Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MIKROTEACHING B4

“Keterampilan Memberikan Penguatan dan Keterampilan Kelompok


Kecil dan Perorangan”

Disusun Oleh :

1. Dwi Shishelia Maharani (A1I021061)


2. Sarah Safta Marga (A1I021059)

Dosen pengampu :

Septi Fitriana, M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS BENGKULU
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
“Keterampilan Penguatan dan Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan
Perorangan”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Mikroteaching B4.

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan
dari semua pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini selaku penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari Bapak/Ibu Dosen Pengampuh mata kuliah ini, teman-teman dan
para pembaca yang bersifat membangun, selalu penulis harapkan demi lebih baiknya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membaca.

Bengkulu, Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I: PENDAHULUAN 4

1.1. Latar Belakang 4

1.2. Rumusan Masalah 5

1.3. Tujuan Masalah 5

BAB II: PEMBAHASAN 6

2.1. Pengertian Penguatan .............6


2.2.Tujuan pemberian penguatan 6
2.3. Jenis dan Prinsip-prinsip Pemberian Penguatan 6
2.4. Cara-cara pemberian penguatan 6
2.5 Pengertian Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan 6
2.6. Syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam menerapkan Keterampilan Mengajar
Kelompok Kecil dan Perorangan 6
2.7. Prinsip – prinsip dalam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan 6
2.4. Pola Penggunaan Pengajaran Kelompok Kecil dan Perorangan 6

BAB III : PENUTUP 12

iii
3.1. Kesimpulan 12
3.2. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik atau tidak hasil dari
sistem pendidikan. Proses pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan konsep
pendidikan yaitu pendidikan untuk semua yang mengandung makna bahwa
pendidikan harus mampu melayani dan mengembangkan siswa sesuai dengan
masing-masing potensi, minat dan bakat yang dimiliki siswa. Oleh karena itu,
ketrampilan ini harus dilatih dan dikembangkan sehingga nantinya para colon guru
maupun guru dapat memiliki banyak pilihan untuk dapat melayani siswa di dalam
melakukan proses pembelajaran.

Keterampilan memberi penguatan merupakan keterampilan yang arahnya


untuk memberikan dorongan, tanggapan atau hadiah bagi siswa agar dalam
mengikuti pelajaran merasa dihormati dan diperhatikan. Penghargaan mempunyai
pengaruh positif dalam kehidupan manusia sehari-hari, yaitu mendorong seseorang
memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan kegiatan atau usahanya. Kegiatan
memberikan penghargaan atau penguatan dalam proses belajar mengajar dalam
kelas jarang sekali dilaksanakan oleh guru.

Keterampilan dasar mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah salah


satu cara yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi sistem pembelajaran yang
dibutuhkan oleh siswa baik secara klasikal maupun individu. Oleh karena itu
keterampilan ini harus dilatih dan dikembangkan, sehingga para calon guru maupun
guru dapat memiliki banyak pilihan untuk dapat melayani siswa dalam melakukan
proses pembelajaran.

Pendidikan dan pembalajaran di satu sisi dapat mengantarkan manusia


(siswa) dalam kebersamaan, artinya mengembangkan kehidupan sosial. Di sisi lain
bahwa setiap manusia (siswa) juga memiliki kebutuhan yang bersifat individual.
Pendidikan dan pembelajaran yang efektif tentu saja adalah yang dapat memenuhi
atau memfasilitasi adanya kebersamaan disamping terpenuhinya kebutuhan secara
individual.

Sehingga penulis pada pembuatan makalah ini, akan membahas materi


tentang keterampilan penguatan dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan, yang akan dijabarkan sebagai berikut:

5
1.2. Rumusan Masalah.
1. Apakah yang dimaksud dengan penguatan dalam pembelajaran?
2. Apakah komponen-komponen yang terdapat dalam pemberian penguatan?
3. Bagaimana prinsip penggunaan penguatan?
4. Bagaimana cara penggunaan pemberian penguatan dalam pembelajaran?
5. Apa yang dimaksud dengan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan?
6. Apa saja syarat-syarat yang harus diterapkan untuk Keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan ?
7. Apa saja prinsip-prinsip Keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan?
8. Bagaimana pola peguatan pelajaran kelompok kecil dan perorangan?

