Anda di halaman 1dari 32

PEKERTI

MENGAJAR DI PERGURUAN TINGGI

MEDIA SEDERHANA

PUSAT ANTAR UNIVERSITAS UNTUK PENINGKATAN DAN

PENGEMBANGAN AKTIVITAS INTRUKSIONAL

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

2005
Sambutan

Upaya peningkatan kopetensi profesional dosen perguruan tinggi selalu


menjadi pokok perhatian Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen DIKTI).
Hal ini didasarkan konsepsi bahwa dosen merupkan salah satu komponen yang
sangat berperan dalam proses pembelajaran, dan secara langsung mempengaruhi
peningkatan kualitas belajar mahasiswa. Menurut KPPTJP DIKTI 1996-2005, agar
dapat berfungsi secara profesional, seorang dosen hendaknya memiliki tiga
kompetensi, yaitu penguasaan bidang ilmu, keterampilan kurikulum, dan
keterampilan pedagogis (pembelajaran dan pengembangan cara mensikpai
pemahaman materi ajar).

Program Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Intruksional (PEKERTI)


untuk dosen mudah dan program Applied Approach (AA) untuk dosen senior
merupakan dua buah program pelatihan yang dapat dimanfaatkan dalam rangka
peningkatan kopetensi profesional dosen dalam memangku jabatan
fungsionql,terutama dalm peningkatan pedagogis. Program PEKERTI yang
dikembangkan sejak tahun 1993 dan program AA sejak tahun 1987 telah menjadi
program yang memperoleh banyak tanggapan positif dari berbagai kalangan
pendidikan tinggi.

Dalam perjalanannya, banyak perubahan dan adaptasi yang dilkukan terhadap


program PEKERTI dan AA, dengan maksud agar program tersebut lebih efektif,
dan lebih dapat mengakomodasikan kebutuhan masing – masing perguruan tinggi.
Hasil penilitian terhadap program PEKERTI dan AA (1996-1999), serta masukan
yang disampaikan oleh peserta Temu Wicara Evaluasi PEKERTI & AA pada tahun
1997 menunjukan kebutuhan penyempurnaan program PEKERTI & AA,baik dari
segi subtansi maupun penyelenggaranyya,.Tindak lanjurt penyempurnaan kedua
program tersebut telah dilaksanakan dengan melibatkan Tim Inti PEKERTI & AA
di berbagai
1. Penggabungan program PEKERTI & AA menjadi satu program utuh yang
menerapkan sistem moduler (materi lama dan tambahan materi baru dikemas
menjadi 18 nuku).
2. Penyelenggaraan program PEKERTI & AA yang bersifat luwes terstandar-
luwes karena penyelenggara dapat memilih sendiri materi pelatihan sesuai
dengan kebutuhan masing – masing perguruan tinggi, terstandar karena ada
standar minimum yang perlu dipenuhi untuk proses sertifikasi.

Diharapkan, dengan penyempurnaan tersebut, program PEKERTI & AA menjadi


lebih bermanfaat dan mampu memberikan alternatif jalan keluar dalam pemecahan
masalah yang dialami dosen perguruan tinggi berkenan dengan peningkatan
kualitas pembelajaran. Pada ahkirnya, dari semua upaya tersebut diharapkan,
secara bertahap, akan dapat diperoleh penigkatan kualitas mutu lulusan perguruan
tinggi yang berdampak langsung terhadap pembangunan masyarakat Indonesia.

Semoga segala upaya yang telah dilakukan PAU-PPAI-UT dan Tim Inti
PEKERTI-AA diberbagai perguruan tinggi dapat bermanfaat dan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

Jakarta, Ferbuari 2001

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Direktorat Pembinaan Akademik dan

Kemahasiswaan

Direktur,

Suprodja Pusposutardjo

NIP.130 257 144


KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan kemampuan dosen perguruan tinggi dalam hal


pembelajaran, Direktor Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) melalui Pusat Antar
Universitas untuk Peningakatan dan Pengembangan Aktivitas Intruksional (PAU-
PPAI) Universitas Terbuka menyelenggarakan Program Pelatihan Ketrampilan
Dasar Teknik Intruksional (PEKERTI) dan Program Applied Approach (AA).

Progaram PEKERTI, yang diselenggarakan sejak tahun 199, ditunjukan untuk


dosen pemula agar menguasai konsep – konsep dasar dalam pembelajaran dan
memiliki kemampuan mengajar yang memadai. Sementara itu, program AA yang
diselenggarakan sejak tahun 1987, ditunjukan untuk dosen senior agar memiliki
wawasan dan ketrampilan untuk mengembangkan profesinya sebagai dosen, yang
pada ahkirnya mampu meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar
mahasiswa. Program AA ini merupakan kelanjutan dari program PEKERTI.

Berdasarkan hasil evaluasi program PEKERTI-AA dan beberapa kali Temu


Wicara PEKERTI-AA disepakati bahwa kurikulum program PEKERTI-AA
disepakati bahwa kurikulum program PEKERTI-AA perlu direvisi dan
disempurnakan sehingga menjadi lebih luwes dan mampu mengakomodasikan
berbagai kebutuhan perhuruan tinggi. Penyempurnaan tersebut menjadikan
program PEKERTI-AA berbentuk moduler.

Perubahan dan penyempuranaan yang dilakukan dituangkan secara jelas dalam


buku Pedomana Penyelenggaraan PEKERTI-AA yang baru dan 28 judul buku
yang digunakan untuk program PEKERTI-AA,yang meliputi:

1. Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi 1.


