Anda di halaman 1dari 29

TUGAS – TUGAS GURU SECARA UMUM DAN KONKRIT

KELAS : R5C – EKONOMI

DISUSUN OLEH :

ANDHIKA EKA SAPUTRA 201314500321

MEIRINA ISLAMIATI 201314500396

DIAH PRATIWI 201314500304

AGNES GITA YESENIA 201314500317

PIPIT RIANDANI 201314500381

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS IPPS

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2015

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah ini dengan judul “TUGAS – TUGAS GURU SECARA UMUM : PAEDAGOGIS,
PSIKOLOGI DAN DIDAKTIS”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Profesi Kependidikan pada semester
Ganjil di tahun pembelajaran 2015-2016 Universitas Indraprasta PGRI Jakarta dengan
harapan dapat bermanfaat dan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih banyak terdapat
kekurangan seperti pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak”, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak pembaca.

Akhirnya kami berharap, semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
atau pihak yang membutuhkan.

Jakarta, 21September 2015

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kompetensi adalah merupakan salah satu kriteria dari suatu profesi. Guru sebagai
suatu profesi juga dituntut untuk memenuhi kriteria kompetensi tersebut. Kompetensi bisa
dilihat dari berbagai aspek seperti pengertiannya, karakteristiknya, maupun cara mengu-
kur kompetensi tersebut.

Kompetensi juga diberikan pengertian sebagai pengetahuan, keterampilan, dan


kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian darinya sehingga ia
dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-
baiknya (Mulyasa. 2003). Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan
bahwa : “Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila”.

Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru
dalam menjalankan tugasnya sehari – hari, yakni : tujuan pendidikan nasional, prinsip
membimbing, dan prinsip pembentukkan manusia indonesia seutuhnya.

Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau


perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh
pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai
dengan hakikat pendidikan.

Ini dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang
mampu menghadapi tantangan – tantangan dalam kehidupannya sebagai insan dewasa.
Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang lainnya yang harus patuh
kepada kehendak dan kemauan guru.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. PAEDAGOGIS

Kompetensi paedagogis dalam standar nasional pendidikan, penjelasan dalam pasal 28


ayat 3 butir (a) adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yaitu meliputi
pemahaman peserta didik, perancangan, pelaksanaan pemebelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.

Dalam PP (Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2007) tentang guru dikemukakan bahwa
kompetensi paedagogis merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan peserta didik yang
sekurang – kurangnya meliputi hal – hal sebagai berikut :

a. Sub Komponen Kompetensi Wawasan Kependidikan.


 Memahami landasan kependidikan
 Memahami kebijakan
 Memahami tingkat perkembangan siswa
 Memahami pendekatan pembelajaran sesuai materi
 Menerapkan kerjasama dalam memanfaatkan kemajuan IPTEK
b. Memahami peserta didik secara mendalam.
 Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip – prinsip kognitif
 Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip – prinsip kepribadian
 Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik
c. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran.
 Memahami landasan pendidikan
 Menerapkan teori belajar dan pembelajaran
 Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik,
kompetensi yang akan dicapai dan materi ajar
 Menysun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih
d. Melaksanakan pembelajaran.
 Menata latar (strategi) pembelajaran
 Melaksanakan pembelajaran yang kondusif

4
e. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.
 merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran (assesment) proses dan
hasil pelajaran secara berkesinambungan dengan berbagai metode
 menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat
ketuntasan belajar (mastery learning)
f. Mengembangkan peserta didik untuk megaktualisasikan berbagai potensinya.
 Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi akademik
 Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non
akademik
g. Sub Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran.
 Menyusun rencana pembelajaran
 Melaksanakan pembelajaran
 Melaksanakan pretasi belajar peserta didik
 Melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik

Menurut Permendiknas No. 17 Tahun 2007, kompetensi paedagogis guru mata


pelajaran terdiri atas 37 buah kompetensi yang dirangkumdalam 10 kompetensi, sebagai
berikut :

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual
b. Menguasai teori belajar dan prinsip – prinsip pembelajaran yang mendidik
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
e. Memanfaatkan TIK untuk mengaktualisasikan bergbagai potensi yang dimiliki
f. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
g. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
h. Memanfaatkan TIK untuk kepentingan pembelajaran
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pemebelajaran
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas belajar

Dalam kompetensi paedagogis guru kali ini seorang guru bisa melatih kecerdasan
emosional, kecerdasan spiritual, kecerdasasn intrapersonal dan interpersonal.

5
1. Kecerdasan Emosional (EQ)

Kecerdasan Emosional (EQ) menurut para pakar adalah : “kemampuan untuk menyikapi
pengetahuan – pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami, dan
mengelolanya”. Menurut definisi ini, EQ mempunyai empat dimensi berikut :

1. Mengenali, menerima, dan mengekspresikan emosi (kefasihan emosional).


Caranya :
- Mampu membaca emosi yang tergambarkan pada wajah, suara, gerak
anggota badan, alunan musik dan juga mampu mengungkapkan emosi –
emosi ini dengan baik.
- Mampu membedakan emosi orang lain, bentuk, dan tulisan, baik melalui
suara, ekspresi wajah, dan tingkah laku.
2. Menyertakan emosi dalam kerja – kerja intelelektual
Caranya :
- Mampu mengaitkan emosi tertentu dengan tindakan – responsif akal.
Misalnya : jika hidung mencium bau, mata melihat warna, atau mata
melihat gambar, maka emosi kita akan memberikan tanggapannya. Atau
dengan kata lain, kita mampu mengaitkan emosi dengan kegiatan berpikir,
emeberikan penilaian, atau memecahkan suatu masalah.
- Emosi mampu mengurutkan prioritas berpikir, atau emosi mampu
mengarahkan kita untuk memikirkan suatu masalh yang jauh lebih penting
daripada masalh – masalh lainnya. Kematangan inilah yang mendorong
seseorang untuk memikirkan sesuatu yang lebih penting.
3. Memahami dan menganalisa emosi
Caranya :
- Menambah kemampuan menganalisa masalah – masalah emosi.
Menganalisa emosi untuk membedakan antara emosi yang serupa dan
emosi yang bertolak-belakang, dan menggunakan pengetahuan ini dalam
kehidupan sehari – hari.
- Mammpu menfsirkan tanda – tanda yang disampaikan emosi. Misalnya :
sedih, mengindikasikan kejadian kehilangan atau kerugian. Kegembiraan,
mengindikasikan keberuntungan atau keberhasilan.
-

6
4. Mengelola emosi
Caranya :
- Memhami sejauh mana perilaku sosial dapat mempengaruhi emosi;
pengendalian emosi sendiri dan emosi orang lain; dan mengetahui
perkembangan emosi sendiri.
- Mampu mengubah emosi negatif menjadi proses belajar yang membangun;
atau memandang emosi negatif sebagai sebuah kesempatan untuk
berkembang.

