Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mustatiah Firza Fariza

Prodi : PBA

NIM : B.202102273

Ujian Akhir Semester Metode Penelitian dan Karya Ilmiah

Segenap Harap yang Berangsur Lenyap

Cuaca pagi hari sangat cerah, langit nyaris biru sempurna dan mentari mulai memancarkan
kirananya. Kehadirannya langsung menyorot ruang tidur seorang gadis remaja bernama
judith. Orang-orang biasa memanggilnya dengan sebutan "Jeje” Hari itu adalah hari
terakhir ia bersekolah di semester dua, bahkan hari ini menjadi hari yang paling ditunggu-
tunggu karena libur kenaikan kelas akan segera tiba.

Libur sekolah pun tiba. Perasaan Judith saat itu sangat senang sekali karena libur panjang
kali ini sangat ia tunggu-tunggu. ia bergegas untuk segera menyiapkan barang-barang yang
akan ia bawa untuk menghabiskan libur panjangnya di Yogyakarta. Ketika di perjalanan,
Judith sesekali melihat beberapa akun sosial media yang tampil di beranda instagram-nya.
Hal itu sudah menjadi keseharian yang selalu ia lakukan tanpa pernah terlewatkan

Tak lama kemudian, handphone yang berada di genggamannya bergetar, ia menerima


sebuah notifikasi Direct Message dari seseorang dengan nama Arka Pesan itu hanya
berisikan sapaan singkat. Judith sedikit penasaran, lalu ia pun mencoba mencari tahu
tentang Arka lewat akun instagram miliknya. Ternyata setelah berhasil ia telusuri. Arka
merupakan kakak kelas yang menjadi ketua basket di sekolahnya. Judith semakin
kebingungan dan bertanya-tanya, kenapa Arka mengirimkan DM kepadanya. Setelah itu,
Judith mencoba merespon pesan tersebut dengan singkat "Huhh!, akhimya sampe juga,"
ucap Judith sambil meletakkan tas gendong yang dibawanya Rasanya lelah sekali,
menempuh tujuan yang jauh dari tempat ia tinggal Namun, lelah itu berhasil terobati
dengan didapatinya sebuah pemandangan yang indah Judith pun tidak pemah lupa untuk
selalu mengabadikan momen yang dilewatinya dengan mengambil beberapa foto. Dan
sesegera mungkin Judith mem posting foto tersebut dengan tampilan yang aesthetic
Setelah satu minggu lebih Judith menghabiskan liburannya di Yogya, dengan terpaksa ia
harus segera pulang karena libur akan segera berakhir.

Hari pun berlalu, sesampainya di rumah Judith lagi-lagi mengecek instagram miliknya yang
sudah satu minggu tidak pernah lagi ia buka, karena kebetulan Judith lupa password dan
baru bisa ia buka lagi setelah ia sampai di rumah. la merasa tercengang mendapati
beberapa pesan yang dikirim Arka, Judith membalasnya satu persatu dengan alasan tak
enak jika ia tidak membalasnya. Judith tidak ingin kalau-kalau dirinya dicap sebagai adik
kelas yang angkuh.Entah kenapa, semenjak itu Judith dan Arka menjadi sering
berkomunikasi via instagram. Walaupun saat itu Judith belum tahu betul wujud asli Arka,
karena Judith jarang sekali melihat Arka ketika di sekolah, dan kalaupun bertemu mungkin
ia tidak menyadarinya saja.

Senin ini, Judith sudah mulai duduk di bangku kelas 11. Dan la beranggapan bahwa kelas
11 ini harus dipenuhi dengan semangat. Sambil melepas rindu dengan teman-teman dan
menceritakan kesan selama libur, sesekali Judith berusaha mencuri pandang dengan
menengokkan pandangannya ke arah lapangan, serta jajaran kelas 12 yang berada di
seberang kelas Judith. Jujur, sampai saat ini ia masih dihantui dengan sosok Arka. Bel
istirahat telah berbunyi. Judith, Mely dan Kyla yang merupakan kedua sahabatnya lantas
berjalan menuju arah kantin dengan keadaan perut yang mulai keroncongan. Setibanya di
kantin, ia tidak sengaja melihat seorang laki-laki yang berdiri dari kejauhan sambil
memperhatikannya. la pun mencoba untuk menghiraukan, tetapi lambat laun, langkah
lelaki itu semakin dekat. Judith akhirnya menyadari bahwa orang itu adalah Arka. Laki-laki
itu berjalan tenang sambil memberikan senyum manisnya. Tak hanya itu, ia melakukan hal
tersebut di depan kerumunan orang-orang. Kedua temannya yang sedari tadi
memerhatikan tingkah yang diberikan Arka kepada Judith, langsung membelalakkan
matanya, seolah ada sebuah isyarat yang diberikan. "Je, sumpah. Gue gak salah liat, kan?
Arka senyum dan nyapa lo?" "Lo deket ya sama dia? Kok bisa?" temannya yang satu lagi
menambahi. "Kak Arka tuh, ketua basket yang cakep dan keren loh, selain itu dia juga jago
nyanyi, pokoknya bikin cewek-cewek naksir, deh."Mely dan Kyla bertanya-tanya tanpa
henti, mereka memang suka bawel dan kepo jika mendapati sebuah berita dan belum
mengetahui kebenarannya Judith hanya merespon dengan senyuman lebar dan langsung
bergegas pergi menuju kelas. Jam pelajaran sudah berakhir, entah kenapa ia ingin segera
pulang dan menuliskan kejadian hari ini di buku diary miliknya.

