Proposal Andes Kipa Fix
Proposal Andes Kipa Fix
Oleh:
ANDES
Oleh:
ANDES
NRP 55193212594
ii
PROPOSAL PRAKTIK AKHIR
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
Dr. I Ketut Sumandiarsa, S.St.Pi., M.Sc. Heny Budi Purnamasari, S.St.Pi., M.ST.Pi.
Ketua Program Studi Sekretaris Program Studi
Tanggal Pengesahan:
iii
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rakmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Praktik Akhir
yang berjudul ” Analisis Penerimaan Konsumen Terhadap Olahan Makanan
Tekwan Dengan Penambahan Karagenan di Sungaiselan-Bangka Belitung”.
Proposal ini terdiri dari 3 bab yang terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka,
dan metode penelitian.
Proposal Praktik Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti
Praktik Akhir pada Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan di
Politeknik Ahli Usaha Perikanan. Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan dalam penulisan
selanjutnya. Semoga proposal ini dapat memenuhi fungsinya dan bermanfaat
sebagai penambah pengetahuan dan wawasan dalam mencari ilmu khususnya
dibidang Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan.
Penulis
i
ii
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Praktik Akhir ini dengan judul ”Analisis Penerimaan Konsumen Terhadap
Olahan Makanan Tekwan Dengan Penambahan Karagenan di Sungaiselan-
Bangka Belitung”.
Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Dr. Aef Permadi, M.Si. dan
Heny Budi Purnamasari, S.St.Pi., M.ST.Pi. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berarti dalam penyusunan
Proposal Praktik Akhir. Selain itu penulis menyampaikan terima kasih juga
kepada:
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.....................................................................................................v
1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................2
1.3 Batasan Masalah.............................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................3
2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................4
2.1 Ikan Gulamah (Johnuis belangerii)..................................................................4
2.2 Kandungan Gizi Ikan Gulamah (Johnuis belangerii).......................................5
2.3 Manfaat ikan Gulamah (Johnuis belangerii)....................................................5
2.4 Tekwan............................................................................................................6
2.5 Persyaratan Mutu dan Keamanan Pangan.....................................................8
3 METODE PENELITIAN.................................................................................10
3.1 Waktu dan Tempat........................................................................................10
3.2 Alat dan Bahan..............................................................................................10
3.3 Metode Pengambilan Data............................................................................10
3.4 Teknik Pengambilan Data.............................................................................13
3.5 Metode Pengolahan Data..............................................................................17
3.6 Metode Analisis Data.....................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................20
LAMPIRAN...........................................................................................................22
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
1 Ikan Gulamah................................................................................................4
2 Tekwan Ikan..................................................................................................6
3 Alur proses pembuatan daging lumat..........................................................11
4 Alur proses pengolahan tekwan..................................................................12
iv
v
DAFTAR TABEL
v
vi
LAMPIRAN
vi
1
1 PENDAHULUAN
Berbagai jenis ikan yang berpotensi sebagai bahan baku tekwan adalah
ikan pepetek, ciu, dan gulamah. Oleh karena itu, diperlukannya diversifikasi
dengan memanfaatkan jenis ikan yang ada seperti ikan gulamah yang diverifikasi
dengan penambahan karagenan. Karagenan merupakan senyawa yang
termasuk kelompok polisakarida galaktosa hasil ekstraksi dari rumput laut.
Polisakarida tersebut digunakan dalam industri pangan karena fungsi
karakteristiknya yang dapat mengendalikan kandungan air dalam bahan pangan
utamanya, mengendalikan tekstur, dan menstabilkan makanan (Ririsanti et al.,
2017).
Tekwan merupakan makanan khas yang berasal dari Bangka Belitung.
