Askep Gerontik Chaerul Fahmi
Askep Gerontik Chaerul Fahmi
Disusun Oleh:
Chaerul Fahmi
02127011
Pembimbing :
Dr. Labora Sitinjak,SKp.,M.Kep
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan “Tugas
Keperawatan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Hipertensi”. Tidak lupa saya
ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan disana
sini masih banyak kekurangan dan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca.
Pada kesempatan ini juga kami tak lupa mengucapkan terima kasih. Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman.Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik
muda maupun tua dengan nilai tekanan darah menunjukan sistolik > 140
mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent
killer karena termasuk penyakit yang timbul hampir tanpa adanya gejala awal
namun penyakit ini dapat menyebabkan kematian dan membunuh secara
diam-diam. Bahkan hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh
penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang
tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat meningkatkan resiko
serangan jantung, stroke dan gagal ginjal (Pudiastuti 2013). Hipertensi juga
merupakan salah satu penyakit degeneratif, umumnya tekanan darah
bertambah secara perlahan dengan seiring bertambahnya umur (Triyanto,
2014).
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup
berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor risiko utama
yang mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung,
gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit
jantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebab kematian utama di dunia
(WHO, 2018).
Data World Health Organization (WHO) lanjut usia dibagi menjadi
empat kriteria meliputi usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) 60-74 tahun, lanjut usia (old) 75-90 tahun, usia sangat tua (very old)
di atas 90 tahun jumlah penduduk lansia di indonesia terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI jumlah lansia di
Indonesia pada tahun 2017 diperkirakan sebanyak 23,66 juta jiwa. Diprediksi
jumlah lansia akan terus meningkat setiap tahunnya dimana diprediksi pada
tahun 2020 sebanyak 27,08 juta jiwa, tahun 2025 sebanyak 33,69 juta jiwa
dan tahun 2030 sebanyak 40,95 juta jiwa serta tahun 2035 sebanyak 48,19 juta
jiwa (Kemenkes RI, 2017).
Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk
usia >18 tahun sebesar (34,1%) tertinggi di Kalimantan selatan (44,1%),
sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus
hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian
di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian (Riskesdas, 2018).
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru pada tahun 2017, penyakit hipertensi
termasuk kedalam sepuluh besar penyakit tidak menular yaitu berada pada
urutan pertama dari penyakit terbesar di seluruh puskesmas lima puluh dengan
jumlah 1760 orang, Puskesmas Sidomulyo dengan jumlah 603 orang,
puskesmas tenayan raya dengan jumlah 525 orang kasus hipertensi (Dinkes
Kota Pekanbaru, 2017).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Agustina (2015), faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penduduk usia produktif
(25-54 tahun) adalah faktor genetik, obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi
garam, penggunaan minyak jelatah, dan stress. Sementara pada penelitian lain
yang dilakukan oleh Montol (2015) menyebutkan bahwa faktor risiko
hipertensi pada penduduk usia produktif (25-42 tahun) adalah kebiasaan
mengkonsumsi alkohol, kebiasaan alkohol, pola makan tinggi natrium dan
status gizi. Sehingga pada penelitian ini akan meneliti tentang faktor risiko
jenis kelamin, riwayat keluarga, konsumsi natrium (garam), konsumsi
potassium (sodium), obesitas, olahraga, merokok, konsumsi alkohol, stress
insomnia dan konsumsi kafein dengan kejadian hipertensi pada penduduk usia
produktif (15-64 tahun).
Lansia memiliki masalah yang berbeda-beda terhadap penyakit
hipertensinya, ada lansia yang tidak patuh minum obat dan tidak mengkontrol
tekanan darahnya secara rutin, dan ada juga lansia yang tidak mengontrol
makanan yang tinggi garam sehingga tekanan darah pada lansia meningkat,
dan juga lansia yang tidak membiasakan hidup sehat dengan olahraga dan
kurangnya pengetahuan terhadap cara mengontrol hipertensi. Faktor resiko
hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu faktor resiko yang dapat
diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor resiko yang tidak
dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin dan keturunan. Faktor yang dapat
diubah yaitu obesitas, stress, merokok, kurang olahraga, mengkonsumsi
alkohol, konsumsi garam berlebih dan kelebihan lemak (Widyanto dkk,
2013).