2. Prisip Belajar dan Pembelajaran.
3. Desain Intruksional.
4. Metode Pembelajaran.
Daftar Isi

Sambutan ..................................................................................................................i

Kata Pengantar.......................................................................................................iii

Daftar Isi...................................................................................................................v

Pendahuluan.............................................................................................................1

Peran Media Dalam Komunikasi dan Pendidikan...............................................3

 Media dalam Komunikasi...............................................................................3


 Media dalam Pendidikan.................................................................................4
 Manfaat Media dalam Proses Pembelajaran...................................................6

Macam –macam Media Intruksional.....................................................................9

Pemilihan Media Intruksional..............................................................................12

Overhead Projector (OHP)/Overhead Transparancy

(OHT)......................................................................................................................13

 Overhead Projector (OHP)............................................................................14


 Overhead Transparancy (OHT).....................................................................16
 Pengembangan dan Produksi OHT...............................................................17
1. Mengembangan Rancangan OHT......................................................19
2. Memproduksi OHT............................................................................23
3. Ujiicoba dan Revisi OHT...................................................................25
4. Menyajikan OHT...............................................................................26

Penutup...................................................................................................................28

Rangkuman............................................................................................................29

Latihan....................................................................................................................31

Daftar Pustaka.......................................................................................................32
Media Sederhana
Pendahuluan

Pada pembahasan mengenai media pembelajaran terdapat empat topik yang


akan dibahas. Topik pertama berkenan dengan makna media dan peran media
dalam proses komunikasi dan pendidikan atau dalam proses pembelajaran. Selain
makna dan peran media, pada bagian ini akan dibahas pula beberapa manfaat
dalam proses pembelajaran. Pada topik kedua hal yang dibahas berhubungan
dengan macam – macam media. Topik ketiga membahas mengenai cara –cara
memilih media. Sedangkan topik terahkir akan membahas cara – cara atau hal –
hal yang perlu dipertimbangkan apabila dosen akan menggunakan media untuk
perkuliahan.

Terhadap kepentingan mengajar, bahan ajar ini mempunyai relevansi yang


cukup besar, karena paling tidak dosen memahami akan makna dan manfaat media
dalam proses pembelajaran, dapat memilih media yang akan digunakan dengan
pertimbangan yang tepat, serta dapat mengembangkan dan memproduksi sendiri
jenis media yang paling sederhana dan dengan cara yang sederhana pula.

Dengan demikian,dosen diharapkan dapat menciptakan perkuliahan yang efektif


dan efisien. Di samping itu proses perkuliahannya pun akan lebih menarik dan
sistematis.

Bahan ajar ini ditutup dengan suatu rangkaian pendek. Bagi mereka yang tertarik
untuk mempelajari media pembelajaran secara lebih mendalam,kami sediakan
daftar bacaan yang relevan sebagai reverensi.

Setelah membaca bahan ajar ni, Anda diharapkan dapat:

1. Menjelaskan makna media


2. Menjelaskan peran media dalam proses komunikasi pendidikan
3. Menyebutkan macam – macam media dan beberapa ciri utamanya
4. Menjelaskan hal – hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses pemilihan
media
5. Mempersiapkan dan menggunakan overhead transaparancy (OHT).

Uraian atau pembahasan pembelajaran ini akan diusahakan sesingkat dan


sepraktis mungkin. Pembahasan ini diharpakan dapat memberi inspirasi bagi dosen
mengenai media pembelajaran yang memngungkinkan dapat dipersiapkan apabila
akan melaksanakan perkuliahan.
Peran Media Dalam

Komunikasi dan Pendidikan

Media Dalam Komunikasi

Media adalah kata jamak dari medium (dari bahasa latin ) yang artinya perantara
(between). Makna umumnya adalah “apa saja yang dapat menyalurkan informasi
dari sumber imformasi ke penerima informasi”.

Dalam proses komunikasi, media hanyalah satu dari empat komponen yang
harus ada, yaitu sumber informasi, informasi, dan penerima informasi, serta
komponen keempat adalah media. Jika satu saja dari empat komponen ini tidak
ada, maka proses komunikasi tidak mungkin terjadi. Karena itu, media mempunyai
makna jika dan hanya jika ketiga komponen yang lain ada. Jika tidak, maka media
secara praktis dianggap tidak ada dan tidak perlu dibicarakan. Jika digambarkan,
interaksi dan saling ketergantungan empat komponen tersebut adalah seperti ini :

Sumber Informasi Media Penerima informasi

Penerima Informasi Informasi Sumber informasi

Gambar 1

Proses Komunikasi

Gambar menunjukan bahwa konsep sumber atau penerima informasi adalah


konsep relatif. Di satu saat, seseorang (atau suatu benda) dapat berperan sebagai
sumber informasi, namun pada saat lain (atau pada saat yang sama), ia bisa juga
menjadi penerima informasi. Namun tidak semua informasi berlansung secara dua
arah atau timbal balik semacam ini. Kadangkala, komunikasi juga dapat terjadi
secara satu arah (arah panah hanya tertuju ke penerima informasi; dan peran
sumber dan penerima informasi hanta tunggal).
Media dalam Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan, konsep komunikasi tidak banyak berbeda kecuali
dalam konteks berlansungnya komuniaksi itu sendiri. Dalam proses intruksional
(pembelajaran), sumber informasi adalah dosen, mahasiswa, orang – orang lain,
bahan bacaan, dan sebagainya. Penerima informasi adalah dosen, mahasiswa, atau
orang lain. Hanya dalam hal ini, media mendapat definisi lebih khusus, yakni
“teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran” (Schramm,19977), atau “sarana fisik untuk menyampaikan isi
materi pembelajaran” (Brigss, 1977).
Namun, selain itu, ada satu komponen lain yang ternyata perlu juga mendapat
tempat dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu Metode pembelajaran (Heinich et
al, 1989). Menurut Heinich, metode pemebelajaran adalah prosedur yang sengaja
dirancang untuk membantu mahasiswa belajar lebih baik, untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Jika digambarkan, komunikasi yang terjadi dalam dunia
pembelajaran menjadi seperti berikut ini :

