Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PSAK 16 : ASET TETAP

diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Seminar Akuntansi Keuangan

Kelompok 5

1. Rizka Ayu Anggraeni (2211070088)


2. Vineke Ardita (2211070090)
3. Febryan Mega Dwiningrum (2211070092)

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE) PERBANAS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
JAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta karunia-Nya sehingga
makalah yang berjudul “PSAK 16 : ASET TETAP” ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dengan
menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Tujuan penulisan ini adalah
untuk melengkapi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini kedepannya.

Jakarta, 16 Januari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.........................................................................................................................1

1.2. Tujuan Penulisan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................2

2.1. Pengertian Aset Tetap..............................................................................................................2

2.2. Klasifikasi Aset Tetap..............................................................................................................3

2.3. Pengakuan Aset Tetap.............................................................................................................5

2.4. Perolehan Aset Tetap...............................................................................................................5

2.5. Pengukuran Aset Tetap Awal Aset Tetap................................................................................6


2.6. Pengukuran Aset Tetap setelah Pengakuan Awal……………………………………………6

2.7. Penyusutan Aset Tetap.............................................................................................................7


2.8. Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap………………………………………………………8
2.9. Perspektif Teori Akuntansi Mengenai Terbitnya PSAK 16.....................................................9

BAB III Contoh Implikasi penerapan PSAK 16...............................................................................15

BAB IV Kesimpulan............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aset tetap merupakan komponen vital dalam struktur keuangan suatu entitas, dan
pengelolaannya memiliki dampak signifikan terhadap pelaporan keuangan. Untuk
memastikan konsistensi, transparansi, dan relevansi informasi keuangan, Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) Indonesia mengeluarkan PSAK 16 yang terakhir direvisi pada
tahun 2019. PSAK 16 memberikan panduan yang terinci tentang pengakuan, pengukuran, dan
penyajian aset tetap dalam laporan keuangan entitas.
Lingkungan bisnis yang dinamis dan perkembangan teknologi yang pesat telah
mendorong perusahaan untuk menjaga ketahanan dan adaptabilitas operasional mereka. Aset
tetap tidak hanya mencakup properti fisik, tetapi juga teknologi, hak paten, dan aset tak
berwujud lainnya. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang PSAK 16 menjadi
krusial bagi para akuntan, manajemen, analis keuangan, dan pemangku kepentingan lainnya
dalam menginterpretasikan dan menggunakan informasi keuangan yang berkaitan dengan
aset tetap.
Selain itu, revisi PSAK 16 pada tahun 2019 menanggapi perubahan-perubahan dalam
praktik bisnis dan kebutuhan informasi pelaporan. Standar tersebut memberikan arahan lebih
lanjut terkait pengukuran, depresiasi, dan nilai residual aset tetap, menciptakan tantangan dan
peluang baru dalam konteks akuntansi aset tetap. Oleh karena itu, penelitian yang mendalam
dan pemahaman yang baik terhadap PSAK 16 sangat diperlukan untuk memastikan bahwa
aset tetap direkam, diukur, dan dilaporkan dengan benar sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan secara rinci prinsip-prinsip utama yang
terkandung dalam PSAK 16, implikasinya terhadap entitas bisnis, dan dampaknya terhadap
pelaporan keuangan. Pemahaman mendalam terhadap PSAK 16 akan memberikan wawasan
tentang bagaimana perusahaan dapat mengelola aset tetap mereka dengan efisien,
mengoptimalkan nilai aset, dan menyajikan informasi keuangan yang akurat dan dapat
diandalkan bagi para pemangku kepentingan.