Dalam mengembangkan Emosional Quotient (EQ) murid, guru mempunyai


beberapa peranan, yaitu :

1. Membantu murid mempelajari bahasa emosi dan kalimat yang digunakan untuk
mengekspresikannya.
2. Membantu murid untuk “merasa” dirinya diperhatikan oleh guru, bukan
dihegemoni atau dikuasai guru.
3. Melatih murid untuk mengenali berbagai situasi emosi dan membedakan satu
emosi deengan yang lainnya.
4. Guru harus memahami emosi dan ketakutannya sendiri.
5. Guru berusaha mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan emosinya muncul,
dan jangan mencela murid karena emosinya sendiri.
6. Guru berusaha mengenali kebutuhan emosinya yang belum terpenuhi, jangan
sampai memenuhi kebutuhan tersebut dengan melampiaskan emosi pada murid,
atau jangan mengutamakan kebutuhan dirinya diatas kebutuhan murid.

Berikut adalah bagan yang menunjukkan praktik – praktik apa saja yang menghambat
atau mendukung perkembangan emosi :

Praktik – praktik yang menghambat Praktik – praktik yang mendukung


perkembangan emosi perkembangan emosi
Menghina murid akibat perilaku mereka Menghormati dan memotivasi murid
Menggunakan kata atau intonasi suara yang Menggunakan kata – kata yang penuh cinta
menyakitkan hati dan sayang, dan berbicara dengan lembut
Mengambil keputusan yang menganulir Menyertakan murid dalam mengambil

7
keputusan murid keputusan
Ikut campur dalam setiap urusan murid, baik Membatasi campur tangan dalam masalah
itu urusan kecil maupun besar murid
Guru berpartisipasi, dan tidak berniat
Terlalu bernafsu dalam menguasai murid
menguasai murid
Tidak adanya permainan dan keramahan Belajar sambil bermain dengan memberikan
dalam proses belajar – mengajar atmosfer yang riang dan menyenangkan
Memperhatikan kondisi perasaan dan emosi
Mengabaikan perasaan murid
murid
Tidak memberikan mereka kesempatan Membahas sesuatu yang ingin mereka
bicara bicarakan
Memvonis dan menilai hasil kerja murid Mengikutsertakan mereka dalam menilai
dengan standar guru sendiri hasil kerja mereka
Guru terlalu dominan dalam merumuskan Mengikutsertakan murid dalam merumuskan
dan mengatur kegiatan dan mengatur kegiatan

2. Kecerdasan Spiritual

Menurut Munandir (2001 : 122) kecerdasan spritual tersusun dalam dua kata yaitu
“kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Sedangkan
spiritual dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang berhubungan dengan abstraksi-
abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan menangani situasi-situasi baru.

Menurut Tony Buzan kecerdasan spiritual adalah yang berkaitan dengan menjadi bagian
dari rancangan segala sesuatu yang lebih besar, meliputi “melihat suatu gambaran secara
menyeluruh”. Sementara itu, kecerdasan spiritual menurut Stephen R. Covey adalah pusat
paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi
kecerdasan lainnya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi kecerdasan spiritual
adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan
menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama
makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia

8
dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan
kebahagiaan yang hakiki.

Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual

Mahayana menyebutkan beberapa ciri orang yang mempunyai kecerdasan


spritual yang tinggi:

1. Memiliki prinsip dan visi yang kuat

Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar ia sebagai pedoman berperilaku
yang mempunyai nilai yang langgeng dan produktif. Prinsip manusia secara jelas tidak akan
berubah, yang berubah adalah cara kita mengerti dan melihat prinsip tersebut. Semakin
banyak kita tahu mengenai prinsip yang benar semakin besar kebebasan pribadi kita untuk
bertindak dengan bijaksana.

2. Kesatuan dan keragaman

Seorang dengan spiritualitas yang tinggi mampu melihat ketunggalan dalam


keragaman. Ia adalah prinsip yang mendasari SQ, sebagaimana Tony Buzan dan Zohar
menjelaskan pada pemaparan yang telah disebutkan diatas. Tony Buzan mengatakan bahwa
“kecerdasan spiritual meliputi melihat gambaran yang menyeluruh, ia termotivasi oleh nilai
pribadi yang mencakup usaha menjangkau sesuatu selain kepentingan pribadi demi
kepentingan masyarakat”.

3. Memaknai

Makna adalah penentu identitas sesuatu yang paling signifikan. Seorang yang
memiliki SQ tinggi akan mampu memaknai atau menemukan makna terdalam dari segala sisi
kehidupan, baik karunia Tuhan yang berupa kenikmatan atau ujian dari-Nya, ia juga
merupakan manifestasi kasih sayang dari-Nya. Ujiannya hanyalah wahana pendewasaan
spiritual manusia.

4. Kesulitan dan penderitaan

Pelajaran yang paling berarti dalam kehidupan manusia adalah pada waktu ia sadar
bahwa itu adalah bagian penting dari substansi yang akan mengisi dan mendewasakan
sehingga ia menjadi lebih matang, kuat, dan lebih siap menjalani kehidupan yang penuh

9
rintangan dan penderitaan. Pelajaran tersebut akan meneguhkan pribadinya setelah ia dapat
menjalani dan berhasil untuk mendapatkan apa maksud terdalam dari pelajaran tadi.