1.3. Tujuan dan Manfaat.


1. Untuk mengetahui pengertian dari penguatan dalam pembelajaran

2. Untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam pemberian


penguatan.

3. Untuk mengetahui prinsip penggunaan penguatan.

4. Untuk mengetahui cara penggunaan pemberian penguatan dalam pembelajaran.

5. Untuk mengetahui definisi atau pengertian mengenai Keterampilan mengajar


kelompok kecil dan perorangan

6. Untuk mengetahui dan memahami syarat-syarat dari Keterampilan mengajar


kelompok kecil dan perorangan.
7. Untuk melihat dan mengidentifikasi prinsip-prinsip Keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan.
8. Untuk mengetahui pola atau gambaran untuk menerapkan penguatan pelajaran
kelompok kecil dan perorangan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penguatan Dalam Pendidik


Sanjaya (2009:37) menyatakan bahwa penguatan (reinforcement)

6
adalah segala bentuk respon baik verbal ataupun non verbal, yang di berikan
guru terhadap tingkah laku siswa untuk memberikan umpan
balik atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi dan mo
tivasi siswa yang lain untuk berbuat hal yang sama seperti siswa
yang diberikan penguatan tadi. Sedangkan menurut Hasibuan (2008:58)
yang menyatakan bahwa memberikan penguatan diartikan dengan
tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku
tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali,
dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hati siswa agar
mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar-mengajar.

Dapat penulis simpulkan bahwa penguatan adalah segala bentuk respon


positif yang diberikan oleh guru baik yang bersifat verbal ataupun
nonverbal terhadap tingkah laku siswa yang baik sehingga menyebabkan
siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkatkan perilaku.

2.2 Tujuan pemberian penguatan


Menurut Winataputra (2004:7.30) penguatan bertujuan untuk:

a. Meningkatkan perhatian siswa dan membangkitkan motivasi siswa


Melalui penguatan yang diberikan oleh guru terhadap perilaku
belajar siswa, siswa akan merasa diperhatikan oleh gurunya,dengan
demikian perhatian siswa pun akan semakin meningkat seiring
dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan kepada
siswanya. Apabila perhatian siswa semakin baik, maka dengan
sendirinya motivasi belajarnya pun akan semakin baik pula.

b. Memudahkan siswa belajar


Tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk
memudahkan siswa belajar. Untuk memudahkan belajar harus di
tunjang oleh kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu
dengan memberikan respon-respon (penguatan) yang akan

semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba,


bereksplorasi dan terhindar dari perasaan takut salah dalam belajar.

c. Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong.

7
d. Menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa

Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-


perasaan negatif yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses
pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil
perasaan-perasaan negatif dalam belajar, yaitu melalui pemberian
penguatan atau respon yang diberikan oleh guru terhadap.

e. Memelihara iklim kelas yang kondusif

Suasana kelas yang menyenangkan, aman dan dinamis akan


mendorong aktivitas belajar siswa lebih maksimal. Melalui penguatan
yang dilakukan oleh guru, suasana kelas akan lebih demokratis, sehingga
siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba
dan melakukan perbuatan-perbuatan.

2.3 Jenis dan prinsip pemberian dan penguatan

1. Jenis Penguatan Dalam pembelajaran pembelajaran (Winataputra,


2004:7.30-7.33).

a. Penguatan Verbal

Penguatan verbal paling mudah digunakan dalam kegiatan


pembelajaran dalam bentuk komentar, pujian, dukungan pengakuan,
atau dorongan Contoh:

1. Kata-kata: bagus, baik, luar biasa, benar, ya betul, atau tepat sekali

2. Kalimat:

a). Pekerjaanmu rapi benar.

b). Anak-anak lain perlu meniru cara Tono memecahkan masalah.


c). Wah, belum pernah saya lihat pekerjaan serapi ini.

b. Penguatan Non-Verbal

8
"Penguatan non verbal adalah penguatan yang diungkapkan
melalui bahasa isyarat (Sanjaya, 2009:38)".