Tekwan masuk kedalam jenis makanan selingan yang sering dikonsumsi
masyarakat khususnya di daerah Sungaiselan. Tekwan tersebut terbuat dari
daging ikan giling, tepung tapioka, air, garam, dan penyedap rasa yang dicampur
menjadi satu adonan dan dibentuk kecil-kecil hampir menyerupai bakso, lalu
dimasak dengan cara direbus dan disajikan dengan kuah (Telisa & Ramzy,
2022). Bahan pengenyal berupa hidrokoloid, oleh karenanya perlu ditambahkan
untuk memberikan hasil tekwan dengan tekstur yang lebih kenyal sesuai dengan
permintaan pasar. Tekwan terkenal dengan teksturnya yang kenyal, namun
tekwan merupakan produk emulsi di mana sistem emulsi pada tekwan mudah
rusak, sistem emulsi yang mudah pecah disebabkan oleh proses pengolahan.
Upaya pencegahan agar sistem emulsi tersebut tidak pecah adalah dengan
penambahan penstabil yaitu karagenan (Ririsanti et al., 2017). Karagenan
merupakan senyawa yang termasuk kelompok polisakarida galaktosa hasil
ekstraksi dari rumput laut. Polisakarida tersebut digunakan dalam industri
pangan karena fungsi karakteristiknya yang dapat mengendalikan kandungan air
dalam bahan pangan utamanya, mengendalikan tekstur, dan menstabilkan
makanan (Ririsanti et al., 2017).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktik Akhir sebagai berikut:
1) Mengolah tekwan dari ikan gulamah dengan penambahan karagenan;
2) Mengetahui mutu bahan baku ikan gulamah;
3) Mengetahui penerimaan konsumen terhadap olahan makanan tekwan
dengan penambahan karagenan terhadap bahan baku ikan gulamah;
4) Mengetahui mutu produk akhir tekwan ikan gulamah.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Deuterostomia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Infraphylum : Gnathostomata
Superclass : Actinopterygii
Class : Teleostei
Ordo : Perciformes
Family : Sciaenidae
Genus : Johnius
hitam, siripnya sebagian berwarna kuning dan sebagian berwarna gelap. Ikan
gulamah mempunyai mulut lebar, gigi besar dan kecil pada rahangnya, gigi besar
terdapat pada bagian ujung rahang atas, tanpa gigi taring. Gelembung udara
seperti wortel, ukurannya bervariasi, namun jarang yang ditemukan lebih dari 30
cm. Warna dasar ikan gulamah adalah putih keabu-abuan (strip-strip)
menggelombang terdapat pada bagian atas badan.
Duri punggung berjumlah 10, diikuti jari-jari keras yang bersambung
dengan 27- 31. Sirip dubur berjari-jari keras yang berjumlah 2 buah dan 7 buah
berjari-jari lemah. Garis rusuk mencapai ujung belakang sirip ekor. Badan
memanjang agak pipih dengan sirip ekor umumnya bundar (rounded). Ikan
gulamah termasuk jenis hewan karnivora, hidup di perairan pantai dan
bergerombolan besar. Ukurannya bervariasi, namun jarang yang ditemukan lebih
dari 30 cm (Hamidah, 2016).
3) Megandung vitamin E
Vitamin E yang ada pada ikan gulamah dapat menjaga kesehatan kulit,
meningkatkan sistem daya tahan tubuh, mengatasi setres, meningkatkan
kesuburan, dan meminimalkan risiko kankker dan penyakit jantung coroner.
2.4 Tekwan
Tekwan adalah salah satu produk tradisional restruktur ikan yang berasal
dari Sumatera Selatan yang dikonsumsi dengan kuah kaldu. Tekwan diproses
melalui beberapa tahapan diantaranya penggilingan daging, pencampuran bahan
(ikan, tepung tapioka, air dan garam), pembentukan dan pemasakan dengan
proses perebusan (Irfan Febriansyah et al., 2019).
Tekwan hampir sama seperti pempek yaitu produk pangan tradisional yang
dapat digolongkan sebagi gel ikan dan merupakan produk yang bersifat basah
sehingga umur simpannya relatif pendek. Sifat tekwan yang basah menyebabkan
distribusinya terbatas dan sulit untuk dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan yang
berdomili diluar Provinsi Sumatera Selatan. Adapun tekwan ikan dapat dilihat
pada Gambar 2.
e) Karagenan
Karegenan digunakan dalam industry pangan karena karakteristiknya yang
dapat membentuk gel, bersifat mengentalkan, serta menstabilkan material
sebagai fungsi utamanya. Umumnya penggunaan karagenan digunakan
sebagai campuran pengenyal (Pratiwi et al., 2019).
