangkut perubahan atau
penyempurnaan dan penambahan produk yang ditawarkan
kepada nasabah. Dalam hal ini terdapat upaya yang dapat
dilakukan guna melakukan pengembangan produk yaitu:
1. Melakukan riset mengenai produk atau kebutuhan latent
dari konsumen yang dapat dikembangkan dan menjadi
produk yang dibutuhkan oleh konsumen atau nasabah
dimasa yang akan dating

96
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

2. Melakukan modifikasi produk baik dari sisi pelayanan


yang lebih cepat dan administrasi yang tidak
menghambat kelancaran pelayanan.
Menurut Swastha dalam Lisdawami strategi
pengembangan produk yang dikemukakan antara lain:89
1. Memperbaiki bentuk-bentuk yang telah ada. Dalam
strategi ini perusahaan tetap menggunakan teknologi dan
fasilitas yang ada untuk membuat variasi baru dari
produknya
2. Memperluas lini produk. Semua ditujukan untuk
menawarkan lebih banyak alternative pilihan kepada
pembeli tentang produknya.
3. Menambah model yang ada. disini perusahaan menambah
beberapa variasi baru pada produknya
4. Meniru strategi pesaing. Beberapa pengusaha
berpendapat bahwa hubungan antara biaya
pengembangan produk dengan laba yang akan diperoleh
pada waktu mendatang tidak pasti.
5. Menambah produk yang tidak ada kaitannya dengan lini
yang ada. strategi ini dianggap mahal karena produk baru
sering menggunakan proses produksi baru, demikian juga
fasilitas-fasilitas untuk promosi dan distribusinya.

89
Lisdawati, Vivi; Mutiatikum, D; Alegantina, S; N, Y.A.
Karakterisasi Daun Miana (Plectranthus scutellarioides (L.) Bth.) dan Buah
Sirih (Piper betle L.) secara Fisiko Kimia dari Ramuan Lokal Antimalaria
Daerah Sulawesi Utara. Media Litbang Kesehatan. Badan Litbangkes:
Sumatera Utara. 2008. Vol 18, 213-225.

97
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

98
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

BAB 6
URGENSI STRATEGI PEMASARAN
BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT)
A. Strategi Pemasaran BMT
Strategi pemasaran mempunyai peranan yang sangat
penting bagi perusahaan yang bekerja dalam sistem pasar
persaingan yang kuat. Akurasi dan ketepatan strategi
pemasaran akan menentukan keberhasilan dalam mengejar
keuntungan yang berkelanjutan. Strategi pemasaran yang
baik memberi gambaran yang jelas dan terarah tentang apa
yang per1u dilakukan perusahaan dalam menggunakan
setiap peluang pada beberapa sasaran pasar. Untuk dapat
bertahan dalam dunia bisnis yang dengan kondisi
persaingan yang kuat, suatu perusahaan dituntut dapat
menguasai pasar dengan menggunakan produk yang telah
dihasilkannya. Strategi pemasaran yang tepat merupakan
salah satu senjata ampuh bagi perusahaan dalam
mengembangkan dan mempertahankan usaha.
Perusahaan masa kini harus memikirkan kembali
tentang bagaimana strategi pemasaran yang selama ini
mereka lakukan secara teliti dan kristis. Khususnya dalam
menghadapi pasar bebas, untuk pengusaha-pengusaha yang
memiliki perusahaan haruslah semakin jeli pada setiap
kesempatan dan kemungkinan yang mungkin akan terjadi
setiap saat. Perusahaan masa kini tidak lagi bergerak dalam
pasar dengan persaingan yang pasti, atau pilihan yang stabil.

99
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Pada era pasar bebas nanti, produk-produk industri negara