Kesulitan akan mengasah menumbuh kembangkan, hingga pada proses pematangan


dimensi spiritual manusia. SQ mampu mentransformasikan kesulitan menjadi suatu medan
penyempurnaan dan pendidikan spiritual yang bermakna. SQ yang tinggi mampu memajukan
seseorang karena pelajaran dari kesulitan dan kepekaan terhadap hati nuraninya.

Perlu dipahami bahwa SQ tidak mesti berhubungan dengan agama.Kecerdasan


spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya
secara utuh.SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai.Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada,
tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berasal dari dalam hati, menjadikan kita
kreatif ketika kita dihadapkan pada masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang
terkandung di dalamnya, serta menyelesaikannyadengan baik agar memperoleh ketenangan
dan kedamaian hati.Kecerdasan spiritual membuat individu mampu memaknai setiap
kegiatannya sebagai ibadah, demi kepentingan umat manusia dan Tuhan yang sangat
dicintainya.Kecerdasan spiritual bukan sekedar urusan agama.

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan rasa dan jiwa. Cara
meningkatkan SQ :

1. Jadilah kita suri tauladan yang baik,


2. Bantulah peserta didik untuk merumuskan “missi” hidupnya,
3. Baca kitab suci bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan kita,
4. Ceritakan kisah-kisah agung dari tokoh-tokoh spiritual,
5. Diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniah,
6. Libatkan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan,
7. Bacakan puisi-puisi, atau lagu-lagu yang spiritual dan inspirasional,
8. Ajak peserta didik untuk menikmati keindahan alam,
9. Bawa peserta didik ke tempat-tempat orang yang menderita,
10. Ikut-sertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial.

10
3. Kecerdasan Intrapersonal dan Interpersonal

Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk mengenali diri sendiri dengan


memiliki konsep diri yang jelas serta citra diri yang positif (Gardner, 2000:38). Dari
kecerdasan intrapersonal inilah seseorang, sebutlah seorang anak - akan menjadi unik dan
otentik, tidak terombang-ambing oleh pengaruh luar.

Kecerdasan intrapersonal secara luas diartikan sebagai kecerdasan yang dimiliki


individu untuk mampu memahami dirinya.Sedangkan, dalam arti sempit ialah
kemampuan anak mengenal dan mengindentifikasi emosi, juga keinginannya.Selain itu
anak juga mampu memikirkan tindakan yang sebaiknya dilakukan dan memotivasi
dirinya sendiri.

Anak dengan karakter ini mampu mengintropeksi dirinya dan memperbaiki


kekurangannya.“Setiap anak dianugerahi kecerdasan ini, namun kadarnya berbeda-beda”
(Amstrong, 1994: 175).
Cerdas diri terdiri dari lima tahapan yang saling berkaitan, yaitu mampu memahami
emosi diri, meregulasi emosi, memotivasi diri, memahami orang lain, dan berinteraksi
dengan orang lain. Orangtua dapat mengamati anak yang memiliki cerdas diri berbeda
sikapnya ketika menghadapi suatu masalah. Karena anak bisa mengerti penyebab dari
sebuah emosi, mereka akan lebih memahami orang lain ketika sedih, marah dan
sebagainya.
Menurut Campbell (1999: 76), “anak dengan kecerdasan intrapersonal tinggi biasanya
bisa mengungkapkan keinginannya dengan cara yang baik, tidak memaksakan
kehendaknya, tahu kelebihan dan kekurangan dirinya, sehingga berani tampil saat mereka
merasa mampu. Pada anak yang memiliki kecerdasan diri rendah akan berlaku sebaliknya
sehingga kurang percaya diri untuk tampil.
Ada tiga tipe pola pengasuhan anak untuk mengembangkan kecerdasan
intrapersonalnya, yaitu authoritarian (otoriter), autoritatif, dan permisif. Orangtua yang
authoritarian cenderung mendikte apa yang harus dilakukan anaknya dan tidak mau
dibantah sama sekali. Orangtua yang autoritatif selalu memberi pengertian pada anak
tentang alasan dari aturan atau perintah yang diberikan.
Cukup terbuka terhadap keinginan anak, walau demikian mereka tetap memberikan
batasan-batasan untuk menolong anak mereka tetap berada pada jalur yang
benar.Sedangkan,orangtua yang permisif cenderung mengalah pada keinginan anak.Tipe

11
autoritatif lebih cocok, karena orang tua perlu bersikap terbuka terhadap perasaan,
keinginan, dan pemikiran anak agar aspirasi anak dapat tersalurkan dengan baik.
Pada masa prasekolah anak juga mulai belajar mengungkapkan keinginannya sendiri,
serta memahami tidak semua keinginan dapat terpenuhi karena berbenturan dengan
kepentingan orang lain. Untuk menstimulasi kecerdasan intrapersonalnya, orangtua perlu
memberi umpan balik.
Sedangkan untuk anak sekolah, di masa ini anak lebih banyak berinteraksi dengan
orang-orang di luar rumah.Luangkan waktu untuk berbagi cerita dengan anak, misalnya
saat makan malam bersama atau 30 menit sebelum tidur.Saat anak bercerita orang tua
berperan sebagai pendengar yang baik.Berikan umpan balik seperti pujian atas
kemandirian anak memecahkan masalah yang dihadapi atau memberikan arahan apabila
tindakan anak kurang tepat dalam menyelesaikan masalah.
Tak ada salahnya mengikutsertakan anak dalam mengambil keputusan untuk acara
keluarga maupun kegiatan lainnya.Dengan kecerdasan intrapersonal anak dapat
mengoptimalkan kecerdasan lainnya seperti cerdas matematika, cerdas visual spasial,
cerdas musik, dan sebagainya. Setiap anak memiliki porsi berbeda-beda, kendati tidak
memiliki kecerdasan tinggi dalam bermusik atau matematika, namun anak memiliki
kemampuan untuk mengoptimalkan kemampuannya dengan cara giat berlatih, intropeksi
kesalahan dan memotivasi diri sendiri.
Sehingga umumnya anak ini memiliki performa yang baik dalam menampilkan
potensinya (Campbell, 1999: 76). Manfaat lain dari pengembangan kecerdasan
intrapersonal sedini mungkin dapat membentuk karakter anak serta menanamkan nilai-
nilai positif dalam dirinya seperti rasa percaya diri, berpikir mandiri dan lateral, rasa
empati yang besar dan memiliki konsep diri yang positif atas dirinya sendiri.
Kecerdasan interpersonal ini merupakan kecerdasan yang lebih bersifat cristalized
menurut konsep yang dikemukakan oleh Cattel (dalam Azwar, 1973). Berikut ini tiga
dimensi kecerdasan interpersonal (Anderson, 1999): Social sensitivity (sensitivitas sosial),
kemampuan untuk merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain
yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun non verbal. Anak yang memiliki
sensitivitas yang tinggi akan mudah memahami dan menyadari adanya reaksi-reaksi
tertentu dari orang lain, entah reaksi tersebut positif ataupun negatif.
Social insight, kemampuan seseorang untuk memahami dan mencari pemecahan
masalah yang efektif dalam satu interaksi sosial, sehingga masalah-masalah tersebut tidak
menghambat apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah di bangun.Juga terdapat