2.4.2 Proses pengolahan tekwan ikan
Tekkwan yang diolah menggunakan bahan baku ikan. Pada dasarnya
proses pembuatan tekwan sama dengan pempek. Pembuatan tekwan mengacu
pada pengolahan pembek ikan rebus beku dilihat dalam SNI 7661:2019 sebagai
berikut:
1) Penyiangan
Ikan disiangi dengan membuang sisik, kepala dan isi perut. Penyiangan
dilakukan secara cepat, cermat, saniter. Penyiangan dilakukan dengan tetap
menerapkan rantai dingin;
2) Pencucian
Pencucian dilakukan menggunakan air mengalir yang dilakukan secara
cepat, cermat, saniter dalam kondisi dingin;
3) Pemfilletan
Ikan segar difillet dengan cara diletakkan dengan posisi miring. Daging pada
pangkal insang dipotong sampai ketulang menggunakan pisau khusus
kemudian daging ikan disayat kearah ekor sampai daging terlepas dari
tulang. Selanjutnya ikan dibalik dan daging disayat dari ekor kearah kepala,
pisau ditekan agak menempel tulang supaya daging tidak banyak tertinggal
pada tulang, setelah daging terpisah dari tulang, kulit juga dipisahkan
sehingga diperoleh daging bebas tulang dan kulit;
4) Penggilingan/pelumatan daging
Penggiling daging menggunkan chopper sehingga diperoleh daging lumat,
jika daging masih mengandung serat dan duri maka dipisahkan terlebih
dahulu. Penghancuran daging bertujuan untuk memperluas permukaan
daging sehingga protein yang larut dalam garam mudah terekstrak. Tahapan
ini dilakukan penambahan es dan air dingin sebanyak 20% dari berat adonan
agar menghasilkan emulsi yang baik dan mencegah kenaikan suhu akibat
gesekan;
5) Pencampuran / pengadonan
Proses ini mencampurkan semua bahan (ikan, tepung tapioka, garam, telur,
penyedap rasa dan karagenan). Lalu dilakukan pengadonan dengan
menguleni semua bahan yang ada hingga homogen. Penambahan garam
ialah sebanyak 2,5% dari berat ikan;
6) Pembentukan adonan
Adonan yang sudah homogeny dicetak menjadi bola-bola. Pembentukan
adonan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan dan sendok;
7) Pemasakan
Proses pemasakan dilakukan dengan cara merebus adonan tekwan dalam
air mendidih selama 10-20 menit hingga tekwan mengapung;
8
8) Pendinginan
Produk yang sudah masak kemudian ditiriskan supaya cepat dingin. Fungsi
dari pendinginan untuk menurunkan suhu setelah tahap perebusan dan
bebas dari kontaminasi pathogen. Pendinginan dilakukan dengan cara
mengangin- anginkan produk dalam suhu ruang;
9) Pengemasan
Pengemasan tekwan menggunakan standing pouch yang berbahan dasar
polietylenen. Kemasan berfungsi untuk melindungi produk dari kerusakan
yang tidak didinginkan.
2.4.3 Kandungang gizi tekwan
Tekwan yang dihasilkan dari pencampuran bahan yang memiliki
kandungan gizi berbeda-beda. Adapun kandungan gizi tekwan dapat dilihat pada
Tabel 2.