Metode Intruksional

Sumber Informasi Media Penerima Informasi


Informasi
Penerima Informasi Sumber Informasi

Metode
Intruksional

Gambar 2
Proses Komunikasi dalam Pembelajaran
Misalnya, jika seorang dosen melaksanakan perkuliahan dengan menggunakan
OHP melalui pendekatan diskusi, maka OHP tersebut adalah media pembelajaran
atau media intruksional, sedangkan pendekatan diskusi adalah metode
pembelajaran yang sengaja dirancang untuk menyelenggarakan prose pembelajaran
dengan sebaik – baiknya.
Demikianlah peran media dalam komunikasi secara umum, dan dalam dunia
pendidikan secara khusus. Namun, pertanyaan lain timul. Apa sebenarnya manfaat
media jika digunakan dalam pembelajaran? Berikut ini kajian tentang manfaat
media dalam proses pembelajaran.
Manfaat Media Dalam Proses Pembelajaran
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar
interaksi dosen dan mahasiswa, dengan maksud membantu mahasiswa belajar
secara optimal. Tetapi selain itu, ada beberapa manfaat lain yang lebih khusus.
Kemp dan Dayton (1985), misalnya, mengidentifikasi tidak kurang dari delapan
manfaat media dalam pembelajaran, yaitu:
1. Penyampaian materi perkuliahan dapat diseragamkan.
Dosen mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam tentang
sesuatu hal. Melalui media, penafsiran yang beragam ini dapat direduksi
dan disampaikan kepada mahasiswa secara seragam. Setiap mahasiswa
yang melihat atau mendengar uraian tentang sesuatu ilmu melalui media
yang sama akan menerima informasi yang persis sama seperti yang diterima
teman – temannya.

2. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik.


Media dapat menyampaikan infomasi yang dapat didengar (audio) dan
dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskrisipkan suatu masalah, suatu
konsep, suatu proses atau suatu prosedur yang bersifat abstrak dan tidak
lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap. Media juga dapat menghadirkan
“masa lampau” ke masa kini, menyajikan gambar dengan warna – warni
yang menarik.

Media dapat membangkitkan keingintahuan mahasiswa, meransang mereka


untuk bereaksi terhadap penjelasan dosen, membuat mereka tertawa atau
ikut sedih. Memungkinkan mereka menyentuh objek kajian pelajaran,
membantu mereka mengkonkterkan sesuatu yang abstrak,dan sebagainya.
Pendeknya, media dapat membantu dosen menghidupkan susana kelas dan
menghindarkan suasana menonton atau membosankan.

3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.


Jika dipilih dan dirancang dengan benar, media dapat membantu dosen dan
mahasiswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif. Tanpa media,
dosen mungkin akan cenderung berbicara “satu arah” kepada mahasiswa
mereka. Namun dengan media. Para dosen dapat mengatur kelas mereka
sehingga bukan hanya mereka sendiri yang aktif, tetapi juga mahasisa
mereka.

4. Jumlah waktu belajar – mengajar dapat dikurangi.


Seringkali terjadi, para dosen terpaksa menghabiskan waktu yang cukup
banyak untuk menjelaskan suatu pokok pembelajaran. Padahal waktu yang
dihabiskan tidak perlu sebanyak itu jika mereka memanfaatkan media
pembelajaran dengan baik. Misalnya, seorang dosen pasti akan
membutuhkan banyak waktu untuk menjelskan Hukum Kepler jika ia hanya
menjelaskan hal ini secara lisan belaka. Padahal, hal ini tidak perlu terjadi
jika dosen mau menggunakan media (minimal gambar – gambar) untuk
membahas aktivitas benda – benda langit melalui Hukum Kepler yang
cukup rumit itu.

5. Kualitas belajar mahasiswa dapat ditungkatkan.


Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien,
tetapi juga membantu mahasiswa menyerap materi perkuliahan secara lebih
mendalam dan utuh. Pada umunya, dengan mendengarkan dosen saja,
mahasiswa mungkin sudah memahami materi yang dibahas dengan baik.
Tetapi, bila pemahaman itu diperkaya dengan kegiatan melihat, mnyentuh,
merasakan, atau mengalami melalui media, pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran pasti akan lebih baik lagi.

6. Proses pembelajaran dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.


Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga mahasiswa
dapat belajar di mana saja dan kapan saja mereka mau, tanpa tergantung
pada keberadaan seorang dosen, program – program audio- visual atau
program komputer yang saat ini penggunanaannya sedang melanda
diberbagai aspek kehidupan adalah contoh – contoh media pembelajaran
yang memungkinkan mahasiswa dapat belajar secara mandiri.
7. Sikap positif mahasiswa terhadap bahan belajar maupun terhadap proses
belajar itu sendiri dapat ditingkatkan. Dengan media, proses pembelajaran
menjadi lebih manarik. Dalam hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan
apresiasi mahasiswa tehadap ilmu pengetahuan dan proses pencairan llmu
itu sendiri.