maju akan masuk pasar Indonesia dan menggeser produk-
produk domestik atau lokal. Populasi penduduk Indonesia
yang tinggi merupakan pasar potensial bagi produk-produk
negara maju.
Setiap perusahaan dapat mengembangkan strategi
untuk mengatasi ancaman dan merebut peluang yang ada
melalui: proses analisis, perumusan, dan evaluasi itu disebut
sebagai perencanaan strategi, dengan tujuan perusahaan
dapat melihat kondisi pasar, sehingga perusahaan dapat
mengantisipasi perubahan pasar yang bisa berubah
sewaktu-waktu seperti persaingan ketat perusahaan sejenis,
pertumbuhan ekonomi, perubahan teknologi.
Istilah pemasaran dalam bahasa Inggris dikenal
dengan nama marketing. Kata marketing ini biasa dikenal
dengan istilah pemasaran. Asal kata pemasaran adalah pasar
sama dengan market. Apa yang dipasarkan itu, ialah barang
dan jasa. Memasarkan barang tidak berarti hanya
menawarkan barang atau menjual tetapi lebih luas dari itu.
Di dalamnya tercakup berbagai kegiatan seperti membeli,
menjual, dengan segala macam cara, mengangkut barang,
menyimpan, menyortir dan sebagainya. Di dalam marketing
usaha ini dikenal sebagai fungsi-fungsi marketing.
Selanjutnya akan dijelaskan mengenai beberapa pengertian
pemasaran, sebagai berikut:90

90
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa,
(Bandung: Alfabeta, 2018), h. 1.

100
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Maynard dan Beckman dalam bukunya Principles of


Marketing menyatakan “Marketing embraces all business
activities involved in the flow of goods and services from
physical production to consumption.” Artinya: pemasaran
berarti segala usaha yang meliputi penyaluran barang dan
jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi. Sedangkan
menurut Paul Converse dan Fred M. Jones dalam
Introduction to Marketing mengemukakan bahwa dunia
business itu dibagi dua, yaitu production and marketing.
Production diartikan sebagai “has to do with moving these
goods in the hand of consumers”. Produksi diartikan sebagai
pekerjaan menciptakan barang, Sedangkan pemasaran ialah
pekerjaan memindahkan barang-barang ke tangan
konsumen.
Lain halnya dengan Raybun D. Tousley, Eugene Clark,
Fred E. Clark. (1962), dalam bukunya Principles of Marketing
menyatakan, “Marketing consist of those efforts which effect
transfers in the ownership of goods and services and which
provide for their physical distribution.” Pemasaran terdiri
dari usaha yang mempengaruhi pemindahan pemilikan
barang dan jasa termasuk distribusinya.
Jika kita perhatikan struktur sebuah perusahaan
maka ada tingkatan-tingkatan tertentu yang masing-masing
memiliki penekanan pada tugas pemasarannya, yaitu:
1. Pada tingkat pimpinan pemasaran adalah penekanan
pada analisis struktur pasar, orientasi dan dukungan
pelanggan, serta memposisikan perusahaan dalam
mengawasi rantai nilai (value chain). Dalam sebuah
lembaga atau perusahaan banyak bagian-bagian, atau

101
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

departemen yang menghasilkan nilai bagi pelanggan,


misalnya bagian pembelian bahan baku, bagan produksi,
bagian keuangan, bagian urusan langganan dan
sebagainya. Aktivitas mereka ini harus dibina atau
diarahkan agar lebih memuaskan para pelanggan
2. Pada tingkat bisnis atau SBU (Strategic Business Unit).
Disini pemasaran adalah untuk segmentasi pasar dan
targeting pasar. Unit bisnis harus lebih menekankan pada
karakteristik produk yang akan dipasarkan dan lebih
mengenai needs dan wants dari konsumen.
3. Pada tingkat operasional, ini berarti marketing in action,
para petugas harus melaksanakan berbagai taktik
marketing mix, mencari kombinasi dari bauran yang
paling maksimal, apakah akan lebih menekankan pada
product, price, place atau promotion dan sebagainya.
Menurut Peter Drucker salah seorang ahli
manajemen terkemuka, mengatakan tujuan pemasaran
adalah untuk membuat penjualan berlebihan. Tujuannya
ialah untuk mengetahui dan memahami konsumen demikian
baiknya sehingga produk atau jasa cocok bagi konsumen dan
produk atau jasa itu bisa terjual dengan sendirinya.91 Secara
umum tujuan pemasaran bank (lembaga keuangan) adalah
untuk:
1. Memaksimumkan konsumsi atau dengan kata lain
memudahkan dan merangsang konsumsi, sehingga dapat
menarik nasabah (anggota) untuk membeli produk yang
ditawarkan secara berulang-ulang