1. Mimik dan gerakan badan

Mimik dan gerakan badan seperti senyuman meng


ekspresikan wajah ceria, anggukan, tepukan tangan, mengacung
kan ibu jari, dan gerakan-gerakan badan lainnya
dapat mengkomunikasikan kepuasan guru terhadap respon
siswa. Secara psikologis, siswa yang menerima perlakuan
guru tersebut tentu saja akan menyenangkan dan akan
memperkuat pengalaman belajar bagi siswa. Mimik dan
gerakan badan dapat dipakai bersama-sama denganpengutan

2. Gerak mendekati

Gerak mendekati dapat ditunjukkan guru dengan cara


melangkah mendekati siswa, berdiri di samping siswa atau
kelompok siswa, bahkan dalam situasi tertentu duduk
bersama siswa atau kelompok siswa. Tujuan gerak
mendekati adalah memberikan perhatian, menunjukkan rasa
senang akan pekerjaan siswa, bahkan juga memberi rasa
aman kepada siswa. Bentuk penguatan ini biasanya dipakai
bersama-sama dengan penguatan verbal, artinya ketika guru
mendekati siswa, guru mengucapkan kata-kata tertentu.

3. Sentuhan

Penguatan dalam bentuk sentuhan yaitu dilakukan


dengan adanya kontak fisik antara guru dengan siswa
(gesturing). Sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu, atau
pundak siswa, menjabat tangan siswa atau mengangkat
tangan siswa yang menang, mengelus anggota badan
tertentu yang dianggap tepat. Jika sentuhan dilakukan
dengan tepat, dapat merupakan penguatan yang efektif bagi
siswa. Namun,jenis penguatan ini harus dipergunakan dengan

9
penuh kehati-hatian dengan mempertimbangkan berbagai
unsur misalnya kultur, etika, moral, umur, jenis kelamin.

4. Kegiatan yang menyenangkan

Pada dasarnya siswa akan menjadi senang jika


diberikan kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang
menjadi kegemarannya atau sesuatu yang memungkinkan
dia berprestasi. Oleh karena itu, kegiatan yang disenangi
siswa dapat digunakan sebagai penguat Misalnya, siswa
yang dapat menyelesaikan masalnya matematika lebih
dahulu diberi kesempatan untuk membantu temannya yang
kesulitan, dengan demikian,siswa akan merasa dihargai dan.
akan semakin menambah keyakinan. kepercayaan diri.

5. Pemberian simbol atau benda

Penguatan dapat pula diberikan dalam bentuk


simbol atau benda tertentu. Simbol dapat berupa tanda cek
(V), komentar tertulis pada buku siswa, tanda bintang,
berbagai tanda dengan warna tertentu misalnya hijau, kuning,
ungu, atau merah. Sedangkan benda yang digunakan sebagai
penguatan adalah benda-benda kecil yang harganya tidak
terlalu mahal tetapi berarti bagi siswa Misalnya pensil atau
buku tulis, bintang, dan benda-benda kecil lainnya.

6. Penguatan tak penuh

Penguatan tak penuh yaitu respon atas sebagian


prilaku belajar siswa yang belum tuntas. Misalnya apabila
pekerjaan siswa belum semuanya benar, atau baru. sebagian
yang selesai, maka guru mengatakan "jawaban anda sudah
benar, tinggal alasannya coba dilengkapi". Melalui penguatan
seperti itu, siswa menyadari bahwa belum sepenuhnya.