Komposisi Kadar
Abu 1,1
Air 86,7
Besi 1,0 miligram
β-Karoten (Carotenes) -
Energi 53 kalori
Fosfor 41 miligram
Kalium 42 miligram
Kalsium 9 miligram
Karbohidrat 9,4 gram
Karoten total -
Lemak 0,9
Natrium 174 miligram
Niasin 0,4 gram
Protein 1,9 gram
Retinol 99 mikrogram
Riboflavin 0,02 miligram
Seng -
Serat -
Tembaga -
Vitamin B1 0,10 miligram
Vitamin C -
Sumber: Kemenkes RI
CATATAN
* Untuk setiap parameter sensori
Untuk pengujian kualitatif yang persyaratannya jumlah koloni atau nilai APM
menggunnakan 3 kelas sampling. Persyaratan adalah yang diperbolehkan
sejumlah contoh tertentu berada pada nilai marginal (antara m dan M) tetapi tidak
diperbolehkan satu contoh pun melebihi nilai hasil uji maksimal (M) dengan
keterangan sebagai berikut:
n Jumlah contoh yang diuji
c Jumlah contoh yang diperbolehkan berada pada nilai marginal (antara m
dan M sesuai parameter uji)
m Nilai hasil uji minimal pada nilai marginal (sesuai parameter uji)
M Nilai hasil uji maksimal pada nilai marginal (sesuai parameter
uji) Maks Maksimal
Min Minimal
10
3 METODE PENELITIAN
a) Data primer
Data yang diperoleh secara langsung dari objek yang akan diteliti, meliputi
proses pengolahan tekwan, data organoleptik bahan baku, mutu sensosi produk
tekwan, kadar proksimat (kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar lemak)
serta mutu mikrobiologi (ALT dan Eschericia coli).
b) Data sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung. Data tersebut diperoleh dari
berbagai literatur yang dijadikan sebagai referensi dan bahan pembanding
terhadap data lapangan. Literature diperoleh dari berbagai tulisan (jurnal, buku,
dan lain-lain yang berkaitan langsung dengan topik yang sedang diamati dan
bermanfaat untuk
3.3.1 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan melakukan berbagai tahapan yaitu: tahapan
pertama melakukan pengolahan tekwan dengan penambahan karagenan dengan
konsentrasi berbeda. Selanjutnya, produk tekwan dengan konsentrasi karagenan
berbeda tersebut dilakukan uji penerimaan oleh konsumen untuk menentukan
produk tekwan yang paling diterima oleh konsumen. Tahapan kedua menguji
mutu produk akhir yang paling diterima oleh konsumen. Uji mutu tersebut meliputi
sensori, uji kadar air, uji kadar abu, uji kadar protein, uji kadar lemak, Uji ALT,
dan Eschericia coli. Pada tahap awal pengolahan tekwan akan dilakukan juga uji
mutu organoleptik pada bahan baku.
3.3.1.1 Pengolahan Tekwan
Proses pengolahan tekwan memiliki dua tahapan, tahapan pertama proses
pembuatan daging lumat, dan proses kedua yaitu proses pembuatan tekwan.
Adapun tahapan tersebut sebagai berikut:
3.3.1.2 Proses pembuatan daging lumat
Metode pembuatan daging lumat mengacu pada penelitian (Danar & Dasir,
2017) dilakukan mulai dari penerimaan bahan baku ikan gulama. Selanjutnya
dilakukan penyiangan ikan yang meliputi pembuangan isi perut, insang, kepala,
tulang, dan kulit. Kemudian pencucian menggunakan air bersih yang mengalir.
Setelah itu, dilakukan penggilingan daging ikan menggunakan blender hingga
halus menjadi daging lumat. Proses pembuatan daging lumat dapat dilihat pada
Gambar 3.
Penyiangan
Penerimaan
Bahan Baku (pembuangan isi perut,
insang, kepala, dan tulang)
Gambar 3 Alur proses pembuatan daging lumat (Danar & Dasir, 2017)
12
Bahan Jumlah
F0 F1 F2 F3 F4
Ikan gulama giling 500 500 500 500 500
(g)
Tepung tapioka 200 200 200 200 200
(g)
Karagenan (g) 0 1,75 3,76 5,81 7,75
Telur (g) 45 45 45 45 45
Garam (g) 10 10 10 10 10
Total 755 756,75 758,76 760,81 762,75
Sumber: (Mursidi et al., 2019)
Keterangan: F0= 0%; F1= 0,25 %; F2=0,50 F3= 0,75 %; F4=1,00 % karagenan
dari total berat adonan 755 g.