91
Philip Kotler, Dasar-Dasar Pemasaran Edisi Ketiga, (Jakarta:
Intermedia, 1987), h. 4.

102
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

2. Memaksimumkan kepuasan konsumen melalui berbagai


pelayanan yang diinginkan
3. Memaksimumkan pilihan (ragam produk) dalam arti
bank menyediakan berbagai jenis produknya sehingga
nasabah memiliki beragam pilihan pula
4. Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan
berbagai kemudahan kepada nasabah dan menciptakan
iklim yang efisien.
Saluran pemasaran adalah lembaga yang saling
berkait untuk menjadikan produk atau jasa siap
digunakan/dikonsumsi. Tanpa saluran distribusi yang
efektif, maka sulit bagi masyarakat untuk memperoleh
barang yang mereka konsumsi. Jadi adalah tugas saluran
pemasaran untuk memindahkan barang dari produsen ke
konsumen. Saluran pemasaran ini sangat penting bagi
produsen, sebab produsen tidak akan sanggup menyalurkan
hasil produksinya sampai ke tangan konsumen. Diantara
produsen dan konsumen ada jarak yang bisa diisi oleh
berbagai perantara yang dikenal sebagai trade channels,
atau channels of distribution yang melakukan berbagai
fungsi. Produsen tidak mungkin melaksanakan sendiri
penyaluran hasil produknya, karena tidak efisien, modal
investasi besar, pengawasan lebih sulit, banyak personil, dan
sebagainya. Mereka sulit menjangkau daerah geografis yang
begitu luas.
Bagi produsen menggunakan saluran pemasaran
sangatlah bermanfaat, karena saluran pemasaran memiliki
fungsi diantaranya:

103
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

1. Pemberi informasi tentang keadaan lapangan, daya saing,


penerimaan konsumen, selera konsumen, dan lain-lain.
2. Penyalur dapat mengadakan promosi yang turut
membantu kelancaran pemasaran, atau produsen
menyelenggarakan promosi sendiri, yang sangat
membantu usaha penyalur.
3. Negosiasi, dilakukan oleh penyalur dengan pihak
konsumen, tentang harga, sistem penyaluran, dan lain-
lain
4. Pembiayaan dilakukan sendiri oleh penyalur dan dalam
beberapa hal dapat bekerjasama dengan produsen
dengan penyediaan kredit perdagangan
5. Unsur risiko dipikul sendiri oleh pihak penyalur, kecuali
ada perjanjian khusus, dalam hal barang kadaluarsa,
barang rusak, dan lain-lain
6. Sistem penggudangan barang dilaksanakan oleh pihak
penyalur
7. Sistem transportasi, dibawa langsung oleh pihak penyalur
atau diantar sesuai dengan perjanjian antara produsen
dan penyalur

B. Strategi Pemasaran dalam Perspektif Maqashid


Syariah
Strategi pemasaran merupakan rencana yang
menjabarkan ekspetasi perusahaan yang akan dampak dari
berbagai aktivitas atau program pemasaran terhadap
permintaan produk atau jasa dipasar sasarn tertentu.92

Nurhadi, “Maqashid Koperasi Syariah” (STAI


92
Al-Azhar
Pekanbaru 2018 ) Jurnal jurnal iEconomic Vol. 4 No 2., h. 165.

104
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Startegi menurut Kotler dan Amstrong startegi pemasaran


adalah pola pikir pemasaran yang akan digunakan oeh
perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya. Strategi
tersebut berisi startei spesifik untuk pasar sasara,
penetapan posisii, bauran pemasaran, dan besarnya
pengeluaran pemasaran.93
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa startegi
pemasaran merupakan alat yang digunakan oleh perusahaan
untuk menyampaikan produk dan jasanya kepada konsumen
Pemasaran maqashid syariah menurut mukhammad syakir
sula dan hermawan pemasaran sebuah disiplin startegis
yang mengarah pada proses penciptaan, penawaran dan
petubahan nilai, yang dalam keseluruhan prosesnya dengan
akad dan prinsip-prinsip muamalat dalam islam.
Sedangkan pengertian Maqashid syariah ialah terdiri
dari dua kata yaitu:94 maqashid dan syariah kata maqashid
merupakan bentuk jama’ dari maqshad yang berarti maksud
dan tujuan, sedangkan syariah mempunyai pengertian
hokum-hukum allah yang ditetapkan allah untuk manusia
agar mencapai kebahagiaan didunia maupun diakhirat. Maka
dengan demikian maqashid syariah adalah tujuan-tujuan
yang hendak dicapai dari suatu penetapan hokum.