12
kemampuan dalam memahami situasi sosial dan etika sosial sehingga anak mampu
menyesuaikan dirinya dengan situasi tersebut. Pondasi dasar dari social insight ini adalah
berkembangnya kesadaran diri anak secara baik, kesadaran diri yang berkembang akan
membuat anak mampu memahami keadaan dirinya baik keadaan internal maupun
eksternal.
Social communication, penguasaan keterampilan komunikasi sosial merupakan
kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan
membangun hubungan interpersonal yang sehat. Dalam proses menciptakan, membangun
dan mempertahankan relasi sosial, maka seseorang membutuhkan sarananya, tentu saja
sarana yang digunakan adalah melalui proses komunikasi, yang mencakup baik
komunikasi verbal, non verbal maupun komunikasi melalui penampilan fisik.
Keterampilan komunikasi yang harus dikuasai adalah keterampilan mendengarkan
afektif, berbicara afektif, keterampilan public speaking dan keterampilan menulis secara
efektif (Anderson, 1999).

B. PSIKOLOGIS

Sebagaimana kita ketahui tujuan akhir pendidikan adalah terbentuknya kepribadian atau
karakter anak. Lebih jelas lagi pendidikan bertujuan manusia menjadi dewasa, berkepribadian
dan berkarakter mantap dan mandiri (So Creates menyebut dengan istilah Good and Smart).

Kepribadian sendiri mengandung arti psikofisik yang mantap dan mandiri yakni
menyatukan kemampuan psikologis yang terwujud dalam tingkah laku bermoral, terpuji.
Kemampuan psikologis meliputi minat, bakat, kecerdasan dan emosi. Khusus tentang
kecerdasan intelegensia mengandung tiga pengertian :

1. Kecerdasan Intelektual yang biasa disebut IQ (Intelegensia Quotient).


2. Kecerdasan Emosional EQ (Emotional Quotient atau Emotional Intelegent, EI) yang
berarti pengendalian diri.
3. Kecerdasan Spiritual SI (Spiritual Intelegent) yakni tingkah laku bermoral, lazim
disebut SQ.

Berkaitan dengan kecerdasan yang dihasilkan oleh kerja otak manusia saat ini ditemukan
sejumlah fungsi otak. Para pakar ilmuan menyampaikan bahwa manusia memiliki sejumlah
kemampuan yang dihasilkan oleh kerja otak kiri, otak kanan, otak tengah. Secara ringkas
dapat dijelaskan bahwa :

13
1. Otak kiri berfungsi menggerakkan bagian badan sebelah kanan. Dalam berolah fikir,
otak kiri bersifat urut, kognitif, sistematis, logis, kritis, dan konvergen.
2. Otak kanan berfungsi menggerakkan bagian tubuh sebelah kiri. Dalam berolah fikir,
otak kanan bersifat acak, afektif, kreatif, inovatif, produktif, dan divergen.
3. Otak tengah berfungsi menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan. Bila dilatih otak
tengah mampu mengindera secara tepat tanpa menggunakan mata dan telinga.

Fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri

Deporter (2004:36) mengungkapkan bahwa proses berpikir otak kiri bersifat logis,
sekuensial, lincar, dan rasional. Otak kiri berdasarkan realitas mampu melakukan penafsiran
abstrak dan simbolis. Cara berpikir sesuai untuk tugas-tugas teratur, eksperesi verbal,
menulis, membaca, asosiasi audiotorial, menempatka detail dan fakta, fonetik,serta
simbolisme.

Untuk belahan otak kanan cara berpikirnya bersifat acak, cara berpikirnya sesuai
dengan cara-cara untuk mengetahuiyang bersifat non verbal, seperti perasaan dan emosi,
kesadaran yang berkenaan dengan perasaan merasakan kehadiran suatu benda atau orang ,
kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, music, seni, kepekaan warna dan visualisasi.

Otak kiri berkaitan dengan akademik maka otak kanan berfungsi dalam hal
perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika.Merupakan pusat otak yang
dominan untuk berbahasa lisan dan tulisan. Berperan dalam proses berpikir yang logis,
analistis, linier dan bertindak yang rasional.

Daya ingat otak kiri bersifat jangka pendek ( short term memory). Bila terjadi
kerusakan pada otak kiri maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa
dan matematika. Otak kanan berfungsi dalam hal prsamaan, khayalan, kreativitas, bentuk
atau ruang, emosi, music dan warna. Daya ingat otak kanan bersifat panjang ( long term
memory).

Bila terjadi kerusakan otak kanan misalnya pada penyakit stroke atau tumor otak,
maka fungsi otak yang terganggu adalah kemampuan visual dan emosi. Para ahli banyak
yang mengatakan otak kiri sebagai pengendali IQ ( Intelligient Quotient), sementara otak
kanan memegang peranan penting bagi perkembangan EQ.

