Anda di halaman 1dari 9

PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) BERDASARKAN

KELAS UMUR, KETINGGIAN TEMPAT TUMBUH, DAN DIAMETER


POHON DI KAWASAN HUTAN BKPH BANDAR
KECAMATAN BLADO KABUPATEN BATANG

Usulan Penelitian untuk Skripsi


Diajukan kepada:
Program Studi Pengelolaan Hutan

Oleh:
Mohamad Dava Aditya
H1020045

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2024
PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) BERDASARKAN
KELAS UMUR, KETINGGIAN TEMPAT TUMBUH, DAN DIAMETER
POHON DI KAWASAN HUTAN BKPH BANDAR
KECAMATAN BLADO KABUPATEN BATANG

Usulan Penelitian untuk Skripsi


Oleh:
Mohamad Dava Aditya
H1020045

Telah disetujui
Pembimbing Utama:

Tanggal:
Ana Agustina, S. Hut., M.Si.
NIP. 199008302018201

Pembimbing Pendamping:

Tanggal:
Rissa Rahmadwiati, S.Hut., M.Si.
NIP. 199002012018201

Surakarta, ………………………..
Mengetahui
Komisi Sarjana
Program Studi Pengelolaan Hutan
Ketua,

Ana Agustina, S. Hut., M.Si.


NIP. 199008302018201

1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pinus merkusii Jungh et de Vriese merupakan jenis pinus yang paling
banyak dibudidayakan dalam program penyelamatan hutan, tanah, dan air
khususnya kegiatan reboisasi dan penghijauan oleh pemerintah melalui
Kementerian Kehutanan yang telah dilaksanakan sejak tahun 1960-an. Produk
utama pohon pinus yaitu kayu dan getah pinus (Sallata, 2013). Getah pinus
diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem dapat dimanfaatkan
sebagai bahan untuk membuat sabun, resin dan cat. Terpentin digunakan
untuk bahan industri, parfum, obat-obatan dan desinfektan (Samosir, 2015).
Faktor yang mempengaruhi produktivitas getah pinus yaitu umur, kerapatan,
sifat genetis, kualitas tempat tumbuh, ketinggian tempat, tenaga sadap,
perlakuan dan metode penyadapan (Santosa, 2010). Darmastuti et al. (2016)
dan Lempang (2017) menyebut luas bidang penyadapan, Rodrigues et al.,
(2009) menyebut faktor cuaca. Faktor-faktor tersebut perlu diketahui untuk
memperoleh informasi produksi getah pohon pinus dan pengaruhnya
(Santosa, 2010).
Penelitian pada Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bandar
belum terdapat penelitian yang mengkombinasikan kelas umur dan diameter
pohon dalam kaitannya dengan produksi getah. Faktor umur merupakan
faktor yang tidak dapat dikendalikan, faktor diameter merupakan faktor yang
dapat dikendalikan dengan perlakuan silvikultur (Suhartati, 2021). Kombinasi
faktor tersebut penting untuk mengetahui ciri fisik pohon dan atau kondisi
lingkungan yang menunjang variasi produktivitas getah pinus serta menjadi
bahan pertimbangan dalam upaya pengelolaan produktivitas getah pinus.
B. Rumusan Masalah
BKPH Bandar melakukan penyadapan getah pinus dengan kelas umur
dan diameter pohon yang berbeda tergantung pada areal petak produksinya.
Perbedaan hasil produksi getah pinus pada Resort Pemangkuan Hutan (RPH)
di BKPH Bandar ini perlu dikaji lebih lanjut, sehingga perlu dilakukan