93
Philip kolter, “Marketing Management”, (Benyamin Molan : Edisi
III Jakarta 2016), h. 223.
94
Sucipto, “Strategi Berbasis Maqashid Syariah Dalam
Meningkatkan Daya Saing Lembaga Keuangan Syariah di Jambi” (UIN STS
Jambi : 2018) jurnal ekonomi Vol 2, No. 1, h. 2.

105
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

1. Maslahah dalam Maqashid Syariah


Maslahah dalam maqashid syariah terbagi tiga
macam, yaitu95
a. Dhauriyat, yaitu maslahat yang bersifat primer, dimaan
kehidupan manusia sangat bergantung padanya, baik
aspek agam ataupun duniawi. Jika itu tidak ada
kehidupan manusia akan hancur, contohnya menjaga
agama, melakukan kewaajiban dan menjauhi
laranganya
b. Hajiyat, menuntut ilmu pengetahuan yaitu maslahat
yang bersifat sekunder, yang dibutuhkan manusia
untuk mempermudah urusan dan menghilangkan
kesulitan atau kesempitan, jika ia tidak ada akan
terjadi kesempitan dan kesulitan dalam berbagai
urusannya. Tetapi tidak sampai merusak kehiduoan
c. Tahsiniyat, yaitu maslahat yang merupakan tuntunan
moral manusia, yang dimaksud kebijakan dan
kemuliaan, jika ia tidak ada tidak sampai merusak atau
menyulitkan kehidupan manusia tetapi diperlukan
untukkebutuhantersier meningkatkan kualitas
kehidupan manusia di dunia.
Menurut wabhah al-zuhaili mendefinisikan
maqashid syariah dengan makna-makna dan tujuan-
tujuan yang dipelihara oleh syara’ dalam seluruh
hukumnya, atau tujuan akhir dari syariat dan
rahasiarahasia yang diletakkan oleh syara’pada setiap
hukumnya. Menurut Yusuf Qurdhawi ialah salah satu

95
Yayan Fauzi, “Manajemen Pemasaran Perspektif Maqahid
Syariah”( STEBI Al Muhsin Yogyakarta 2018), h. 145.

106
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

tjuan dari syariah harus adanya keadilan.96 keadilan ini


dalam artian si pelanggan tidak dieksplotasi oleh
perusahaan dan perushaaan membuat apa yang
ditawarkan menginginkan pelanggan, sehingga antara
pelanggan dan peruahaan sama-sama menguntungkan.
Jadi dapat dikatakan bahwa strategi pemasaran menurut
perspektif maqashid syariah ialah sebagai analisis,
perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang
dirancang untuk mencipatakan, membagun, dan
mempertahankan pertukaran yang menguntungkan
dengan pasar sasaran dengan maksud untuk tujuan
organisasi atau perusahaan dengan keadilan antar
konsumen dan perusahaan.
2. Prinsip-prinsip Strategi Pemasaran Maqhasid Syariah
Etika pemasaran merujuk pada prinsip atau nilai-
nilai moral secara umum yang mengatur perilaku
sesorang atau sekelompok.97
a. Berlaku adil
Dalam bisnis islami harus sangat menerapkan yang
dinamakan keadilan antara pennual dan pembeli
b. Tanggapan terhadap perubahan
Selalu melakukan perubahan pada perindustrian,
sehingga langkah bisnis akan berubah sesuai dengan
pasar. Arus globalisasi teknologi akan membuat
pelanggan semakin pintar dan selektif sehingga jikalau

96
Ibid., h. 147.
97
Dian Anggraini, “penerapan strategi pemasaran guna
meningkatkan produk-produk dan jasa dalam perspektif maqashid syariah”
(UIN raden intan lampung, 2018) Tesis., h. 36.