2.Prinsip-prinsip pemberian penguatan adalah sebagai berikut


(Winataputra, 2004:7.33- 7.34):

10
a. Kehangatan dan keantusiasan

Kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan


respon yang diberikan oleh guru terhadap prilaku belajar
siswa harus mencerminkan perasaan senang dan di
lakukan dengan sungguh-sungguh. Misalnya dengan
mimik muka yang gembira, suara yang meyakinkan atau
sikap yang memberi kesan bahwa penguatan yang di
berikan memang sungguh-sungguh. Dengan kata lain
penguatan harus memberikan kesan positif, dimana
siswa yang menerima penguatan akan merasa senang
dan puas. sehingga akan lebih mendorong siswa untuk
belajar lebih giat lagi. Dengan demikian tidak terjadi
kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan
penguatan karena tidak disertai kehangatan dan keantusias

b. Kebermaknaan

Penguatan yang diberikan guru haruslah


bermakna bagi siswa yaitu membuat siswa memang
merasa bahwa penampilan atau tindakannya patut diberi
penguatan, sehingga siswa terdorong untuk meningkat
kan penampilannya. Misalnya, jika guru mengatakan "model
yang kamu rancang sangat menarik"karena model yang dibuat
siswa tersebut memang bena- benar menarik hingga siswa
benar-benar merasa bahwa ia memang patut mendapat pujian

c. Menghindari penggunaan respon negatif

Dalam memberikan penguatan sebaiknya guru


menghindari dari respon-respon negatif seperti kata-kata
kasar dan tidak mendidik, cercaan, hinaan dan isyarat yang
menyudutkan siswa. Dalam pembelajaran ada kalanya
proses dan hasil yang ditujukan siswa itu sesuai dengan
tujuan dan kompetensi yang diharapkan atau sebaliknya.
Kadang-kadang karena guru tidak puas dengan proses dan
hasil yang ditujukan siswa. muncul kainginan untuk

11
membentak dan mengeluarkan kata-kata menyindir serta
penguatan negatif lainnya walaupun maksudnya mungkin
baik yaitu untuk lebih meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran secara lebih berkualitas.

Akan tetapi dengan mengeluarkan kata-kata atau


isyarat (penguatan negatif) harus dihindari. Jika siswa
memberikan jawaban atau menunjukkan penampilan yang
tak memuaskan, guru hendaknya menahan diri dari
keinginan mencela atau mengejek jawaban atau
penampilan siswa. Apabila jawaban siswa keliru guru
dapat mengalihkan pertanyaan kepada siswa yang lain.
Jika siswa menunjukkan penampilan yang tak sempurna,
guru dapat meminta siswa yang dianggap mampu untuk
mendemontrasikan penampilan tersebut, kemudian siswa
pertama diminta perbaiki penampilannya. Dengan cara-cara
tersebut guru akan tetap memberikan balikan kepada siswa
serta sekaligus terhindar dari penggunaan respon negatif.

2.4 Cara-cara pemberian penguatan


Winataputra (2004:7.35) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan penguatan, guru hendaknya memperhatikan hal-
hal berikut ini:

a. Sasaran penguatan

Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas.


Misalnya memberikan penguatan kepada siswa tertentu,
kepada kelompok siswa, ataupun kepada seluruh siswa
secara utuh, misalnya: "Wah Ibu bangga benar .

b. Penguatan harus diberikan dengan segera

Agar dampak positif yang diharapkan tidak


menurun bahkan hilang, penguatan haruslah diberikan
segera setelah siswa menunjukkan respon yang
diharapkan, dengan perkataan lain, tidak ada waktu tunggu
antara respon yang ditunjukkan dengan penguatan .

12
c. Variasi dalam peggunaan

Pemberian penguatan haruslah dilakukan dengan


variasi yang kaya hingga dampaknya cukup tinggi bagi
siswa yang menerimanya. Penguatan verbal dengan kata-
kata yang sama, misalnya bagus, bagus, bagus, akan
kehilangan makna, hingga tidak berarti apa-apa bagi siswa.
Oleh karena itu, guru hendaknya berusaha mencari variasi
baru dalam memberi penguatan.

2.5 Pengertian Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ketrampilan merupakan


kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan adalah kemampuan untuk
menggunakan akal, pikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah
ataupun membuat sesuatu lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari
hasil pekerjaan. Jadi, ketrampilan bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang
dalam menyelesaikan tugas yang menghasilkan sebuah nilai dan hasil kerja yang
bermakna dengan menggunakan akal, pikiran, ide dan kretifitas.