14
C. DIDAKTIS

Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap kebehasilan
pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Mereka memiliki peran dan fungsi yang
sangat penting dalam membentuk kepribadian anak.

Untuk itu Pullias dan Young (1988), Manan (1990), serta Yelondan Weinstein (1997)
dalam kajiannya mengidentifikasikan sedikitnya 19 peran guru, 4 diantaranya adalah :

1. Guru sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dengan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa
peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Menjadi teladan merupakan sifat
dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau menerima ataupun
menggunakannya secara konstrutif maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran.

Beberapa hal yang diperhatikan oleh seorang guru :

a. Sikap Dasar : postur psikologis yang akan nampak dalam masalah – masalah
penting, seperti : keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan
antar manusia, agama, pekerjaan, permainan dan diri.
b. Bicara dan Gaya Bicara : penggunaan bahasa sebagai alat berpikir.
c. Kebiasaan Bekerja : gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang
ikut mewarnai kehidupannya.
d. Sikap melalui Pengalaman dan Kesalahan : pengertian hubungan antara
luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari
kesalahan.
e. Pakaian : merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan
menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.
f. Hubungan Kemanusiaan : diwujudkan dalam semua pergaulan manusia,
intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berprilaku.
g. Proses Berpikir : cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan
memecahkan masalah.
h. Perilaku neoritis : suatu pertahanan yang dipergunakan untuk melindungi diri
dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.

15
i. Selera : pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai –nilai yang dimiliki oleh
pribadi yang bersangkutan.
j. Keputusan :keterampilan rasional dan intuitif ysng dipergunakan untuk
menilai setiap situasi.
k. Kesehatan : kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan
kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias, dan semngat hidup.
l. Gaya hidup secara umum : apa yang dipercaya oleh seseorang tentang setiap
aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan kepercayaan itu.

2. Guru sebagai Pribadi

Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki


kepribadianyang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai
pendidik dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya.

Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa ditiru dan digugu”. Digugu
maksudnya bahwa pesan – pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan
dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani.

Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang memancing
emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan
emositerhadap rangsangan yang menyinggung perasaan, dan memang diakui bahwa tiap
orang mempunyai tempramen yang berbeda dengan orang lain.

Salah satu tugas utama seorang guru adalah bagaimana membangkitkan rasa ingin tahu
peserta didik agar tumbuh minat dan motivasinya untuk belajar, namun jika seorang guru
mengungkapkan kemarahannya dalam kata – kata yang dikeluarkan, dalam raut muka dan
mungkin dengan gerakan – gerakan tertentu, bahkan ada yang dilahirkan dalam bentuk
memberikan hukuman fisik, maka hal itu akan menunjukan kelebihan emosi guru yang
negatif

Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan
mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pembelajaran serta rendahnya konsentrasi,
karena ketakutan menimbulkan kekuatiran untuk dimarahi dan hal ini membelokkan
konsentrasi peserta didik.

16
3. Guru sebagai Pembawa Cerita dan Aktor

Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri, dan menanyakan keberadaannya serta
bagaimana berhubungan dengan keberadaan itu. Rasa ingin tahu tentang awal keberadaannya
serta rasa ingin tahu kapan, bagaimana dan mengapa ia terjadi di dunia ini, semua itu
diperoleh melalui cerita.

Cerita berlangsung secara lisan hingga mencapai era kristalisasi kata – kata yang tertulis,
telah memberikan keberhasilan generasi baru dan generasi berikutnya, serta dengan
kesabaran melengkapi manusia dengan catatan tentang pewarisnya.

Guru dengan menggunakan suaranya memperbaiki kehidupan melalui puisi dan berbagai
cerita tentang manusia. Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita – cerita
tentang kehiduan, karena ia tahu cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia dan berharap
dapat menjadi pembawa cerita yang baik.

Cerita yang bagus merupakan tongkat pengukur. Peserta didik yang menjadi pendengar
dari cerita seorang guru dapat mengidentifikasi watak – watak pelaku yang ada dalam cerita,
dapat secara objektif menganalisis, menilai manusia, kejadian – kejadian dan pikiran –
pikiran. Serta dapat mengamati bagaimana memecahkan masalah yang dihadapinya,
menemukan gagasan dan menghargai kehidupannya sendiri setelah mendengar cerita dari
masa lalu itu.

Sedangkan sebagai aktor, seorang guru melakukan penelitian yang tidak terbatas pada
materi yang harus ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga
mampu memahami respon – respon pendengarnya dan merencanakan kembali pekerjaannya
sehingga dapat dikontrol.

Guru harus bisa menguasai materi stansar dalam bidang studi yang menjadi tanggung
jawabnya, memperbaiki keterampilan dan mengembangkan untuk mentransfer bidang studi
itu. Ia mempelajari peserta didik, alat – alat yang dapat dipergunakan untuk menarik minat
dan mempermudah pencapaian tujuan misalnya alat peraga, warna dinding, dan pengaturan
cahayaatau fentilasi kelas.

17
Beberapa metode atau gaya mengajar yang bisa guru terapkan kepada peserta didik,
sebagai berikut :

1. Metode Demonstrasi

Metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sekedar memberikan
pengetahuan yang sudah diterima begitu saja oleh peserta didik, sampai pada cara agar
peserta didik dapat memecahkan suatu masalah.Agar metode ini dapat menjadi kegiatan
efektif, langkah – langkah yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

a. Lakukan perencanaan yang matang sebelum pelajaran dimulai terutama


fasilitas yang diperlukan
b. Rumuskan tujuan pembelajaran dan pilih materi yang tepat
c. Buatlah langkah – langkah yang mudah dipahami peserta didik dan dikuasai
oleh guru.
d. Tetapkanlah apakah demonstrasi tersebut akan dilakukan oleh guru atau
peserta didik, atau oleh guru kemudian diikuti peserta didik.
e. Mulailah demonstrasi dengan menarik perhatian, ciptakan suasana yang
menyenangkan namun tenang.
f. Upayakan agar peserta didik aktif dan mengikuti semua kegiatan demonstrasi.
g. Lakukan evaluasi terhadap pembelajaran, baik keefektifan metode tersebut
maupun hasil belajar peserta didik.
2. Metode Inquiri (Penyelidikan)

Metode ini merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk
melakukan ekspeerimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri,
menghubungkan dan membandingkan penemuannya dengan penemuan lain.