107
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

kita tidak sensitive terhadap perubahan maka kita


akan kehilangan produk
c. Berbuat yang baik dari sisi produk dan harga
Tidak boleh menjual barang jelek dengan harga
yang tinggi , hal ini dikarenakan pemasaran syariah
yang fair dimana harga sesuai dengan kualitas produk
atau barang.
d. Rela sama rela adanya hak khiyar pada pembeli (hak
pembatalan pada transaksi)
Pada prinsip ini harus mempunyai hubungan yang
baik dengan pelanggan , dan membuat pelanggan
sangat puas tehadap pelayanan sehinggam pelanggan
menjadi royal terhadap bisnis kita.
e. Tidak curang
Dalam pemasaran syariah tadlis sangatlah dilarang
seperti penipuan menyangkut kualitas, kuantitas, dan
waktu penyerahan barang dan harga.
Jadi pemasaran maqashid syariah bertujuan untuk
mencapai sebuah solusi yang adil dan transparan bagi
semua pihak yang terlibat, didalam nya tertanam
nilainilai moral dan kejujuran. Tidak ada pihak
didalamnya yang merasa dirugikan, tidak ada pihak yang
berburuk sangka , dalam implementasinya selalui dijiwai
nilai-nilai agamis, kebeneran, yang terkadung dalam
AyatAyat Al-Qurán.

108
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

C. Manajemen Pemasaran Baitul Maal wat Tamwil


(BMT)
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yang merupakan
lembaga keuangan mikro syariah. Memiliki kompetensi dan
profesionalisme dalam pengelolaaannya agar bisa bertahan
hidup. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan salah satu
media dakwah dibidang ekonomi agar masyarakat
memahami kesempurnaan syariat islam dalam mengatur
tatanan kehidupan. Keunikan yang terdapat dalam Baitul
Maal wat Tamwil (BMT) adalah menyatukan unit bisnis dan
unit sosial dalam satu wadah. Oleh karena itu dalam
pengelolaannya diperlukanlah keseriusan dan profesionalan
agar berhasil dalam mencapai tujuan.98
Salah satu kunci keberhasilan pengembangan usaha
mikro, termasuk Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah pada
aspek community based business. Artinya, bisnis dibangun
berdasarkan pendekatan komunitas. Pada umumnya, Baitul
Maal wat Tamwil (BMT) didirikan dengan modal dari para
pendiri, misalnya komunitas masjid, pengusaha atau
pensiunan.
Untuk mendukung aspek pemasaran, Baitul Maal wat
Tamwil (BMT) harus mempunyai sosok yang dapat
dipercaya dan mempunyai jaringan yang luas. Dari sinilah
dimulai kegiatan pemasaran dari aspek pendanaan.
Selanjutnya, Baitul Maal wat Tamwil (BMT) harus
menyalurkan dana tersebut dengan amanah dan profesional.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) harus dapat menerbitkan

98
Nurul Huda dan Purnama Putra, Baitul Mal Wa Tamwil, ( Jakarta:
Amazah,2016), h. 200.

109
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

laporan usaha yang dapat diakses oleh para penyimpan


dana. Selain itu yang lebih penting lagi adalah menjaga
moralitas pegawai, bahkan anggotanya. Oleh karena itu,
pembinaan pegawai dan komunitas anggota menjadi sebuah
keharusan.
Dalam memasarkan produk Baitul Maal wat Tamwil
(BMT), pengelola perlu memperhatikan beberapa hal
penting berikut:
1. Meluruskan Niat
Langkah pertama yang harus dilalui Baitul Maal wat
Tamwil (BMT) sebelum memasarkan produknya harus
meluruskan niat merupakan cermin perbuatan seseorang.
Rasulullah bersabda ”Sesungguhnya perbuatan (amal) itu
tergantung pada niatnya”. (HR. Muslim). Beberapa
petunjuk praktis dibawah ini dapat dijadikan sebagai
bahan rujukan para pengelola Baitul Maal wat Tamwil
(BMT) dalam upaya meluruskan niat.
a. Luruskan niat dengan selalu menyebut nama Allah
bahwa apa yang hendak dilakukan dalam kerangka
pemasaran produk Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
tidak lain untuk mengharapkan Ridho Allah.
b. Luruskan niat dengan melakukan tindakan yang sesuai
dengan misi Baitul Maal wat Tamwil (BMT).
c. Luruskan niat dengan dilandasi keyakinan bahwa
memasarkan produk Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
juga merupakan salah satu bagian penting dari
serangkaian perjuangan menegakkan hukum-hukum
Allah di muka bumi dan dakwah menuju jalan yang
benar.