Mengajar adalah menambah pengetahuan pada seseorang dengan cara


paling singkat dan tepat. Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), mengajar adalah melatih. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan
pada anak didik.2 Jadi, mengajar adalah melatih diri sendiri dalam upaya untuk
menambah pengetahuan yang kita miliki kepada anak didik dengan cara yang
paling singkat dan tepat.

13
Menurut (Muhidin, 2011), Ketrampilan mengajar kelompok kecil dan
perseorangan adalah kecakapan menanamkan pengetahuan yang dilakukan pada
sekelompok siswa dan pada siswa secara individu. Menurut (Djoeulie, 2010),
Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran
yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan
menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun
antara peserta didik dengan peserta didik. Menurut Usman (2013:102) dalam Ali
Sodikin dan Nasrul Hakim (2017:92), secara fisik bentuk pengajaran ini ialah
berjumlah terbatas, yaitu berkisar 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang
untuk perseorangan. Maksudnya, seorang pendidik menghadapi banyak siswa yang
terdiri dari beberapa kelompok yang dapat bertatap muka, baik secara perseorangan
maupun secara kelompok. Menurut Barnawi dan Arifin (2015:157), dalam Ali
Sodikin dan Nasrul Hakim (2017:92), keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan diperlukan ketika jumlah siswa sangat sedikit. Misalnya, 3-8 orang
untuk kelompok kecil dan 1 orang untuk perseorangan. Sehingga dalam hal ini,
guru berperan sebagai organisator kegiatan pembelajaran, narasumber, motivator
siswa, fasilitator atau penyedia materi dan kesempatan belajar, konselor sekaligus
sebagai peserta kegiatan yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan
peserta lain.

Jadi, ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah


kecakapan menanamkan pengetahuan yang dilakukan pada sekelompok siswa
dengan jumlah sekitar 3-8 orang dan 1 siswa secara individu dapat dengan bertatap
muka dan memiliki berbagai peran sehingga dapat mengembangkan potensi diri
peserta didik.

2.2 Syarat – syarat dan Tuntutan Tenaga Pendidik dalam Keterampilan


Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu


diperlukan variasi untuk menanganinya. Pengajaran kelompok kecil dan
perorangan akan terwujud jika terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut:

1. Adanya hubungan yang baik dan akrab antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa.
2. Siswa belajar dengan kecepatan, kemampuan, cara dan minat sendiri.
3. Siswa mendapatkan bantuan sesuai dengan kebutuhannya.
4. Siswa dilibatkan dalam perencanaan belajar.
5. Guru dapat memainkan berbagai peran.

Kebiasaan guru mengajar dengan lebih banyak menggunakan pendekatan


klasikal, tentu saja dalam hal tertentu haru smelakukan adaptasi penyesuian

14
keterampilan sesuai dengan karakteristik pendekatan kelompok kecil dan
perorangan.

Adapun beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh guru dalam


melakukan kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan, yaitu:

1. Mengidentifikasi topic pembelajaran


Harus diingat setiap topic materi memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Dalam hal ini ada topic materi yang efektif dengan model pembelajaran
secara klasikal da nada pula yang lebih efektif dengan pendekatan
kelompok kecil atau perorangan.
2. Pengorganisasian,
Yaitu dituntut jkterampilan mengorganisasikan setipa unsur atau komponen
pembelajran siswa, sumber materi, waktu , media yang dibutuhkan,
pendekatan dan metode yang akan digunakan serta sistem evaluasi.
3. Memberikan kulminasi
Yaitu setiap kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan, harus
diakhiri dengan kegiatan kulminasi misalnya dalam bentuk membuat
rangkuman, pemantapan, laporan, dsb.
4. Mengenal secara personal
Yaitu guru untuk dapat mengajar melalui pendekatan perorangan dengan
efektif, harus mengenal pribadi, karakteristik siswa secara umum dan lebih
baik secara lebih mendalam
5. Mengembangkan bahan belajar mandiri
Yaitu untuk melayani kebutuhan belajar secara perorangan, guru harus
terampil mengembangkan bahan pembelajaran untuk individual. Seperti
dengan bahan belajar mandiri, paket-paket pembelajaran, dsb yang
memungkinkan siswa dapat belajar sesuai caranya masing-masing.