Berdasarkan data di atas dan untuk mengaplikasikan mata kuliah
Gerontik penulis melakukan pengkajian di kelurahan pulau kelapa DKI
Jakarta. Dengan kewajiban mengambil 1 kasus, membawa kasus kelolaan
yang dibahas dari BAB 1- BAB 5 yang penulis angkat yaitu Asuhan
Keperawatan Gerontik Dengan Hipertensi Pada Ny. E di Kelurahan Koja.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan gerontik dengan hipertensi ?
C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan
hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik
dengan hipertensi
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan gerontik
dengan hipertensi
c. Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan gerontik dengan
hipertensi
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan gerontik
dengan hipertensi
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien dengan hipertensi
D. Ruang Lingkup
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang menggunakan teknik:
1. Wawancara
2. Pemeriksaan fisik
3. Studi kepustakaan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Batasan Lansia
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO (dalam Khushariyadi,
2012), ada empat tahapan yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) : 60-75 tahun
3) Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) : >90 tahun
b. Menurut Alm. Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (dalam
Khushariyadi, 2012), guru besar Universitas Gajah Mada Fakultas
Kedokteran, periodisasi biologis perkembangan manusia di bagi
menjadi:
1) Masa bayi (0-1 tahun)
2) Masa prasekolah (usia 1-6 tahun)
3) Masa sekolah (usia 6-10 tahun)
4) Masa pubertas (usia 10-20 tahun)
5) Masa setengah umur, presenium (usia 40-65 tahun)
6) Masa lanjut usia, senium (usia >65 tahun)
c. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (dalam khushariyadi, 2012), psikologi
dari Universitas Indonesia Kedewasaan
1) Fase iuventus (usia 25-40 tahun)
2) Fase vertalitas (usia 40-50 tahun)
3) Fase presenium (usia 55-65 tahun)
4) Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia)
3. Ciri-Ciri Lansia
Menurut Soejono 2000, dalam Ratnawati (2017) mengatakan bahwa
pada tahap lansia, individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinya.
Perubahan fisik yang dimaksud antara lain rambut yang mulai
memutih, muncul kerutan diwajah, ketajaman panca indra menurun, serta
terjadi kemunduran daya tahan tubuh. Dimasa ini lansia juga harus
berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta
perpisahan dengan orang yang dicintai. Maka dari itu, dibutuhkan
kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi
perubahan di usuia lanjut secara bijak.
4. Karakteristik Lansia
Menurut Kholifah tahun 2016, usia lanjut merupakan usia yang
mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari
60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir
dan proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua
(tahap penuaan). Masa tua merupakan masa hidup yang terakhir, dimana
pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, sosial
sedikit demi sedikit sehinggan tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari
(tahap penuaan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan
perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-
paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regenaratif
yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma
dan kesakitan dengan orang lain.
6. Proses Menua
Menua atau proses menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran isik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat dan postur tubuh yang tidak
proporsional (Nugroho, 2012).
3. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah
M., 2012) :
1) Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90%
tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
a) Genetik Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi
lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
b) Jenis kelamin dan usia Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang
telah menopause berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak. Konsumsi
garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan
lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi.
d) Berat badan obesitas Berat badan yang 25% melebihi berat badan
ideal sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan
konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam
keduanya.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,
yaitu :
a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang
mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta
abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat
aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area
kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan
penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan.
c) satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah
ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan
hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim
ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur
serta fungsi ginjal.
d) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi
secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini, tekanan
darah akan kembali normal setelah beberapa bulan penghentian
oral kontrasepsi.
e) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenalmediate
hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan
katekolamin.
f) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
g) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah
untuk sementara waktu.