1
1.2 Tujuan Penulisan
a. Mengkaji Landasan Konseptual
Menjelaskan dan menganalisis landasan konseptual yang menjadi dasar dari PSAK 16.
Menyelidiki konsep-konsep seperti pengukuran, pengakuan, dan penyajian aset tetap
untuk memahami prinsip-prinsip yang mendasari standar tersebut.
b. Memahami Implikasi Revisi Terakhir
Mengeksplorasi perubahan utama dalam PSAK 16 yang diperkenalkan oleh revisi
terakhir pada tahun 2019. Menyelidiki implikasi praktis dari perubahan tersebut dalam
pengakuan, pengukuran, dan penyajian aset tetap dalam laporan keuangan.
c. Menganalisis Pengukuran Aset Tetap:
Menyelidiki metode pengukuran yang diperbolehkan oleh PSAK 16, termasuk biaya
perolehan, nilai wajar, dan nilai residual. Menganalisis bagaimana pemilihan metode
pengukuran tersebut dapat memengaruhi nilai tercatat dan penyajian aset tetap dalam
laporan keuangan.
d. Evaluasi Kriteria Penurunan Nilai:
Menjelaskan kriteria dan prosedur yang diatur oleh PSAK 16 terkait dengan penurunan
nilai aset tetap. Mengevaluasi bagaimana entitas dapat mengidentifikasi indikator
penurunan nilai dan mengukur nilai yang dapat dipulihkan.
e. Pemahaman Tentang Depresiasi Aset Tetap:
Menganalisis konsep depresiasi dan metode yang diperbolehkan oleh PSAK 16 untuk
menghitung depresiasi aset tetap. Menyajikan cara efektif untuk mengelola depresiasi
dan dampaknya terhadap nilai tercatat aset tetap.
f. Menilai Dampak Terhadap Pelaporan Keuangan:
Mengevaluasi dampak penerapan PSAK 16 terhadap penyajian laporan keuangan.
Menyelidiki bagaimana entitas dapat menyajikan informasi yang lebih informatif,
transparan, dan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang berlaku.
g. Memberikan Panduan Praktis:
Memberikan panduan praktis kepada para praktisi akuntansi dan manajemen bisnis
tentang implementasi PSAK 16. Menyajikan strategi terbaik untuk pengelolaan aset
tetap guna memastikan kepatuhan dan konsistensi dalam pelaporan keuangan.
h. Menyoroti Tantangan dan Peluang:
Membahas tantangan yang mungkin dihadapi oleh entitas dalam menerapkan PSAK 16
dan sekaligus mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan manajemen aset tetap dan
menyajikan informasi yang lebih berkualitas.

2
i. Mendorong Diskusi dan Kesadaran:
Mendorong diskusi di kalangan akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan terkait
pentingnya pemahaman yang mendalam terhadap PSAK 16. Menyebarkan kesadaran
tentang peran aset tetap dalam laporan keuangan dan dampak implementasi standar
akuntansi terkini.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aset Tetap


Definisi dari aset tetap berdasarkan PSAK 16 paragraf 06 merupakan aset yang dimiliki
perusahaan yang mempunyai wujud yang digunakan untuk proses produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif dan
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Menurut (Warren, C., Reeve, J.,
& Duchac, 2014) menjelaskan aset tetap merupakan aset yang memiliki manfaat jangka
panjang atau memiliki sifat permanen, contohnya peralatan, tanah, gedung dan bangunan,
serta mesin
2.2 Klasifikasi Aset Tetap
Suatu aset bila diklasifikasikan sebagai aset tetap memilki konsekuensi untuk
didepresiasikan sepanjang umur manfaatnya, kecuali tanah. Menurut Hidayati et al., (2019)
Aset tetap dapat digolongkan kedalam beberapa golongan diantaranya:
A. Tangible assets merupakan aset dengan bukti fisik.
1. Tanah
Lahan atau lokasi merupakan tempat perusahaan mendirikan gedung atau
bangunan dan yang pada pengelompokannya terdaftar kedalam akun tanah.
Namun jika lahan kepemilikan lahan bukan difungsikan sebagai tempat untuk
usaha perusahaan , maka terdaftar kedalam golongan investasi jangka panjang.
2. Bangunan
Aset yang didirikan sebagai tempat perusahaan melakukan kegiatan
operasionalnya, baik untuk bangunan kantor, toko, pabrik, maupun gudang yang
berfungsi sebagai aktivitas utama perusahaan. Namun bangunan yang belum
jadi (masih dalam proses pengerjaan) tidak dapat didaftarkan kedalam
kelompok akun bangunan tapi didaftarkan ke dalam kelompok Kontruksi Dalam
Pengerjaan (KDP).
3. Mesin dan Peralatan
Merupakan golongan aset tetap yang digunakan entitas sebagai alat untuk
memproduksi atau menyediakan barang dan jasa.
4. Perabot dan Alat-alat Kantor

4
Yang tergolongan dalam aset tetap ini biasanya digunakan sebagai inventaris
kantor seperti kursi, meja, printer, faxmile, dan sebagainya. Asetaset tersebut
termasuk kedalam alat-alat yang terdaftar sebagai inventaris kantor.
5. Kendaraan
Alat yang digunakan untuk mobilitas dan dikuasai oleh perusahaan, memiliki
mesin dan beroda dua atau lebih dari dua serta sebagai sarana penyedia jasa dan
sebagainya, seperti: truk, mobil, dan motorPengakuan, Perolehan dan
Pengukuran Aset Tetap