8. Peran dosen dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
Pertama, dosen tidak perlu mengulang – mengulang penjelasan mereka bila
menggunakan media dalam pembelajaran,

Kedua, dengan mengurangi uraian verbal (lisan), dosen dapat memberi


perhatian lebih banyak kepada aspek – aspek lain dari pembelajaran (seperti,
membangkitkan motivasi mahasiswa, membantu mahasiswa mencari bahan
tambahan, dan lain – lain ). Ketiga, peran dosen tidak lagi menjadi sekedar
“pengajar”, tetapi juga konsultan, penasihat, atau manajer pembelajaran.

Demikianlah beberapa manfaat media dalam proses pembelajaran. Manfaat lain


mungkin masih ada. Tetapi dealapan manfaat di atas telah cukup umum untuk
mewakili mnafaat – manfaat yang lain. Sekarang, marilah kita kaji macam –
macam media pembelajaran yang ada.

Macam –macam Media Intruksional

Meskipun ada banyak macam media intruksioanal, namun hanya sedikit sekali
yang sering digunakan di dalam ruang kuliah oleh dosen. Beberapa yang nampak
sering digunakan adalah Overhead Projector, gambar, model, dan papan tulis serta
buku atau bahan cetak lainnya. Sedangkan media lain seperti video,film, kaset
audio, atau film bingkai relatif jarang digunakan, meskipun benda – benda ini
sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan dosen.

Meskipun demikian, ada baiknya kita mengenal bermacam – macam media


pembelajaran tersebut, dengan harapan hal ini akan memicu dosen untuk berusaha
mengadakan dan menggunakannya di dalam ruang kuliah.
Ada beberapa cara untuk menggolong – nggolokan media. Bretz (1971),
misalnya, membagi media menjadi tiga macam yaitu media yang dapat didengar
(audio), media yang dapat dilihat (visual), dan media yang dapat bergerak. Media
bentuk visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar visual, garis (grafis), dan
simbol verbal. Selain itu, Bretz juga membedakan media menjadi media transmisi
(telekomunikasi) dan media rekaman.

Dari semua jenis media di atas, yang paling lengkap adalah audio – visual gerak
(ada gambar, suara, dan juga gerak). Tetapi, sifat “paling lengkap” ini pun
sebenarnya masi relatif. Dalam hal ini, media TV masih kurang lengkap jika
dibandingakan dengan video- interaktif yang digabung dengan program komputer.
Program TV tidak “berinteraksi” secara aktif dengan mahasiswa, sedangkan video-
interaktif dapat memungkinkan mahasiswa berinteraksi (harap maklum, buku Bretz
terbit tahun 1971, sedangkan media semacam video-interaktif itu baru muncul
sekitar ahkir 1980an).

Media dengan kemampuan tunggal tentu saja adalah media visual saja atau
media audio saja. Sedangkan media semacam realia atau model yang menampilkan
bentuk visual tiga dimensi (seperti patung, misalnya) tidak masuk dalam
penggolongan Bretz.

Dalam hal ini, Schramm (1977) membagi media menurut jumlah mahasiswa
(audiens) yang dilayaninya: massal (banyak dan tersebar di area yang luas),
klasikal (cukup kecil dan terpusat di satu tempat), atau individual. Pembagian
menurut Schramm tersebut tampak di tabel berikut.
Tabel

Penggolongan Media Menurut Ukuran Audiens

Media untuk audiens besar:

- Televisi
- Radio
-Faxsimile
- Internet
Media untuk audiens kecil (sejumlah kapasitas dalam satu ruangan):
- Film suara
- Fil bisu
- Film 8 mm ( Movie film)
- Videotape
- Film strip suara
- Slide
- Radio
- Audiotape
- Audiodisc
- Foto
- Poster
- Papan tulis
- Chart
- Flip chart
- OHP OHT

Media untuk individu :

-Media cetak (Hand out)

-Telepon

-CAI (Computer Assisted Instruction)


Demikianlah pembahasan singkat tentang makna media, peran media, dalam
komunikasi dan pembelajaran, serta macam – macam dan ciri – ciri media. Berikut
ini kita kaji apa saja yang harus dipertimbangkan jika kita ingin memilih media
untuk keperluan program pembelajaran.

Pemilihan Media Intruksional

o Apakah Anda menggunakan media pada saat Anda mengajar?


o Mengapa media intruksional dianggap penting?

Penggunaan media atau alat – alat modern di dalam perkuliahan tentu tidak
bermaksud mengganti cara mengajar yang baik, ,melainkan unutk melengkapi dan
membantu para dosen dalam menyampaikan materi atau informasi. Dengan
menggunakan media diharapkan terjadi interaksi antara dosen dengan mahasiswa
secara maksimal sehingga dapat mencapai hasil belajar yang sesuai dengan tujuan.

Sebenarnya tidak ada ketentuan kapan suatu media harus digunakan, tetapi
sangat disarankan bagi para dosen untuk memilih dan menggunakan media harus
mempertimbangkan : a). Tujuan yang akan dicapai. b) kesesuain media dengan
materi yang akan dibahas, c) tersedianya sarana dan prasarana penunjang dan d)
karakteristik mahasiswa.

Selain pertimbangan tersebut, sebagai pendekatan praktis Don Ely 1982


menyarankan pertimbangan – pertimbangan berikut supaya diperhatikan juga,
yaitu:

o Media apa yang tersedia?


o Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengembangkan program?
o Berapa biaya yang diperlukan?