h) Kehamilan
i) Luka bakar
j) Peningkatan tekanan vaskuler
k) Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung serta menyebabkan vasokortison yang
kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah
5. Anatomi Fisiologi
7. Pathway Hipertensi
8. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi yang tidak di tanggulangu lama-kelamaan akan menyebabkan
rusaknya arteri didalam tubuh dan rusaknya organ yang mendapat suplai
darah dari arteri tersebut (Wijaya & Putri, 2014). Menyimpulkan
komplikasi terjadi pada organ-organ tubuh, diantaranya:
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebabkan timbulnya gagal jantung dan penyakit
koroner. Individu yang menderita hipertensi, beban kerja jantung akan
meningkat, otot jantung akan mngendor dan berkurang elastisitasnya
yang disebut dekompensasi. Sehingga mengakibatkan jantung tidak
lagi mampu memompa sehingga banyaknya cairan yang tertahan di
paru dan jaringan tubuh yang menyebabkan sesak napas atau odema.
Keadaan ini disebut gagal jantung
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada bagian otak dapat mengakibatkan resiko
stroke, apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan rusaknya ginjal, sehingga rusaknya
sistem penyaring di dalam ginjal karena tidak mampu membuang zat-
zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh yang masuk melalui aliran darah
dan terjadi penumpukan dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya retinopati hipertensi dan
dapat menyebabkan kebutaan.
9. Manifestasi Klinis
Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh diam-diam karena sering
tanpa gejala yang memberi peringatan akan adanya masalah. Kadang-
kadang orang menganggap sakit kepala, pusing, atau hidung berdarah
sebagai gejala peringatan meningkatnya tekanan darah. Padahal hanya
sedikit orang yang mengalami perdarahan di hidung atau pusing jika
tekanan darahnya meningkat.
Pada sebagian besar kasus hipertensi tidak menimbulkan gejala
apapun, dan bisa saja baru muncul gejala setelah terjadi komplikassi pada
organ lian, seperti ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala seperti sakit
kepala, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi primer,
walawpun tidak jarang yang berlangsung tanpa adanya gejala. Pada survei
hipertensi di Indonesia,tercatat berbagai keluhan yang dikaitkan dengan
hipertensi, seperti sakit kepala, mudah marah, telinga berdengung, sukar
tidur, dan rasa berat di tengkuk. (Edi Junaedi, H. 8-9)
11. Penatalaksanaan
Menurut (junaedi,Sufrida,&Gusti,2013) dalam penatalaksanaan hipertensi
berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
a. Terapi non-farmakologi Penatalaksanaan non farmakologi merupakan
pengobatan tanpa obatobatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan
cara ini, perubahan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan
dengan menjalani perilaku hidup sehat seperti :
1) Pembatasan asupan garam dan natrium
2) Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3) Olahraga secara teratur
4) Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
5) Mengurangi/ tidak merokok
6) Menghindari stres
7) Menghindari obesitas
b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat) selain cara terapi non-
farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang utama. Obat-obatan
anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan, antara lain
obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan
penghambat konfersi enzim angiotensi.
1) Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran
garam dan air. Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi
pengurangan jumlah cairan dalam pembuluh darah dan
menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah.
2) Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa
darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.
3) ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh
darah sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan
menurunkan tekanan darah.
4) Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan
pembuluh darah.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lanjut Usia
Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), dimaksudkan untuk memberikan
bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut
usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan keluarga,
Panti Werda maupun Puskesmas, yang di berikan perawat. Untuk asuhan
keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas
sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau
bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan
keperawatan di rumah atau panti. (Depkes, 1993 1b).
Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada
kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa
dukungan tentang personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan
yang sesuai dan kesegaran jasmani.
2. Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang
lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama sama seperti pada lanjut usia
aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.
Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus.
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena
perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:
1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
2. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas.
3. Menurunnya efisiensi kolateral kapital pada kulit sehingga kulit menjadi
lebih tipis dan rapuh.
4. Ada kecendrungan lansia imobisasi sehingga potensi terjadinya
dekubitus.