Metode ini melibatkan proses mental dengan kegiatan sebagai berikut :

1. Mengajukan pertanyaan – pertanyaan tentang fenomena alam


2. Merumuskan masalah yang ditemukan
3. Merumuskan hipotesis (dugaan sementara)
4. Merancang dan melakukan eksperimen
5. Mengumpulkan dan menganalisis data

18
6. Menarik kesimpulan mengmbangkan sikap ilmiah seperti : hasrat ingin
tahu lebih, terbuka, berkemauan, tanggung jawab dan objektif

3. Metode Penemuan

Merupakan metode yang lebih menekankanpada pengalaman langsung. Metode ini


menempuh langkah – langkah sebagai berikut :

1. Adanya masalah yang dipecahkan


2. Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik
3. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan peserta didik perlu dikemukakan
dengan jelas
4. Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan
5. Susunan kelas diatursedemikian rupa agar mempermudah terlibatnya arus bebas
pikiran peserta didik dalam belajar – mengajar
6. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan
data
7. Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dan sesuai dengan data dan
informasi yang diperlukan peserta didik

4. Metode Eksperimen
Merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibtkan perserta didik bekerja
dengan benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan
maupun kelompok.
Hal-hal yang perlu disiapkan guru dalam menggunakan metode eskperimen:
1. Tetapkan rujuan eksperimen
2. Persiapkan alat dan atau bahan yang diperlukan
3. Persiapkan temoat eksperimen
4. Pertimbangkan jumlah peserta didik sesuai dengan alat-alat yang tersedia
5. Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat memperkevil atau
menghindarkan resiko yang merigukan atau berbahaya
6. Perhatikan displin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan
bahan yang akan digunakan

19
7. Berikan perjelasan tentang apa yang harus diperhatikan dan tahapan-
tahapan yang mesti dilakukan oeserta didik, termasuk yang dilarang dan
yang membahayakan.
5. Metode Pemecahan Masalah
Menurut Gagne (1985), kalau seorang peserta pendidik dihadapkan pada suatu
masalah, pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah, tetapi
juga belajar sesuatu yang baru. Berdasarkan hal tersebut pembelajaran dengan metode
pemecahan masalah akan menempuh langkah-langkah sbb:
1. Merasakan adanya masalah-masalah yang potensial
2. Merumuskan masalah
3. Mencari jalan keluar
4. Memilih jalan keluar yang penting tepat
5. Menilai apakah pemecahan masalah yang dilakukan sudah tepat atau
belum
6. Metode Karyawisata
Karyawisata merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan peserta
didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan
merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.

7. Metode Perolehan Konsep


Hasil utama pendidikan, konsep-konsep merupakan batu-batu pembangunan
(building block) berfikir.
8. Metode Penugasan
Cara penyajian bahan pelajaran.
9. Metode Ceramah
Metode yang paling umum digunakan dalam pembelajaran.
10. Metode Tanya Jawab
Cara menyajikan cara ajar dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang
memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan.
11. Metode Diskusi
Diskusi dapat diartikan sebagai percakapan responsif yang dijalin oleh
pertanyaan-pertanyaan problematis yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan
masalah.

20
D. Instruksional

Tugas instruksional adalah tugas guru untuk menyampaikan bahan pelajaran sesuai
dengan bidangnnya. Tugas ini bertujuan untuk meningkatkan atau mengembangkan sisi
intelektual anak. Guru dituntut harus menguasai materi pelajaran yang disampaikan kepada
anak didik. Hal-hal yang terkait dengan tugas tersebut adalah guru harus mampu menciptakan
suasana belajar yang hangat dan fleksibel, guru harus mampu mendistribusikan tanggung
jawab kepada anak, guru harus mampu memiliah-milah permasalahan di kelas, dan guru
harus mampu membangun semangat persatuan dan kesatuan dalam kelas.

E. Manajemen

Tugas manajerial adalah tugas yang dilakukan oleh guru untuk mendayagunakan
seluruh komponen yang ada di dalam kelas terutama proses belajar siswa. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, guru harus menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas.
Adapun prinsip pengelolaan kelas antara lain keantusiasan atau kehangatan, tantangan,
keluesan, kevariasian, kedisiplinan, dan kepositifan.

F. Administratif

Secara etimologi (asal usul kata) kata administrasi kata administrasi berasal
dari bahasa Latin, ad + ministrare. Ad berarti intensif, sedangkan ministrare berarti melayani,
membantu, dan memenuhi. Administrare adalah kata kerja, sedangkan kata bendanya adalah
administratio dan kata sifatnya adalah administrativus. Administratio diterjemahkan dalam
bahasa Inggris menjadi administration, dalam bahasa Belanda menjadi administratie, dan
dalam bahasa Indosenia menjadi administrasi. Jadi, administrare berarti melayani secara
intensif (Husaini Usman: 2006).

Menurut Simon ( 1987), adminstrasi dapat ditafsirkan sebagai seni untuk


menyelesaikan sesuatu. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa kegiatan adminsitrasi tekanannya
diletakkan pada proses dan metode untuk menjamin adanya suatu tindakan yang tepat.
Kegiatan administratif adalah kegiatan kelompok, dan upaya untuk merencanakan dan
melaksanakan suatu kegiatan sehingga berjalan lancar disebur proses administratif.