B. Intangible assets atau aset tidak berwujud, merupakan aset tanpa substansi fisik.
Aset tetap tak berwujud merupakan aset tidak mudah dicairkan atau dijual
(noncurrent assets), tidak memiliki bentuk fisik yang memberi hak keekonomian,
hukum untuk pemiliknya serta pada laporan keuangan bukan dicakup dengan
keadaan terpisah dengan kelompok aset yang lain.
1. Paten
merupakan hak khusus yang dipergunakan oleh seorang penemu yang
memungkinkan dalam kegiatan pengontrolan arus, penjualan atau pemakaian
dari suatu temuan/ciptaannya.
2. Hak cipta dan Merk dagang
hak cipta ialah hak khusus bagi penemu atau pencipta yang memperbolehkan
perusahaan lain menjual, memberi persetujuan tapi masih dapat menontrol
penjualannya. Sedangkan Merek dagang merupakan lambang yang menjelaskan
tentang nama barang atau pemilik barang.
3. Goodwill
Sebagai bagian dari aset didalam neraca yang menggambarkan kelebihan
pembayaran atas aset yang diperlukan entitas untuk mengetahui selisih yang
terjadi dengan nilai pasar. Goodwill memberi kesempatan pada entitas dalam
memperoleh keuntungan diatas laba umumnya.

2.3 Pengakuan Aset Tetap


Dalam PSAK 16 paragraf 07 disebutkan harga perolehan aset tetap harus
diakui sebagai aset apabila entitas yang berpeluang besar akan medapatkan
manfaat ekonomis dari aset tersebut di masa depan dan entitas dapat mengukur
biaya perolehan aset tersebut secara andal. Kedua hal tersebut harus terpenuhi
untuk mengakui harga perolehan sebagai aset, apabila salah satu tidak terpenuhi
5
maka biaya perolehan tersebut akan dimasukkan menjadi beban saat periode
berjalan.
2.4 Perolehan Aset Tetap
Biaya perolehan menurut PSAK 16 paragraf 06 adalah sejumlah kas atau
setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diberikan untuk
mendapatkan suatu aset ketika perolehan maupun kontruksi atau pada saat pertama
kali diakui jumlah yang diatribusikan ke aset sesuai dengan persyaratan tertentu
dalam PSAK lain.
10 Menurut PSAK 16 paragraf 10 menyatakan bahwa biaya perolehan aset
tetap dievaluasi oleh entitas saat biaya perolehan terjadi yang berasas prinsip
pengakuan. Biaya tersebut termasuk biaya awal untuk memperoleh atau
mengkonstruksi aset tetap dan biaya lain yang timbul untuk mengganti,
memperbaiki, atau menambahnya.
Komponen biaya perolehan berdasarkan PSAK 16 paragraf 16 yaitu:
1. Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
dapat dikreditkan setelah dikurangi dengan diskon dan potongan lainnya;
2. Setiap biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai intensi
manajemen;
3. Berupa perkiraan biaya awal pembongkaran, pemindahan aset tetap, dan
restorasi lokasi aset tetap, kewajiban tersebut timbul ketika aset tetap
diperoleh atau karena penggunaan aset tetap selama periode tertentu untuk
tujuan selain memproduksi persediaan selama periode tersebut.
2.5 Pengukuran Aset Tetap Awal Aset Tetap