110
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

d. Lurus niat dengan menyatakan ikrar dalam hati


hendak memasarkan produk Baitul Maal wat Tamwil
(BMT) secara maksimal dan patang menyerah dalam
menghadapi segala tantangan karena pertolongan
Allah akan datang
2. Memperhatikan Ulama
Hal yang perlu diperhatikan pengelolaan Baitul Maal
wat Tamwil (BMT) dalam memasarkam produknya
adalah mengunjungi ulama dengan menjelaskan bahwa
pengelolaan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) mengikuti
prinsip syariah.99 Sesekali perlu mengajak mereka untuk
mengunjungi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) serta
melihatkan praktik pengelolaan dan programnya. Selain
itu, perlu juga menjalin keja sama dengan lembaga atau
organisasi sosial keagaman yang berada dibawah
naungan ulama sehingga dapat tercipta beragam produk
simpana berbagi hasil. Seperti simpanan pendidikan
untuk para santri, simpanan haji, simpanan kurban,
simpanan idul fitri, dan simpanan yang lainnya yang
dapat mengakses kebutuhan umat.100
3. Memperluas Jaringan Kerja Sama
Langkah yang harus dilalui pengelola dalam
memasarkan produknya adalah dengan memperluas
jaringan kerja sama yang saling menguntungkan
sepanjang tidak mengingkari prinsip-prinsip syariah.
Kerja sama ini dilakukan agar Baitul Maal wat Tamwil

99
Mahkhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Keungan Mikro
Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2002), h. 59.
100
Ibid., h. 59.

111
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

(BMT) semakin kukuh dimasyarakat kerena mengalirnya


dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak. Berikut ini
pihakpihak yang dapat diajak untuk kerja sama:
a. Orang-orang muslim yang memiliki kelebihan harta.
b. Pengusaha muslim yang jujur dan memiliki komitmen
kuat terhadap pemberdayaan ekonomi umat
c. Perbankan syariah lokal dan nasional, lembaga mikro
keuangan syariah, lembaga permodalan, serta instansi
pemerintahan dan swasta yang bergerak di bidang
ekonomi dan bisnis
d. Semua pihak yang memiliki komitmen sama dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang hidup di
wilayah akar rumput.
4. Menjemput Bola
Sebagai lembaga keuangan yang belum lama lahir,
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) membutuhkan promosi
dan sosialisasi yang optimal dimasyarakat. Keaktifan
pengelola dalam memasarkan produk merupakan
komponen terpenting dalam menentukan tingkat
keberhasilan Baitul Maal wat Tamwil (BMT). 101 Salah satu
cara yang efektif yang dapat dilakukan untuk mencapai
target pemasaran adalah dengan melakukan pendekatan
“menjeput bola”. Pendekatan ini dilakukan dengan cara
mendatangi calon anggota. Petugas Baitul Maal wat
Tamwil (BMT) dapat leluasa menjelaskan kepada calon
anggota mengenai konsep keuangan syariah, sistem, dan
prosedur operasional Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Dari

101
Mahkhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Keungan Mikro
Syariah, (Yogyakarta: UII Press,2002), h. 60.

112
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

perspektif islam, menjeput bola dapat pula dipahami


sebagai upaya mengembangkan tradisi silaturahim yang
menurut Rasulullah dapat menambah rezeki,
memanjangkan umur, serta menjauhkan manusia dari
dendam dan kebencian.

113
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

114
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz dan Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam


Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2010.
Abdul Manap, Revolusi Manajemen Pemasaran, Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2016
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2010.
Albertus Wijaya Kurniawan, dkk, Skripsi yang berjudul”
Strategi Pemasaran dan Rencana Pengembangan Omah
Roso di Cabang Pemuda Semarang”, Universitas
Pandanaran Semarang
Alma, B. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa.
Jakarta: Alfabeta, 2002.
Al-Suwailem, A.K., A.S. Al-Tamimi, M.A. Al-Omar & M.S. Al-
Suhibani. Safety and mechanism of action of orlistat
(tetrahydrolipstatin) as the first local antiobesity drug.
JASR. 2006.
Amir Machmud Rukmana, Bank Syariah, Jakarta: Erlangga,
2012.
Antonio, muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori ke
Praktik. Gema Insani Press. Jakarta, 2001.
Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sual, Amanah bagi
bangsa: Konsep system Ekonomi syariah, Jakarta: MES,
tanpa tahun.
Arifin, Zainul. Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang,
Tantangan dan Prospek. Jakarta: Alvabet, 1999.

115
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern.