Handout dan papan tulis adalah dua media yang hampir selalu digunakan oleh
semua dosen dan hampir selalu ada di setiap ruang, di perguruan tinggi manapun.
Selain handout dan papan tulis. OHP juga digunakan dalam program – program
perkuliahan, pendidikan atau pelatihan. Bahan untuk menggunakan OHP dipilih
sebagai media yang dapat dimanfaatkan untuk program perkuliahan.
Overhead Projector (OHP)/Overhead Transparancy (OHT)

Di antara beraneka macam media pembelajaran yang dapat digunakan dalam


proses pembelajaran, lebih lanjut akan dibahas tentang pengembangan dan
produksi program OHP serta pemanfaatannya di dalam perkuliahan. OHP dan
OHT akan dibahas secara terpisah. Dalam hal ini OHP difokuskan sebagai
perangkat keras dan OHT sebagai perangkat lunak atau tempat penuangan
materi/ide yang jika disatukan media intruksional yang berarti.

Overhead Projector (OHP)

Overhead Projector adalah salah satu alat yang digunakan untuk memproyeksikan
gambar atau tulisan pada transparancy film yang diletakkan di atas OHP dan
diproyeksikan ke layar, sehingga diperoleh gambar/ tulisan yang lebih besar dari
aslinya.

Sulit mendapatkan informasi yang pasti kapan OHP diciptakan. Salah satu
sumber mengatakan, OHP dibuat menjelang perang dunia ke II (tahun 1941).
Pemerintah Amerika Serikat terdesak harus memobilisasi rakyatnya secara cepat
dan dalam jumlah banyak, sehingga dirasakan perlunya sebuah alat yang dapat
dipergunakan untuk menunjukan gambar bagi para intrukstur agar lebih efektif
dalam melatih calon tentara.

Penggunaaan papan tulis dan flip chart yang sangat mudah tetapi tidak dapat
menjangkau jumlah mahasiswa yang banyak. Penggunann slide, film projector
memang lebih efektif tetapi dalam menyajikannya perlu bantuan operator. Dengan
demikian maka diciptakan OHP yang dianggap dapat mengisi kekurangan papan
tulis/chart dan menyederhanakan film/slide sound.
Kini penggunaan OHP dalam perkuliahan, pertemuan ilmiah, ceramah umum
semakin berkembang. Hal ini disebapkan oleh beberapa kelebihan yang dimiliki
oleh OHP dibandingkan dengan media intruksional modern lainnya.

Kelebihan tersebut meliputi:

 biaya operasional relatif lebih murah dibanding media modern;


 penggunaanya lebih praktis, mudah ditulis, dihapus, ditambah gambar atau
tulisan;
 tidak menimbulkan polusi, seperti jika menggunakan papan tulis;
 dapat digunakan untuk memperagakan dua dimensi atau tiga dimensi dalam
batas – batas tertentu (dengan menghasilkan gambar silhouete);
 penggunaannya sangat mudah, tidak membutuhkan operator;
 tidak memerlukan ruang yang terlalu gelap
 dapat dikombinasikan dengan papan tulis dan handout atau jenis media
lainnya;
 terjadi kontak mata,karena selama menggunakan OHP dosen sambil
menjelaskan,berdiri dan menghadap kepada mahasiswa;
 tanpa layar, gambar/tulisan dapat diproyeksikan ke dinding.

Disamping kelebihannya, OHP masih mempunyai beberapa kekurangan, antara


lain:

 tergantung pada ada atau tidaknya aliran listrik;


 OHP yang bukan jenis portable tidak mudah dibawah – bawah;
 Harus menggunakan spidol atau marking pen (spidol khusus untuk
transparansi)

Overhead Transparancy (OHT)

Overhead Transprancy (OHT) merupakan benda yang dalam penggunaanya harus


menyatu dengan OHP.OHT adalah tempat di mana materi yang diajarkan dapat
dituliskan atau digambar. Dapat diterima atau tidaknya materi yang diajarkan
tergantung pada cara menuangkan materi yang diajarkan tersebut menjadi ide
visual pada transparansi. OHT sering disebut juga dengan transparancy film,
terbuat dari bahan plastik yang tembus pandang atau tembus cahaya sehingga ide
visual dapat diproyeksikan.

Lembar transparancy atau write on adalah lembaran plastik dengan ukuran


normal : 26,5 x 21 Cm. Ada berbagai macam jenis plastik yang digunakan untuk
trnsparansi bentuk write on ini, dari yang sangat canggih sampai yang sederhana
seperti plastik dan taplak meja. Dengan menggunakan transpaansi bentuk write on
ini berart para dosen dapat menuliskan/ menggambarkan pesan/informasi/materi
yang akan disajikan sebelum mengajar.

Beberapa keuntungn /kelebihan bagi dosen jika menggunakkan lembar


transparansi adalah ;

 Dapat mempersiapkan materi lebih awal, sehingga sistematika penyajian


terencana. Dosen juga dapat mengehemat waktu karena selama mengajar
tidak perlu terus menerus menulis;
 Dapat menyajikan urutan atau langkah – langkah dari suatu kejadian atau
pekerjaan dengan menggunakan bentuk pemmbuatan OHT tertentu
(overlay);
 Informasi/materi dapat disajikan dengan memilih tulisan/gambar dengan
tangan atau dengan menggunakan mesin tik, komputer, plotter ataun
gambar- gambar dari majalah dan sebagainya.
 OHT dapat disimpan dan digunakan lagi dalam waktu yang cukup lama
dengan menempatkannya pada sebuah kotak atau map,
 Berbeda dengan papan tulis, informasi/materi yang telah dijelaskan tidak
harus dihapus.