Pengukuran biaya perolehan dijelaskan pada PSAK 16 paragraf 23 sampai


dengan paragraf 28. Pada paragraf 23 dijelaskan bahwa biaya perolehan aset tetap
yaitu sepadan dengan harga pembelian tunai yang saat akuisisi aset tersebut. Jika
pembayaran ditangguhkan sampai melebihi jangka waktu kredit normal, perbedaan
harga tunai dan total pembayaran akan diakui sebagai beban bunga pada periode
kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26 (revisi 2008) tentang biaya
pinjaman. Entitas mengukur biaya perolehan aset tetap berdasarkan nilai wajar.
Entitas tidak bisa mengukur biaya perolehan atas nilai wajar jika transaksi
pertukaran tidak 12 memiliki substansi komersial atau nilai wajar dari aset yang
diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara kredibel. Entitas harus mengukur
6
aset yang diperoleh menggunakan prosedur tersebut bahkan ketika entitas tidak
dapat segera menghentikan atas penyerahan aset yang diakui. Biaya perolehan
diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan ketika aset yang diperoleh
tidak dapat diukur dengan nilai wajar.
2.6 Pengukuran Aset Tetap setelah Pengakuan Awal
Perusahaan dapat memilih model pengukuran untuk seluruh aset tetap dalam kelas
yang serupa sebagai kebijakan akuntansi dan menerapkannya pada keseluruhan
aset tetap entitas tersebut. Terdapat dua metode dalam pengukuran aset tetap
setelah pengakuan awal, Yaitu :
1. Model Biaya
Model biaya merupakan model pengukuran saat suatu aktiva tetap telah
diakui kemudian aset tetap tersebut dicatat dengan mengurangi biaya
perolehan dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai aset.
2. Model Revaluasi
Model revaluasi merupakan model pengukuran saat suatu aset tetap telah
diakui kemudian aset tetap harus dicatat pada jumlah revaluasian yang
apabila nilai wajarnya dapat diukur secara kredibel. Nilai revaluasian yang
dimaksud yaitu mengurangi nilai wajar pada tanggal revaluasi dengan
akumulasi penyusutan dan terjadinya akumulasi rugi penurunan nilai
setelah tanggal revaluasi
2.7 Penyusutan Aset Tetap
Aset yang tercatat kepemilikannya sebagai milik instansi pasti akan mengalami
penyusutan yang dialami selama periode penggunaannya baik karena masa
penggunaan, lama penggunaan dan lain-lain oleh karena itu aset tetap membutuhkan
perhitungan depresiasi.
Berikut adalah beberapa metode perhitungan depresiasi aset tetap:
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Methode)
merupakan perhitungan penyusutan paling sederhana dan biasa ditemukan
dalam perhitungan penyusutan dikebanyakan perusahaan besar. Pada
perhitungan penyusutan menggunakan metode ini nilai beban penyusutan
yang tercatat disetiap periode perhitungan dalah sama atau tetap.
2. Metode Jumlah Angka Tahun (The Sum of The Year Method).
pada perhitungan metode ini nilai residu atau nilai sisa tidak diperlukan.

7
Nilai sisa pehitungan aset tetap hanya akan diperhitungkan sebagai batas
nilai depresiasi yang akan diperhitungkan. Penyusutan berhenti ketika nilai
buku telah sampai pada perkiraan nilai residu.
3. Metode unit produksi
perhitungan yang dilakukan di metode ini ialah nilai penyusutan dihitung
berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan oleh aset tersebut (umumnya
dalam bentuk mesin produksi). Semakin banyak mesin menghasilkan suatu
produk maka depresiasi yang terhitung juga akan semakin besar
2.8 Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap
Seluruh aset tetap yang tercatat pasti mempunyai batas periode penggunaan. Manfaat
yang dihasilkan setiap aset tetap akan mengalami penurunan pada setiap priode
penggunaannya tidak akan selamanya seperti saat awal aset diperoleh. Pada saat aset
sudah tidak menghasilkan manfaat atau bahkan mengakibatkan kerugian,
penggunaannya akan dihentikan serta akan dihapus dari daftar aset perusahaan. Aset
yang diberhentikan pemakaiannya dapat disebabkan oleh kerusakan parah yang
dialami aset sebelum habis periode pemakaian dan pada saat perbaikan dilakukan
biaya yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan perkiraan keuntungan 26 yang
dihasilkan setelah aset tersebut. Alasan lain yeng mengakibatkan sebuah aset
diberhentikan penggunannya adalah kemajuan teknologi yang memaksa perusahaan
agar menggunakan aset baru yang lebih maju untuk dapat mengurangi pengeluaran
perusahaan dan menghasilkan mutu lebih baik.

2.4 Perbedaan PSAK 16 (Revisi 2011) vs PSAK 16 (Revisi 2007)

PSAK 16 (revisi 2011) PSAK 16 (revisi 2007)