Liberty, Yogyakarta, 2005.
Basu Swastha DH, Azas-azas Marketing, Yogyakarta: Liberty,
2005.
Basu Swastha, Azaz-Azaz Marketing, Yogyakarta: Liberti
Yogyakarta, 2002.
Buchari Alma & Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis
Syariah: Menanamkan Nilai dan Praktik Syariah
dalam Bisnis Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2014.
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis
Syariah, Bandung: Alfabeta, 2016.
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa,
Bandung: Alfabeta. 2004.
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa,
Bandung: Alfabeta, 2018.
Carl McDaniel & Roger Gates, Marketing Research Essentials,
San Fransisco California USA: Salemba Empat, 2001.
David, F.R. ”Manajemen Strategis: Konsep. Edisi ketujuh”. PT.
Prenhallindo, Jakarta, 2004.
Dedi Mulyadi, dkk, “Analisis Strategi Pemasaran jasa
Lembaga Non Bank Pada PT Oto Multiartha Karawang”,
Jurnal Manajemen, Vol. 09 No. 2 Januari 2012.
Deliyanti Oentoro, Manajemen Pemasaran Modern,
Yogyakarta:Laksbangpresindo, 2012
Dian Anggraini, “penerapan strategi pemasaran guna
meningkatkan produk-produk dan jasa dalam
perspektif maqashid syariah” (UIN raden intan
lampung, 2018.

116
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Djazuli, Janwari. Lembaga-lembaga Ummat sebuah


pengenalan. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2002.
Dwi Suwiknyo, Analisis Laporan Keuangan Perbankan
Syariah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Fandy Tjiptono, dkk, Pemasaran Strategik, Yogyakarta: Andi,
2008.
Freddy Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis
SWOT, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan
Program SPSS, Universitas Diponogoro, Semarang,
2007.
Gunawan, D dan Mulyadi, S. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi)
Jilid I. Jakarta. Penebar Swadaya, 2004.
Hamali, Arif Yusuf, Pemahaman Strategi Bisnis dan
Kewirausahaan, Jakarta: PT Kharisma Putra Utama,
2016.
Harinudin, Erwin. (2009). Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak
Badan. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi,
Jakarta.
Heri Sudarsono. Bank & Lembaga Keuangan Syariah:
Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: EKONISIA, 2004.
Hertanto, Widodo, 1999. Panduan Praktis Operasional BMT,
Mizan, Jakarta.
Indra Wijaya dan Sri Setyo Iriani, Pengaruh Citra Merek
Terhadap Loyalitas Konsumen, Jurnal Ilmu
Manajemen, Vol. 1 No. 3 Mei 2013.
Ismail Nawawi, Ekonomi Kelembagaan Syariah: Dalam
Pusaran Perekonomian Global sebuah Tuntutan dan
Realitas, Surabaya: Putra Media Nusantara, 2009.

117
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Joseph P Guiltinl, dkk, Strategi dan Program Manajemen


Pemasaran, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1990.
Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: PT. Raja
GrafindoPersada, 2010.
Khotibul Umam, Perbankan Syariah: Dasar-dasar dan
Dinamika Perkembangannya di Indonesia, Jakarta:
Rajawali Pers, 2016 Cet ke 1.
Kotler dan Amstrong. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1 dan
2.Edisi 12. Jakarta: Erlangga, 2008.
Kotler dan Keller. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13.
Jakarta: Erlangga, 2009.
Kotler Philip dan Keller K Lane, Manejemen Pemasaran. New
jersey, Prentice Hall. 2007.
Lisdawati, Vivi; Mutiatikum, D; Alegantina, S; N, Y.A.
Karakterisasi Daun Miana (Plectranthus scutellarioides
(L.) Bth.) dan Buah Sirih Piper betle L. secara Fisiko
Kimia dari Ramuan Lokal Antimalaria Daerah Sulawesi
Utara. Media Litbang Kesehatan. Badan Litbangkes:
Sumatera Utara. 2008. Vol 18.
M, Fuad dkk, Pengantar Bisnis, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2000.
M.Mursid, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Bumi Aksara,
2015.
MA Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Terjemahan,
terjemahan Drs. M. Nastangin, Jakarta:Dana Bhakti
Wakaf, 1993
Mahkhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Keungan Mikro
Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2002.