2.3 Prinsip – Prinsip Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan


Perorangan.

Adapun prinsip-prinsip dalam mengajar kelompok kecil dan perseorangan


diantaranya:

1. Guru yang terbiasa mengajar secara klasikal,sebaiknya mulai belajar


mengajar dengan menggunakan kelompok kecil dan kemudian perorangan.
2. Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan
perorangan.
3. Pengorganisasian siswa, sumber materi serta waktu merupakan langkah
pertama yang diperhatikan guru.
4. Kegiatan pengajaran harus diakhiri dengan kulminasi.
5. Dalam pengajaran perorangan guru perlu mengenal sisswa secara pribadi.

15
2.4 Pola Penggunaan Pengajaran Kelompok Kecil dan Perorangan.

Ada empat pola pengorganisasian yang bervariasi dalam melaksanakan


pengajaran kelompok kecil dan perorangan, antara lain.

1. Kelas Besar → Kelompok Kecil + Perorangan → Kelas Besar.


Dalam pola ini kegiatan belajar mengajar di kelas dimulai dengan pertemun
klasikal (kelas besar) untuk memberikan infomasi umum yang diperlukan siswa
untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Informasi yang diberikan kepada siswa
antara lain: a. Pokok bahasan yang akan dipelajari
b. Tugas-tugas yang akan dikerjakan
c. Langkah-langkah menyelesaikan tugas
d. Informasi lain yang diperlukan
Setelah itu, siswa diberi kesempatan untuk memilih kegiatan dengan bekerja
dalam kelompok kecil atau bekerja perorangan. Setelah siswa menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan dalam kelompok kecil atau perorangan, kegiatan belajar
mengajar berikutnya adalah mengikuti pertemuan klasikal kembali untuk
melaporkan tugas-tugas yang mereka kerjakan.

2. Kelas Besar → Kelompok Kecil + Kelompok Kecil → Kelas Besar.


Dalam pola ini, pertama, siswa mengikuti penjelasan secara klasikal
mengenai pokok-pokok bahasan yang akan dipelajari, tugas-tugas yang akan
dikerjakan, serta langkah-langkah melaksanakan tugas tersebut. Kedua, siswa
diminta untuk bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan oleh guru. Kemudian, siswa diminta melaporkan hasil-hasil
yang diperoleh dari pengetahuan dalam kelompok kecil dalam kelas (laporan secara
klasikal).

3. Kelas Besar → Perorangan → Kelompok Kecil → Kelas Besar.


Dalam pola ini pertemuan diawali dangan penjelasan umum mengenai
materi pelajaran yang akan dipelajari, serta tugas-tugas yang akan dikerjakan siswa.
Setelah mengikuti penjelasan umum, siswa langsung mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan guru secara perorangan, kemudian siswa diminta bergabung dalam
kelompok kecil untuk membahas hasil yang telah diperoleh dari bekerja secara
perorangan untuk di diskusikan bersama dalam kelompok kecil. Setelah itu, siswa
diminta untuk melaporkan hasil yang diperoleh dalam kegiatan kelompok kecil
kepada seluruh siswa dalam kelas.

4. Kelas Besar → Perorangan + Perorangan → Kelas Besar.


Proses belajar mengajar dimulai dengan pemberian penjelasan umum
kepada siswa mengenai materi yang akan dipelajari, serta tugas-tugas yang akan
dikerjakan oleh siswa. Setelah itu, siswa diminta bekerja secara perorangan untuk

16
melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Kemudian siswa diminta
melaporkannya di kelas (secara klasikal).

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesimpulan keterampilan memberikan penguatan

Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat


meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Komponen
-komponen yang terdapat dalam pemberian penguatan, antara lain
penguatan verbal dan penguatan non verbal. Penguatan verbal adalah
respon yang ditunjukkan secara lisan atau ucapan terhadap suatu perilaku.
Penguatan non verbal adalah respon yang ditunjukkan dengan perbuatan-
perbuatan yang berupa mimik, gerak badan, mendekati siswa, menyentuh,
hal yang menyenangkan hati siswa, simbol atau benda, dan penguatan .