Di lain pihak, OHT mempunyai beberapa keterbatasan yaitu:


 Sebelum mengajar dosen harus meluangkan waktu untuk
mempersiapkan/mengecek kelengkapan materi yang akan disajikan;
 Susuannya mudah kacau;
 Ada masalah dalam penyimpanan.

Vmelakukan persiapann yang maksimal.


Pengembangan dan Produksi OHT

Seperti halnya media yang lain, OHT juga merupakan media visual yang harus
memenuhi ketentuan – ketentuan sebagai bahan visual yang komunikatif. Untuk
mengingat ketentuan – ketentuan tersebut, maka kata VISUALS dapat diartikan
sebagai singkatan dari kata kata:

isible : Mudah dilihat


V

I
nteresting : Menarik

S imple : Sederhana
U seful : Isinya berguna/bermanfaat
A
ccurate : Benar (dapat dipertanggungjawabkan)
L
egitimate : Masuk akal/sah
S
tructured : Terstruktur/tersusun dengan baik

Pada dasarnya pembuatan OHT adalah teknik mengubah materi pelajaran yang
berupa tulisan verbal yang sifatnya abstrak menjadi bentuk visual yang bersifat
lebih kongkrit. Oleh karena itu latuhan untuk mengembangkan ide secara visual
merupakan cara yang sangat penting dalam usaha mempersiapkan OHT yang
bermutu.
Dalam gambar 3, ditampilkan proses pengembangan OHT

Mengembangkan Memproduksi Uji Coba


Rancangan OHT OHT OHT

Revisi

a. Mengembangkan Rancangan OHT


o Yang harus diingat dalam membuat rancangan OHT ini adalah;
kembangkan OHT dari seluruh materi yang akan diajarkan, tetapi
bukan mengajarkan materi dari OHT yang dikembangkan.
o Mempersiapkan bahan – bahan yang diperlukan antara lain;
 Materi/bahan yang akan disajikan/diajarkan
 Kertas biasa atau kertas Visual Design Pad
 Pensil dan Penghapus
 Lettering system, Letraset,mesin tik listrik atau komputer,
rapido, marking pen, dan sebagainya.
 Master art desgn/gambar kartun/gambar nyata, dan sebagainya.
o Dalam membuat rancangan perhatikan pedoman berikut ini :
a. dapat dibaca : - gunakan huruf dengan ukuran minimal 0,6 Cm
-luas bidang penyajian materi idealnya 18 x 22 Cm
b. sederhana : -tidak lebih dari enam baris untuk satu transparansi
-tidak lebih dari enam kata untuk satu baris
-satu lembar transparansi cukup untuk satu topik.
c. Jelas : -tidak ruwet
-sistematis dengan menempatkan judul di atas, pokok
persoalan di tengah dan penjelasan di bagian bawah.
o Penggunaan gambar,chart, bagan, foto, dengan mengurangi jumlah
tulisan sangat disarankan, karena berguna untuk lebih menarik
perhatian mahasiswa.

Visualisasi

Konsep Visual yang Dipakai


Proses, prosedur,siklus Bagan alur (flowchart)
Fakta,data Tabel,matriks, daftar
Data perbandingan
Grafik(balok,cakram,koordinat,
kurva

Hubungan ruang Peta


Hubungan dalam struktur Bagan,skema,diagram
Hubungan waktu Jadwal,Gannt chart
Hubungan keluarga Bagan selisih

Contoh luas Bidang Penyajian

18 cm
22c
m

o Untuk membantu Anda di dalam mengindentifikasi sub- judul dari


transpransi yang akan dikebambangkan sekaligus menentukan urutan
penyajian, Anda dapat mengembangkan story – board terlebih dahulu
(lihat contoh di halaman berikut ). Pada kolom “ide visual”,
tuliskan/gambarkan bagan, gambar, tabel dan lain – lain dari materi
yang akan dituangkan ke atas OHT tersebut.
o Mengembangkan rancangan OHT di atas kertas biasa atau kertas visual
desgn pad yang berguna membuat pola tinggi rendahnya huruf, tebal
tipisnya gambar, dan rata atau tidaknya bentuk tulisan/gambar. Dalam
hal ini kita dituntut untuk terampil menuangkan materi yang akan
diajarkan yang masih dalam bentuk verbal menjadi ide visual. Dari
langkah pertama ini akan dihasilkan master OHT.

Story Board
Tujun Perkuliahan : Menjelaskan tentang penyusunan APBN
Topik : APBN

Oleh : DR. AbecedeF


Ide Visual Deskripsi
1) Menjelaskan salah satu prinsip APBN
yaitu anggaran yang berimbang.

2)
3)

b. Memproduksi OHT
o Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam memproduksi OHT yaitu :

a). Memproduksi OHT dengan menggunakan teknik tertentu, antara lain:


 menggunakan color computer printer (plotter)
 menggunakan Laser atau Inkjet computer printer
 menggunakan metode Diazo (seperti membuat suatu blue print
pada gambar arsitektur)
 menggunakan alat Thermofax
 melalui proses foto kopi transparansi film
 melalui proses fotografi, dan masih banyalk lagi teknik lainnya

b). Mengembangkan OHT secara langsung (manual).