Proses pengolahan tekwan ikan pada praktik akhir ini mengacu pada
(Mursidi et al., 2019) dimodifikasi dengan penambahan karagenan yang
mengacu pada (Ririsanti et al., 2017). Proses pengolahannya dapat dilihat pada
Gambar 4.
Pencampuran (telur,garam,
penyedap rasa, air es, dan
Daging lumat Pencetakan
tepung tapioka). Karagenan (0%,
0,25%, 0,50, 0,75%, dan 1,00%)
Penirisan
Perebusan dan
Pendinginan Tekwan ikan
Kadar air = (B − C)
x 100%
(B − A)
Keterangan:
A : Berat cawan
B : Berat cawan + contoh awal
C : Berat cawan + contoh kering
3.4.5 Kadar abu (BSN, 2010)
Pengujian kadar abu bertujuan untuk menentukan baik tidaknya suatu
proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, serta dijadikan
parameter nilai gizi bahan makanan (Kinanthi Pangestuti & Petrus Darmawan,
2021). Prosedur pengujian kadar abu yaitu sebanyak 2 gram sampel tekwan
ditimbang. Cawan porselin dipijarkan sampai merah dalam tungku pengabunan
yang bersuhu 650 oC selama 1 jam. Suhu tungku pengabuan dinaikkan secara
14
bertahap. Cawan porselin diambil pada suhu tungku pengabuan turun menjadi
sekitar 100-200 oC dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan berat
cawan abu porselin kosong ditimbang. Sebanyak 2 gram dimasukkan kedalam
cawan porselin. Selanjutnya cawan porselin berisi sampel dimasukan kedalam
tungku pengabuan dengan suhu yang dinaikkan secara bertahap sampai 650 oC
(150 – 350 – 650 ) selama 4 am. Setelah tungku pengabuan turun menjadi
sekitar 100-200 oC. Cawan porselin diambil dan didinginkan kedalam desikator
selama 30 menit dengan menggunakan alat penjepit dan menimbang berat.
Perhitungan kadar abu:
Kadar abu = (B − A)
x 100%
Berat contoh
Keterangan:
A = Berat cawan porselin
B = Berat cawan dengan abu
3.4.6 Protein (BSN, 2006a)
Pengujian protein dilakukan untuk menguji komposisi protein pada produk
terpilih dengan cara memanaskan alat destruksi, lalu sampel tekwan yang telah
dihomogenkan ditimbang sebanyak 2 gram kedalam tabung protein secara duplo
dan 1 blanko. Sebanyak 3 gram katalis dimasukkan kedalam masing-masing
labu. Sebanyak 12 ml larutan H2SO4 pekat dimasukkaan kedalam masing-masing
tabung protein. Tabung protein dimasukkan kedalam alat destruksi yang telah
terhubung pada kran air selama 1 jam atau hingga warna larutan transparan.
Larutan didinginkan dan sebanyak 70 ml aquadest ditambahkan secara perlahan
melalui dinding labu.
Tabung protein dimasukkan kedalam alat destilasi yang telah disediakan
60 ml larytan NaOH 40% selama 5 menit. Mengisi tabung Erlenmeyer 250 ml
dengan asam borak 4% sebanyak 25 ml dan menambahkan 20 tetes ind protein
(metil merah(MM): Brom Kresol Green (BCG:2:3). Air pemanas yang sudah
mendidih dimatikan dengan menekan tombol kuning. Menunggu alat berhenti
bekerja dan hasil berubah warna pada Erlenmeyer menjadi hijau da nada
letupan- letupan kecil. Membuang larutan yang ada di tabung protein pada aliran
air dan menitrasi larutan hasil destilasi dengan HCL 0,1 N. adapun rumus
pembakuan HCL sebagai berikut:
NbOraks
Normalitas lar. HCL
VHCl
Keterangan:
N: Normalitas HCL standar
V: Volume titrasi HCL (VA contoh – VB blanko)
14,007: Berat atom N
6,25: Faktor konversi
15
Kadar Lemak = (C − A)
x 100%
Berat contoh
Keterangan:
A: Berat labu lemak kosong
B: Berat contoh ( gr )
C: Berat labu dan lemak hasil ekstraski (gram)
3.4.8 ALT (BSN, 2015b)
Pengujian mikrobiologi meliputi pengujian ALT yang bertujuan untuk
mengetahui jumlah total mikroorganisme aerob dan anaerob yang terdapat pada
bahan tambahan dan produk terpilih agar bahan tambahan yang digunakan layak
untuk dikonsumsi. Pengujian mikrobiologi dengan.
