“ Inayah... ini ada telfon buat kamu. Katanya Aku pun cuma mengangguk dan aduh..... aku
namanya Azzah “, kata ayahku sambil malu.... malu.... sekali. Ia duduk disamping meja
mengasihkan HP kepadaku. yang memisahkan antara aku dan dia. Aku
serasa menjadi udang pepes, pipiku terasa kaku,
“ Iya Kak, ada apa ? “, tanyaku penasaran. sangking malunya aku dipandang oleh dia, calon
suamiku. Ia pun mencoba berdialog denganku
“ Anu... Insyaalloh besok kami dan keluarga laki- meskipun aku serasa tak mampu berkata
laki mau silaturrahim ke tempatmu sekaligus mau sehingga cuma ngangguk atau geleng kepala
lamaran.... “, kata Kak Azzah. saja. Ia pun menyampaikan pentingnya niat yang
Degh........... lurus dan ikut tertib yang benar dalam setiap
amal. Detak jantungku berdegup kencang tatkala
“ Lam... lam... lamaran... “, kataku lirih. Hampir ia bertanya...
copot rasanya jantungku mendengar kata itu.
Oooh... perasaanku teraduk-aduk. Kaget, “ Mbak Inayah sudah siap untuk mengikuti
gembira, ndak percaya tumplek blek jadi satu. sunnah Rosululloh shollallohu alaihi wasallam
Bagaimana tidak ? Setelah jawabanku kuberikan, yang berupa nikah “, tanya calon suamiku mantap
kabar yang aku ketahui dari Kak Azzah bahwa Untung saja jantungku ndak copot meskipun
laki-laki itu pergi sementara kurang lebih 40 hari rasanya setiap persendian tubuhku copot hingga
untuk berdakwah di Pulau Seribu Masjid katanya. diriku seakan tidak bisa lagi merasakan tubuhku
Setelah itu, ndak ada kabar sama sekali. Eeeh... lagi. Terasa melayang sehingga entah yang
keberapa kali aku hanya bisa menganggukkan juga dari ibuku, bibiku, semua keluargaku. Tak
kepala saja. ketinggalan pula dari sahabat-sahabat dekatku,
dari Sa’adah, dari Kak Azzah, dari Kiky... Terima
“ ....Kalau begitu.... maka Bismillah .... kita kasih sahabat-sahabatku semua. Ya Alloh...
nikah...”, seru calon suamiku. terimalah kami.... berilah kami keturunan yang
sholih sholihah kemudian ridhoilah kami dan
Setelah calon suamiku pergi, maka aku langsung
kumpulkan kami dengan hamba-hamba-Mu yang
menghambur memeluk saudara-saudaraku.
Engkau ridhoi....
Tibalah waktu diriku untuk membuka lembaran
baru kehidupan sebagai bentuk taubatku. Aku
bercita-cita bahwa tidak akan aku mulai
menggoreskan tinta pada lembaran baru itu
kecuali dengan kebaikan... dengan Bismillah.
*******