Pengecualian Menambahkan pengecualian Hanya mengatur pe-
terhadap ruang ruang lingkup untuk: ngecualian ruang lingkup
lingkup a.aset tetap diklasifikasikan untuk untuk hak
sebagai dimiliki untuk dijual penambangan dan re-
sesuai dengan PSAK 58 (revisi servasi tambang, seperti
2009): Aset Tidak Lancar yang minyak, gas alam, dan
Dimiliki untuk Dijual dan sumber daya alam sejenis
Operasi yang Dihentikan yang tidak dapat di-
b. pengakuan dan pengukuran perbarui.
aset eksplorasi dan evaluasi
(Lihat PSAK 64: Aktivitas Eks-
8
plorasi dan Evaluasi Pada
Pertambangan Sumber Daya
Mineral)
Ruang Tidak mengatur lagi mengenai Ruang lingkup mencakup
lingkup properti investasi yang sedang properti yang dibangun atau
dibangun atau dikembangkan. dikembangkan untuk
digunakan di masa depan
sebagai properti investasi.
Hibah Tidak mengatur syarat pengakuan Pengakuan aset tetap yang
Pemerintah aset tetap yang berasal dari hibah. berasal dari hibah pemerintah
Hanya mengatur nilai tercatat aset mempunyai syarat bahwa:
tetap yang dapat dikurangi dari a. entitas telah memenuhi
hibah pemerintah. kondisi atau prasyarat hibah
tersebut;
b. hibah akan diperoleh.
Aset tetap Pengaturan aset tetap yang Mengatur perlakuan akuntansi
yang tersedia untuk dijual dihapus terhadap suatu aset tetap yang
tersedia karena sudah diatur dalam PSAK tersedia untuk dijual.
untuk 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lan-
dijual car yang Dimiliki untuk Dijual
dan Operasi yang Dihentikan.
Depresiasi Menjelaskan bahwa pada umum- Perlakuan akuntansi untuk
atas tanah nya tanah memiliki umur tanah yang diperoleh dengan
ekonomis tidak terbatas sehingga Hak Guna Usaha, Hak Guna
tidak disusutkan, kecuali entitas Bangunan dan lainnya me-
meyakini umur ekonomis tanah ngacu pada PSAK 47: Tanah.
terbatas. Perlakuan akuntansi
tanah yang diperoleh dengan Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan
dan lainnya mengacu pada ISAK
25: Hak Atas Tanah

9
2.9 Perspektif Teori Akuntansi Mengenai Terbitnya PSAK 16

Teori akuntansi terkadang dibingungkan dengan konsep normatif dan positif.


(Watts and Zimmerma, 1986) menjelaskan teori normatif sebagai berikut: teori normatif
mencoba menjelaskan informasi apa yang harus dikomunikasikan kepada pengguna
informasi akuntansi dan bagaimana informasi itu akan disajikan. Oleh karena itu teori
normatif mencoba untuk menjelaskan apa yang harus dilakukan akuntan dalam proses
penyajian informasi keuangan kepada pengguna, daripada menjelaskan apa itu informasi
keuangan dan mengapa hal itu terjadi. Tujuan dari pendekatan teori positif adalah untuk
mencoba menggambarkan dan menjelaskan apa Dan bagaimana informasi keuangan
disajikan dan dikomunikasikan kepada pengguna informasi akuntansi, atau dengan kata
lain, pendekatan teori positif bukan untuk memberikan nasihat tentang bagaimana praktik
akuntansi seharusnya, tetapi untuk menjelaskan mengapa praktik akuntansi telah mencapai
keadaan saat ini. Selain itu, pendekatan teori positif menekankan pentingnya penelitian
empiris untuk menguji apakah teori akuntansi, yang telah disajikan dalam banyak literatur
teori akuntansi, dapat menjelaskan praktik akuntansi yang berlaku (Januarti, 2004)
Ada beberapa elemen penting dalam teori akuntansi yang menjadikannya kerangka
kerja yang sangat diperlukan untuk praktik akuntansi (Gie, 2020). Elemen-elemen kunci
termasuk sebagai berikut;
1. Relevansi – ini merupakan elemen penting dalam ilmu akuntansi. Informasi yang
diberikan harus selalu relevan dalam segala aspek.
2. Kegunaan – teori akuntansi berguna untuk menyusun laporan keuangan. Ini membantu
bisnis atau organisasi untuk mengambil keputusan yang tepat mengenai keuangan.
3. Keandalan – Ilmu akuntansi dapat diandalkan atau selalu dapat diandalkan. Ini mengikuti
standar prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
4. Konsistensi – ini adalah elemen kunci dari ilmu akuntansi

Selain itu, teori akuntansi umumnya menyatakan bahwa para profesional di industri
akuntansi beroperasi atas dasar asumsi berikut; Perbedaan antara perusahaan dan pemiliknya,
kelangsungan usaha, penyusunan laporan keuangan menggunakan representasi dolar dan
kompilasi laporan bulanan, triwulanan atau tahunan. Adapun tiga elemen teori akuntansi yang
ada, yaitu (Mujiharto, 2013):
1. Postulat Akuntansi;
2. Konsep teoritis akuntansi;
10
3. Prinsip Akuntansi