2
penelitian mengenai pengaruh kelas umur dan diameter pohon pinus di petak
produksi BKPH Bandar yang mempengaruhi produktivitas getah pinus.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui produktivitas getah pinus yang dipengaruhi kelas umur dan
diameter pohon
2. Membandingkan produktivitas getah yang dihasilkan dengan perbedaan
kelas umur dan diameter pohon
3. Mengetahui kelas umur dan diameter pohon pinus yang paling efektif
dalam penyadapan
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kelas umur
dan diameter pohon pinus terhadap produktivitas getah pinus. Penelitian ini
dapat digunakan sebagai penunjang pengelolaan produksi getah pinus di masa
yang akan datang.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pinus
Pinus merupakan pohon penghasil kayu bernilai ekonomis tinggi dan juga
penghasil getah atau disebut pohon berfungsi ganda. Nilai ekonomis pohon
penghasil hasil hutan bukan kayu (HHBK) tergantung pada produktivitas dan
umur produksi. Semakin tinggi produksi dan lama umur produksi maka
semakin tinggi pula nilai ekonomis pohon penghasil HHBK tersebut. Salah
satu hasil hutan non kayu yang penting dalam meningkatkan nilai ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat adalah getah pinus yang kemudian dapat diolah
menjadi gondorukem.
B. Gondorukem
Gondorukem merupakan produk hasil penyulingan dari getah pinus yang
biasa disebut gum rosin, pine rosin, colophony atau kucing gondorukem
berupa padatan berwarna kuning jernih sampai kuning tua sedangkan hasil
sampingan dari proses produksi gondorukem yaitu terpentin yang berupa
cairan berwarna jernih (Wibowo 2006). Menurut Statistik Kehutanan
Indonesia (2001), kegunaan gondorukem adalah untuk bahan baku industri
kertas, keramik, plastik, cat, batik, sabun, tinta cetak, politur, farmasi dan
kosmetik.
C. Produktivitas Getah
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas getah pinus yaitu kualitas
tempat tumbuh, umur, kerapatan, sifat genetis, ketinggian tempat, kualitas dan
kuantitas tenaga sadap serta perlakukan dan metode sadapan. Faktor-faktor
tersebut dapat diperinci bahwa produktivitas getah dipengaruhi juga oleh
faktor luas areal sadap, kerapatan pohon, jumlah koakan tiap pohon, arah
sadap terhadap matahari, jangka waktu pelukaan, sifat individu pohon dan
keterampilan penyadap serta pemberian stimulansi (Santosa, 2010).
D. Penyadapan Getah Pinus
Penyadapan getah pinus dapat dilakukan dengan 3 cara :
1. Metode koakan (quarre) adalah cara penyadapan dengan melukai kayu
sedalam 1 - 2 cm dan lebar 10 cm. Pelukaan berbentuk huruf U terbalik
dengan jarak awal 20 cm dari permukaan tanah.

4
2. Metode rill adalah penyadapan dengan pelukaan berbentuk huruf V. Pola
sadap dibuat untuk menetapkan letak saluran tengah dan letak dimana luka
sadapan harus dibuat. Sudut antara garis vertikal dan garis miring sebesar
40°.
3. Metode bor adalah penyadapan dengan membuat luka pada pohon
menggunakan bor sedalam 3 - 12 cm dengan derajat kemiringan kurang
lebih 30° mengarah ke atas.

5
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di RPH kawasan BKPH Bandar, Jl. Raya
Wonokerto No.6, Wonoyoso, Wonokerto, Kec. Bandar, Kabupaten Batang,
Jawa Tengah 51254. Penelitian dilakukan selama 30 hari (1 bulan).
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur,
kadukul, talang sadap, alat tulis, tally sheet, plastik, kalkulator, timbangan
analitik, dan GPS
C. Tata Laksana
1. Penentuan Plot Pengamatan
Plot ukur menggunakan bentuk plot lingkaran sebesar 0,1 ha. Lokasi
diamati berdasarkan kelas umur. Kelas Umur yang digunakan yaitu KU IV
(16-20 tahun), KU V (21-25 tahun), dan KU VI (26-30 tahun). Kelas
diameter yang digunakan yaitu kelas II (26-30 cm) dan III (31-35 cm)
Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan perlakuan yang digunakan adalah kelas umur dan diameter dengan
3 kali pengulangan, sehingga diperoleh 2x3x3 = 18 perlakuan.
2. Penyadapan Getah Pinus
Pohon pinus yang sudah ditentukan menjadi sampel diberi tanda dan
disadap menggunakan metode quarre. koakan diperbarui setiap 3 hari
sekali.
3. Perhitungan Hasil Sadapan
Hasil getah setiap plot diperoleh dari pengumpulan getah sampel
pohon pinus yang telah ditentukan. Pencatatan produksi getah
per-penyadap dilakukan setiap 6 hari sekali. Perhitungan hasil sadapan
getah yang dilakukan dengan rumus berikut :
W = w1 + w2 + w3+. … + wⁿ / N
Keterangan :
W = Rata-rata berat sadapan (gram/hari/pohon)
w1𝚗 = Produktivitas pohon 1-30 (gram/hari/pohon)
N = Jumlah pohon