Disamping itu, faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya
dekubitus, yakni:
1. Status gizi
2. Anemia
3. Adanya hipoalbunemia
4. Adanya penyakit-penyakit neurologik
5. Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
6. Adanya dehidrasi
Faktor ekstrinsik, yakni:
1. Kurang kebersihan tempat tidur
2. Alat-alat tenun yang kusut dan kotoR
3. Kurangnya perawaatan yang baik dari perawatan
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan tahap selanjutnya setelah proses
pengkajian. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan
rencana tindakan asuhan keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah
keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat
dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial
dimana perawat dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Olfah, 2016).
1) Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/ rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2) Nyeri akut b/dpeningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
3) Kelebihan volume cairan
4) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan ketidak seimbangansuplai dan
kebutuhan oksigen
5) ketidakan efektifan koping
6) Resiko ke tidak efektifan perpusi jaringan otak
7) Resiko cedera
8) Defisiensi pengetahuan
9) Ansietas
(Nanda Nic Noc Jilid 2. Januari 2015)
G. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah kegiatan penentuan langka-langkah untuk
mencegah, mengurangi, atau mengoreksipemecahan masalah dan prioritasnya,
perumusan tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan
terhadap klien berdasarkan anlisa data dan diagnosa keperawatan (Olfah,
2016).
H. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan asuhan
keperawatan yang telah disusun perawat beserta keluarga dengan tujuan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan antara lain mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping (Nadirawati, 2018).
I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
berfungsi untuk mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain (Olfah,2016).
Perumusan evaluasi formatif meliputi 4 komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, dan Planning), yakni:
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah tetap atau muncul masalah baru.
P : Perencanaan hasil dan analisa ulang data.
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
b. Nama : Ny. R
c. Umur : 70 Tahun
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Suku : Minang
f. Agama : Islam
g. Pendidikan : SR (Sekolah Rakyat)
h. Status Perkawinan : Cerai MatiTanggal MRS : -
i. Tanggal Pengkajian : 22 Januari 2024
j. Alamat : Jl.Warakas 1 gang 23 No 11
2. Status Kesehatan Saat ini
Ny. R mengatakan bila hipertensi kambuh akan merasakan pusing dan kepala
terasa berat. Ny. R mengatakan tangan kanan bagian pundak tidak terasa apa-
apa tetapi masih bisa di gerakkan.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ny. R mengatakan pernah dirawat karena sakit stroke tahun 1998 dan pernah
dirawat karena diare tahun 2020.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. R mengatakan punya penyakit turunan hipertensi.
5. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 140/90 mmHg
b. Nadi : 80 kali/menit
c. Suhu : 37.6 oC
d. Respirasi : 20 kali/menit
Kesadaran : CM
6. Genogram
Ket:
= Perempuan X = Meninggal = Klien ( istri )
= Laki - laki - - - - - = Tinggal serumah
= tinggal serumah
7. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Kebersihan : Bersih
2) Kerontokan rambut : Ada
3) Warna : Putih
4) Keluhan : Tidak ada
b. Mata
1) Konjungtiva : Anemis
2) Sklera : Tidak ikterik
3) Strabismus : Tidak
4) Penglihatan : Penglihatan menurun dibuktikan
dengan klien tidak bisa membaca tulisan kecil dengan jelas jika tidak
memakai kacamata
5) Riwayat katarak :Ya
6) Pandangan kabur :Ya
7) Penggunaan kacamata :Ya
c. Hidung
1) Bentuk : Simetris
2) Peradangan : Tidak ada
3) Penciuman : Tidak terganggu
4) Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
5) Nyeri tekan : Tidak
6) Obstruksi : Tidak
7) Keluhan : Tidak ada
d. Mulut dan tenggorokan
1) Kebersihan : Baik
2) Mukosa : Lembab
3) Peradangan/stomatitis : Tidak
4) Gigi geligi : Ompong
5) Radang gusi : Tidak
6) Kesulitan mengunyah : Ya
7) Kesulitan menelan : Tidak
8) Keluhan : Jika makan-makanan yang keras klien
tidak bisa mengunyah
e. Telinga
1) Kebersihan : Bersih
2) Peradangan : Tidak
3) Pendengaran : Terganggu
4) Jika terganggu, jelaskan :ketika diajak berbicara dengan volume
suara yang pelan kadang klien tidak bisa mendengar pertanyaan yang
diajukan oleh perawat sehingga perawat harus mengulangi
pertanyaan dengan volume suara agak keras dan sedikit mendekat
kepada klien.