Administrasi dapat dipandang sebagai proses dan dapat pula dipandang sebagai tugas
(kewajiban). Administrasi sebagai proses sama dengan adminstrasi dalam arti luas.
Adminsitrasi sebagai tugas (kewajiban) dalam konteks pendidikan disebut juga administrasi

21
sekolah yang antara lain meliputi empat hal, yaitu: 1) administrasi peserta didik, 2)
administrasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, serta struktur organisasinya, 3)
administrasi keuangan, 4) adminsitrasi sarana prasaran, 5) administrasi hubungan sekolah
dengan masyarakat, 6) adminiatrasi layanan khusus (bimbingan konseling, unit kesehatan
siswa, unit koperasi sekolah, dan kegiatan ekstra kurikuler(Husaini Usman:2006).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa administrasi guru meliputi pembuatatn RPP, Silabus,
Penetapan KKM :

 Silabus : adalah suatu perencanaan pembelajaran pada suatu dan/atau


kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian Kompetensi untuk penilaian,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
 KKM : adalah tingkat pencapaian Kompetensi Dasar yang harus di
capai oleh siswa permata pelajaran. Siswa yang belum mencapai KKM
dikatakan belum tuntas.
 RPP : adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam Standar Isi yang telah dijabarkan dalam silabus.
 Pengayaan : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengayaan
adalah proses, cara, perbuatan mengayakan, memperkaya,
memperbanyak tentang pengetahuan dsb. Namun pengertian dalam
pembelajaran pengayaan yaitu suatu kegiatan yang diberikan kepada
siswa kelompok cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya
secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya.
Kegiatan pengayaan dilaksanakan dengan tujuan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperdalam penguasaan materi
pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang sedang
dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang
optimal. Siswa yang cepat menguasai kompetensi dan tugas belajarnya
tentu saja memiliki kelebihan waktu yang perlu dimanfaatkan.
Kelebihan waktu yang tidak dimanfaatkan dengan baik akan
menimbulkan hal-hal negatif yang bisa mengganggu siswa lain yang
sedang aktif mengikuti pembelajaran, maka dari itu guru harus

22
memberikan tugas pengayaan bagi siswa yang cepat menguasai
pembelajaran. Kegiatan pengayaan dilaksanakan dengan tujuan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperdalam
penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang
sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal.

 Remedial menurut Kamus Besar Indonesia, mempunyai arti bersifat


menyembuhkan atau berhubungan dengan perbaikan pengajaran atau
pengajaran ulang bagi siswa yang hasil belajarnya jelek. Maka dalam
pembelajaran, remedial diperlukan untuk menyebuhkan atau membuat
baik materi dari pelajaran yang dikiranya sulit untuk dipahami, maka
siswa harus mengulang materi tersebut untuk membuat siswa tersebut
paham dengam materinya. Pembelajaran remedial perlu diadakan bila
telah diketahui terlebih dahulu apa dan bagaimana kesulitan belajar
yang dialami peserta didik makadapat kita ketahui bahwa tujuan guru
melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran agar mencapai
hasil belajar yang lebih baik. Tujuan Remedial, Tujuan guru
melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang
mengalami kesulitan menguasai kompetensi yang telah ditentukan agar
mencapai hasil belajar yang lebih baik.

G. Bimbingan

Guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang
dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang
sebagai individu yang mandiri dan produktif. Siswa adalah individu yang unik. Artinya,
tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki
kemiripan, akan tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat,
kemampuan dan sebagainya.
Di samping itu setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama
perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus
berperan sebagai pembimbing. Hubungan guru dan siswa seperti halnya seorang petani

23
dengan tanamannya. Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah
dengan menarik batang atau daunnya.
Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi untuk berbuah serta telah
sampai pada waktunya untuk berbuah. Tugas seorang petani adalah menjaga agar tanaman itu
tumbuh dengan sempurna, tidak terkena hama penyakit yang dapat menyebabkan tanaman
tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan sehat, yaitu dengan cara menyemai, menyiram,
memberi pupuk dan memberi obat pembasmi hama.
Demikian juga halnya dengan seorang guru. Guru tidak dapat memaksa agar siswanya
jadi ”itu” atau jadi ”ini”. Siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi seseorang sesuai
dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan
membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya.
Inilah makna peran sebagai pembimbing. Jadi, inti dari peran guru sebagai pembimbing
adalah terletak pada kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan siswa
yang dibimbingnya
Lebih jauh, Abin Syamsuddin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai
pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan
dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya,
harus membantu pemecahannya (remedial teaching). Berkenaan dengan upaya membantu
mengatasi kesulitan atau masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang
dijalankan oleh konselor profesional. Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan
masalah siswa yang mungkin bisa dibimbing oleh guru yaitu masalah yang termasuk kategori
ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan
teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas
ringan.

Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing, berikut ini


beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Misalnya
pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan
bakat yang dimiliki anak, dan latar belakang kehidupannya. Pemahaman ini sangat
penting, sebab akan menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan
kepada mereka.

24
2. Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keunikan yang dimilikinya.
3. Guru seyogyanya dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan dan saling
percaya, termasuk di dalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data siswa yang
dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi.
4. Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengkonsultasikan
berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika sedang berada di kelas maupun
di luar kelas.
5. Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsup umum konseling dan menguasai
teknik-tenik dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan siswanya, khususnya
ketika siswa mengalami kesulitan-kesulitan tertentu dalam belajarnya.

H. Guru Malpraktek

Malpraktik guru itulah istilah yang saat ini sering terdengar. Istilah malpraktek sendiri
sebelumnya lebih ditujukan kepada profesi dokter. Namun seiring dengan perkembanagan
waktu khususnya setelah bergulirnya program sertifikasi, istilah malpraktek mulai ditujukan
kepada profesi guru. Menurut pengamat pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI) Bandung Prof.Dr.Said Hamid Hasan (Suara Merdeka, Senin 19 Oktober 2009)
menjelaskan tiga kategori tindakan malpraktek dalam dunia pendidikan.
Pertama, pelaksanaantugas oleh seseorang yang tidak sesuai dengan latar belakang
yang dipersyaratkan oleh peratuatan tentang profesi guru. Dalam katagori ini menurut beliau
banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan persyaratan yang seharusnya ketika yang
bersangkutan diangka. Malpraktik dalam kategori ini bisa dilakuakn oleh pemerintah,
yayasan, sekolah negeri ataupun swasta.
Kedua Malpraktik dalam dunia pendidikan terjadi ketika seseorang yang memang
memiliki latar belakang pendidikan guru tetapi dia melakasnaakan tugas yang tidak sesuai
dengan kualifikasinya.
Sedangkan kategori yang ketiga, guru memiliki kewenangan sebagai guru tetapi melakukan
tindakan profesi yang salah seperti bullying yaitu tindakan yang membuat seseorang merasa
teraniaya, memberi penjelasan yang menyesatkan, dan melakukan diskriminasi terhadap
peserta didik.