Teori akuntansi dapat bekerja dengan baik dengan empat konsep dasar yang dapat
mendefinisikan dan menjelaskan pedoman penting dalam manajemen bisnis, seperti konsep-
konsep berikut (Nilawanti, 2021):
1. Konsep dasar akrual adalah konsep yang menjelaskan kebutuhan untuk memiliki
pendapatan dan kewajiban bisnis ketika seluruh bisnis dilakukan. Misalnya, jika seorang
pedagang grosir atau eceran memesan barang dengan persediaan Rp 1 juta, tetapi tidak
membayar pada saat itu, pedagang harus mencatat liabilitas atau kewajibannya. Bahkan
sama halnya dengan pengiklan atau pemasok yang menghitung penjualan barang tersebut.
2. Konsep konsistensi menekankan pada metode akuntansi yang digunakan dalam
perusahaan, yaitu metode tersebut harus selalu digunakan secara konsisten. Misalnya,
akuntan telah memutuskan untuk menggunakan metode pembukuan double- 44 entry
untuk catatan bulanan untuk periode tersebut, jadi dia harus menerapkan catatan secara
konsisten sampai selesai.
3. Konsep kelangsungan usaha adalah akuntan harus menyadari bahwa bisnis itu layak dan
akan segera beroperasi. Jika akuntan menemukan bahwa bisnis tidak akan berhasil di masa
depan, perlu untuk memberikan alasan yang tepat ketika menerima bentuk laporan
keuangan yang digunakan. Jika akuntan yakin bahwa bisnisnya tidak akan berlanjut di
masa depan dan tidak memiliki cukup bukti untuk mendukung asumsinya, ia harus
menyertakan "disclaimer" dalam laporannya.
4. Konsep kehati-hatian adalah konsep yang menunjukkan bahwa kewajiban (liabilitas) harus
diperhitungkan dalam neraca, meskipun kemungkinan terjadinya masih kecil. Sama halnya
ketika dilakukan perhitungan atas laporan laba rugi dalam laporan keuangan, sehingga
membantu perusahaan memprediksi kerugian yang mungkin terjadi di masa yang akan
datang. (Hery, 2015)

Teori akuntansi mencakup sejumlah konsep dan prinsip dasar yang membentuk dasar-
dasar pemahaman tentang praktik akuntansi. PSAK 16 memberikan panduan mengenai
pengakuan, pengukuran, dan penyajian aset tetap dalam laporan keuangan entitas. Berikut
adalah beberapa perspektif teori akuntansi yang dapat diterapkan pada PSAK 16:
1. Teori Biaya Historis:
Teori biaya historis menekankan pada pengukuran aset tetap berdasarkan biaya historis,
yaitu biaya perolehan dan biaya yang diperlukan untuk mempersiapkan aset tersebut untuk

11
penggunaan yang dimaksudkan. PSAK 16 mencerminkan konsep ini dengan mendorong
pengakuan aset tetap pada biaya perolehan yang relevan.
2. Teori Konservatisme:
Perspektif konservatisme dalam teori akuntansi menekankan pada prinsip penghindaran
overstatement atas kekayaan dan pendapatan. Dalam konteks PSAK 16, aset tetap
mungkin diukur dengan hati-hati untuk menghindari penilaian yang berlebihan atas nilai
ekonomisnya.
3. Teori Pengukuran dan Pengungkapan:
Teori ini mencakup konsep pengukuran dan pengungkapan yang relevan. PSAK 16
memberikan pedoman tentang bagaimana mengukur nilai aset tetap, seperti biaya
perolehan dan nilai residual, serta persyaratan pengungkapan yang harus dipenuhi dalam
laporan keuangan.
4. Teori Pemulihan Nilai:
Teori pemulihan nilai menekankan pentingnya memeriksa apakah nilai buku aset tetap
masih sebanding dengan nilai manfaat ekonomis yang diharapkan. PSAK 16 mungkin
memasukkan prinsip-prinsip ini melalui persyaratan pengujian penyusutan dan penurunan
nilai aset tetap.
5. Teori Kepatuhan:
PSAK 16 dirancang untuk memastikan kepatuhan terhadap standar akuntansi yang
berlaku. Perspektif kepatuhan menjadi penting untuk menjaga konsistensi dan integritas
dalam pelaporan keuangan entitas yang mengadopsi PSAK 16.
6. Teori Akuntansi Keuangan:
Perspektif ini menekankan bahwa tujuan utama akuntansi adalah menyediakan informasi
keuangan yang relevan, dapat diandalkan, dan bermanfaat bagi pengguna laporan
keuangan. PSAK 16, dengan mengatur pengakuan dan pengukuran aset tetap,
berkontribusi untuk mencapai tujuan tersebut.
7. Teori Pemilihan Akuntansi:
PSAK 16 mungkin memberikan opsi pemilihan terkait metode penyusutan dan nilai
residual aset tetap. Teori pemilihan akuntansi memandang bahwa entitas memiliki
kebebasan untuk memilih metode yang paling sesuai dengan keadaan dan kebijakan
perusahaan.