f. Leher
1) Pembesaran kelenjar thyroid: Tidak ada
2) JVD : Tidak ada
3) Kaku kuduk : Tidak ada
4) Nyeri tekan : Tidak
5) Benjolan/massa : Tidak ada
6) Keluhan : Tidak ada
g. Dada
1) Bentuk dada : Normal chest
2) Retraksi : Tidak
3) Wheezing : - -
- -
4) Ronchi : - -
- -
5) Suara jantung tambahan : Tidak ada
6) Ictus cordis : (+), tidak ada pelebaran
7) Keluhan : Tidak ada
h. Abdomen
1) Bentuk : supel
2) Nyeri tekan : Tidak
3) Auskultasi : Tympani
4) Supel : Ya
5) Bising usus : Ada
6) Frekwensi : 18 kali/menit
7) Massa : Tidak ada
8) Keluhan : Tidak ada
i. Genetalia
Kebersihan : Tidak terkaji
Haemoroid : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
j. Ekstremitas
Kekuatan otot : 5 3
4 4
.
Postur tubuh : tegak
Rentang gerak : Maksimal
Deformitas : Tidak
Tremor : Tidak
Nyeri : Iya, pada pundak bagian kanan
Pembengkakan sendi : Tidak
Edema : - -
- -
Kriteria penilaian:
4 : melakukan aktifitas dg lengkap
3 : sedikit bantuan (untuk keseimbangan)
2 : dengan bantuan sedang – maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktivitas
Keterangan:
42 – 54 : Melakukan aktifitas dengan lengkap
28 – 41 : Sedikit bantuan (untuk keseimbangan)
14 – 27 : Dengan bantuan sedang sampai maksimal
3 B. (Pesimisme):
2 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
1 membaik.
0 Saya merasa saya tidak mempuyai apa-apa untuk memandang ke
depan.
Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
3 Saya tidak begitu pesimis atau kecil tentang masa depan.
2
C. (Rasa kegagalan):
1 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seseorang (orang tua,
0 suami, istri).
Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan.
3 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya.
2 Saya tidak merasa gagal.
1
0 D. (Ketidakpuasan):
Saya tidak puas dengan segalanya.
Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
3 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
2 Saya tidak merasa tidak puas.
1
0 E. (rasa bersalah):
Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tidak berharga.
Saya merasa sangat bersalah.
3 Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari waktu
2 yang baik.
1 Saya tidak merasa benar-benar bersalah.
0
F. (Tidak menyukai diri sendiri):
Saya benci diri saya sendiri.
3 Saya muak dengan diri saya sendiri.
2 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.
1 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.
0
G. (Membahayakan diri sendiri):
Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
3 kesempatan.
Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
2 Saya merasa lebih mati.
Saya tidak mempunyai pikiran mengenai membahayakan diri sendiri.
1
0 H. (Menarik diri dari sosial):
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
peduli pada mereka semua.
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
2 mempunyai sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.
I. (Keragu-raguan):
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
Saya berusaha mengambil keputusan.
1 Saya membuat keputusan yang baik.
0
J. (Perubahan gambaran diri):
Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan.
3 Saya merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
2 saya, dan ini membuat saya tidak menarik.
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik.
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya.
3 K. (Kesulitan kerja):
2 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
1 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
0 melakukan sesuatu.
Ini memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.
Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
L. (Keletihan):
Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
Saya lelah untuk melakukan sesuatu.
Saya lelah lebih dari yang biasanya.
Saya tidak lebih lelah dari biasanya.
M. (Anoreksia):
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Penilaian:
0-4 Depresi tidak ada atau minimal.
5-7 Depresi ringan.
8-15 Depresi sedang.
≥16 Depresi berat.