118
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Mahkhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Keungan Mikro


Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2002.
Mahkhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Keungan Mikro
Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2002.
Marius P. Angopora, Dasar-Dasar Pemasaran, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2002.
Muchlisin, Z.A., A. Damhoeri, R. Fauziah, Muhammadar, M.
Musman. 2003. Pengaruh beberapa jenis pakan alami
terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan
lele dumbo Clarias gariepinu.
Muhammad Ridwan, manajemen Baitul Maal Wa Tamwil,
Yogyakarta: UII Press, 2004.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke
Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001, cet ke 1.
Murti Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank, Yogyakarta:
Liberty, 2002.
Murti Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank, Yogyakarta:
Liberty,2002.
Muti Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank, Yogyakarta:
Liberty, 2002.
Nana Herdiana Abdurrahman, Manajemen Strategi
Pemasaran, Bandung: Pustaka Setia, 2018.
Neni Sri Imaniyati, Aspek-Aspek Hukum BMT, Bandung,
Citra Adtya Bakti, 2010.
Nur Chamid, Jejak Langkah & Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Nurhadi, “Maqashid Koperasi Syariah” (STAI Al-Azhar
Pekanbaru 2018 ) Jurnal jurnal iEconomic Vol. 4 No 2.

119
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Nurul Huda dan Purnama Putra, Baitul Mal Wa Tamwil,


Jakarta: Amazah, 2016.
Philip kolter, “Marketing Management”, benyamin molan :
edisi III Jakarta 2016
Philip Kotler & Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran,
Jakarta: Prenhallindo, 1997.
Philip Kotler dan Kevin L. Keller, Manajemen Pemasaran,
Indonesia: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009.
Philip Kotler, Dasar-Dasar Pemasaran Edisi Ketiga, Jakarta:
Intermedia, 1987.
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,
Pengendalian, Jakarta: Erlangga, 1981.
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan
dan Pengendalian, Jilid 1, terj. Jaka Wasana, Jakarta:
Erlangga, 2006.
Pusat Pengkajian dan Pembangunan Usaha Kecil (P3UK),
Pendidikan dan Pelatihan Baitul maal wat Tamwil.
Ridwan, A. H., Manajemen Baitul Mal wa Tamwil. Bandung:
Pustaka Setia, 2013.

Rini, S., & Kumala, F. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence


Based Practice. Deepublish, 2016.
Sari, N.N. Sururi, R.M. & Pharmawati, K., 2013. Efek
Perlakuan pH Pada Ozinisasi Pada Mata Air. Jurnal
institut teknoligi nasional. Vol. 1. Pp.1.
Sarim, “Strategi Pemasaran Dalam Rangka Meningkatkan
Volume Penjualan DIi Restoran Bali QUI Jakarta”.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata, Vol.4, No. 1, Februari
2019.

120
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran Dasar Konsep dan


Strategi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran Dasar,Konsep, dan
Strategi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2017.
Sofwan Assauri, Manajemen Pemasaran, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011.
Sparta, Mengenal Keunggulan Praktek Perbankan Syariah di
Indonesia. Jurnal Ekonomi, 2008.

Strategi Persaingan Bank Syariah Terhadap Bank


Konvensional 2010.
Sucipto, “Strategi Berbasis Maqashid Syariah Dalam
Meningkatkan Daya Saing Lembaga Keuangan Syariah
di Jambi” UIN STS Jambi: 2018. jurnal ekonomi Vol 2,
No. 1.
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Keuangan Bank Syariah,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Suryadi Prawirosentono, Filosofi Baru Tentang Manajemen
Mutu Terpadu Total Quality Management abad 21
Studi kasus & Analisis, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.
Widodo, MA Firman panduan praktis operasional Baitul Mal
Wat Tamwil (BMT), penerbit Mizan, 1999.
Wiroso, 2005, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil
Usaha Bank Syariah, Jakarta : Gramedia Widiasarana.
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha
Bank Syari’ah, Jakarta: PT Grasindo 2005.
Yayan Fauzi, “Manajemen Pemasaran Perspektif Maqahid
Syariah” STEBI Al Muhsin Yogyakarta 2018.
Yunita, M. Hendrawan, Y. & Yulianingsih, R., 2015. Analisis
Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan

121
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

Aerofood AC Garuda Indonesia Berdasarkan TPC (Total


Plate Count) Dengan Metode Pour Plate. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. Vol. 3.

122
Muhamad Subhan, S.Ag., M.E.

BIODATA PENULIS

123

Anda mungkin juga menyukai