Memahami PSAK 16 dari berbagai perspektif teori akuntansi membantu entitas untuk
mengimplementasikan standar tersebut dengan benar, menghasilkan informasi keuangan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku, dan menyediakan gambaran yang akurat
12
tentang posisi keuangan entitas. Berikut adalah beberapa alasan mengapa memahami teori
akuntansi sangat penting:

1. Rasionalitas Pengambilan Keputusan: Teori akuntansi membantu para praktisi dan


pengguna laporan keuangan untuk memahami dasar-dasar di balik praktik akuntansi. Ini
membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih rasional dan terinformasi.
2. Ketepatan Pelaporan Keuangan: Memahami teori akuntansi membantu dalam merancang
sistem pelaporan keuangan yang lebih akurat dan relevan. Pemahaman terhadap prinsip-
prinsip seperti pengukuran, pengakuan, dan pengungkapan memastikan laporan keuangan
mencerminkan keadaan ekonomi entitas dengan benar.
3. Kepatuhan terhadap Standar Akuntansi: Teori akuntansi membantu dalam memahami dan
mematuhi standar akuntansi yang berlaku, seperti PSAK. Ini penting untuk menjaga
konsistensi dan kepatuhan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
4. Pemilihan Metode Akuntansi: Teori akuntansi mencakup konsep pemilihan metode
akuntansi, yang memungkinkan entitas untuk memilih metode yang paling sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan mereka. Pemahaman terhadap opsi pemilihan ini membantu
dalam mengambil keputusan yang bijaksana.
5. Analisis dan Penafsiran Laporan Keuangan:Bagi para analis keuangan, pemahaman teori
akuntansi menjadi kunci dalam menganalisis dan menafsirkan laporan keuangan. Ini
membantu dalam memahami bagaimana elemen-elemen keuangan diukur, diakui, dan
disajikan dalam laporan.
6. Pemahaman Terhadap Perubahan Standar Akuntansi: Teori akuntansi membantu para
praktisi dalam memahami alasan di balik perubahan standar akuntansi. Pemahaman ini
diperlukan untuk mengimplementasikan perubahan tersebut dengan benar dan menyajikan
informasi yang sesuai dalam laporan keuangan.
7. Membangun Etika Profesional: Teori akuntansi juga memainkan peran dalam membangun
etika profesional. Memahami dasar-dasar etika akuntansi membantu para akuntan dalam
membuat keputusan yang etis dan mematuhi kode etik profesi.
8. Pengembangan Profesionalisme: Pemahaman teori akuntansi membantu para profesional
akuntansi untuk berkembang secara profesional. Hal ini dapat meningkatkan kualitas
pekerjaan, meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan, dan membantu dalam
pengambilan keputusan strategis.

Pemahaman teori akuntansi, bukan hanya relevan bagi para akademisi, tetapi juga bagi
para praktisi dan pengguna laporan keuangan. Ini merupakan landasan yang penting untuk
memastikan integritas, kualitas, dan konsistensi dalam praktik akuntansi.
13
Penting untuk diingat bahwa perspektif teori ini saling terkait dan dapat memainkan
peran bersama dalam merinci prinsip-prinsip akuntansi untuk investasi pada entitas asosiasi
dan ventura bersama. Penggunaan perspektif teori dapat membantu entitas memahami dasar-
dasar konseptual di balik PSAK 16 dan menerapkannya secara konsisten. Selalu merujuk pada
teks lengkap PSAK 16 dan panduan DSAK adalah langkah yang tepat untuk memahami
secara menyeluruh persyaratan standar tersebut.