Pemberian penguatan di dalam pembelajaran harus memperhatikan


beberapa prinsip pemberian penguatan, antara lain memberikan

17
keantusiasan, kebermaknaan, menghindari respon negatif, pemberian
penguatan dengan segera, dan memvariasikan bermacam-macam bentuk
penguatan. Ada dua cara dalam menggunakan penguatan, antara lain
penguatan kepada pribadi tertentu dan penguatan kepada kelompok.

Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa


kelebihan apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain dapat
meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi, dapat
mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif, dapat menumbuhkan
rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri, dapat meningkatkan cara belajar
siswa menjadi aktif, dan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan
belajarnya secara mandiri. Pemberian penguatan yang diberikan tidak
sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut akan
menyebabkan siswa enggan belajar. Pemberian penguatan yang
berlebihan juga akan berakibat fatal.

1. KESIMPULAN KETERAMPILAN PENGUATAN


2. Ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah kecakapan
menanamkan pengetahuan yang dilakukan pada sekelompok siswa dengan
jumlah sekitar 3-8 orang dan 1 siswa secara individu dapat dengan bertatap
muka dan memiliki berbagai peran sehingga dapat mengembangkan potensi diri
peserta didik. Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan, maka guru
berperan sebagai organisator kegiatan belajar-mengajar, sumber informasi
(narasumber) bagi siswa, motivator bagi siswa untuk belajar, penyedia materi
dan kesempatan belajar (fasilitator) bagi siswa, pembimbing kegiatan belajar
siswa (konselor), peserta kegiatan belajar. Pengajaran kelompok kecil dan
perorangan akan terwujud jika terpenuhinya syarat-syarat.
Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan terdiri
dari, keterampilan mengadakan pendekatan pribadi, keterampilan
mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, keterampilan membimbing dan
memberi kemudahan belajar, keterampilan merancang dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penerapannya. Meskipun begitu ketrampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan memiliki kekurangan dan kelebihannya

2. Saran

18
Apabila terdapat kekurangan kata atau salah kata pada makalah ini, maka
pemakalah sangat mengharapkan krtik dan saran pada pembaca agar makalah ini
menjadi lebih baik lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

JJ. Hasibuan, 2008. Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kunandar, 2007, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi guru), Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Aini, Nur. 2010. Keterampilan Memberi Penguatan, (Online).

(http://zanuraini.blogspot.com. diakses tanggal 17 April 2013).

Badarudin. 2011. Keterampilan Dasar Mengajar, (Online),

(http://ayahalby.wordpress.com, diakses tanggal 17 April 2013).

David. 2011. Keterampilan Penguatan, (Online),

(http://davidstkipmpl.wordpress.com, diakses tanggal 17 April 2013).

Nashrul. 2009. Keterampilan Dasar Mengajar, (Online), (http://nash-

choice.blogspot.com. diakses tanggal 17 April 2013).

20
Burhanuddin, Afid. 2017. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2017/07/15/ketrampilan-mengajarkelompok-
kecil-dan-perorangan/ diunduh pada 27 Mei 2020.

Cahyono, Didik. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.


https://anekrut.wordpress.com/2013/01/01/1018 diunduh pada 27 Mei 2020.

Chaerany, Isna. 2015. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.


https://isnachaerany.blogspot.com/2015/06/ketrampilan-mengajarkelompok-
kecil.html diunduh pada 27 Mei 2020.

Deswita, Hera. 2017. Profil Tingkat Penguasaan Ketrampilan Dasar Mengajar Mahasiswa
Pendidikan Matematika Universitas Pasir Pengaraian. Pasir Pangaraian: Program
Studi Matematika FKIP Universitas Pasir Pengaraian. Jurnal Gantang. Vol. II, No. 1,
Maret 2017, p-ISSN. 2503-0671, e-ISSN. 2548-5547.

Fatmafate. 2016. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.


https://fatmafate.wordpress.com/2016/10/01/ketrampilan-mengajarkelompok-kecil-
dan-perorangan/ diunduh pada 27 Mei 2020.

21

Anda mungkin juga menyukai