Dengan teknik yang sangat sederhana OHT dapat dipersiapkan dengan


cepat. Bahan – bahan yang digunakan adalah :

 plastik transparansi film, baik yang khusus diproduksi oleh suatu


perusahaan maupun plastik transparan yang biasa digunakan
untuk penutup meja
 OHP pen (marken pen) atau spidol. Sebaiknya gunakan yang
permanen
 Penghapus, penggaris, selotape, kapas dan aceton
 Bingkai (bila perlu), dapat dibeli dari produk tertentu atau
membuat sendiri.

Bagaimana cara menuangkan gambar/tulisan yang telah dikembangkan menjadi


master OHT di atas transparansi film?
Transparansi film pada umumnya berukuran A4 (kuarto) namun demikian tidak
seluruh bidang plastik tersebut dapat diisipesan/visual, karena format proyeksi
yang baku adalah 18 cm x 22 cm.Jadi yang pertama kali yang harus anda lakukan
adalah tentukan ukuran tersebut pada transparansi film, kemudian letakan master
OHT dibawahnya, jiplaklah visual yang telah dikembangkan pada master OHT ke
dalam transparansi film. Dengan demikian anda telah menghasilkan visual yang
anda inginkan pada OHT.

o Ada beberapa cara pembuatan OHT menurut bentuknya yaitu:


a) Transparansi bentuk tunggal: bentuk yang sangat sederhana dan hanya
memerlukan satu lembar transaparansi film saja.
b) Transparansi bentuk tumpang tidih (overlay): bentuk yang lebih kompleks
biasa digunakan untuk menjelaskan tentang sekuen, alur cerita, atau
prosedur dari suatu hal.
c) Transparansi bentuk smaking (tutup-buka) bentuknya hampir sama dengaan
bentuk tunggal hanya saja ditambah penutup dari kertas, biasanya digunakan
untuk menjelaskan tahapan – tahapan dari suatu hal.
d) Transparansi bentuk billboarding; bentuknya sama dengan bentuk tunggal,
hanya transparansi dilapisi oleh transparansi berwarna, pada bagian tertentu
yang perlu penekanan, transparansi lapisam digunting.

o OHT belum sempurna/tidak menarik bila tidak diberi warna, oleh sebab itu
warnai dengan marker pen untuk area – area kecil dan gunakan adhesive
color untuk area – area besar.Pemakaian warna idealnya maksimum empat
warna untuk satu OHT.
 Untuk memberi perhatian khusus pada kata – kata ‘kunci’ pemberian
warna dengan markin pen langsung pada tulisan sangat dianjurkan.
 Ada baiknya jika OHT tersebut diberi bingkai dan ada beberapa
alasan mengapa bingkai (mounting frame) ini perlu:
a) OHT tidak mudah kotor
b) Dapat diberi nomor dan beberapa catatan tambahan yang tidak mungkin
ditulis di atas transparansi tetapi sangat membantu di dalam penjelasan.

c. Ujicoba dan Revisi OHT


OHT yang telah anda kembangkan, perlu anda ujicobakan untuk melihat
efektifnya anda dapat meminta masukan dari sekelompok orang yang dapat
mewaikili sasaran dari OHT yang akan anda gunakan.

Setelah OHT diujicobakan, tentunya dapat dinilai kelemahan dan kelebihan OHT
tersebut.

Untuk mengujicoba OHT, anda dapat mengacu pada hal – hal sebgai berikut:

1. Apakah OHT anda mudah dilihat?


2. Apakah OHT anda meanarik?
3. Apakah OHT anda cukup sederhana?
4. Apakah isi dari OHT anda cukup berguna/bermanfaat bagi pemakainya?
5. Apakah isi OHT anda sudah benar?
6. Apakah di dalam menyajikan OHT sudah terstruktur?

Bandingkan masukan dari mahasiswa/audiens dengan kriteria di atas.Bila masih


terdapat hal – hal yang tidak tepat, baik dari segi isi/materi maupun teknik
pengembangannya, anda masih mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya.

d. Menyajikan OHT

Dibandingkan dengan media pembelajaran modern lainnya (slide strip atau


opaque), OHP merupakan alat bantu mengajar “tatap muka sejati”, maksudnya
adalah untuk menggunakan OHP keadaan ruang tetap seperti semula, tidak perlu
gelap,penyaji tetap pada posisi semula (dengan sikap yang sama), yaitu tetap
menghadap kepada mahasiswa. Hal ini membuat keadaan mahasiswa pun tidak
berubah dan perhatian mereka tidak terganggu.

Berikut ini adalah pedoman yang dapat anda ikuti bila mengajar dengan
menggunakan OHP.

a) Pada saat mengajar,dosen hendaknya;


 menghadap terus ke arah mahasiswa
 tidak menghadap/membaca pada layar (kecuali untuk mengontrol
ketepatan fokus dan letak tulisan /gambar)
 tidak menujuk tulisan/gambar ke permukaan layar, tetapi tunjuklah
tulisan/gambar pada OHT.
b) Letakan OHT terlebih dahulu di atas OHP dengan baik kemudian baru
menyalakan lampu OHP.
c) Mematikan segera lampu OHP jika sudah tidak diperlukan lagi
d) Penerangan dalam ruangan tetap sama seperti semula (kecuali jika cahaya
sangat kuat,lampu dekat OHP dapat dimatikan)
e) Gambar/tulisan pada layar (sebagai hasil proyeksi) harus dapat dilihat dan
dibaca dengan mudah oleh seluruh mahasiswa.Mahasiswa harus melihat
layar dengan bebas tanpa terhalang oleh mahasiswa lainnya maupun
penyajinya.
 Tunjukanlah hal – hal yang sedang dibicarakan,sehingga mahasiswa
tahu langkah demi langkah atau urut – urutan dari materi yang sedang
dijelaskan.
 Bila diperlukan anda dapat menulis pada transparansi untuk
menambah hal – hal yang perlu mendapat penjelasan khusus atau
mengemukakan hal yang baru diingat.
 Hindari catatan yang acak – acakan
 Tambahkan rincian penjelasan untuk hal – hal yang disajikan pada
transparansi.
Penutup