Sesampainya di rumah Judith merasa ada yang berbeda ketika ia mengingat kejadian tadi.
Kini perasaannya menjadi campur aduk, sesekali ia merasa senang, namun rasa bingung
pun juga dirasakan. Judith membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan corak bunga
berwarna putih. Baru saja akan beristirahat, ponsel yang disimpannya di atas meja belajar
berdering beberapa kali. Awalnya la sempat mengabaikan, karena nomor yang tampil di
layar ponselnya asing dan belum pernah la dapati sebelumnya. Tapi, karena dering yang
berulang dan mengganggu ketenangan, dengan terpaksa ia angkat. Hallo, dengan siapa di
sana?" gumamnya bak seorang operator di jaringan khusus."Aku, Arka. Masih ingat?" Tak
diduga, lelaki yang telah menghubunginya dari beberapa hari yang lalu, kini telah banyak
berhasil mengetahui nomor telepon yang la rasa menjadi privasi. Namun, ia pun tidak
langsung menyimpulkan begitu saja. Judith mencoba berbincang dengan Arka meskipun
hanya dalam waktu singkat. Kini, ia bisa menilai, bahwa Arka tidak seburuk yang Judith
pikir. la lelaki yang humble juga ramah.

Keesokan harinya ketika ia tiba di sekolah, la harus bertatap muka langsung dengan Arka
yang jarak kelasnya tidak terlalu jauh dengan kelas Judith. Lagi dan lagi. Arka
menampakkan senyumnya. Judith membalas senyum dengan malu dan segera masuk
kedalam kelas. Saat tiba di kelas Judith merasa kaget karena di atas mejanya terdapat
tempat makan yang berisi roti isi coklat dan strawberry ditambah sebotol minum yang
berisi susu. Tidak lupa, di situ pun disisipkan note yang bertuliskan nama Arka. Saat itu
semua penghuni kelas melirik Judith dengan candaancandaan yang membuat Judith
semakin tersipu malu.

Saat pulang sekolah Judith segera meninggalkan kelas untuk mencari Arka dan berterima
kasih atas sarapan yang diberikannya. "Kak Arka," sapanya sambil tersenyum “Eh Judith,
gimana tadi sarapannya? Lo suka?" "Suka. Jadi merepotkan, aku kira dari siapa, abisnya gak
bilang dulu sih, hehe." "Sengaja aku ingin memberi surprise. Kamu langsung pulang? Aku
antar!" "Eh, gak usah, Kak. Terima kasih sebelumnya, tapi aku sudah ada janji dengan
teman" "Ya udah, hati-hati. Lain waktu, harus mau ya kalo aku antar," ujar Arka sambil
menaiki motornya dan bergegas pergi.

Perasaan Judith saat itu berubah bahagia. Senyum manis yang sebelumnya masih ia
simpan, berhasil Judith lukiskan di wajahnya yang riang, bahkan hingga ia sampai rumah.
Ibu Tati yang merupakan ibu Judith, merasa kebingungan dengan sikap Judith yang tak
biasanya."Ceria banget Kak, kalo dilihat-lihat dari ekspresi muka kamu, seperti sedang fall
in love," kata ibunya yang sedang duduk di kursi sambil melirik ke arah Judith. "Hehe, ah
Ibu apa sih. Enggak kok, Bu. Cuma lagi seneng aja," jawab Judith sambil membuka pintu
kamarnya. Judith dan ibunya memang sangat dekat, bahkan bisa disebut juga teman dalam
segala hal, karena menurutnya, ibu adalah pendengar dan penjaga rahasia terbaik.

Hari demi hari kedekatan Judith dan Arka pun semakin tampak. Bahkan, karena
kedekatanya tersebut mereka sering dikira pacar oleh banyak orang Walaupun pada
kenyataanya mereka hanya terjebak friendzone. Meskipun Arka sempat memiliki harapan
lebih, tapi Arka mengerti dengan masa lalu yang masih menjadi trauma keras bagi Judith.