25
Study Kasus Guru Malpraktek

Ada salah satu kasus guru di SMK Swasta di daerah Jakarta Selatan yang tidak
mengajar sesuai kemampuan yang beliau miliki, disekolah tersebut beliau mengajar mata
pelajaran Seni Budaya tetapi beliau mempunyai kemampuan dan gelar dalam bidang
ekonomi. Dalam proses pembelajarannya beliau hanya menerangkan secara umum saja
sedangkan untuk mempraktekan alat tersebut beliau belum mampu untuk mempraktekan
kepada anak muridnya. Jadi murid tersebut hanya bisa memahami materi secara umum saja.
Sedangkan dikelas lain beliau mengajarkan mata pelajaran kewirausahaan dan didalam kelas
tersebut beliau sangat menguasai materi kewirausahaan tersebut dan untuk cara
mempraktekan kewirausahaan itu guru tersebut menjelaskan cara-caranya secara mendetail.

Pada kenyataanya guru malpraktik itu sudah ada dari dulu tetapi istilah guru
malpraktik belum ada pada saat itu, karena pada saat itu tenaga pendidik masih kurang
sehingga banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidangnya. Contohnya : di salah
satu sekolah kekurangan tenaga pendidik yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia
dan ada guru Bahasa Inggris yang mengetahui secara umum tentang pelajaran Bahasa
Indonesia, sehingga kepala sekolah tersebut memutuskan untuk menggantikan posisi guru
Bahasa Indonesia untuk mengajar anak-anak di kelas.

Contoh kasus guru mencabuli muridnya

MUARABELITI - Marhandi, oknum guru SDN Pelita Jaya, Muara Lakitan, Musi
Rawas (Mura), Sumatera Selatan dibekuk aparat Sabtu 26 September 2015 malam. Polisi
membekuk Marhandi atas dugaan pencabulan terhadap para murid perempuannya. Tak
tanggung-tanggung, korban pencabulan Marhandi mencapai 20 orang siswi.

Aksi bejat Marhandi terbongkar, setelah salah seorang wali murid melaporkan
perbuatan tersangka ke Mapolsek Muara Lakitan. Informasi yang dihimpun, salah satu aksi
pecabulan itu dilakukan pada Sabtu 26 September 2015 sekitar pukul 08.30 WIB, saat proses
belajar mengajar berlangsung di ruang kelas VI A SDN Pelita Jaya.

Saat itu, salah satu murid bertanya kepada tersangka. Lalu tersangka duduk satu
bangku mendekati korban, dan tanpa basa-basi tersangka meraba serta meremas payudara
korban. Bahkan, tersangka meraba dan menekan kemaluan korban. Setelah itu tersangka
berdiri lalu kembali ke meja guru.

26
Diduga tidak senang dengan perbuatan tersangka sang murid menceritakan kejadian
yang menimpanya kepada kedua orang tuanya. Sehingga, orang tua murid tersebut
melaporkan kejadian itu ke Mapolsek Muara Lakitan. Malamnya, tersangka langsung
dibekuk aparat Satreskrim Polres Mura.

Kapolres Mura AKBP Herwansyah mengatakan usai mendapatkan laporan aparat


langsung menangkap tersangka di rumahnya tanpa perlawanan. "Hasil pemeriksaan dugaan
sementara tersangka telah mencabuli 20 orang muridnya yang terdiri dari murid kelas IV dan
murid kelas VI SDN Pelita Jaya," ujarnya.

Menurutnya, aksi yang dilakukan tersangka diduga berulang kali sejak tahun 2013
yang lalu. Mayoritas merupakan murid SDN Pelita Jaya. "Total korban pencabulan
perbuatan tersangka sebanyak 20 orang berinisial yakni, TR, RV, RD, D, DP, AF, RA, ES,
TW, JS, WN, SP, TS, DA, WY, NV, IS, AG, SU dan EF," sebutnya. Sementara itu, tersangka
Marhandi saat diinterogasi mengakui perbuatannya karena khilaf. "Ya pak, aku khilaf karena
melihat tubuh murid. Perbuatan itu di dalam kelas dan aku lakukan sejak tahun 2013 yang
lalu," pungkasnya.

27
BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Kompetensi adalah merupakan salah satu kriteria dari suatu profesi. Guru sebagai suatu
profesi juga dituntut untuk memenuhi kriteria kompetensi tersebut. Kompetensi bisa dilihat
dari berbagai aspek seperti pengertiannya, karakteristiknya, maupun cara mengukur
kompetensi tersebut. Tugas guru secara umum yaitu: pedagogis, psikologi, dan didaktis.
Kalau secara konkrit yaitu: instruksional, administrative, manajemen dan bimbingan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Nur’aeni, Moh. Nurjaman.2012.Pengantar Pendidikan.Jakarta:Unindra

Express.

Arip, dkk.2012.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta:Unindra Express,

Mulyasa, E.2005.Menjadi Guru Profesional.Bandung:Remaja Rosdakarya

Offset.

Soetjipto, Raflis Kosasi.2007.Profesi Keguruan.jakarta:Rineka Cipta.

Mubayidh, Makmun.2006.Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak.jakarta:

Rineka Cipta

http://daerah.sindonews.com/read/1048379/190/oknum-guru-sd-di-musi-rawas-
cabuli-20-siswi-1443346189

29

Anda mungkin juga menyukai