Pengguanaan media dalam kegiatan pembelajaran pada umunya kurang


mendapat perhatian. Hal ini biasanya dipegaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
 Belum tersedianya alat – alat (hardware), atau jumlah hardware di
perguruan tinggi setempat tidak memenuhi kebutuhan, untuk media yang
paling sederhana sekalipun.
 Belum banyak program – program media (software) yang tersedia yang
sesuai dengan topikl perkuliahan
 Banyak doesen yang tidak memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan
media atau memilih program – program media yang sudah ada
 Banyak dosen yang belum terampil mengembangkan media yang sederhana
bahkan sebagian belum terampil mengoperasikan media.
Walaupun demikian, dosen harus menyadari bahwa peranan media sangat
membantu program perkuliahan. Karena dengan menggunakan media berarti
materi yang akan diajarkan dapat dipersiapkan terlebih dahulu. Selain dari pada itu,
penggunaan media dapat mengindari penafsirang yang berbeda – berbeda antara
dosen dan mahasiswa karena materi yang disampaikan seragam. Manfaat lainnya,
lebih menarik, lebih interaktif dan lebih meningkatkan proses belajar – mengajar.
Dengan demikian maka pentinglah bagi para dosen mempunyai sedikit
pengetahuan untuk membuat/mengembangkan media yang paling sederhana
(OHT), yang sudah populer dan banyak digunakan di tingkat perguruan tinggi.
RANGKUMAN

Media atau medium adalah apa saja atau segala sesuatu yang dapat
menyalurkan informasi dari sumber informasi ke penerima informasi. Di dalam
proses komunikasi, media merupakan komponen keempat.
Kegiatan pembelajaran juga merupakan proses komunikasi, peranan media
dalam proses pembelajaran dapat didefinisikan sebagai teknoogi pembawa pesan
(informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pengajaran atau sarana fisik
unutk menyampaikan isi/materi pelajaran.
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran bermanfaat untuk
memperlancar proses interaksi antara dosen dan mahasiswa dengan maksud dapat
membantu mahasiswa belajar secara optimal.
Sebelum mengajar, hendaknya dosen dapat memilih medi yang akan digunkan
degan tepat. Hal ini dapat dilakukan apabila media yang tersedi lebih dari satu
macam, tetapi walaupun demikian ada tiga hal yang harus dipertimbangkan di
dalam pemilihan media, yaitu:
1) tujuan intruksional
2) kesesuaian media dengan materi yang akan dibahas
3) tersedianya sarana dan prasarana penunjang
4) karakteristik mahasiswa.
Selain dapat memilih media dengan tepat, seorang dosen diharapkan mampu
mengembangkan sendiri bentuk media yang paling sederhana. Overhead Projector
adalah salah satu alat untuk memproyeksikan gambar/tulisan (pada OHT) ke layar
OHP termasuk media yang sederhana yang sudah banyak digunakan di lembaga –
lembaga/perguruan tinggi. OHP mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Informasi/pesan yang akan disampaikan dapat berupa gambar/tulisan yang
dituangkan di atas OHT. Pengembangan OHT dapat dilakukan oleh dosen sendiri
baik secara manual maupun dengan bantuan mesin copy,termofax, computer, dan
sebagainya. OHT juga mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Untuk
mengembangkan, memproduksi dan menyajikan OHT ada beberapa prinsip yang
harus diperhatikan.

Latihan

Buatlah satu set program OHT yang sederhana, boleh dibuat secara manual dengan
tulisan tangan atau diketik memakai komputer. Dapat menggunakan mesin copy
atau termofax. Satu set program OHT ini sebaiknya berisi tentang materi
perkuliahaan yang disajikan untuk satu kali pertemuan. Perhatikan prinsip – prinsip
atau langkah – langkah pembuatan OHT.
Daftar Pustaka

Bretz,(1971) The Selection of Appropriate Communication


Media for Instruction: A Guide for Designers of Airforce
Technical Programs.California: Santa Monica, Rand.
Fardiaz, D.& Gardjito .(1988). Media Transparansi (Makalah dipresentasikan pada
Workshop Produksi Media di IPB- Bogor,11-16 Juli 1988)
Friya, S. T. (1989), Overhead Projector Sebagai Salah Satu Alat Pendidikan; 3M-
Indonesia
Heinich,et al (1989), Intructional Media. New York: Mac-Millsn Publishing
Company.
Kemp & Dayton, (1985). Planning & Producing Intructional Media.New York :
Harper & Row Publishers.
Rahardjo, R. & Hariandja, L. (1986). Media Instruksional, Depdikbud, Dikti,
Proyek Pengembangan Pusat Fasilitas Bersama Antar Universitas/ UC
(BD XVII)
Renderer, W. J. (1990). A Guide To Good Overhead dari : Performance and
Instrucition. Journal, March 1990.
Scharamm.M.J (1977). Big Media Little Media. London : Sage Publications.
U of M/3M Study . Teaching With Overhead Projection.

Anda mungkin juga menyukai