a. Persiapan pengujian
Sebanyak 25 gram tekwan ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam
plastik steril dan tambahkan 225 ml larutan NaCl dan diHomogenkan selama 2
menit. Hasil homogenat sebagai pengenceran 10-1. Sebanyak 10 ml homogenat
dimasukkan kedalam 90 ml larutan NaCl menggunakan pipet steril;
b. Tahapan pengujian ALT
Sebanyak 1 ml dipipet dari setiap pengenceran dan dimasukkan ke dalam
cawan petri steri secara duplo. Sebanyak 12 mL-15 ml PCA ditambahkan ke
dalam masing-masing cawan yang sudah berisi sampel supaya sampel dan
media PCA tercampur sempurna, lakukan pemutaran cawan ke depan-ke
belakang dan ke kiri- ke kanan. Cawan diinkubasi dalam posisi terbalik kedalam
inkubator pada suhu 35 °C ± 1 °C. Rumus perhitungan pengujian ALT debagai
berikut:
∑𝐶
N [(1 𝑥 𝑛1) +( 0,1 𝑥 𝑛2 )] 𝑥 𝑑
Keterangan:
N: Jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml atau koloni per/kg
ΣC: Jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung
n1: Jumlah cawan pada pengenceran pertama yang
dihitung n2: Jumlah cawan pada pengenceran kedua yang
dihitung d: Pengenceran pertama yang dihitung
16
dengan tujuan dan batasan masalah yang telah ditetapkan. Metode ini
menjelaskan secara sistematis fakta dengan faktual dan cermat.
3.6.1 Analisis data organoleptik
Analisis uji data bahan baku mengacu pada BSN:2013 tentang pengujian
organoleptik ikan segar, hasil data uji organoleptik dari 6 panelis yang dirata-
ratakan serta dihitung menggunakan rumus dan dibandingkan dengan
persayaratan mutu dan keamanan pangan pempek ikan rebus beku BSN:2013
yaitu minimal 7 Selanjutnya apabila nilai yang dihasilkan lebih besar dari 7 maka
bahan baku layak diolah, apabila lebih kecil dari 7 maka bahan baku tidak layak.
Menghitung interval nilai mutu rerata dari setiap panelis pada pengujian
organoleptik sebagai Berikut:
∑𝑛 𝑥𝑖
𝑥 = 𝑖=1
𝑛
𝑛
𝑖 ∑ (𝑥1−𝑥̅)2
𝑖
S2 = 𝑛
S = √𝑠
P = (x-(1,96.s/√𝑛)) ≤ μ ≤ (x+(1,96.s/√𝑛))
Keterangan:
n = Banyaknya panelis
NE = Np − Ntj
Ntb − Ntj
19
Keterangan:
NE = Nilai
Efektivitas Ntj = Nilai
terjelek Np = Nilai
perlakuan Ntb =
Nilai terbaik
d) Menghitung nilai hasil (NH) menggunakan rumus sebagai berikut:
NH = NE x Bobot
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. Al, & Juniati, D. (2017). Klasifikasi Kelompok Umur Manusia. Jurnal
Ilmiah Matematika, 2(6), 34.
https://media.neliti.com/media/publications/249455-none-23b6a822.pdf
Badan Standarisasi Nasional. (2015a). Cara Uji Kimia - Bagian 2: Pengujian
Kadar Air pada Produk Perikanan. SNI 2354.2:2015. Standar Nasional
Indonesia, 1–8. http://sispk.bsn.go.id/SNI/Detail SNI/10154
Badan Standarisasi Nasional. (2015b). Cara uji mikrobiologi - Bagian 3:
Penentuan Angka Lempeng Total (ALT) pada produk perikanan. SNI, 11.