Setiap harinya terasa sangat cepat. Kebetulan hari ini terdapat event pentas seni kelas 12
yang berkaitan dengan pembukaan ujian praktik. Mereka memakai beraneka ragam
kostum yang membuat penontonnya semakin ingin segera menyaksikan pentas seni
tersebut. Saat itu Arka menampilkan sebuah lagu dengan iringan gitar yang di mainkannya
disertai suara lembut nan merdu yang membuatnya semakin terlihat cool dan tampan.
Setelah lagu yang dimainkannya habis, tiba-tiba Arka turun dari panggung dan
menghampiri Judith dengan memberi satu tangkai bunga mawar merah dan coklat yang
sudah ia siapkan dari jauh-jauh hari. Sorak sorai tumpah menyaksikan Arka yang membuat
baper para penontonnya, kedua pipi judith memerah karena menjadi pusat perhatian.
Acara pun berakhir. Judith menyegerakan diri untuk segera pulang ke rumah Hari itu
adalah hari pertama Arka mengantar Judith pulang. Perjalanan terasa sangat cepat hingga
tak terasa bahwa dirinya sudah berada di depan rumah, karena keasyikan mereka
mengobrol sambil bercanda walaupun menceritakan yang tidak terlalu penting. Judith
menghela napasnya sejenak. Pikirannya penuh dengan kejadian hari tadi. Tak lupa,
sesampainya dirumah ia menceritakan kebahagiaan hari ini kepada ibunya.Tepat pukul
00.00 malam ibu, ayah dan adik Judith memberikan sebuah kejutan dihari ulang tahunnya
Padahal ia sendiri tidak ingat bahwa ini hari ulang tahunnya. Berbagai ucapan dan doa-doa
dari orang-orang terdekatnya ramai pada media sosialnya, ia merasa bersyukur Tuhan
telah memberikan orang orang yang sayang terhadap dia. Tetapi, dari sekian banyak
ucapan, ada satu yang paling la tunggu, ya, apalagi jika bukan ucapan dari Arka. Namun,
semuanya nihil, ia pun lantas memilih untuk tidur agar tidak terlalu banyak memikirkan
hal-hal yang tidak mungkin terjadi.

Setiap harinya masih sama, la selalu menghabiskan pagi harinya untuk bersekolah. Teman-
teman kelasnya, termasuk kedua sahabatnya, Mely dan Kyla memberikan beragam kejutan
dan hadiah yang membuat ulang tahun ke-17 nya ini sangatlah berkesan. “Je, nanti sore lo
dateng ya ke Garden Cafe. Awas loh, jangan sampai telat." ancam kedua sahabatnya
sembari senyum-senyum mencurigakan. Sepulang sekolah Mely, Kyla dan Judith langsung
bergegas ke rumah Judith. Mereka berencana akan mengobrak-abrik lemari Judith dan
memilihkan dress yang cocok untuk Judith kenakan nanti sore. Mereka pun lantas
mendandani Judith, karena Mely dan Kyla tahu kalau Judith tidak terlalu menyukai make
up karena penampilannya yang natural Mely dan Kyla mengantar Judith hingga sampai
Garden Cafe. Karena sebelumnya Mely dan Kyla sudah bekerja sama dengan Arka untuk
menyiapkan suprise tersebut. Ketika Judith sampai di cafe tersebut, ia merasa sangat
senang dan tidak menyangka dekoran cafe Ini terlihat sangat bagus dan aesthetic. Tetapi,
masih saja ada yang kurang di hari ulang tahunnya ini, karena hingga siang telah berganti
malam pun, dirinya belum juga mendapatkan ucapan dari Arka.

Beberapa menit kemudian mereka berdua mendapatkan kabar buruk yang tidak pernah
diduga. Arka mengalami kecelakaan hebat dan membuatnya tidak bisa tertolong lagi.
Ketika Judith mengetahui hal tersebut, ia benar-benar shock.. Air matanya pecah
membahsahi seluruh permukaan pipi. Mely pun segera memberikan sepucuk surat yang
Arka titipkan untuk diberikan kepada Judith. Mereka juga tidak lupa untuk
memberitahukan mengapa Arka tidak memberikan ucapan di hari spesialnya itu. "Arka
bilang ke gue, kalo dia ingin jadi orang terakhir yang mengucapkan selamat di hari ulang
tahun lo, Je" Kalimat itu, berhasil meruntuhkan raganya yang kuat. la tidak pemah tahu
bahwa hal seperti ini akan terjadi kepadanya. Kini, tidak ada lagi kejutan-kejutan hebat
yang diberikan kepadanya saat lelah. Tidak ada pula senyum yang tak dapat mencegah
senyumnya untuk tetap terlukis. Hari-harinya sepi, layaknya malam tanpa bintang.

Anda mungkin juga menyukai