6
4. Data sekunder
Data sekunder meliputi data mengenai letak dan luas areal, topografi,
tanah, keadaan vegetasi, iklim dan peta lokasi penyadapan. Data sekunder
diperoleh dengan melihat data yang tersedia di lokasi penelitian.
D. Analisis Data
Analisis data yang digunakan yaitu dengan analisis varians (ANOVA)
pada taraf nyata 5% dan apabila dari hasil analisis terdapat beda nyata maka
dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji LSD (Least Significant
Difference). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah berat getah
yang keluar dari pohon (gram/pohon/hari) dari tiga kelas umur berbeda dan
dua kelas diameter.

7
DAFTAR PUSTAKA
Darmastuti, I. N., Santosa, G., & Matangaran, J. R. (2016). Penyempurnaan
Teknik Penyadapan Resin Pinus Dengan Metode Kuakan. Jurnal Penelitian
Hasil Hutan, 34(1), 23-32.
Lempang, M. (2017). Studi Penyadapan Getah Pinus Cara Bor Dengan Stimulan
H2SO4. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 35(3), 221-230.
Rodrigues, K. C. S., Azevedo, P. C. N., Sobreiro, L. E., Pelissari, P., & Fett-Neto,
A. G. (2008). Oleoresin Yield of Pinus elliottii Plantations In a Subtropical
Climate: Effect of Tree Diameter, Wound Shape And Concentration Of
Active Adjuvants in Resin Stimulating Paste. Industrial Crops and
Products, 27(3), 322-327.
Sallata, M. Kudeng, (2014). Pinus (Pinus Merkusii Jungh Et De Vriese) dan
Keberadaannya di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Jurnal Info
Teknis EBONI, 10(2), 85-98.
Samosir, Arvand, Ridwani B., & Afifudin D. (2015). Produktivitas Getah Pinus
(Pinus merkusii Jungh Et De Vriese) Berdasarkan Ketinggian Tempat dan
Konsentrasi Stimulansia Asam Cuka (C2H4O2). Universitas Sumatera
Utara.
Santosa, G. 2010. Pemanenan Hasil Hutan Bukan Kayu: Penyadapan Getah
Pinus. Bogor. Laporan Penelitian. Fakultas Kehutanan IPB.
Sartiadi, T., Siti H., Gusti A.R.T. (2022). Buku ajar Pengelolaan Hasil Hutan
Bukan Kayu. Banjarbaru: CV Banyubening Cipta Sejahtera.

Suhartati, Tatik, & Yogenta Abid A. (2021). Produktivitas Getah Pinus (Pinus
Merkusii) pada Variasi Umur, Diameter, dan Jumlah Koakan (Studi di Rph
Sumberejo Bkph Ngadisono Kph Kedu Selatan). Agrienvi, 15(1), 17-22.
Sukarno, A., dkk. (2012). Pengaruh Perbedaan Kelas Umur terhadap Produktivitas
Getah Pinus merkusii Jungh et de Vriese Ras Lahan Jawa melalui
Penyadapan Getah Metode Bor. J-PAL, 3(1), 28-31.

Wijayanto, A., & Nurmadina. (2021). PRODUKTIVITAS RESIN PINUS


MERKUSII JUNGH ET DE VRIESE PADA KELAS UMUR DAN
KETINGGIAN TEMPAT TUMBUH YANG BERBEDA. Wahana Forestra:
Jurnal Kehutanan, 16(2), 102-112.

Anda mungkin juga menyukai