Badan Standarisasi Nasional. (2015c). Penentuan koliform dan Escherichia coli
pada produk perikanan. SNI. www.bsn.go.id
Badan Standarisasi Nasional SNI 2729:2013. (2013). Ikan Segar. Standar
Nasional Indonesia, 1–15. www.bsn.go.id
BSN. (2006a). Cara Uji Kimia - Bagian 4: Penentuan Kadar Protein dengan
Metode Total Nitrogen pada Produk Perikanan ICS 67.120.30. Sni.
BSN. (2006b). Penentuan Kadar Lemak Total pada Produk Perikanan. SNI 01-
2354.3-2006. SNI, 1–5.
BSN. (2006c). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. Standar
Nasional Indonesia, 2–14.
BSN. (2010). Cara Uji Kimia-Bagian 1:Penentuan Kadar Abu dan abu tak larut
dalam asam pada produk perikanan. SNI 2354.1:2010.
Dahliana. (2018). REPRODUKSI IKAN GULAMAH (Johnius belangerii) YANG
DIDARATKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) LINGKAS
UJUNG DENGAN DAERAH PENANGKAPAN DI SEKITAR PERAIRAN
TANAH KUNING KALIMANTAN UTARA. Jurnal Kelautan Dan Perikanan.
Danar, R., & Dasir. (2017). Studi Berbagai Jenis Bahan Pengembang Terhadap
Reabsorpsi Tekwan Kering Ikan Gabus. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan,
1, 36–45.
Daud, A., Suriati, & Nuzulyanti. (2019). Kajian Penerapan Faktor yang
Mempengaruhi Akurasi Penentuan. Jurnal Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep, 24(2), 11–16.
Hakim, L., Rulyanti, D. V., & Wardhani, S. (2014). Model Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Nelayan. 10(1), 39–48.
Hamidah. (2016). Formulasi Savory Barbecue Flavour dari Hidrolisat Protein
Gulamah (Johnuis belangerii). Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 1–49.
Hanistya, R., Erawati, T., Prakoeswa, C. R. S., Rantam, F. A., & Soeratri, W.
(2020). Pengaruh Penambahan SPACE terhadap Karakteristik dan
Stabilitas Gel Freeze Dried Amniotic Membrane Stem Cell-
Metabolite Product. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia,
7(2), 59. https://doi.org/10.20473/jfiki.v7i22020.59-65
Herka Mayu, D., Wijayanto, D., Kohar Mudzakir, A., Pascasarjana Manajemen
Sumberdaya Pantai, P., & Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro, F. (2021). Determination Superior Comodity of Capture
Fisheries in Bangka Belitung Province Oleh. Jurnal Kelautan Dan
Perikanan, 12(1), 47–58.
Irfan Febriansyah, M., Sukarno, S., & Fardiaz, D. (2019). Karakteristik Mutu Fisik
Tekwan Kering Dengan Rasio Ikan Berbeda. Jurnal Teknologi Dan Industri
Pangan, 30(1), 64–74. https://doi.org/10.6066/jtip.2019.30.1.64
Kinanthi Pangestuti, E., & Petrus Darmawan, dan. (2021). JURNAL KIMIA DAN
REKAYASA Analisis Kadar Abu dalam Tepung Terigu dengan Metode
21
LAMPIRAN
22
LAMPIRAN
Lampiran A
(normatif)
1 Kenampakan
a. Mata
b. Insang
2 Daging
3 Bau
- Netral
6
4 Tekstur
Lampiran B
(normatif)
Lembar penilaian uji hedonik