14
BAB III

CONTOH IMPLIKASI PENERAPAN PSAK 16

Contoh Metode Proporsional


Aset senilai $ 10.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2008 dengan masa manfaat ekonomis 5 tahun
tanpa nilai sisa. tanggal 31 Desember 2008 nilai wajar aset adalah $ 12.000.
1/1/08 Aset tetap $10,000
Kas $10,000
31/12/08 Beban Penyusutan $ 2,000
Akumulasi Penyusutan $ 2,000

31/12/08 Aset Tetap $ 5,000


Akumulasi Penyusutan $ 1,000*
Surplus Revaluasi $ 4,000

*((12.000-8.000)/8.000) x 2.000

Contoh Metode Eliminasi


Aset senilai $ 10.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2008 dengan masa manfaat ekonomis 5 tahun
tanpa nilai sisa. tanggal 31 Desember 2008 nilai wajar aset adalah $ 12.000.

1/1/08 Aset tetap $10,000


Kas $10,000
31/12/08 Beban Penyusutan $ 2,000
Akumulasi Penyusutan $ 2,000

31/12/08 Akumulasi Penyusutan $ 2,000


Aset Tetap $ 2,000
Aset Tetap $ 4,000
Surplus Revaluasi $ 4,000

Surplus revaluasi yang disajikan di ekuitas dapat dipindahkan langsung ke sado laba pada
saat aset tersebut dihentikan penggunaannya. Namun, pemindahan ke saldo laba dapat dilakukan
seiring dengan penggunaan aset oleh entitas. Dipindahkan sebesar perbedaan penyusutan dengan
revaluasian dan penyusutan dengan biaya perolehan. (atau nilai surplus revaluasi dibagi sisa manfaat
ekonomis).
15
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Dalam mengakhiri makalah ini, dapat disimpulkan bahwa PSAK 16 merupakan
landasan utama bagi entitas dalam mengakui, mengukur, dan menyajikan aset tetap dalam
laporan keuangannya. Melalui analisis landasan konseptual, implikasi revisi terakhir pada
tahun 2019, dan pemahaman mendalam terkait metode pengukuran, depresiasi, dan
penurunan nilai aset tetap, kita dapat melihat betapa pentingnya standar ini dalam
memastikan laporan keuangan yang akurat, relevan, dan transparan.
Pengaruh PSAK 16 terhadap praktik akuntansi aset tetap tidak hanya bersifat teknis,
tetapi juga memperlihatkan hubungan erat antara kebijakan akuntansi dan keberlanjutan
bisnis. Aset tetap bukan sekadar entitas fisik atau teknologi, melainkan juga merupakan
investasi strategis yang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan keuangan dan
keberlanjutan jangka panjang suatu perusahaan.
Perubahan dalam praktik bisnis, teknologi, dan kebutuhan informasi telah mendorong
revisi terakhir PSAK 16 pada tahun 2019. Revisi ini memberikan panduan lebih lanjut dan
relevan, memungkinkan entitas untuk mengelola aset tetap mereka dengan lebih efisien dan
menghadapi tantangan bisnis dengan lebih siap.
Dalam mengimplementasikan PSAK 16, entitas perlu memahami bahwa pengelolaan
aset tetap bukan hanya sekadar kepatuhan terhadap standar akuntansi, tetapi juga merupakan
strategi untuk meningkatkan kinerja keuangan dan operasional. Pemilihan metode
pengukuran, manajemen depresiasi, dan penanganan penurunan nilai menjadi keputusan
strategis yang dapat memengaruhi nilai tercatat aset dan, akhirnya, kredibilitas laporan
keuangan.
Dengan demikian, pemahaman mendalam tentang PSAK 16 bukanlah sekadar
kewajiban akuntansi, tetapi juga merupakan langkah proaktif dalam meningkatkan
manajemen aset, mengoptimalkan nilai, dan menyajikan informasi keuangan yang dapat
diandalkan kepada pemangku kepentingan. Dalam dunia yang terus berubah, kepatuhan dan
pemahaman akan PSAK 16 memberikan dasar yang kokoh untuk mendukung keberlanjutan
dan pertumbuhan perusahaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

PSAK 16 Aset Tetap per Januari 2015. Ikatan Akuntan Indonesia

Ikatan Akuntan Indonesia 2016.Buletin Teknis Revaluasi Aset Tetap

Siswati¸Susi . 2015. Revaluasi Aset Tetap Berdasar Aspek Akuntansi Psak 16 (Revisi) Dan
Aspek Perpajakan. Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta

Wicaksono, G., Veronica, A., Anita, L., Hm, I., Ibrahim, F. N., Husain, S., . . . Aristantia, S. E.
(2022). Teori Akuntansi. Padang: Pt Global Eksekutif Teknologi.

17

Anda mungkin juga menyukai