Kesimpulan :
Dari beberapa pertanyaan diatas tentang depresi didapatkan nilai 2
yang artinya klien tidak mengalami depresi atau depresi minimal
B. Analisa Data
No Analisa Data Masalah
1 DS : Resiko tinggi
Klien mengatakan bila hipertensinya peningkatan penyakit
kambuh akan mengalami pusing sampai hipertensi b.d pola
kepala terasa berat makan kurang sehat
Klien mengatakan suka mengkonsumsi ikan
asin
DO :
- TD : 140/90 mmHg
- ND : 80x/menit
- RR : 20x/menit
- S : 37,5 derajat celcius
2 DS : Kurangnya pengetahuan
Klien mengatakan “ saya tidak tahu apa itu penyakit yang diderita
hipertensi dan apa penyebab dari hipertensi klien
itu ”
DO :
- Sering menanyakan buah
apa yang baik untuk
hipertensi
- Usia 70 tahun
- Klien bertanya bagaimana
cara mencegah hipertensi
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi peningkatan penyakit hipertensi b.d pola makan kurang sehat
2. Kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita klien b.d kurangnya informasi
mengenai penyakit hipertensi
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil intervensi paraf
1 Resiko tinggi setelah 1. klien dapat 1.Berikan penjelasan
peningkatan dilakukan mengetahui berapa banyak
penyakit tindakan makanan apa konsumsi garam
hipertensi b.d pola keperawata saja yang bisa di perhari F
makan kurang n Ny. R konsumsi bagi 2. Jelaskan makanan A
sehat mengetahui penderita yang baik bagi H
pola makan hipertensi penderita hipertensi M
sehat untuk 2. klien dapat 3. Jelaskan bahaya I
hipertensi mengetahui bila mengonsumsi
seberapa banyak garam berlebihan
garam di 4. Anjurkan klien
konsumsi untuk mengkontrol
perharinya makanan yang
mengandung garam
tinggi
2 Kurangnya Setelah 1. Klien dapat 1. Kaji pengetahuan
pengetahuan dilakukan menjawab klien mengenai
penyakit yang tindakan pertanyaan yang penyakit hipertensi F
diderita klien b.d keperawata diberikan 2.Berikan penjelasan A
kurangnya n klien 2. Klien dapat mengenai penyakit H
informasi dapat mengenal hipertensi kepada M
mengenai mengetahui penyakit yang klien I
penyakit penyakit dialaminya 3. Demonstrasikan
hipertensi yang 3. Tampak minuman untuk
dideritanya kooperatid dan hipertensi
tidak binggung 4.Evaluasi
pengetahuan klien
mengenai hipertensi
A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang
cukup berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor
risiko utama yang mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti
serangan jantung, gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal yang mana
pada tahun 2016 penyakit jantung iskemik dan stroke menjadi dua
penyebab kematian utama di dunia (WHO, 2018).
Data World Health Organization (WHO) lanjut usia dibagi
menjadi empat kriteria meliputi usia pertengahan (middle age) 45-59
tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia (old) 75-90 tahun,
usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun jumlah penduduk lansia di
indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI jumlah lansia
di Indonesia pada tahun 2017 diperkirakan sebanyak 23,66 juta jiwa.
Diprediksi jumlah lansia akan terus meningkat setiap tahunnya dimana
diprediksi pada tahun 2020 sebanyak 27,08 juta jiwa, tahun 2025
sebanyak 33,69 juta jiwa dan tahun 2030 sebanyak 40,95 juta jiwa
serta tahun 2035 sebanyak 48,19 juta jiwa (Kemenkes RI, 2017).
Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada
penduduk usia >18 tahun sebesar (34,1%) tertinggi di Kalimantan
selatan (44,1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%).
Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620
orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi
sebesar 427.218 kematian (Riskesdas, 2018).
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan bagi pembaca khususnya
mahasiswa/i Jurusan Keperawatan akper Husada Karya Jaya, hendaknya
memberikan asuhan 55 keperawatan lansia dengan benar dan tepat
sehingga dapat sesuai dengan evaluasi yang diharapkan.
PENKES
DAFTAR PUSTAKA