Tepak sirih memiliki sejarah yang cukup tua dan makna yang
sangat dalam bagi masyarakat Melayu.
Menurut sumber-sumber sejarah, tradisi memakan sirih sudah
ada sejak 3.000 tahun yang lalu, dan diyakini berasal dari
Zaman Neopolitik.
Tepak sirih dibuat dari berbagai bahan, seperti tembaga,
kuningan, perak, kayu, atau rotan.
Di dalam tepak sirih terdapat perlengkapan makan sirih,
seperti dua copuk, satu kupuran, dan satu kacip pinang.
Tepak sirih juga dihias dan dibungkus dengan kain songket
khas Melayu.
Tepak sirih tidak hanya sekadar alat untuk memakan sirih,
tetapi juga memiliki nilai etika budaya, dan filosofis juga
estetis.
Tepak sirih melambangkan penghormatan, penghargaan,
persahabatan, dan keharmonisan.
Tepak sirih juga menunjukkan tertib, sopan santun, dan
kesopanan.
Tepak sirih juga mengandung pesan moral, seperti kejujuran,
kesetiaan, kesabaran, dan kebersihan.
Tepak sirih juga memiliki fungsi sosial, seperti menjalin
komunikasi, mempererat hubungan, atau menyelesaikan
perselisihan.